1 Sarah mengemas barangnya dengan cemberut. Entah yang keberapa kalinya Dia harus pindah. Dari Jakarta ke Jogja lalu ke Makassar dan kali ini dia harus on the way ke Korea. Korea? Huh, bahkan dia pun tak tahu menahu tentang bahasa sana, bagaimana nanti? pasti dia tidak punya teman. Ini semua karna Ayahnya, Pak Bram terus saja di mutasi oleh perusahaannya ke berbagai tempat. Kinerja Pak Bram yang cukup memuaskan menjadi alasan mengapa perusahaan mempercayai Pak Bram dalam berbagai bisnis penting. Sebenarnya Sarah tak mau ikut, tapi Ayahnya tak punya pilihan lain, sang Ibu telah meninggal empat tahun yang lalu karna kecelakaan lalu lintas. Namun Pak Bram tak mau mengungkit masalah itu, sehingga ia mengatakan agar lebih mudah mengontrol dirinya sebagai alasan. Pak Bram mengetuk pelan pintu kamar tidur Sarah Sarah! Sarah! Masuk. Sahut Sarah Pak Bram memutar knop pintu dan melihat Putrinya yang sedang mengemas barang dengan ekspresi wajah murung. Pak Bram duduk disampingnya. Kenapa kita harus pindah lagi, Ayah? kata Sarah murung Pak Bram tersenyum Karna tugas, Sarah Huft! Jika masih di Indonesia ok lah, tapi ini..
Kita jalani saja ya, Sarah. Sebaiknya, Ayah segera mencari pekerjaan baru, aku benar-benar enggak suka kaya gini terus gerutu Sarah. Pak Bram bangkit dari duduknya Sebaiknya, sekarang kamu cepat menyelesaikan berkemasmu, karna kita akan segera berangkat Sarah hanya memandang kesal Ayahnya. Sepuluh menit kemudian Sarah turun dengan sebuah koper yang sepertinya sangat berat. Pak Budi berlari kecil menghampiri Sarah dan mengambil alih dirinya yang membawa koper. Sudah semua? tanya Pak Bram Sarah mengangguk lesu Sudahlah, nanti kamu pasti akan menikmatinya kata Pak Bram mengelus punggung Sarah Mudah-mudahan aja. Sahut Sarah cuek Setiap kali pindah, Ayahnya selalu saja berkata begitu, tapi, saat dia mulai menikmatinya, ya beginilah mereka sudah harus pindah lagi. Pak Budi membukakan pintu mobil. Sarah dan Pak Bram masuk kedalamnya. Pak Budi berjalan menuju tempat duduk supir lalu mengemudikannya. Korea? Sebenarnya Sarah tak terlalu menyukai negara ini, jika boleh memilih dia lebih setuju jika ayahnya di mutasi ke Amsterdam atau ke Hawaii. Ia tak tau mengapa teman-temannya di sekolah sangat tergila-gila dengan artisartis dari negara ginseng itu, bahkan ada yang benar-benar hafal nama artis idolannya. Pada saat dia bercerita bahwa dia akan pindah kesana banyak diantara mereka yang histeris. Ada yang mengatakan bahwa ia sangat beruntung bisa
pergi ke sana, apalagi dalam waktu yang lama, ada juga yang minta kirimkan tandatangan artis idolannya, dan lain-lain lagi. Sarah pun sampai pusing jika mengingat permintaan teman-temannya itu. ****** Sarah duduk bertopang dagu dikursi nomor dua dekat jendela, ia memandang awan biru dari tempat duduknya dengan tatapan kosong. Sarah menghela nafas panjang. Otaknya sudah tidak bisa lagi dipaksakan untuk membayangkan bagaimana nanti hidupnya di Korea! Pak Bram menepuk pelan pundak Sarah. Sarah menoleh ke arah Ayahnya Apa? tanyanya Coba kamu sapa orang itu dengan bahasa Korea. Pak Bram menunjuk seorang pria yang duduk didepannya. Apa? Oh, tidak Ayah, aku tak mau malu disini. Kamu harus belajar, Sarah. Tapi bukan disini, Ayah! kini giliran Pak Bram yang menghela nafas berat Dua belas jam berada didalam pesawat membuat Sarah benar-benar suntuk. Saat-saat yang ditunggu kini tiba, pesawat akan segera mendarat,
pramugari menginformasikan kembali bahwa semua penumpang masih harus mengenakan sabuk pengaman sebelum pesawat benar-bear mendarat sempurna. Suasana Seoul masih benar-benar asing baginya. Orang sekitar yang berbicara hanya terdengar seperti suara radio yang sudah rusak, tak ada yang dimengerti satupun dari setiap katanya. Pak Bram menoleh kekanan, kekiri, dan sesekali berputar dengan maksud mencari seseorang yang sudah di tugaskan dari perusahaan menjemputnya. Seseorang wanita berambut panjang diikat kebelakang, mengenakan setelan kemeja putih dan celana katun berwarna cokelat menarik perhatiannya, dia membawa sebuah kertas yang bertuliskan BRAM WIJAYA. Pak Bram melambaikan tangan dan wanita itu membalasnya. Pak Bram dan Sarah menghampiri wanita itu. Bram Wijaya? tanyanya Yes. Pak Bram memperkenalkan dirinya beserta Sarah dengan menggunakan bahasa Inggis. Pak Bram dan Nona Park berjabatan tangan. Bram Wijaya. Park Soo Hee. Dan ini putri saya, Sarah Wijaya. Sarah. Park Soo Hee. Putri anda sangat cantik. Pujinya
Sarah hanya tersenyum tipis Mereka masih mengobrol dengan menggunakan bahasa Inggris, walaupun sedikit Sarah dapat memahaminya, Sarah menangkap bahwa percakapan mereka seputar bisnis dan dimana mereka akan tinggal nantinya. Dalam waktu sekejap Pak Bram dan Nona Park sudah tampak sangat akrab bahkan sesekali Pak Bram tertawa dan diikuti oleh Nona Park. Beginilah Korea, tak ada yang dapat di istimewakan. Celetuknya Oh, ini sangat indah balas Pak Bram dengan tersenyum Semoga anda suka tinggal disini. Tentu saja. Sarah hanya menatap jalan dari balik kaca mobil. Sudah terbayang bagaimana nanti dia hidup di tempat barunya ini dia tak bisa berbahasa Korea dan bahasa Inggrisnya pun tidak terlalu lancar, pasti dia akan terbelakang, tak punya teman dan menjadi bahan olokkan. Tak mengapa, Sarah sudah mempersiapkan itu jauh-jauh hari saat dia diberitahukan bahwa Ayahnya akan dimutasi kesini. Mobil Nona Park berhenti di depan sebuah gedung. Ayo, mari kata Nona Park Pak Bram dan Sarah mengikuti Nona Park apartement. Kalian akan tinggal disini. kata Nona Park membukakan pintu sebuah Bagus ucap Pak Bram menangguk-angguk Semoga kalian senang.