I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

I. PENDAHULUAN. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. dari satu tahap ke tahap berikutnya. Agar pembangunan dapat terlaksana dengan

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

BAB 5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang merata ke

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

I. PENDAHULUAN. pemerintahan termasuk kewenangan daerah. Salah satu bukti adalah Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. disuatu negara yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. berupaya memajukan perekonomiannya dengan berbagai faktor yang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui pembangunan dimasa yang akan datang. Salah satu komponen dalam permintaan agregat (aggregate demand AD) adalah pengeluaran pemerintah. Secara teori dinyatakan bahwa jika pengeluaran pemerintah meningkat maka AD akan meningkat. Selain itu, peranan pengualaran pemerintah (G) di negara sedang berkembang sangat signifikan mengingat kemampuan sektor swasta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi relatif terbatas sehingga peranan pemerintah sangat penting. Salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu negara atau daerah adalah melalui pencapaian tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat daerah. Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan makin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh seiring dengan kemajuan tekhnologi. Ada

2 beberapa kegunaan dari pertumbuhan ekonomi yaitu : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Memperluas kesempatan kerja, Memperbaiki distribusi pendapatan, Sebagai persiapan untuk kemajuan selanjutnya. Pertumbuhan ekonomi adalah sebagian dari perkembangan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan besarnya pertumbuhan domestik regional bruto perkapita (PDRB perkapita). Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan tingginya nilai PDRB menunjukkan bahwa daerah tersebut mengalami kemajuan dalam perekonomian. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung dapat dilihat dari tabel 1. Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Kota Bandar Lampung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000-2008 Tahun PDRB Pertumbuhan (dalam juta rupiah) (dalam persen) 2000 3.615.027,00-2001 3.692.641,00 2,14 2002 3.851.574,00 4,30 2003 4.224.840,57 9,69 2004 4.549.462,02 7,68 2005 4.778.188,02 5,03 2006 5.079.046,83 6,30 2007 5.432.245,76 6,95 2008 5.795.996,47 6,69 Sumber: BPS Kota Bandar Lampung, 2010 Tabel diatas menunjukkan pertumbuhan PDRB Kota Bandar Lampung menurut harga konstan tahun anggaran 2000-2008. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan PDRB Kota Bandar Lampung dalam periode ini selalu mengalami peningkatan, dimana peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2003, dimana terjadi

3 peningkatan sebesar 9,69 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan, peningkatan terendah terjadi pada tahun 2001, yakni sebesar 2,14 persen dari tahun sebelumnya. Dari tabel diatas membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung pada periode tersebut selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi sangat dibutuhkan untuk menunjang pembangunan yang sedang berlangsung sekarang ini. Pembangunan sumber daya manusia saat ini sangat dirahkan untuk merubah sumber daya manusia yang potensial menjadi tenaga kerja yang produktif. Untuk menghasilkan sumber daya yang berkualitas tersebut diperlukan investasi yang besar. Investasi di bidang sumber daya manusia salah satunya adalah investasi untuk sektor pendidikan. Pertumbuhan ekonomi tidak semata mata ditentukan oleh akumulasi investasi kapital tetapi tidak kalah pentingnya juga investasi manusia. Investasi kapital dan investasi manusia relevan sebagai faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Selain itu pembangunan modal manusia diyakini tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan, namun juga berperan sentral mempengaruhi distribusi pendapatan di suatu perekonomian (Muammil, 2009 : 2). Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dengan modal manusia yang berkualitas kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih membaik. Kualitas modal manusia ini misalnya dilihat dari tingkat pendidikan, ataupun indikator-indikator lainnya. Dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi perlu pula dilakukan pembangunan manusia, dengan cara

4 pemberian anggaran untuk sektor pendidikan demi meningkatkan kualitas pendidikan di suatu daerah atau negara. Investasi pemerintah dalam pembangunan tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sementara untuk pemerintah daerah tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Di dalam APBN dan APBD, investasi pemerintah disebut sebagai pembiayaan pembangunan. Investasi pemerintah untuk pembentukan modal manusia tercermin dari pembiayaan pembangunan sektor pendidikan. Salah satu peran penting pemerintah adalah dalam peran alokasi, dimana pemerintah harus memenuhi penyediaan dalam barang publik Hal ini terjadi karena pihak swasta ataupun mekanisme pasar tidak akan berminat menyediakannya, sebab pada umumnya barang dan jasa publik tidak akan memberikan keuntungan. Peran tersebut tentunya harus didukung dengan tersedianya anggaran yang pada akhirnya berwujud pengeluaran pemerintah. Perkembangan realisasi pengeluaran sektor pendidikan di Kota Bandar Lampung dapat dilihat dalam tabel 2 berikut ini.

5 Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Pengeluaran Sektor Pendidikan Kota Bandar Lampung Tahun 2000-2009 Tahun Pengeluaran Sektor Pendidikan (dalam juta rupiah) Perkembangan (dalam persen) 2000 6.216,50-2001 1.334,69-78,53 2002 1.776,85 78,61 2003 7.988,19 235,09 2004 13.687,90 71,35 2005 35.164,00 156,91 2006 61.685,19 75,42 2007 52.871,05 14,29 2008 57.326,13 8,43 2009 54.857,00-4,31 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung, 2010 Tabel di atas memperlihatkan perkembangan pengeluaran dana sektor pendidikan di Kota Bandar Lampung tahun anggaran 2000-2009 yang berkembang secara fluktuatif. Dana pendidikan mengalami perkembangan terbesar selama periode ini terjadi pada tahun 2003, dimana perkembangan terjadi sebesar 235,09 persen dari dana pendidikan tahun sebelumnya, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2001 dimana dana pendidikan mengalami penurunan sebesar -78,53 persen dari tahun sebelumnya. Ini sangat mengherankan, mengingat tahun 2001 merupakan awal diberlakukannya desentralisasi fiskal dan otonomi daerah di Indonesia. Mungkin itu disebabkan adanya Pemerintah Kota Bandar Lampung mengalami fiscal stress, atau tekanan fiskal sebagai dampak diberlakukannya desentralisasi fiskal dan otonomi daerah oleh pemerintah pusat. Akan tetapi, setelah tahun 2001, dana pendidikan Kota Bandar Lampung terus mengalami peningkatan, kecuali tahun 2007. Pengeluaran dana pendidikan terbesar selama periode ini terjadi pada tahun 2006, yakni sebesar

6 Rp. 61.685.195.000,- dan sedangkan dana pendidikan terkecil terjadi pada tahun 2001, yakni Rp.1.334.690.000,-. Secara legal-formal, amandemen Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 2 mengamanatkan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Selanjutnya pasal 31 ayat 4 dan UU No. 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari aggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Tabel 1.3. Persentase Pengeluaran Sektor Pendidikan Terhadap Total Pendapatan Kota Bandar Lampung Tahun 2000-2008 Tahun Pengeluaran Sektor Pendidikan (dalam juta rupiah) Penerimaan Daerah (dalam juta rupiah) Persentase terhadap Penerimaan Daerah (dalam persen) 2000 6.216,50 97.192,20 6,40 2001 1.334,69 231.198,87 0,58 2002 1.776,85 296.008,08 0,6 2003 7.988,19 369.344,39 2,16 2004 13.687,90 368.985,45 3,71 2005 35.164,00 411.681,66 8,54 2006 61.685,19 595.004,85 10,37 2007 52.827,05 665.973,21 7,94 2008 57.376,13 747.982,27 7,66 rata-rata 5,33 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandar Lampung, 2010 Dari tabel diatas memperlihatkan persentase pengeluaran sektor pendidikan terhadap total pendapatan Kota Bandar Lampung tahun anggaran 2000-2008. Sejak

7 diberlakukannya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal pada tahun 2001, membuat pos penerimaan daerah meningkat pesat, saat sebelum terjadi otonomi daerah dan desentralisasi fiskal tahun 2000, total penerimaan daerah Kota Bandar Lampung sebesar Rp. 97.192.200.000,- dan meningkat menjadi Rp.231.198.870.000,- di tahun 2001. Akan tetapi, peningkatan penerimaan daerah Kota Bandar Lampung tidak diimbangi dengan meningkatnya pengeluaran sektor pendidikan, justru pengeluaran pendidikan Kota Bandar Lampung berkurang, akan tetapi setelah tahun 2001, pengeluaran pendidikan terus meningkat, kecuali tahun 2007. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Pemerintah Kota Bandar Lampung belum menjalankan Peraturan Pemerintah yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31 tentang mengalokasikan 20 persen dari penerimaan daerah untuk pengeluaran sektor pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata pengeluaran pendidikan Kota Bandar Lampung tahun 2000-2008, rata-rata anggaran pendidikan hanya 5,33 persen. Pendidikan merupakan salah satu upaya pembangunan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, yang paling penting adalah bahwa pendidikan merupakan hal yang utama jika dibandingkan dengan pengembangan Sumber Daya Alam demi pembangunan bangsa, meskipun keduanya saling berkaitan. Pembangunan pendidikan merupakan tantangan yang mendasar dalam upaya mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi era global., karena pembangunan pendidikan akan berkorelasi terhadap pertumbuhan ekonomi.

8 1. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh Pengeluaran Sektor Pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung? 2. Bagaimana pengaruh IPM terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung? 1. 3. Tujuan Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka tujuan penulisan adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran sektor pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Bandar Lampung. 2. Untuk mengetahui pengaruh IPM terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung. 1. 4. Kerangka Pemikiran Menurut Adam Smith peranan pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Peran Alokasi yaitu merupakan fungsi pemerintah untuk mengalokasikan sumber-sumber dana agar lebih optimal penggunaannya. b. Peran Distribusi yaitu merupakan fungsi pemerintah untuk menyesuaikan pembagian pendapatan dan mensejahterakan masyarakat.

9 c. Peran Stabilisasi yaitu merupakan fungsi pemerintah untuk meningkatkan kesempatan kerja serta stabilitas harga barang-barang kebutuhan ekonomi yang mantap (Guritno Mangkoesebroto, 2001). Salah satu peran alokasi pemerintah adalah penyediaan barang publik bidang pendidikan, yang diwujudkan dengan diberikannya anggaran untuk pengeluaran sektor pendidikan di Indonesia. Pendidikan adalah merupakan investasi pembangunan. Untuk itu Pemerintah Indonesia telah melakaukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, melalui berbagai kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk kebijakan tentang wajib belajar, peningkatan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD, dan kebijakan lain yang hal tersebut merupakan merupakan cerminan kesadaran pemerintah tentang pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka panjang. Strategi pembangunan di sebagian besar negara memprioritaskan pada pembangunan kualitas modal manusia dengan melakukan perbaikkan sistem pendidikan dan support anggaran (subsidi) yang besar. Investasi dalam pendidikan dapat meningkatkan modal manusia dalam perekonomian (Muammil, 2009 : 2). Tyler (1977) mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan produktivitas kerja seseorang, yang kemudian akan meningkatakan pendapatannya. Peningkatan pendapatan ini berpengaruh pula kepada pendapatan nasional negara yang

10 bersangkutan, untuk kemudian akan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah. Sementara itu Jones (1984) melihat pendidikan sebagai alat untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jones melihat, bahwa pendidikan memiliki suatu kemampuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja potensial, dan menjadi lebih siap latih dalam pekerjaannya yang akan memacu tingkat produktivitas tenaga kerja, yang secara langsung akan meningkatakan pendapatan nasional. Menurutnya, korelasi antara pendidikan dengan pendapatan tampak lebih signifikan di negara yang sedang membangun (Lisnawati: 2010 : 4). Investasi pendidikan dianggap memiliki implikasi yang positif terhadap penambahan kualitas atas sumber daya manusia bagi perekonomian,sehingga dapat meningkatkan output secara umum. Oleh karena itu, perubahan dalam pengeluaran bidang pendidikan yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal jangka pendek akan mendukung proses akumulasi dalam modal manusia sehingga pada akhirnya akan mendorong pada pertumbuhan ekonomi. 1. 5. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Diduga pengeluaran sektor pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung. 2. Diduga IPM berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung.

11 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terdiri dari: Bab I. Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, tujuan penulisan, kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan pustaka berisikan teori-teori tentangpertumbuhan ekonomi, model-model pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pendidikan, indeks pembangunan manusia dan hubungan antara pengeluaran pendidikan, IPM terhadap pertumbuhan ekonomi. Bab III. Metode penelitian berisikan jenis dan sumber data, alat analisis, metode analisis, dan pengujian hipotesis. Bab IV. Hasil dan pembahasan berisikan analisis hasil perhitungan secara deskriptif kuantitatif. Bab V. Simpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN