BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

III. BAHAN DAN METODE

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

METODE. Waktu dan Tempat

III. METODOLOGI PENELITIAN

: Methanol, DPPH, alumunium foil. antioksidan

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT 1. BAHAN 2. ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN 1. PENELITIAN PENDAHULUAN III.

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH PENAMBAHAN GUM ARAB TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORIS FRUIT LEATHER NANAS (Ananas comosus L. Merr.) DAN WORTEL (Daucus carota)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PELAKSANAAN

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Permen Jelly Dari Karagenan dan Konjak BAB III METODOLOGI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

METODE. Materi. Rancangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017 di

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu. 3.2 Bahan dan Alat. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan dan

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODE PENELITIAN

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

18 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan vegetable leather cabai merah, uji kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, dan organoleptik dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Uji nilai kalori, kadar serat pangan, aktivitas air, dan kuat tarik (tensile strength) dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan, Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 April 2016. B. Bahan dan Alat 1. Bahan a. Bahan baku vegetable leather cabai merah Bahan baku pembuatan vegetable leather cabai merah pada penelitian ini, yaitu daging buah cabai merah besar (Capsicum annuum var. longum) yang matang berwarna merah merata, tidak busuk, dan telah dipisahkan dengan bijinya. Cabai merah pada penelitian ini diperoleh dari Pasar Ledoksari, Surakarta. Menurut Setiadi (2006), cabai merah besar memiliki permukaan buah yang halus dan memiliki ukuran antara 6-10 cm dengan diameter 0,7-1,2 cm. Buahnya berbentuk memanjang atau kebulatan dengan biji buahnya berwarna kuning kecokelatan (Gambar 3.1). (a) (b) 18

19 (c) (d) Gambar 3.1 (a) cabai merah besar dipotong melingtang (b) cabai merah besar dipotong membusur (c) lebar cabai merah 1,5 cm (d) panjang cabai merah 9,5 cm (Dokumentasi, 2016) Bahan tambahan yang digunakan adalah berbentuk bubuk yang lolos 60 mesh dengan warna putih kecoklatan, memiliki sifat larut air pada suhu 60 C atau lebih dengan suhu titik didih 85 C, menghasilkan viskositas medium (25-27 cps), membentuk gel dengan kekuatan gel yang kuat (300-600 g/cm 2 ) saat didinginkan dan stabil di bawah kondisi kontrol, memiliki kadar air maksimal 12%, kadar abu maksimal 35%, dan ph 8-11. Pemilihan kappa karena menurut Murdinah (2010), kappa merupakan gel terbaik dibandingkan iota dan lambda. Kappa juga mampu meningkatkan kadar serat dalam fruit leather. Selain itu, menurut Imeson (2010) kappa dapat membentuk tekstur gel yang elastis dan tidak mengalami hidrolisis (gel stabil) pada larutan asam. Selain itu, bahan tambahan lainnya adalah bawang putih (Gambar 3.2), garam halus beryodium dengan warna putih bersih (Refina) yang didapat dari Pasar Ledokasri Surakarta, aquades, sorbitol (TS-7 dari Toko Putra Sedap, Surakarta). Sorbitol diproduksi oleh PT. Sorini, Pasuruan, Jawa TImur, dan jenis kappa yang diperoleh dari CV. Galic Artabahari, Cikarang.

20 Penambahan bawang putih digunakan sebagai bumbu penyedap, sehingga vegetable leather cabai memiliki aroma yang lebih sedap, sedangkan penambahan garam halus bertujuan untuk memberikan rasa asin pada vegetable leather cabai merah. Gambar 3.2 Bawang Putih (Dokumentasi, 2016) b. Bahan kimia yang digunakan dalam analisis Adapun bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis dalam penelitian ini, antara lain uji serat pangan menggunakan buffer Naphospat (NaH 2 PO 4 ) 0,1 M ph 7, enzim α-amilase, enzim β-amilase, enzim pepsin 1%, asam klorida (HCl) 4 N, natrium hidroksida (NaOH) 4 N, etanol (C 2 H 5 OH) 78%, aseton (CH 3 ) 2 CO, uji kadar vitamin C menggunakan aquades, larutan standar I 2 0,1 N, dan indikator amilum, uji kalori menggunakan gas O 2 dan asam benzoat. 2. Alat a. Pembuatan vegetable leather cabai merah Alat yang digunakan dalam pembuatan vegetable leather cabai merah pada penelitian ini adalah cabinet dryer TEW tipe IL-70, blender Sanex, loyang aluminium ukuran 30 cm x 10 cm x 5 cm, neraca analitik (Ohaus Adventurer TM ), panci pengukus, kompor, pisau, sendok, spatula plastik, baskom, talenan, gelas ukur, termometer, dan plastik PP 0,8 mm. b. Analisis Alat-alat yang digunakan dalam analisis uji sifat fisik dan kimia vegetable leather cabai merah, yaitu :

21 Kuat Tarik : Lloyd Universal Testing Instrument. Kadar Air : oven (Memmert), desikator, neraca analitik (Ohaus Adventurer TM ), dan krus porselen. Kadar Abu : tanur, kompor listrik, oven (Memmert), neraca analitik (Ohaus Adventurer TM ) dan, krus porselen. Kadar Vitamin C : perangkat alat titrasi dan alat-alat gelas. Kalori : kalorimeter bom, water bath, kertas saring. Aktivitas air : Aw - meter Serat Pangan : tanur (Memmert), sokhlet, desikator, oven, neraca analitik (Ohaus Adventurer TM ), kertas saring, ph meter, dan alat gelas. Organoleptik : cawan, nampan, dan borang. C. Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan penelitian, yakni penelitian pendahuluan dan penelitian utama. 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan yang dilakukan pada pembuatan vegetable leather cabai merah adalah penentuan kisaran konsentrasi dan penentuan waktu pengeringan. Pemilihan konsentrasi berdasarkan penelitian Sidi (2014) yang menggunakan empat formulasi, yaitu kontrol; 0,3%; 0,6% dan 0,9%. Namun, vegetable leather tanpa tidak dilakukan karena hasil percobaan memiliki tekstur sangat rapuh dan tidak dapat digulung, sehingga dimodifikasi menjadi 0,3%; 0,6%; 0,9%; 1,2%; dan 1,5%. Dari lima formulasi yang dilakukan, dipilih tiga perlakuan penambahan terbaik yang menghasilkan vegetable leather dengan karakteristik liat, tidak rapuh, dan dapat digulung (Nurlaely, 2002). Dari hasil percobaan didapatkan tiga formulasi terbaik dengan konsentrasi penambahan sebesar 0,9%; 1,2%; dan 1,5%. Sedangkan, untuk konsentraasi penambahan 0,3% dan 0,6% didapatkan vegetable leather yang rapuh dan tidak dapat digulung. Penentuan waktu pengeringan dalam pembuatan vegetable leather cabai merah memegang peranan sangat penting, karena dari hasil

22 pengeringan tersebut dapat dihasilkan tekstur yang plastis dan kenampakan produk yang menarik (Winarti, 2008). Variasi waktu pengeringan yang diberikan, yaitu 11 jam, 12 jam, dan 13 jam pada suhu 60 C. Penentuan variasi waktu pengeringan ini didasarkan pada hasil percobaan sebelumnya, bahwa vegetable leather cabai merah mulai kering dengan tekstur yang dapat digulung pada jam ke 11 hingga 13. Dari hasil percobaan nantinya akan dipilih vegetable leather dengan karakteristik dapat digulung, tidak pecah, dan memiliki kadar air 10-20% (Nurlaely, 2002). Pengeringan vegetable leather cabai merah pada suhu 60 0 C selama 11 jam dihasilkan vegetable leather cabai merah dengan tekstur yang belum kering secara merata dan kadar air pada vegetable leather dengan konsentrasi 1,5% adalah 28,147%. Pada percobaan kedua pembuatan vegetable leather cabai merah pada suhu 60 0 C selama 12 jam dihasilkan vegetable leather cabai merah dengan tekstur kering dan kadar air pada vegetable leather dengan konsentrasi 1,5% adalah 22,971%, sedangkan, pada percobaan dengan pengeringan 13 jam dihasilkan tekstur vegetable leather cabai merah yang kering secara merata dengan tekstur liat dan mudah digulung, dan kadar air pada vegetable leather dengan konsentrasi 1,5% adalah 13,769%, sehingga waktu pengeringan tetap yang digunakan pada penelitian utama adalah 13 jam dengan suhu 60 C. 2. Penelitian Utama Tahapan awal proses pembuatan vegetable leather cabai merah adalah pembuatan puree yang dibuat dari cabai merah besar segar yang kemudian dicuci dengan air mengalir. Pencucian dilakukan untuk membersihkan atau menghilangkan kototan yang masih menempel pada bahan, baik berupa debu, getah, mikroba, dan sebagainya. Kemudia cabai dibelah untuk dipisahkan dengan bijinya. Pemisahan biji dilakukan agar tekstur vegetable leather menjadi halus dan tidak retak. Setelah terpisah dengan bijinya, daging buah cabai diblanching dengan cara pengukusan bersama dengan bawang putih selama 5 menit pada suhu 100 C. Menurut

23 Fellow (2000), proses blanching pada sayuran berfungsi untuk mempertahankan warna bahan makanan, menghilangkan bau dan flavor yang tidak dikehendaki, dan melunakkan jaringan, sehingga memudahkan proses pengolahan selanjutnya. Cabai merah dan bawang putih yang sudah diblanching kemudian dihancurkan menggunakan blender selama 2 menit, sehingga menjadi puree campuran cabai merah dan bawang putih yang halus. Puree yang telah halus ditimbang kemudian ditambahkan garam halus (3%) dan sorbitol (5%), kemudian diaduk dengan spatula plastik hingga tercampur rata. Pemilihan konsentrasi sorbitol mengacu pada Winarti dkk. (2015) bahwa penggunaan sorbitol yang efektif berkisar pada konsentrasi 5 20%. Puree yang telah tercampur ditambahkan dengan kappa sesuai perlakuan (0,9%, 1,2%, dan 1,5%) yang telah dilarutkan dalam 20 ml air dengan suhu 80 C. Konsentrasi yang biasa ditambahkan pada makanan adalah 0,02-3%. Pemilihan kappa sebagai hidrokoloid pada pembuatan vegetable leather cabai merah didasarkan karena hanya kappa dan iota yang mampu membentuk gel. Selain itu, kappa memberikan gel yang paling kuat apabila dibandingkan dengan jenis lain (Glicksman, 1983). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, hanya kappa yang dapat membentuk tekstur liat dan plastis, apabila dibandingkan dengan penambahan gum arab, xanthan gum, dan agar-agar. Penambahan hidrokoloid lain, seperti gum arab, CMC, dan agar-agar menghasilkan tekstur vegetable leather cabai merah yang rapuh, sehingga tidak plastis dan tidak mudah digulung. Setelah proses tersebut, puree campuran cabai merah dan bawang putih dimasak di atas kompor dengan menggunakan wajan pada suhu 100 C selama 2 menit. Pemasakan dilakukan dengan terus diaduk agar puree menjadi homogen dan tercampur rata. Pemasakan juga bertujuan untuk menginaktifkan enzim dan membunuh mikroba, sehingga produk menjadi lebih awet. Kemudian puree campuran cabai merah dan bawang

24 putih dituang ke dalam loyang ukuran 30 cm x 10 x 5 cm yang telah dilapisi plastik PP 0,8 mm. Pelapisan plastik pada loyang ditujukan untuk mempermudah pelepasan produk, sehingga produk tidak sobek saat pengangkatan. Adonan vegetable leather cabai merah yang berada di dalam loyang diratakan dengan spatula, kemudian adonan dikeringkan menggunakan cabinet dryer dengan suhu 60 C dalam waktu 13 jam sesuai dengan hasil penelitian pendahuluan hingga diperoleh vegetable leather yang plastis dan dapat digulung. Vegetable leather cabai merah yang telah kering kemudian dipotong dan dikemas. Diagram alir proses pembuatan puree dan vegetable leather cabai merah dapat dilihat pada Gambar 3.3. 90 gram daging buah cabai merah tanpa biji Pencucian hingga bersih 30 gram bawang putih 120 ml aquades Pengukusan T= 100 C selama t = 5 menit Penghancuran dengan blender selama t = 2 menit Sorbitol 5% dan garam halus 3% Puree cabai merah dan bawang putih Kappa yang telah dilarutkan dalam 20 ml air panas T = 80 C (0,9%, 1,2%, 1,5%) Pencampuran dan pemasakan, T = 100 C, t = 2 menit Pengeringan dengan cabinet dryer, T = 60 C, t = 13 jam 25 gr vegetable leather cabai merah dengan ukuran (20 cm x 8 cm x 0,3 cm) Gambar 3.3 Diagram Alir Pembuatan Vegetable Leather Cabai Merah dengan modifikasi Fauziah (2015)

25 Puree cabai merah dan bawang putih 120 gram (3:1) Penambahan 0,9% Penambahan 1,2% Penambahan 1,5% Pencampuran dan pemasakan, T = 100 C, t = 2 menit Pengeringan T = 60 C, t = 13 jam Vegetable leather cabai merah Vegetable leather cabai merah dengan 0,9% Vegetable leather cabai merah dengan 1,2% Vegetable leather cabai merah dengan 1,5% Analisis Fisik : Kuat tarik (tensile strength) Analisis Kimia : Kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, nilai kalori, aktivitas air, total serat pangan Analisis Organoleptik : Uji Hedonik Metode Ranking Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian

26 D. Metode Analisis Analisis yang akan dilaksanakan meliputi karakteristik fisik dan kimia, yaitu kuat tarik (tensile strength), kadar air, kadar abu, total serat pangan, nilai kalori, kadar vitamin C, serta karakteristik organoleptik, meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan overall yang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Macam Analisis dan Metode No. Analisis Metode 1. Analisis Kimia Kadar Air Thermogravimetri (Sudarmadji dkk., 1997) Kadar Vitamin C Kadar Serat Pangan Nilai Kalori Titrasi Iodimetri (Sudarmadji dkk., 2010) Multienzim (Asp et al., 1983) Kalorimeter bom (Tazi dan Sulistiana, 2011) 2. Analisis Fisik Kuat Tarik Lloyd Universal Testing Instrument (ASTM D638-99, 2000) 3. Analisis Organoleptik Uji Hedonik Metode Ranking (Kartika dkk., 1988) E. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor, yaitu variasi konsentrasi yang digunakan. Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan penambahan konsentrasi yang berbeda, yaitu A1 yaitu penambahan sebesar 0,9%, A2 yaitu penambahan sebesar 1,2%, dan A3 yaitu penambahan sebesar 1,5%. Formulasi yang digunakan dalam pembuatan vegetable leather cabai merah dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Formulasi Vegetable Leather Cabai Merah Bahan Formulasi A1 A2 A3 Cabai merah (g) 90 90 90 Bawang putih (g) 30 30 30 Garam* (%) Sorbitol* (%) 3 5 3 5 3 5 Karagenan* (%) 0,9 1,2 1,5 Keterangan : (*) merupakan % dari puree cabai merah dan bawang putih

27 Masing-masing perlakuan dilakukan dua kali ulangan sampel dan tiga kali ulangan analisis. Semua data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode one way Analysis of Variance (ANOVA) dengan SPSS versi 19.0. Bila menunjukan hasil yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji beda nyata menggunakan analisis Duncan s Multiple Range Test (DMRT) pada α = 0,05.