Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN METODE CROSTON DALAM FIXED TIME PERIOD WITH SAFETY STOCK

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. minyak goreng, margarine, shortening, food emulsifier, coffee whitener, filled

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

PEMBAHASAN Penetapan Target

BAB I PENDAHULUAN. Seumantoh adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan Tandan Buah

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang industri semen, dengan kapasitas total produksi

SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH. Oleh AHMAD FAUZI LUBIS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas,

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

Operation Management Perencanaan Kebutuhan Kendaraan Angkutan Tandan Buah Segar (TBS) di Perkebunan Kelapa Sawit

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

Efisiensi dan efektivitas sistern transportasi merupakan salah satu faktor. diharapkan dapat mencapai konsumen pada waktu yang tepat, dengan kualitas

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang usaha agroindustri. PTPN IV (Persero) Medan mengusahakan perkebunan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. AGRA MASANG PERKASA-1 PLANTATION, KABUPATEN AGAM, SUMATERA BARAT

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

1.000 ha Kelapa Sawit. Karet. tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PENGUMPULAN DATA. Bagian ini berisikan profil perusahaan, sistem pengadaan komponen dan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 013 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

Faktor Sukses Untuk Rantai Pasok Kelapa Sawit di Provinsi Riau. Rika Ampuh Hadiguna, Saqinah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penghasil minyak. Kebutuhan akan minyak nabati didalam negeri

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dengan menentukan rute distribusi secara optimal dapat membantu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dan seimbang, meningkatkan nilai tambah dari setiap produk yang dihasilkan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

BAB I PENDAHULUAN. suatu peralatan yang dapat mempermudah pekerjaan teknik pengontrolan besaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian kualitas merupakan taktik strategi perusahaan dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis efektivitas..., Maulana Abdillah, FE UI, Universitas Indonesia

Transkripsi:

Lampiran 2 Data Harga Komponen.Lp2 Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3 Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5 Lampiran 6 Menghitung MTTF Menggunakan Minitab 15 Lp6 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN

Defisit pada neraca perdagangan minyak dan gas bumi mulai terjadi di Indonesia sejak Mei 2008, dimana defisit terjadi di tengah lonjakan harga minyak dunia dan beratnya tekanan keuangan negara yang diakibatkan oleh lonjakan harga minyak tersebut. Akan tetapi, kinerja ekspor masih terselamatkan dengan adanya lonjakan ekspor minyak sawit mentah/crude palm oil (CPO). Peran perkebunan kelapa sawit di Indonesia dapat dilihat dari luas areal Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) pada tahun 2003 yang mencapai 52,78% dari luas perkebunan kelapa sawit Indonesia, sedangkan luas perkebunan negara (PTPN) dan rakyat berturut-turut adalah 12,33% dan 34,89%. Pada masa-masa mendatang diperkirakan kontribusi PBSN semakin dominan, sejalan dengan peningkatan daya saing produk yang dihasilkan (Panduan lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.2008). Sejak tahun 2007, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) CPO menduduki peringkat pertama penyumbang terbesar ekspor nonmigas, nilai ekspor CPO dan produk turunannya pada bulan Januari-Mei 2008 sudah mencapai 7,1 miliar dollar AS atau 16 % dari total nilai ekspor nonmigas. Disamping itu, sejak tahun 2007 Indonesia menjadi produsen CPO terbesar di dunia mengalahkan Malaysia. Indonesia memproduksi 19,2 juta ton/tahun CPO, jauh meninggalkan Malaysia (15,9 juta ton/tahun) (Kompas, 7 Juli 2009). Ekspor pada semester I-2009 sebesar 1,1-1,12 juta ton per bulan, dan mengalami kenaikan rata-rata 100.000 ton per bulan pada semester II-2009 (Finance, 28 Agustus 2009). Keunggulan kompetitif dalam industry CPO dapat dicapai bila rantai kegiatan dari kebun hingga konsumen terkelola dengan baik secara nilai atau biaya. Rantai kegiatan tersebut pada hakekatnya merupakan rantai pasokan yang mengalirkan buah tandan segar (TBS) kelapa sawit ke pabrik kelapa sawit (PKS), yaitu pengangkutan buah kelapa sawit dari kebun ke PKS untuk diolah menjadi CPO, selanjutnya dari PKS ke refinery untuk selanjutnya diolah menjadi turunannya, atau diekspor. Jadi dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, faktor transportasi perlu mendapat perhatian khusus, karena keterlambatan pengangkutan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akan

menurunkan mutu TBS dan selanjutnya mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk. Pengangkutan buah ke pabrik kelapa sawit dari kebun harus secepatnya diangkut dengan alat angkutan yang tepat yang dapat mengangkut buah sebanyakbanyaknya, seperti lori, traktor gandeng atau truk. Sesampainya di pabrik, buah harus segera ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori perebusan yang biasanya berkapasitas 2,5 ton setiap truk/lori. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (free fatay acid) tinggi, yang mengakibatkan mutu produk turun. Untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas (alb), pengolahan harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panenan (Fisika UNRI, 2008). Buah kelapa sawit akan meningkat jumlahnya seiring dengan bertambahnya umur dari pohon kelapa sawit. Sejak masa panen pertama (36 bulan dari masa tanam), buah kelapa sawit akan terus mengalami peningkatan hasil sampai dengan sekitar 15 tahun (puncak panen), yang selanjutnya akan menurun sampai dengan 30 tahun dari masa awal panen. Kebutuhan bahwa TBS harus segera sampai untuk diolah di pabrik, tidak ditunjang oleh keadaan infrastruktur jalan, dimana jalan yang harus dilalui umumnya dalam kondisi rusak parah yang disebabkan karena kondisi jalan tanah dan pengangkutan yang dilakukan oleh truk yang overload.kondisi jalan yang rusak atau tanah, selayaknya dilakukan pengecoran. Namun pengecoran jalan di perkebunan kelapa sawit memerlukan biaya Rp 340.000,00/m 2, dengan tebal 20 cm. Dan setiap luas 300mX1000m yang disebut 1 blok, ada jalan di sekelilingnya dengan lebar 3m. Jadi untuk luas kebun 1 ha, biaya pengecoran jalan akan memerlukan biaya yang sangat tinggi, yaitu Rp(8,84X 10 11 ). Sehingga yang terjadi adalah pengecoran dilakukan pada jalan utama, yaitu jalan yang dilalui untuk pengiriman CPO, sepanjang jalan dari PKS ke refinery. Sedang pemberlakuan muatan yang overload dimaksudkan untuk mendapatkan ongkos angkut yang murah. Kondisi jalan rusak dan truk yang overload ini menyebabkan seringnya terjadi kerusakan pada truk pengangkut TBS, bahkan sering juga dijumpai truk mogok, yang mengakibatkan sering terjadinya TBS tidak terangkut dan menjadi busuk. Oleh karena itu kelancaran alat transportasi, dalam hal

ini truk, sangat diperlukan. Dalam upaya untuk dapat mengoptimalkan fungsi truk perlu dilakukan pendekatan ilmiah, yaitu dengan menganalisa interval waktu penggantian komponen dan persediaan pengaman. Dari penelitian-penelitian terdahulu, belum terlihat adanya penelitian yang menganalisa persediaan komponen Bin Sistem. Inilah yang sering menjadi kendala pada produktivitas CPO. Penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia berkaitan dengan permasalahan transportasi dalam industri kelapa sawit ini adalah yang dilakukan oleh Nelita (Nelita Enggasari, 2007) yaitu Membangun Kualitas Melalui Strategi Informasi dan Supply-Chain Management pada Industri CPO.Menyiasati Pengangkutan Bibit Kelapa Sawit dengan Pesawat oleh Ir. Kunarso,MP. Penelitian tersebut lebih banyak membahas supply-chain atau tentang trasportasi bibit kelapa sawit,dan tidak secara khusus membahas masalah transpotasi. 1.2 Diagram Keterkaitan Masalah Diagram keterkaitan masalah merupakan suatu sarana untuk menyederhanakan argumen-argumen yang menjadi alasan penulisan karya ilmiah ini. Tujuannya mencari berbagai alternative penyebab permasalahan dan solusi yang diberikan sebelum menentukan permasalahan dan solusi yang akan dilakukan. Oleh karena itu diagram ini terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian argumen permasalahan dan bagian solusi (gambar 1.1).

Meningkatkan keuntungan perusahaan Mempermudah pengontrolan komponen Menurunkan tingkat inventory komponen Interval waktu penggantian Meningkatkan tingkat persediaan komponen Dibuat rumusan tingkat persediaan komponen yang optimal Sering terjadinya deadlog,. Surplus stock Adanya kerusakan komponen yang acak Kerusakan yang tidak bisa diprediksi Ketersediaan komponen dari suplier Medan yang dilalui kendaraan tidak sama Usia tiap komponen yang berbedabeda Jurak antara pemasok dan pabrik yang cukup jauh Durasi penggunaan bis yang tidak teratur Gambar 1.1 Diagram keterkaitan masalah 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan diagram keterkaitan masalah di atas jelas terlihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini adalah adanya persediaan barang yang rendah atau terlalu

tinggi pada alat angkut TBS (truk) di perkebunan kelapa sawit dapat menyebabkan biaya yang besar yang harus dikeluarkan. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh waktu interval penggantian komponen melalui pendekatan MTTF dan metode Croston, dan menghitung persediaan pengaman komponen sehingga truk pengangkut TBS dapat beroperasi secara optimal, serta terjadi penghematan biaya. 1.5 Batasan Permasalah Penelitian ini dibatasi pada permasalahan alat angkut TBS dari kebun ke PKS yaitu truk. Truk yang dibahas pada penelitian ini adalah jenis Bin System (BS). Sedang pembatasan pada BS yang dibahas adalah: BS yang ada di Kebun Libo yakni BS 12, BS 20 dan BS 21. Data yang diambil dari 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2009. 1.6 Metodologi Penelitian Untuk keperluan penelitian ini, maka data penggantian komponen truk akan didapatkan dari bagian maintenance dari salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Dari data penggantian dengan menggunakan distribusi statistik bisa dihitungwaktu perbaikan.

mulai Tahap Identifikasi Awal Menetukan topik permasalahan Menentukan tujuan penelitian Efisiensi periode pemesanan komponen Reliability, metode Croston Studi literatur inventory dan stock pengaman Tidak Pengumpulan data Data Transportasi Manajemen Sistem Cukup? Ya Tahap Pengumpulan Dan Pengolahan Data Tidak Metode Croston dengan α yang membuat SD paling kecil untuk mendapatkan periode pemesanan, jumlah penggantian komponen dan safety stock Input data Penghitungan interval waktu penggantian Standar deviasi Rata-rata? Ya Hitung MTTF dengan distribusi terterntu interval waktu penggantian, jumlah penggantian dan safetystock Membandingkan riel dan hasil peramalan, cost Tahap Analisa Dan Kesimpulan Membuat kesimpulan dan saran dari keeseluruhan penelitian selesai

1.7 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penyusunan dan pemahaman dari penelitian ini, maka sistematika penulisan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang, diagram keterkaitan masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka berisi teori-teori utama dan pendukung yang sesuai dengan pembahasan, yang diambil dari buku ataupun jurnal. BAB III PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data berisi sejarah dan profil perusahaan tempat penelitian diambil, data-data yang diperlukan untuk penelitian. BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Pengolahan data berisi pengolahan data mentah yang didapat, yang diolah sesuai tujuan penelitian. Sedang analisa berisi analisa terhadap pengolahan keseluruhan data yang diperoleh dan dihubungkan dengan tujuan penelitian. BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan berisi kesimpulan dari seluruh pengolahan data dan hasil analisa penelitian, dan saran yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan. BAB II STUDI PUSTAKA Pada bagian ini dibahas landasan teori tentang klasifikasi ABC, reliabilitas, fungsi Distribusi Kerusakan, Manajemen Persediaan, Metode Croston dan Periode Pemesanan T. 2.1 Sistem Klasifikasi ABC Klasisifikasi ABC bertujuan untuk menentukan material-material yang paling perlu ditangani secara serius dengan system penanganan tertentu. Vilfredo Pareto dalam bukunya The Theory of Statistic (1896) menyatakan bahwa dalam sekumpulan elemen yang harus dikontrol, sebagian kecil elemen itu selalu merupakam bagian yang mempunyai efek terbesar. Dalam pengendalian persediaan, observasi ini dinyatakan dalam kalsifikasi ABC. Analisis ini dikenakanan pada rata-rata kebutuhan barang dalam satu tahun menggunakan data historis yang ada. Dalam pendekatan ABC, sering ditemukan bahwa sekitar 20% item persediaan mempunyai nilai sekitar 80% dari seluruh investasi (permintaan x harga), 80% sisa item hanya mempunyai nilai 20%. Dengan kata lain, sedikit produk mempunyai potensi keuntungan terbesar. Klasifikasi ABC ini dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1. Kebijakan persediaan untuk masing-masing kelompok adalah: Kelompok A, kelompok ini mempresentasikan 20% dari jumlah persediaan dan 80% dari nilai persediaan dalam rupiah. Sebaiknya kelompok ini diberi perhatian yang besar. Kelompok B, kelompok ini mempresentasikan 20%-30% dari jumlah persediaan dan sekitar 15% dari nilai persediaan dalam rupiah. Kelompok C, kelompok ini mempresentasikan sekitar 30%-60% dari jumlah persediaan dan sekitar 5% dari nilai persediaan untuk satu tahun.