BAB 3 PEMECAHAN MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria kriteria optimasi terhadap resiko operasional pada PT. HOME SPIRIT

RISIKO OPERASIONAL STASIUN PENGISIAN DAN PENGANGKUTAN BULK ELPIJI PADA PT SURYA ARTHA CHANYA

ANALISIS RESIKO OPERASIONAL PADA PT. HOME SPIRIT SKRIPSI

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGENALAN APLIKASI STATISTICAL PRODUCT AND SERVICE SOLUTIONS (SPSS)

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL POWDER COATING PADA PT. MANDIRI JAYA WARNA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

Memulai SPSS dan Mengelola File

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA PT.INDONESIA NIHON SEIMA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. MENDESKRIPSIKAN DATA 13 Desember 2005

BAB 4 PERANCANGAN PROGRAM

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN

SPSS 10: Transformasi Data. Transformasi Data

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

I. PENGENALAN SOFTWARE (SPSS) UNTUK ANALISIS DATA 13 Desember 2005

III. METODE PENELITIAN

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang telah dilakukan. Dalam berinvestasi jika investor mengharapkan

BAB III METODE KAJIAN

Pengantar Pengolahan Data Statistik Menggunakan SPSS 22. Isram Rasal ST, MMSI, MSc

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

MODUL V REGRESI, KORELASI, ANALISIS VARIAN, VALIDITAS DAN RELIABILITAS

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Nomor Case Penunjuk Sel Heading Variable Kotak-kotak Variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Tahap pertama yang paling penting dalam mengoperasikan SPSS adalah

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II. Transformasi Data. Pedoman Memilih Teknik Statistik. Transformasi Data Compute Data Recode Data Tabulasi Silang Output dan Interpretasi

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Analisa Faktor Pendukung Pemilihan Obat Untuk Penderita Penyakit Hipertensi Dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

Uji Validitas Instrumen. by Ifada Novikasari

Magister Komputer Universitas Budi Luhur

in adverse variations of probability or in losses.

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PENERIMAAN BEASISWA DI SMP N 5 PRINGSEWU)

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Menu SPSS untuk Persiapan Data

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PENERIMAAN BEASISWA DI SMAN2 METRO)

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

Uji Validitas dan Reliabilitas Suatu Kuesioner

PENENTUAN KUALITAS KAYU UNTUK KERAJINAN MEUBEL DENGAN METODE AHP

Contoh Dokumen Penilaian Kinerja Karyawan L.39

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG

Menu-Menu SPSS untuk Persiapan Data bukan

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

AHP (Analytical Hierarchy Process)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

Statistik Deskriptif untuk Data Nominal dan Ordinal

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENDUKUNG PEMILIHAN MERK KOMPUTER SERVER PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH BANGKA BELITUNG

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO

Bhina Patria

Pengertian Metode AHP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tanggal 9 Agustus 2009 oleh Bapak Edward Halim yang beralamat di Jalan

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual

Tutorial Sederhana Expert Choice 2000

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

STATISTIKA DESKRIPTIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 3 PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria kriteria optimasi ini dikembangkan untuk memilih alternatif alternatif faktor pengambilan keputusan, yaitu : a) Memperkecil resiko b) Mengalihkan resiko c) Mengontrol resiko d) Pendanaan resiko Kriteria kriteria optimasi terhadap resiko operasional pada PT. SURYA ARTHA CHANYA dikelompokkan menjadi 7 resiko operasional, yaitu : 1. Kesalahan dalam pembukuan secara manual (Manual Risk) 2. Resiko pada komputer (Computer Risk) 3. Pegawai outsourcing 4. Kecelakaaan kerja 5. Globalisasi dalam konsep dan produk 6. Kesalahan produksi barang dan tidak ada kesepakatan barang yang dibeli tidak ditukar kembali 7. Kerusakan maintenance pabrik Kriteria optimasi pada resiko operasional dominan, dalam aplikasinya ada beberapa yang melebihi ambang batas (threshold), sehingga harus dipilih khususnya karena metode Generalized Pareto Distribution dengan menggunakan data yang melebihi batas atau threshold. Resiko operasional yang melebihi threshold ini adalah resiko yang jumlahnya besar dan sangat berpengaruh. Kriteria di dalam optimasi yang melebihi threshold diperhitungkan dengan menggunakan metode Generalized Pareto Distribution. Metode Generalized Pareto Distribution dapat digunakan untuk mencari potensi kerugian yang akan dihadapi oleh PT. SURYA ARTHA CHANYA. Potensi kerugian ini dapat dihitung dengan 27

28 menggunakan rumus Value at Risk dan Expected Short Fall untuk mendapatkan besarnya jumlah kerugian yang paling buruk pada kondisi portofolio dalam jangka waktu tertentu. 3.2 Pengembangan Alternatif Solusi Tahap 1 : Identifikasi Resiko Operasional Pada tahap ini, penulis berusaha mengidentifikasi apa saja resiko operasional yang dihadapi oleh PT. SURYA ARTHA CHANYA. Di dalam PT. SURYA ARTHA CHANYA tentu terdapat resiko yang dominan. Tahap 2 : Pemilihan dan pemetaan Resiko Operasional yang Melebihi Batas Pada tahap ini, penulis menentukan resiko operasional yang melebihi ambang batas. Pemilihan resiko operasional yang melebihi batas ini dilakukan untuk menjadi fokus pembahasan dalam menentukan potensi kerugian terburuk yang dapat terjadi (Value at Risk) serta kerugian yang terjadi yang melebihi value at Risk Tahap 3 : Model Penghitungan Potensi Resiko Operasional Tahap ini adalah tahap yang paling penting, dimana penghitungan potensi resiko operasional dilakukan untuk mengetahui seberapa besar potensi kerugian terburuk yang dapat terjadi di perusahaan serta seberapa besar kerugian yang melebihi potensi kerugian terburuk tersebut. Pada tahap ini penulis menggunakan metode Generalized Pareto Distribution (GPD). Hasil penghitungan ini akan menentukan langkah langkah kebijakkan yang dapat diambil oleh perusahaan. Tahap 4 : Pengelolaan dan Pengendalian Resiko Tahap ini adalah tahap untuk mengelola atau me-manage resiko operasional. Ini juga sekaligus dapat digunakan oleh perusahaan sebagai sarana bagi perusahaan itu sendiri dalam menentukan langkah langkah kebijakkan yang akan diambil sehubungan dengan resiko resiko operasional yang telah terjadi selama bulan January 2013 Desember 2013.

29 3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian Data yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan data subyek (self-report data). Data subyek merupakan jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden). (Indriantoro dan Supomo2002, p145). Data yang digunakan di dalam penelitian ini diperoleh dari sumber primer dan sumber sekunder. Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Sedangkan data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. (Sekaran2006, p60) Data primer yang digunakan di dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan para pemangku kepentingan/pakar (stakeholder) dalam PT. Surya Artha Chanya dan melalui penyebaran kuesioner. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan bagian integral dari desain penelitian. Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Observasi Pengamatan langsung di perusahaan, dilakukan untuk melihat apa saja resiko resiko khususnya di bidang operasional untuk mengetahui berbagai resiko yang ada. 2. Wawancara Mengadakan wawancara awal melalui telepon dengan Bapak Sunardi selaku Manager PT. Surya Artha Chanya untuk memperoleh informasi mengenai isu-isu yang terkait dengan topik skripsi yang sedang diteliti.

30 3. Kuesioner Kuesioner (questionnaries) adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas. Kuesioner merupakan suatu mekanisme pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan tepat apa yang diperlukan dan bagaimana mengukur variabel penelitian. (Sekaran2006, p82) 4. Studi Pustaka Studi pustaka pada penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mengumpulkan, mencatat, mempelajari buku cetak dan buku buku pelengkap atau referensi, seperti jurnal di perpustakaan ataupun melalui internet. 3.5 Rancangan Implikasi Solusi Terpilih Untuk dapat mengambil langkah dalam perhitungan Generalized Pareto Distribution maka perlu dilakukan terlebih dahulu perhitungan Statistik Deskriptif yang berfungsi untuk mengetahui data yang akan di hitung valid atau tidak valid. Menghitung nya denhan menggunakan software SPSS 16.0 Berikut kolom data yang akan di olah: Tabel 3.1 Data Losses No. Bulan Losses 1. Januari 1.558kg 2. Februari 1.226kg 3. Maret 910kg 4. April 1.142kg 5. Mei 1.616kg 6. Juni 667kg 7. Juli 1.044kg

31 8. Agustus 1.282kg 9. September 1.616kg 10. Oktober 1.475kg 11. November 1.052kg 12. Desember 1.128kg 1. Langkah langkah penyelesaian: Hitung banyaknya kelas dan lebar kelas dengan menggunakan rumus Sturges. Rumus: k = 1+ 3.3log n l = Xmax - Xmin k 1+3.3log(12)=4,56 l= 1.616-668 =207,89 4,56 Berdasarkan rumus tersebut, maka diketahui k = 4,65=> 5 dan l = 207,89=> 300 2. Pada Menu Transform, pilih submenu Recode, pilih Into Different Variables. Akan muncul dialog seperti dibawah ini. Sumber: SPSS 16.0 Gambar 3.1 3. Pada kotak dialog Recode Into Different Variables, pindahkan variable jumlah kesebelah kanan, lalu pada Output Variable, ketik: losses1 sebagai nama variable yang baru.kemudian pilih: Old and New Values.

32 Sumber: SPSS 16.0 Gambar 3.2 4. Input range:3 through:5 kemudian pada New Value, inputkan Value: 4 sebagai nilai tengah dari range tersebut. Setelah itu diadd di Old New, dan seterusnya. Sumber: SPSS 16.0 Gambar 3.3 5. Klik ok. Maka akan muncul variabel baru losses1.

33 Sumber: SPSS 16.0 Gambar 3.4 6. Pada menu analize, pilih descriptive statistics frequencies Sumber: SPSS 16.0 Gambar 3.5

34 7. Pindahkan variable jumlah1 disebelah kanan Sumber: SPSS 16.0 Gambar 3.6 8. Pada menu chart, pilih jenis chart yang diminta. Klik continue Sumber: SPSS 16.0 Gambar 3.7 9. Klik countinue kemudian ok, maka akan muncul hasil deskriptif Sumber: SPSS 16.0 Gambar 3.8

35 Setelah semua data dan hasil analisis selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan metode Generalized Pareto Distribution. Generalized Pareto Distribution Generalized Pareto Distribution digunakan untuk mengetahui seberapa besar potensi kerugian suatu perusahaan yang melebihi limit dalam periode tertentu. Langkah langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan parameter Generalized Pareto Distribution Parameter merupakan ukuran dalam penelitian yang harus diperkirakan. Dan parameter yang digunakan dalam Generalized Pareto Distribution adalah : Ψ (scale) atau standar deviasi ξ (shape) atau tail index 2. Menetapkan nilai Value at Risk (VaR) dan Expected Shortfall (ES) VaR sering didefinisikan sebagai potensi kerugian dari suatu portofolio eksposur resiko operasional pada tingkat keyakinan tertentu

36 dalam periode waktu tertentu. Sedangkan ES atau yang sering juga disebut tail conditional expectation merupakan estimasi potensi besarnya kerugian yang melebihi VaR. 3. Membuat kesimpulan Hasil dari Value at Risk (Var) dan Expected Shortfall (ES) akan dijadikan pedoman dalam menetapkan langkah yang paling baik untuk menangani resiko operasional yang terjadi dalam PT. SURYA ARTHA CHANYA. 3.6 Pengembangan Model Operasional Setelah pengembangan alternatif solusi resiko operasional pada PT. SURYA ARTHA CHANYA, maka dapat dikembangkan model model optimasi, yaitu dengan menggunakan metode Analytical hierarchy process. 3.6.1 Analtytical Hierarchy Process Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif bandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Pada metode Analytical Hirerachy Proses penghitungan menggunakan Expert Choise. Expert Choice adalah sebuah perangkat lunak yang mendukung sistem perangkat keras yang memfasilitasi grup pembuatan keputusan yang lebih efisien, analitis, dan

37 yang dapat dibenarkan. Untuk mendapatkan data Resiko Operasional yang paling dominan dan sering terjadi dalam ruang lingkup kerja, maka penulis mengambil data data dari 5 resiko operasional dan di berikan kepada 5 reponden. Data data yang telah didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan aplikasi Expert Choice. Untuk menjalankan aplikasi tersebut, maka ada beberapa langkah penyelesaian, yaitu sebagai berikut : 1. Pada File pilih: New Sumber: Expert Choice Gambar 3.9 2. Pada layar klik kanan mouse maka akan muncul insert Child of current mode. Sumber: Expert Choice Gambar 3.10

38 3. Pada kolom di sebelah kanan di alternatif ideal mode masukan jenis-jenis resiko yang akan di olah. Sumber: Expert Choice Gambar 3.11 4. Pada icon di pojok kiri pilih menu ABC untuk insert data. Sumber: Expert Choice Gambar 3.12 5. Kolom kanan yang telah di tandai berfungsi untuk mengatur tingkat keseringan yang terjadi pada resiko yang telah di tetapkan pada kuisioner (lampiran).

39 Sumber: Expert Choice Gambar 3.13 6. Salah satu hasil dari insert data yang sudah di masukan dan diketahui tinggi dan rendahnya resiko pada tiap responden. Sumber: Expert Choice Gambar 3.14 3.6.2 Analisis Kebijakan Pengelolaan resiko operasional Untuk menghasilkan prioritas alternatif kebijakan pengelolaan resiko operasional secara berkelanjutan, dilakukan analisis menggunakan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Analitycal Hierarchy Process merupakan salah satu alat analisis manajemen

40 strategik dengan pendekatan sistem. AHP merupakan metode yang dapat dipakai dalam pengambilan keputusan untuk memahami kondisi suatu sistem dan membantu melakukan prediksi dan pengambilan keputusan. Metode ini juga digunakan dalam memodelkan problema-problema dan pendapat-pendapat, dimana permasalahan telah dinyatakan secara jelas, dievaluasi, diperbincangkan, dan diprioritaskan untuk dikaji (Saaty 1999). Dalam kaitan menentukan prioritas alternatif kebijakan pengelolaan private label secara berkelanjutan, maka analisis menggunakan AHP ini diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengkaji interaksi menyeluruh dari semua komponen yang terkait. Dalam menggunakan AHP, berbagai komponen yang berinteraksi atau terkait dengan pengelolaan private label sebagai upaya mendapatkan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan ini akan dikelompokkan ke dalam beberapa level/hirarki, yaitu: 1) level fokus (tujuan), 2) level dimensi, 3) level kriteria, dan 4) level alternatif kebijakan. Harapan akhir dari analisis AHP ini adalah diketahuinya prioritas dari alternatif kebijakan pengelolaan resiko operasional, beserta kestabilan atau sensitivitas dari alternatif tersebut dalam aplikasi nyatanya pada pengelolaan resiko operasional. Adapun tahapan analisis alternatif kebijakan pengelolaan resiko operasional yang berkelanjutan ini adalah: 1. Pendefinisian Komponen Pada tahap ini, semua komponen atau variabel yang berkaitan dengan kebijakan pengelolaan resiko operasional secara berkelanjutan ditetapkan dan didefinisikan. Lingkup komponen yang didefinisikan mencakup fokus atau tujuan pengelolaan resiko operasional.

41 2. Penyusunan Struktur Hirarki Pada tahap ini, semua interaksi komponen atau variabel yang telah didefinisikan disusun secara bertingkat dalam bentuk struktur hirarki AHP yang dimulai dari tingkat paling atas berupa fokus/tujuan pada level 1, dilanjutkan dengan dimensi pada level 2, kriteria pada level 3, dan alternatif kebijakan resiko operasional label secara berkelanjutan pada level 4 (tingkatan paling bawah hirarki). Level 1 Fokus Resiko operasional --- ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Level 2 Dimensi Komputer Mesin Tabung Pembukuan Pengisian gas 3kg manual gas ----------------------------------------------------------------------------------------------------- Level 3 Kriteria faktor faktor faktor faktor faktor ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Level 4 Alternatif A Alternatif B Alternatif C Alternatif Gambar 3.15 Ilustrasi Struktur Hirarki Analisis Kebijakan Resiko operasional Sumber: Hasil Pengolahan Data (2013)

42 3. Penetapan Skala Banding dan Pembobotan Pada tahap ini, skala banding antar komponen atau variabel ditetapkan. Penilaian dalam AHP dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan (pairwise comparison) terhadap kriteriakriteria yang digunakan. penilaian dilakukan dengan memberikan bobot numerik dan membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria lainnya. Bobot numerik tersebut menggunakan skala banding secara berpasangan antar kriteria yang dibandingkan. Penetapan skala banding ini dan sistem pembobotannya mengacu kepada skala banding berpasangan menurut Saaty pada Tabel 3.6. Tabel 3.2 Skala Banding Berpasangan dalam AHP Tingkat Keterangan 1 Kedua elemen sama pentingnya. 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang 7 Elemen yang satu jelas lebih penting daripada elemen 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. Sumber: Saaty 4. Formulasi Data Formulasi data merupakan kegiatan menginput data hasil analisis skala banding berpasangan ke dalam struktur hirarki. Pembuatan hirarki dan input data ini dilakukan menggunakan perangkat lunak Expert Choice. 5. Simulasi Simulasi dilakukan setelah data terkait diinput ke dalam program. Simulasi merupakan kegiatan menganalisis dan membandingkan

43 data semua komponen yang ada dengan prinsip hasil banding antar dua pasangan komponen diperbandingkan dengan hasil banding antar dua pasangan komponen lainnya di level sama dan hasil perbandingan tersebut dilanjutkan ke level di atasnya hingga berakhir di level 1. Simulasi seperti ini merupakan upaya pertimbangan terhadap kepentingan semua komponen yang terkait sehingga alternatif kebijakan pengelolaan resiko operasional yang menjadi prioritas benar-benar merupakan alternatif kebijakan terbaik. 6. Pengujian Konsistensi Tahap ini bertujuan untuk menguji konsistensi dari hasil simulasi yang telah dilakukan. Bila dari hasil simulasi diperoleh rasio inconsistency 0,1 atau lebih berarti data yang digunakan tidak konsistensi dan harus dilakukan pengambilan data ulang. Kriteria uji konsistensi AHP disajikan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Kriteria Uji Konsistensi AHP Jenis Pengujian Kriteri Rasio inconsistency < 0,1 Sumber: Expert Choice 7. Interpretasi hasil Tahap interpretasi hasil merupakan tahap penggunaan hasil analisis AHP dalam menjelaskan dan memberikan rekomendasi prioritas alternatif kebijakan pengelolaan resiko operasional yang berkelanjutan dan kestabilan atau sensitivitas prioritas tersebut terhadap berbagai perubahan yang terjadi secara nyata. Untuk lebih ringkasnya tahapan AHP, menurut Ma arif dan Tanjung,

44 Dibawah ini adalah gambar flowchart pengolahan metode AHP Gambar 3.16 Flowchart Pengolahan Metode AHP

45 Berikut ini adalah penjelasan langkah-langkah pengolahan menggunakan metode (AHP), sebagai berikut; a. Menentukan Kriteria-kriteria Peneliti mwlakukan wawancara kepada Operational manager mengenai resiko operasional seperti apa yang di terdapat dalam perusahaan, untuk penentuan resiko mana yang paling dominan sehingga perusahaan bisa lebih memperhatikan resiko tersebut dengan baik. b. Menentukan Alternatif Setelah di tentukan kriteria yang di inginkan kemudian dalam tahap ini ditentukan beberapa pilihan berdasarkan resiko operasional Langkah ini dilakukan dengan cara wawancara dan meminta referensi, apa saja resiko yang sesuai dengan perusahaan. c. Pengumpulan Data dari Alternatif yang Ada Pengumpulan data di dapatkan dari pengamatan langsung dan wawancara terhadap jenis-jenis resiko operasional, pengumpulan data ini di sesuaikan dengan kriteria yang sudah di tentukan sebelumnya. d. Penyusunan Kuesioner Setelah menentukan kriteria, dan alternatif untuk bahan pertimbangan pemilihan lokasi yang potensial, kemudian melakukan pembuatan kuesioner.penyusunan kuesioner dibuat berdasarkan metode perbandingan berpasangan untuk mengetahui tingkat bobot dari setiap kriteria, dan alternatif.nilai bobot tersebut mulai dari angka 1 hingga 9, pemberian bobot ini bergantung pada tingkat kepentingan diantaranya.kuesioner tersebut berisi perbandingan kepentingan antara tiap kriteria dengan kriteria lainnya, dan perbandingan antara tiap alternatif dengan alternatif lainnya. e. Penyebaran kuesioner kepada para pengambil keputusan

46 Selanjutnya kuesioner yang sudah disusun tersebut, disebarkan terhadap para pengambil keputusan dan karyawan. f. Memasukkan data dari kuesioner Hasil kueisoner yang diperoleh akan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam expert choice yang kemudian akan diolah menjadi bahan perhitungan. g. Melakukan Perhitungan Pembobotan pada Kriteria, Melakukan perhitungan pemobotan pada kriteria, dan alternatif pada tiap tingkat hierarki sesuai dengan rumus-rumus perhitungan metode AHP. cara perhitungannya dijelaskan pada landasan teori dan bab pengolahan data. Perhitungan ini akan menghasilkan tingkat bobot kepentingan tiap kriteria, dan alternatif h. Analisa Masalah Dari hasil pengolahan data, akan memberikan hasil urutan resiko operasional yang potensial dengan menggunakan metode pengambil keputusan AHP. Hasil yang di dapatkan akan berbeda beda dari setiap pengambil keputusan karena persepsi yang berbeda dari setiap manusia. Maka dari itu diberikan bobot yang berbeda beda antara para pengambil keputusan yaitu operasional manager dan karyawan.