KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

Oleh Septia Sugiarsih

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

STRUKTUR KLAUSA BAHASA MUNA DIALEK GULAMAS

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

III. METODE PENELITIAN. dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

Kata kunci: perilaku objek, kalimat, bahasa Indonesia. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

STRUKTUR KALIMAT DEKLARATIF BAHASA MUNA. IRMANSYAH

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI Ekawati A1D1 10 129 Abstrak Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: Struktur fungsi klausa verbal bahasa Menui, Struktur kategori klausa verbal bahasa Menui, dan Struktur peran klausa verbal bahasa Menui. Berdasarkan data dan hasil analisis data, maka dapatlah disimpulkan bahwa klausa verbal bahasa Menui berdasarkan hubungan aktor aksi terdiri atas empat bagian, yaitu klausa verbal aktif, klausa verbal pasif, klausa verbal medial, dan klausa verbal resiprokal. Klausa verbal aktif bahasa Menui memiliki struktur fungsi sintaksis (SPO), (SPK), (SPKK), (SPOPel) dan (SPOK), struktur kategori sintaksis (NVN), (FNVN), (NFNFprep.Adve.), (FNVNFprep.), (NVFNFprep.) dan (NVFN), dan struktur peran sintaksis (PelakuAktifSasaranTempat), (PelakuAktifSasaran), (PelakuAktifTempatWaktu), (PelakuAktifPenderitaAlat). Klausa verbal pasif bahasa Menui memiliki struktur fungsi sintaksis (SPO), (SPK), dan (SPOK), struktur kategori (NVN), (FNVN), (NVFN), (NVFNFprep.), dan (NVFprep.), struktur peran (PenderitaPasifPelaku), (SasaranPasifPelaku), (SasaranPasifPelakuTempat), dan (PasienPasifTempat). Klausa verbal medial bahasa Menui memiliki struktur fungsi sintaksis (SPO), struktur kategori (FNVFN), dan (NVFN), struktur peran (PelakuAktifPasien). dan klausa verbal resiprokal bahasa Menui hanya memiliki struktur fungsi sintaksis (SPO), struktur kategori (NVFN), dan struktur peran (PelakuAktifSasaran). Dari setiap struktur fungsi klausa verbal bahasa Menui dibentuk oleh kata/frasa yang berkategori tertentu serta memili peran/makna yang mengisi tiap-tiap konstituen struktur fungsi tersebut. Kata Kunci: Klausa, Verbal, Menui PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Di dalam masyarakat ada komunikasi atau saling hubungan antar anggota. Untuk keperluan itu dipergunakan suatu wahana yang dinamakan bahasa. Dengan demikian, setiap masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Tidak ada masyarak tanpa bahasa, dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat ( Soeparno, 2002: 5). Manusia merupakan mahluk yang hidup secara berdampingan. Kehidupan manusia tidak lepas dari hubungan sosial yang harus dijalani antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Proses jalinan hubungan sosial tersebut dapat dijalani dengan adanya hubungan komunikasi. Bahasa menjadi aspek utama yang berperan sentral untuk membantu manusia dalam menjalani proses komunikasi atau dengan kata lain bahasa menjadi alat utama yang dapat digunakan manusia dalam berkomunikasi. Sehubungan dengan perkembangan linguistik di nusantara dan begitu banyaknya aspek bahasa yang memiliki ciri khas daerah, diperlukan penelitian dan pendokumentasian setiap bahasa daerah untuk melestarikan bahasa daerah yang ada di nusantara. Bahasa daerah memberikan Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 1

konstribusi yang sangat besar dan bermanfaat dalam perkembangan bahasa Indonesia, salah satunya bahasa daerah yang ada di Sulawesi tengah, yaitu bahasa Menui yang penuturnya berada Bahasa menui merupakan salah satu bahasa daerah yang wilayah pemakaiannya terletak di Pulau Menui tepatnya di Sulawesi Tengah. Namun kini penutur bahasa Menui telah tersebar dibeberapa daerah di Indonesia. Salah satu diantaranya adalah di Desa Molore, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara. Penutur bahasa Menui yang ada di Desa Molore adalah warga yang berasal dari daerah Menui. Oleh karena itu, penutur bahasa Menui menggunakan bahasa Menui sebagai bahasa pertama untuk berkomunikasi dalam lingkungan keluarga, mengungkapkan diri, membina hubungan antarsesama anggota keluarga, saling menyuruh untuk melakukan suatu tindakan, menampilkan sesuatu, mengungkapkan ide, gagasan, dan untuk keperluan yang bersifat khusus seperti pertemuan adat, hukum, agama, pengobatan, pertunjukan kesenian dan sebagainya. Dengan demikian bahasa menui merupakan sarana paling efektif dan praktis untuk terjalinnya kerja sama dan hubungan sosial diantara mereka. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam klausa verbal bahasa Menui. Dengan pengkajian tersebut, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang klausa verbal bahasa Menui yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari antar penuturnya sekaligus menjadi informasi yang dapat merangsang penelitian aspek-aspek kebahasaan yang lain, khususnya bahasa Menui. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah struktur klausa verbal bahasa Menui menurut fungsinya? 2. Bagaimanakah struktur klausa verbal bahasa Menui menurut kategorinya? 3. Bagaimanakah struktur klausa verbal bahasa Menui menurut peran atau maknanya? Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Struktur fungsi klausa verbal bahasa Menui 2.Struktur kategori klausa verbal bahasa Menui, dan 3. Struktur peran klausa verbal bahasa Menui. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. 1. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu bahasa, khususnya bahasa Menui. 2. secara praktis, (1) melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi yang berminat mendalami bahasa Menui, dan (2) melalui penelitian ini akan mendokumentasikan bahasa Menui. Batasan Operasional 1. Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berupa verba atau frasa verba. 2. Klausa verbal aktif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau aktor atau klausa yang subjeknya melakukan perbuatan atau tindakan. 3. Klausa verbal pasif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai penderita. Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 2

4. Klausa verbal medial adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai pelaku maupun penderita 5. Klausa verbal resiprokal adalah klausa yang subjek dan objeknya melakukan perbuatan yang berbalasan. Bahasa Menui adalah salah satu bahasa daerah yang hingga saat ini masih digunakan oleh penuturnya yang mendiami Desa Molore, Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara sebagai alat komunikasi. KAJIAN PUSTAKA Sintaksis Secara etimologis, sintaksis yang dikenal di dalam linguistik berasal dari bahasa belandak syntaxis. Di dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah syntax. Dari sisi kaidah penyerapan bahasa asing, istilah sintaksis dalam bahasa Indonesia memiliki kedekatan dengan istilah dalam bahasa belanda syntaxis. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa Ramlan (dalam Sidu, 2012: 21). Kridalaksana (dalam Ba dulu dan Herman, 2005: 44) menyatakan bahwa sintaksis adalah: (1) pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa; (2) subsistem bahasa yang mencangkup hal tersebut ( sering dianggap bagian dari gramatika; bagian lain adalah morfologi); dan (3) cabang linguitik yang mempelajari hal tersebut. Klausa Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frasa dan di bawah tataran kalimat. Klausa adalah kesatuan bahasa yang terdiri atas dua bagian yang berfungsi sebagai subjek dan predikat. Bisa terdiri atas dua kata, bisa juga lebih. Namun, klausa yang terdiri atas subjek dan predikat itu baru dapat berubah menjadi kalimat apabila diberi intonasi final. Menurut Kridalaksana dkk. (dalam Ba dulu dan Herman, 2005: 55), klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek (Subj) dan predikat (Pred) dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Konstituen-Konstituen Klausa Konstituen-konstituen klausa berupa fungsi-fungsi sintaksis. Fungsi-fungsi sintaksis klausa dapat dipilah menjadi dua, yakni fungsi inti dan fungsi luar inti. Fungsi inti adalah fungsi inti yang harus hadir jika klausa itu dinyatakan secara bebas, tidak dalam konteks terikat. Subjek Subjek adalah salah satu fungsi sintaksis yang secara struktur berada di depan predikat. Fungsi predikat dapat diketahui cukup kita bertanya dengan menggunakan apa untuk nomina, siapa untuk pronomina. Misalnya: (a) Hujan lebat tercurah di kawasan hutan (b) Adiknya bermain bola Predikat Predikat adalah salah satu fungsi sintaksis yang secara struktur berada setelah objek. Untuk mengetahui fungsi predikat sebuah klausa/kalimat perlu menggunakan pertanyaan mengapa, bagaimana dan dalam situasi apa? Misalnya: Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 3

(a) Muhsin membaca koran (b) Pikirannya melayang-layang Objek Objek adalah salah satu fungsi sintaksis yang secara struktur berada sesudah predikat. Selain iyu, objek bisa dijadikan subjek. (a) Pak Hamid membuat rumah (b) Rumah dibuat oleh Pak Hamid Jika demikian, objek konstruksi (a) adalah rumah Klausa Verbal Klausa verbal adalah klausa yang berpredikat verbal (Tarigan,1993: 75). Pendapat yang sama juga dikemukakan (Sidu, 2012: 49) bahwa klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verbal. Arifin (2008: 38) bahwa klausa verbal adalah klausa yang predikatnya verba. Chaer (1994: 249) menjelaskan bahwa konstituen dasar kalimat biasanya adalah klausa, maka pembicaraan mengenai kalimat verbal sejalan dengan pembicaraan mengenai klausa verbal. Artinya secara umum dapat dikatakan bahwa kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frasa yang berkategori verba. berdasarkan konstituen-konstituen klausa, maka kemungkinan struktur klausa verbal tampak dalam konfigurasi sebagai berikut ini. Kemungkinan Kelengkapan fungsi S P O Pel. Ket. I II III IV - - - - - Keterangan: Ada kemungkinan fungsi hadir - Tidak ada kemungkinan fungsi hadir Analisis Klausa Klausa dapat di analisis berdasarkan: (1) berdasarkan fungsi-fungsi sintaksis, (2) berdasarkan kategori, dan (3) berdasarkan peran/makna. Untuk menentukan unsur-unsur pembentuk klausa dapat dikenali statusnya tergantung pada analisisnya. Berikut penjelasan analisis klausa berdasarkan fungsi, kategori dan perannya. Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Sintaksis Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah sujek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Fungsi-fungsi sintaksis yang dimaksudkan adalah subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel/komplemen), keterangan (K) (Marafad, 2013: 170-171). Konstituen klausa yang hampir selalu hadir adalah predikat (P), kecuali dalam kalimat jawaban. Berdasarkan pendapat yang telah dijelaskan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa konstituen-konstituen klausa kemungkinan hadirnya atau tidak selalu hadir fungsi-fungsi sintaksis dalam klausa. - Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 4

Adapun konstituen-konstituen fungsi klausa memiliki kemungkinan-kemungkinan struktur/pola sebagai berikut: 1. Nining //berenang S P 2. Ibu //menjahit //baju S P O 3. Nenek //datang //kemarin S P K 4. Mereka //mendatangi //saya kemarin sore S P K Contoh-contoh klausa tersebut tampak empat struktur/pola klausa, yaitu subjek (S), predikat (P) pada konstruksi (1). Subjek (S), predikat (P), objek (O) pada konstruksi (2). Subjek (S), predikat (P), keterangan (K) pada konstruksi (3), dan subjek (S), predikat (P), keterangan (K) pada konstruksi (4). Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kategori sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata. Dalam bahasa Indonesia terdapat empat kategori sintaksis utama, yaitu (1) verba atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, (4) adverbial atau kata keterangan. Tiap konstituen pembentuk klausa dapat terdiri atas nomina, verba, adjektiva pronominal, numeralia, dan preposisi. Secara berturut-turut kta singkatkan N, V, A, Pr, Num, dan Kpr. Masing-masing mengisi fungsi dalam klausa atau kalimat. Fungsi-fungsi dalam kalimat atau klausa itu dapat diisi oleh kata atau farasa (Putrayasa, 2010: 13). Frasa yang terdiri atas dua konstituen pembentuk atau lebih dinamai menurut kostituen yang menjadi pokok/inti. Contoh: (1) Frasa membaca buku terdiri atas konstituen pokok, yakni membaca, dan konstituen penjelas/atribut, yakni buku. Dalam analisis kategori seperti ini disebut frasa verba (FV). (2) Frasa orang pintar terdiri atas orang sebagai pokok/inti berkategori nomina dan pintar berkategori adjektiva sebagai penjelas/atribut. Oleh sebab itu frasa seperti ini disebut frasa adjectival (FN) (3) Frasa lima orang terdiri atas lima sebagai inti/pokok berkategori numeralia dan orang sebagai penjelas/atribut berkategori nomina. Karena itu frasa ini disebut frasa numeralia (Fnum.). Analisis Klausa Berdasarkan Peran/Makna Peran merupakan pengisi berdasarkan makna, seperti peran pelaku (agentif), lokatif/alat (instrumental) dan sebagainya. Sebuah fungsi yang sama, seperti saya pada dua klausa berikut: (1) Saya member anak itu sebuah buku; (2) Saya diberi anak itu sebuah buku; Peran yang dimiliki subjek saya dan objek anak itu pada klausa (1) berbeda dengan yang terdapat pada klausa (2). Pada klausa (1) saya berperan sebagai pelaku. Sedangkan pada klausa (2) saya berperan sebagai penerima. Tiap konstituen yang mengisi fungsi mempunyai peran atau makna. Ada beberapa peran yang diemban oleh setiap fungsi konstituen. Yaitu, agentif/pelaku untuk melakukan tindakan, ada peran objektif/penderita untuk yang dikenai pekerjaan, ada peran benefaktif/penyerta untuk yang berkepentingan. Terdapat pula predikat verba yang disebut predikat tindakan bila predikat itu menyatakan perbuatan; predikat statif bila predikat itu menyatakan waktu atau keadaan yang tetap, seperti mati, tahu, kecil, besar; menyatakan waktu Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 5

disebut temporal, menyatakan tempat disebut lokatif, menyatakan keterangan modal disebut modalitas. Contoh: Paman mengirimi bibi uang Paman = agentif Mengirimi = tindakan Bibi Uang = penderita/objektif = Penyerta/benefaktif Peran semantis dibedakan menjadi enam, yaitu (1) pelaku yaitu peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verbal predikat, (2) sasaran yaitu peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verbal predikat, (3) pengalami yaitu peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang dinyatakan predikat, (4) peruntung yaitu peserta yang beruntung dan memperoleh manfaat dari keadaan, peristiwa, atau perbuatan yang dinyatakan oleh predikat, (5) atribut yaitu yang berpredikat nomina, dan (6) keterangan yaitu peran waktu, peran alat dan peran tempat. Sejalan dengan pernyataan tersebut, peran semantis dibedakan atas peran pelaku, peran penindak, peran pasien, peran sasaran, peran pengalami, peran peruntung, peran posesif dan peran benefaktif (Sidu, 2012:97). Penjelasan mengenai peran semantis yang telah disebutkan, lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan berikut. Peran Pelaku Pelaku adalah berkaitan dengan subjek atau objek yang melakukan suatu pekerjaan. Contoh: (1) Andi menendang bola (klaausa aktif) Subjek : Andi peran : pelaku Predikat : menendang peran : aktif Objek : bola peran : sasaran (2) Bola ditendang Andi (klausa pasif) Subjek : bola peran : sasaran Predikat : ditendang peran : pasif Objek : Andi peran : pelaku Peran Penderita/Pasien Peran penderita/pasien dimiliki oleh subjek yang dikenai suatu pekerjaan, peristiwa, atau kejadian. Contoh: (1) Anjing menggigit kambing (2) Fitri merangkai bunga Objek klausa (1) ialah kambing. Peran kambing tentu mungkin menderita akibat suatu pekerjaan menggigit. Itu sebabnya, kambing berperan sebagai penderita. Sedangkan objek klausa (2) ialah bunga. Peran bunga tentu tidak mungkin menderita akibat suatu pekerjaan merangkai. Itu sebabnya, bunga berperan sebagai pasien. Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 6

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung karena melibatkan masyarakat bahasa sebagai informan atau sumber data dalam penelitian. Karena seluruh data sesuai masalah akan diteliti diperoleh di lokasi penelitian yakni Desa Molore Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu suatu metode yang menggambarkan data secara alamiah, serta menghasilkan kaidah-kaidah kebahasaan secara linguistik (Djajasudarma, 1993: 9). Sedangkan dikatakan kualitatif karena data-data yang dikumpulkan bukanlah angka-angka, namun berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Metode ini merupakan suatu metode yang mendeskripsikan data sebagaimana adanya secara alamiah yang diperoleh di lapangan. Metode ini digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan/melukiskan keadaan dan gejala kebahasaan bahasa Menui, khususnya aspek klausa verbal bahasa Menui. Data Data dalam penelitian ini adalah data bahasa lisan. Data lisan yang dimaksud adalah data yang berasal dari tuturan lisan bahasa Menui. Dari tuturan-tuturan tersebut diidentifikasi data yang berhubungan dengan klausa verbal bahasa Menui. Dalam hal ini data berasal dari ucapan/tuturan langsung informan sebagai masyarakat pengguna bahasa Menui yang berdomisili di Desa Molore Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari beberapa informan yang merupakan penutur asli bahasa Menui yang berdomisili di Desa Molore, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara. Pengambilan lokasi penelitian tersebut disebabkan bahasa yang digunakan masyarakat dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Menui. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian atau alat pengumpul data, dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen kunci pada saat penelitian berlangsung. Dimana pada saat pengumpulan data terjadi kontak (keterlibatan langsung) antara peneliti dan penutur selaku informan. Selain peneliti sendiri yang menjadi alat atau instrumen utama, digunakan pula alat perekam dan alat pencatat berupa pulpen sebagai instrumen tambahan untuk mempermudah kerja peneliti memperoleh sejumlah data yang sesuai dengan topik penelitian, yaitu klausa verbal bahasa Menui. Adapun data-data yang akan direkam dan dicatat akan diperoleh dari penutur asli bahasa Menui yang berdomisili di lokasi penelitian yaitu Desa Molore Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan teknik cakap. Tekni simak adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2013: 92). Sedangkan teknik cakap adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan percakapan antara peneliti dengan informan ( Mahsun, 2013: 95). Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 7

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak, teknik rekam dan teknik catat, (Mahsun, 2013: 92). Penggunaan teknik tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa data yang akan diteliti berupa data lisan dari penutur asli bahasa Menui. Pengumpulan data, berupa data lisan dapat dilakukan dengan unsur libat cakap dan bebas libat cakap. Dengan demikian, teknik rekam merupakan teknik utama dalam proses pengumpulan data penelitian ini, sedangkan teknik catat hanya sebagai teknik lanjutan dalam mengoreksi data rekaman yang kurang jelas. Analisis Keabsahan Data Data-data yang telah dikumpulkan akan melalui proses pengujian keabsahan data tersebut. Peneliti menggunakan beberapa teknik dalam menguji keabsahan data-data tersebut, yaitu dengan ketekunan pengamatan, dan trianggulasi pakar. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan dalam pengujian keabsahan data dilakukan dengan mencari secara konsisten penelaahan dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan bertujuan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Keseluruhan data yang telah dikumpulkan akan diamati secara seksama dan kemudian diidentifikasi sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang akan dilakukan yakni dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya secara teoritik seperti dosen pembimbing, dan melalui praktisi seperti informan yang lebih dari satu orang, yang komunikatif atau yang mudah memahami apa yang diajukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi terjadinya penyimpangan dalam pengumpulan data, sehingga keabsahan data lebih bersifat objektif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan disajikan data-data tuturan bahasa Menui yang ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan klausa verbal bahasa Menui dilihat dari segi fungsi, kategori, dan peran/makna. Data yang ditemukan dilapangan akan dianalisis dengan menggunakan teknik kajian Pilah Unsur Langsung (PUL). Klausa Verbal Bahasa Menui Sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan dan hasil analisis data ditemukan bahwa klausa verbal bahasa Menui berdasarkan hubungan aktor-aksi dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu (1) klausa verbal aktif menurut struktur fungsi, kategori, dan perannya, (2) klausa verbal pasif menurut struktur fungsi, kategori, dan perannya, (3) klausa verbal medial menurut struktur fungsi, kategori, dan perannya, dan (4) klausa verbal resiprokal menurut struktur fungsi, kategori, dan perannya. Data dan analisis data mengenai keempat klausa verbal bahasa Menui. Klausa Verbal Aktif Bahasa Menui Klausa verbal aktif bahasa Menui antara lain tampak pada data dan analisis data berikut (1) Data 1 Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 8

I Risal molambung motoro suere I tikungan waktu indade lako i permandian Risal melambung motor lain di tikungan ketika mereka pergi ke permandian Risal melambung motor lain di tikungan, ketika mereka pergi ke permandian (2) Data 2 Tinai Risal leuho umingkeleo tamai Risal ronga indade daa mako i kandari Mama Risal datang mencarinya bapak Risal dan mereka akan pergi ke kendari Mama Risal datang mencari bapak Risal dan mereka akan pergi ke kendari Klausa verbal bahasa Menui pada data tersebut adalah klausa verbal aktif. Namun, untuk lebih jelasnya mengenai klausa verbal aktif bahasa Menui baik dari segi fungsi, kategori, maupun perannya dapat dilihat pada hasil analisis data dengan menggunakan teknik kajian Pilah unsure Langsung (PUL) berikut ini. (1) D.1 I Risal molambung motoro suere I tikungan waktu indade lako i permandian Risal melambung motor lain di tikungan ketika mereka pergi ke permandian Risal melambung motor lain di tikungan, ketika mereka pergi ke permandian Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yaitu: I) Risal molambung motoro suere i tikungan Risal melambung motor lain di tikungan Analisis klausa verbal aktif bahasa Menui berdasarkan fungsi, kategori dan peran Analisis/Klausa I Risal molambung motoro suere I Tikungan Risal Melambung Motor lain Di Tikungan Fungsi S P O K Kategori N V FN Fprep. Peran Pelaku Aktif Sasaran Tempat II) waktu indade lako i permandian ketika mereka menuju permandian Analisis/Klausa Waktu indade Lako I permandian Ketika mereka Pergi Ke permandian Fungsi S P O Kategori FN V Fprep. Peran Pelaku Aktif Tempat (2) D.2 Tinai Risal leuho umingkeleo tamai Risal ronga indade daa mako i kandari Mama Risal datang mencarinya bapak Risal dan mereka akan pergi ke kendari Mama Risal datang mencari bapak Risal dan mereka akan pergi ke kendari Klausa di atas terdiri dari dua klausa yaitu: I) Tinai Risal leuho umingkeleo tamai Risal Mama Risal datang mencari bapak Risal Analisis klausa verbal aktif bahasa Menui berdasarkan fungsi, kategori dan Peran Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 9

Klausa/Analisis Tinai Risal Leuho umingkeleo Tamai Risal Mama Risal Datang mencari Bapak Risal Fungsi S P O Kategori FN V FN Peran Pelaku Aktif Sasaran II) ronga indade daa mako i kandari Dan mereka akan pergi ke kendari Analisis/Klausa Ronga indade Daa mako I kandari Dan mereka Akan pergi Ke kendari Fungsi S P K Kategori FN V Fprep. Peran Pelaku Aktif Tempat (3). D.3 da kita mompokomoroa masigi ronga tama mompokomoroa Balai Desa Akan kita membersihkan mesjid dan laki-laki membersihkan Balai Desa Kita akan membersihkan mesjid dan laki-laki membersihkan Balai Desa Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yaitu: I) da kita mompokomoroa masigi Kita akan membersihkan mesjid Analisis Klausa verbal aktif bahasa Menui berdasarkan fungsi, kategori dan peran Intade daa mompokomoroa Masigi Klausa/Analisis Kita akan Membersihkan Mesjid Fungsi S P O Kategori N V N Peran Pelaku Aktif Sasaran II) ronga tama mompokomoroa balai desa Dan laki-laki membersihkan Balai Desa Klausa/Analisis Ronga tama mompokomoroa Balai Desa Dan laki-laki Membersihkan Balai Desa Fungsi S P K Kategori FN V N Peran Pelaku Aktif Tempat Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 10

Relevansi Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memilki relevansi dengan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi dunia pendidikan khususnya sekolah-sekolah yang mempelajari ilmu bahasa dalam kajian sintaksis/ tataran kalimat yang dibentuk dari klausa-klausa, frasa, kata, dan huruf dalam membentuk paragraf yang kemudian membangun paragraf. Baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa asing negara lainnya seperti bahasa Inggris tentang klausa/kalimat dapat melihat perbandingan dari hasil analisis bahasa daerah ini. 2. Mengingat bahasa daerah sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah, maka hasil penelitian ini dapat menjadi kepentingan bahan pengajaran bahasa daerah bagi sekolah-sekolah yang memberlakukan kurikulum muatan lokal pelajaran bahasa daerah. 3. Data-data dan hasil analisis data penelitian dapat dikoleksi sebagai dokumen tertulis untuk kepentingan menjaga pelestarian dan pengembangan bahasa daerah khususnya bahasa Menui sebagai salah satu bagian dari kekayaan budaya bangsa (Indonesia). PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis data, maka dapatlah disimpulkan bahwa klausa verbal bahasa Menui berdasarkan hubungan aktor aksi terdiri atas empat bagian, yaitu klausa verbal aktif, klausa verbal pasif, klausa verbal medial, dan klausa verbal resiprokal. Klausa verbal aktif bahasa Menui memiliki struktur fungsi sintaksis (SPO), (SPK), (SPKK), (SPOPel) dan (SPOK), struktur kategori sintaksis (NVN), (FNVN), (NFNFprep.Adve.), (FNVNFprep.), (NVFNFprep.) dan (NVFN), dan struktur peran sintaksis (PelakuAktifSasaranTempat), (PelakuAktifSasaran), (PelakuAktifTempatWaktu), (PelakuAktifPenderitaAlat). Klausa verbal pasif bahasa Menui memiliki struktur fungsi sintaksis (SPO), (SPK), dan (SPOK), struktur kategori (NVN), (FNVN), (NVFN), (NVFNFprep.), dan (NVFprep.), struktur peran (PenderitaPasifPelaku), (SasaranPasifPelaku), (SasaranPasifPelakuTempat), dan (PasienPasifTempat). Klausa verbal medial bahasa Menui memiliki struktur fungsi sintaksis (SPO), struktur kategori (FNVFN), dan (NVFN), struktur peran (PelakuAktifPasien). dan klausa verbal resiprokal bahasa Menui hanya memiliki struktur fungsi sintaksis (SPO), struktur kategori (NVFN), dan struktur peran (PelakuAktifSasaran). Dari setiap struktur fungsi klausa verbal bahasa Menui dibentuk oleh kata/frasa yang berkategori tertentu serta memili peran/makna yang mengisi tiap-tiap konstituen struktur fungsi tersebut. Saran Penelitian ini mengkaji tentang klausa verbal bahasa Menui, namun hasil penelitian ini tentunya belum mencangkup seluruh fakta bahasa yang digunakan oleh masyarakat penutur bahasa Menui. Oleh karena itu, kajian mengenai klausa verbal Menui perlu ditindak lanjuti dalam kegiatan penelitian lanjutan dalam kegiatan penelitian lanjutan. Selain itu, perlu adanya penelitian yang menyeluruh mengenai bahasa Menui dari aspek kebahasaan yang lain di masa-masa mendatang sebagai upaya pembinaan dan pengembangan bahasa daerah khususnya bahasa Menui guna menjaga keutuhan dan kelestarian bahasa tersebut. Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 11

Penulis juga mengharapkan bahasa-bahasa daerah perlu diajarkan disetiap jenjang pendidikan mengingat bahasa daerah memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan bahasa daerah agar bahasa daerah tidak hilang begitu saja akibat perkembangan Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016 12