BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. manufaktur, perusahaan tersebut dipilih dengan menggunakan metode purposive. Tabel 4.1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Perhitungan Koefisien Laba Tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemilihan sampel dengan metode purposive sampling terhadap

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Forum for Corporate

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pemilihan sampel menggunakan metode sampel bertujuan (purposive sampling), dimana

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan / individu-individu) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Februari 2016, pengambilan data dilakukan secara online dari Indonesia Stock

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif GC

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Kinerja Lingkungan

Sandi Prianggoro / Pembimbing Sundari., SE.,MM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. IV.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian

maksimum, rata-rata, dan deviasi standar tentang masing-masing variabel

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. purposive sampling yaitu sampel yang diambil apabila memenuhi kriteria kriteria

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Anggi Mustika Sari / Pembimbing : Aji Sukarno SE., MM

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama 2012 sampai 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan pada variabel Profitabilitas,

Daftar Perusahaan-perusahaan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun yang dipilih dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 45 pada tahun , maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah berjumlah 120 perusahaan. Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ukuran perusahaan, dan good corporate governance terhadap kebijakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. resmi pemerintahan daerah yang terdapat di internet. Horizon waktu yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sektor perbankan dipilih karenakan perusahaan perbankan memiliki

Disusun oleh: Nama : Ridwan Rifai NPM : Jurusan : Akuntansi / S1 Pembimbing : Dr. Widyatmini

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yaitu desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sehingga analisis deskriptif dipisahkan dari variabel lain. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menunjukkan adanya financial distress pada perusahaan-perusahaan manufaktur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Silalahi dalam Eliyawati (2012) penelitian kuantitatif yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan tahun 2015 berdasarkan metode purposive sampling pada. TABEL 4. 1 Prosedur Pengambilan Sampel

NET SALES SAMPEL PENELITIAN. Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri ( Di nyatakan dalam jutaan rupiah ) Net Sales (2008)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. secara tidak langsung atau melalui media perantara, Sumber-sumber data dapat

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Kuncoro (2013: 145). Data kuantitatif adalah data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini memaparkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 PERUSAHAAN FARMASI (SAMPEL PERUSAHAAN)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan Non Financial yang listing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nama : Farisah Hasniar NPM : Fakultas : Ekonomi Jurusa : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Widyatmini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

: Josy N Tampubolo NPM : Dosen Pembimbing : FX Aji Sukarno, SE., MM

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maliki Malang. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini yaitu seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

BAB III METODE PENELITIAN. Index di Bursa Efek Indonesia yang beralamat di Jl. Sudirman kav Yang mana

I. PENDAHULUAN. terhadap harga saham dan return saham. Pengumuman dividen juga merupakan. (Miller dan Rock, 1985 dalam Kusuma, 2004: 102).

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. target yang diinginkan baik secara artificial (melalui metode akuntan si) maupun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan penelitian penjelasan (explanation

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah profitabilitas, financial leverage, ukuran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia periode Penelitian ini meggunakan data sekunder yaitu dari

BAB III METODE PENELITIAN. Objek pada penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang

BAB III METODE PENELITIAN. menyangkut aplikasi teori untuk memecahkan permasalahan tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. mahasiswa. Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh

Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Metode Single Indeks Saham. Presented By : Slamet Hidayatulloh

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif. dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark)

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mempermudah dalam pemecahan masalah, data diklasifikasikan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah 139 perusahaan manufaktur, perusahaan tersebut dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan. Berikut ini table 4.1 menyajikan nama-nama perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini : Tabel 4.1 Nama-nama Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian No Nama Perusahaan Kode 1 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. ANTM 2 PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. LSIP 3 PT. Holcim Indonesia Tbk. SMCB 4 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF 5 PT. Unilever Indonesia Tbk. UNVR 6 PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. PTBA 7 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. SMGR 8 PT. Astra International Tbk. ASII 9 PT. United Tractors Tbk. UNTR 10 PT. Kalbe Farma Tbk. KLBF 11 PT. Gudang Garam Tbk. GGRM 12 PT. Astra Agro Lestari Tbk. AALI 13 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP 14 PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. PGAS 15 PT. Energi Mega Persada Tbk. ENRG 16 PT. Timah (Persero) Tbk. TINS Sumber : ICMD, www.idx.co.id 47

48 1. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dalam penelitian ini adalah suatu ukuran yang didasarkan pada besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan ini diukur dengan menggunakan proksi total aktiva perusahaan tersebut, dihitung dengan menggunakan logaritma natural dari total asset. Daftar ukuran perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011, disajikan pada tabel 4.2 : Tabel 4.2 Ukuran Perusahaan Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011 No Kode Total Asset 2009 2010 2011 1 ANTM 9,929,114 12,218,890 15,201,235 2 LSIP 4,845,380 5,561,433 6,791,859 3 SMCB 7,265,366 10,437,249 10,950,501 4 INDF 40,382,953 47,275,955 53,585,933 5 UNVR 7,484,990 8,701,262 10,482,312 6 PTBA 8,078,578 8,722,699 11,507,104 7 SMGR 12,951,308 15,562,999 19,661,603 8 ASII 88,938,000 112,857,000 153,521,000 9 UNTR 24,404,828 29,700,914 46,440,062 10 KLBF 6,482,447 7,032,497 8,274,554 11 GGRM 27,230,965 30,741,679 39,088,705 12 AALI 7,571,399 8,791,799 10,204,495 13 INTP 13,276,515 15,346,146 18,151,331 14 PGAS 28,618,529 32,087,431 30,976,446 15 ENRG 10,252,392 11,762,036 17,354,834 16 TINS 4,855,712 5,881,108 6,569,807 Sumber : Data diolah Dari table 4.2 dapat dilihat bahwa dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, total asset yang dimiliki perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Dari daftar total asset

49 diatas dapat dilihat diantara perusahaan yang menjadi sampel dapat dilihat yang memiliki total asset yang paling besar dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 adalah PT. Astra International Tbk. (ASII), sedangkan total asset perusahaan yang paling kecil dari tahun 2009 sampai tahun 2011 adalah PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP). 2. Profitabilitas Profitabilitas dalam penelitian ini adalah kemampuan perusahaan menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan pada periode tertentu. Dalam hal ini tingkat profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA) dari 16 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 disajikan pada tabel 4.3. Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 16 perusahaan yang memiliki ratarata ROA paling tinggi yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dengan nilai rata-rata ROA sebesar 0.3976, UNVR menunjukkan peningkatan ROA yang signifikan dari tahun 2009 sampai tahun 2011 dan peningkatan aktiva yang konsisten tiap tahun menunjukkan perusahaan menggunakan aktiva secara efektif dalam memperoleh laba. Selanjutnya terdapat PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA) dan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. (SMGR) yang juga memiliki rata-rata ROA yang tinggi yaitu masing-masing sebesar 0.2788 dan 0.2300.

50 Selain menunjukkan nilai rata-rata tertinggi, Tabel 4.3 juga menunjukkan nilai rata-rata ROA yang terendah diantara 16 perusahaan yang menjadi sampel. PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) yaitu dengan nilai rata-rata sebesar -0.0567 ini dikarenakan ENRG mengalami kerugian selama 2 tahun ditahun 2009 dan 2010. Dan penyebaran ENRG yang besar namun data yang dimiliki memperoleh nilai rata-rata yang tinggi dari nilai standar deviasi. Selain itu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) juga memiliki nilai rata-rata yang kecil yaitu sebesar 0.0571, ini dikarenakan INDF mengalami penurunan ROA dari tahun ke tahun. Dan INDF memiliki nilai standar deviasi sebesar 0.0055 ini berarti INDF memilki penyebaran yang besar dan data yang dimiliki tidak bagus. PT. Holcim Indonesia Tbk. (SMCB) juga memiliki nilai rata-rata yang kecil yaitu sebesar 0.0999 itu dikarenakan SMCB mengalami penurunan yang signifikan di tahun 2010. Dan SMCB memiliki nilai standar deviasi sebesar 0,0221.

51 Tabel 4.3 PROFITABILITAS Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011 No KODE ROA Standar Mean 2009 2010 2011 Deviasi 1 ANTM 0.0609 0.1378 0.1268 0.1085 0.0416 2 LSIP 0.1460 0.1858 0.2505 0.1941 0.0528 3 SMCB 0.1233 0.0794 0.0971 0.0999 0.0221 4 INDF 0.0514 0.0625 0.0574 0.0571 0.0055 5 UNVR 0.4067 0.3890 0.3973 0.3976 0.0089 6 PTBA 0.3378 0.2303 0.2682 0.2788 0.0545 7 SMGR 0.2568 0.2335 0.1997 0.2300 0.0288 8 ASII 0.1129 0.1273 0.1158 0.1187 0.0076 9 UNTR 0.1564 0.1304 0.1271 0.1380 0.0161 10 KLBF 0.1433 0.1911 0.1841 0.1728 0.0258 11 GGRM 0.1269 0.1349 0.1252 0.1290 0.0052 12 AALI 0.2193 0.2294 0.2357 0.2282 0.0083 13 INTP 0.2069 0.2101 0.1984 0.2051 0.0060 14 PGAS 0.2177 0.1944 0.1915 0.2012 0.0143 15 ENRG (0.1687) (0.0053) 0.0040 (0.0567) 0.0971 16 TINS 0.0646 0.1612 0.1365 0.1208 0.0502 Sumber : Data diolah 3. Financial Leverage Financial leverage merupakan suatu ukuran yang membandingkan jumlah utang dengan jumlah aktiva dari perusahaan. Hal tersebut bertujuan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (utang). Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula resiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang

52 semakin tinggi. Maka dengan manajemen cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Variabel ini diukur dengan rasio antara total utang dengan total aktiva. Financial leverage diproaksikan dengan Debt to total Asset dengan rumus total utang dibagi total aktiva. Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 16 perusahaan, PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENGR) memiliki nilai rata-rata DAR paling tinggi yaitu sebesar 0.658 ini dikarenakan adanya peningkatan kewajiban yang lebih besar dari pada peningkatan aktiva. Walaupun peningkatan kewajiban lebih besar tetapi ENGR dengan memiliki nilai rata-rata yang tinggi menunjukkan ENGR memiliki kondisi likuid, yaitu memilki kemampuan untuk membayar kewajibannya. Selain itu PT. Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) juga memiliki nilai rata-rata DAR yang tinggi yaitu 0.563. ini menunjukkan bahwa UNVR memiliki kondisi likuid dan mampu membayar kewajibannya. Begitu juga dengan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) yaitu memiliki nilai rata-rata DAR sebesar 0.510 ini menunjukkan PGAS memiliki kemampuan untuk membayar kewajiban yang dimilkinya. Dari 16 perusahaan tersebut juga terdapat beberapa perusahaan yang memiliki rata-rata DAR yang rendah diantaranya PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yaitu nilai rata-rata DAR sebesar 0.159 ini dikarenakan menurunnya kewajiban dan peningkatan pada aktiva. Selain itu PT. Indocement Tunggal

53 Prakarsa Tbk. (INTP) yaitu nilai rata-rata DAR sebesar 0.158 ini menunjukkan INTP mengalami penurunan kewajiban tetapi mengalami peningkatan aktiva. Tabel 4.4 Financial Leverage Perusahaan Manufaktur Tahun 2009 2011 No KODE DAR Standar 2009 2010 2011 Deviasi Mean 1 ANTM 0.174 0.216 0.291 0.060 0.227 2 LSIP 0.213 0.181 0.140 0.036 0.178 3 SMCB 0.546 0.346 0.313 0.126 0.402 4 INDF 0.616 0.474 0.410 0.105 0.500 5 UNVR 0.505 0.535 0.649 0.076 0.563 6 PTBA 0.284 0.262 0.290 0.015 0.279 7 SMGR 0.203 0.220 0.257 0.028 0.226 8 ASII 0.450 0.480 0.506 0.028 0.479 9 UNTR 0.433 0.456 0.408 0.024 0.432 10 KLBF 0.261 0.179 0.213 0.041 0.218 11 GGRM 0.325 0.306 0.372 0.034 0.334 12 AALI 0.151 0.152 0.174 0.013 0.159 13 INTP 0.194 0.146 0.133 0.032 0.158 14 PGAS 0.555 0.529 0.445 0.058 0.510 15 ENRG 0.827 0.499 0.646 0.164 0.658 16 TINS 0.294 0.285 0.300 0.007 0.293 Sumber : Data diolah 4. Good Corporate Governance (GCG) Corporate Governance merupakan, proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan-urusan perusahaan dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama mewujudkan nilai tambah pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan stakeholder yang lain.

54 GCG diukur dengan menggunakan data berupa Index Corporate Governance. Dimana Index Corporate Governance merupakan suatu skor mengenai Corporate Governance yang dibuat berdasarkan analisis laporan keuangan dan survey. Index Corporate Governanve yang digunakan didalam penelitian ini adalah Index Corporate Governanve yang diterbitkan oleh Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD). Berikut ini skor Index Corporate Governance dari 16 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai tahun 2011 yang disajikan dalam tabel 4.5 : Tabel 4.5 Scoring Index Corporate Governance Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011 No KODE CG 2009 2010 2011 1 ANTM 0.8604 0.8926 67.6521 2 LSIP 0.8511 0.7185 44.4126 3 SMCB 0.8257 0.7100 40.2431 4 INDF 0.8188 0.7309 40.1278 5 UNVR 0.8068 0.8039 52.5686 6 PTBA 0.7984 0.8426 68.4047 7 SMGR 0.7757 0.8432 64.8538 8 ASII 0.7682 0.7977 52.4186 9 UNTR 0.7566 0.7750 53.4017 10 KLBF 0.7444 0.8105 58.4201 11 GGRM 0.7432 0.6340 24.2433 12 AALI 0.7347 0.7557 35.2795 13 INTP 0.7167 0.7476 50.7601 14 PGAS 0.7432 0.8539 73.8152 15 ENRG 0.6062 0.7787 48.9167 16 TINS 0.7464 0.8286 66.9333 Sumber : IICD

55 Dari tabel 4.5 dapat dilihat dari 16 perusahaan yang terdapat data skoring tertinggi adalah PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) sebesar 73,8152 ditahun 2011 dan data skoring terendah adalah PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENGR) sebesar 0,6062 ditahun 2009. 5. Perataan Laba (Income Smoothing) Perataan laba merupakan suatu bentuk dari manajemen laba, yang menampilkan kondisi laba yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya tetapi penampilan yang diinginkan oleh manajemen. Untuk mengetahui perusahaan melakukan tindakan perataan laba atau tidak yaitu diukur dengan indeks Eckel. Eckel menggunakan Coeffiecient Variation (CV) variabel penghasilan dan penjualan bersih. Selanjutnya perusahaan dikelompokkan menjadi dua yaitu apabila perusahaan tidak melakukan praktik perataan laba diberi tanda 0 dan sebaliknya jika perusahaan melakukan tindakan perataan laba maka diberi tanda1. Berikut ini perataan laba dari 16 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai tahun 2011 dengan indeks Eckel, disajikam pada tabel 4.6. Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari sebanyak 48 sampel terdapat 10 sampel yang melakukan perataan laba dan sisanya 38 sampel yang tidak melakukan perataan laba. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa tahun 2009 dari 10 perusahaan hanya ada 1 perusahaan yang melakukan praktik perataan laba atau sekitar 10%. Perusahaan yang melakukan praktik perataan laba di tahun 2009 adalah PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENGR). Di tahun 2010 mengalami peningkatan dari 10 perusahaan terdapat 3 perusahaan yang melakukan praktik

56 perataan laba atau sekitar 30%. Perusahaan yang melakukan praktik perataan laba ditahun 2010 diantaranya adalah PT. United Tractors Tbk. (UNTR), PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS), dan PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENGR). Sedangkan di tahun 2011 mengalami peningkatan kembali dari 10 perusahaan terdapat 6 perusahaan yang melakukan praktik perataan laba atau sekitar 60%. Perusahaan yang melakukan praktik perataan laba di tahun 2011 diantaranya : PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. (SMGR), PT. Astra International Tbk. (ASII), PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), dan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP). Tabel 4.6 Perhitungan Perataan Laba (Income Smoothing) Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011 No Kode Income Smoothing (Indeks Eckel) Keterangan 2009 2010 2011 2009 2010 2011 1 ANTM 8.049 250.035 0.807 0 0 1 2 LSIP 1.467 3.235 1.849 0 0 0 3 SMCB 9.750 27.823 1.070 0 0 0 4 INDF 18.199 13.140 0.249 0 0 1 5 UNVR 1.481 1.392 1.180 0 0 0 6 PTBA 2.131 2.468 1.463 0 0 0 7 SMGR 1.676 29.003 0.584 0 0 1 8 ASII 5.906 1.322 0.925 0 0 1 9 UNTR 7.623 0.059 1.081 0 1 0 10 KLBF 1.904 2.995 2.052 0 0 0 11 GGRM 6.858 1.360 1.570 0 0 0 12 AALI 4.782 1.110 0.894 0 0 1 13 INTP 5.700 3.097 0.502 0 0 1 14 PGAS 4.804 0.018 4.991 0 1 0 15 ENRG (7.65) (12.88) 80.963 1 1 0 16 TINS 7.751 12.817 1.155 0 0 0 Sumber : Data diolah

57 Keterangan : 0 = Bukan Perata Laba 1 = Perata Laba B. Hasil Analisa Data 1. Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai hasil variabel-variabel penelitian. Berikut hasil pengolahan data menggunakan bantuan SPSS (Statical Product and Service Solution) versi 17.0 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.7 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation size 48 15.39 18.85 16.5524.83881 roa 48 -.0053.407.1359.97400 fl 48.13.83.3509.16431 cg 48.6062 73.8152 18.068149 25.8966880 income smoothing 48-7.65 250.04 10.9128 37.55861 Valid N (listwise) 48 Sumber: Data diolah, SPSS 17.0 Dari tabel 4.7 dapat dilihat hasil analisis statistik deskriptif tersebut diketahui bahwa jumlah observasi dalam penelitian (N) adalah 48. Pada variabel ukuran perusahaan nilai yang terkecil adalah PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) sebesar 15,39 ditahun 2009 dan nilai yang terbesar adalah PT. Astra

58 International Tbk. (ASII) sebesar 18,85 ditahun 2011 dengan nilai rata-rata sebesar 16,5524 dan standar deviasinya sebesar 0,83881. Variabel profitabilitas memiliki nilai yang terkecil adalah PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) sebesar -0,0053 ditahun 2010 dan nilai yang terbesar adalah PT. Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) sebesar 0,407 ditahun 2009 dengan nilai rata-rata sebesar 0,1359 dan nilai dari standar deviasi sebesar 0,97400. Variabel financial leverage memiliki nilai yang terkecil adalah PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) sebesar 0,13 ditahun 2011 dan nilai yang terbesar adalah PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENGR) sebesar 0,83 ditahun 2009 dengan nilai rata-rata sebesar 0,3509 dan nilai dari standar deviasi sebesar 0,16431. Variabel corporate governance memiliki nilai yang terkecil adalah PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENGR) sebesar 0,6062 ditahun 2009 dan nilai yang terbesar adalah PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) sebesar 73,8152 ditahun 2011 dengan nilai rata-rata sebesar 18,0681 dan nilai dari standar deviasi sebesar 25,8967. Artinya data CG sangat bervariasi. Perataan laba (income smoothing) memiliki nilai yang terkecil adalah PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENGR) sebesar -7,65 ditahun 2009 dan nilai yang terbesar adalah PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) sebesar 250,04 ditahun 2010 dengan nilai rata-rata sebesar 10,9128 dan nilai dari standar deviasi sebesar 37,5586.

59 2. Hasil Pengujian Hipotesis a. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test) Kelayakan model regresi dimulai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test lebih besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya. Dasar pengambilan keputusan : H 0 : jika probabilitas > 0,05 H 1 : jika probabilitas < 0,05 Tabel 4.8 Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 9.598 8.294 Sumber: Data diolah SPSS 17.0 Dari hasil pengujian pada tabel 4.8 diatas diperoleh nilai Chi-square sebesar 9,598 dengan nilai signifikan sebesar 0,294. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai signifikan lebih besar dari alpha (α) = 0,05 yang berarti keputusan yang diambil adalah H 0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang

60 diamati. Dengan begitu berarti model regresi logistik bisa digunakan untuk analisa selanjutnya. b. Uji Keseluruhan Model (Model Fit) Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian Sum of Square Error pada model regresi sehingga penurunan log likelihood menunjukkan model regresi semakin baik. Tabel 4.9 Hasil Uji Fit -2 Log Likelihood Contant Hasil Uji Fit 1 49,127 1,335 Hasil Uji Fit 2 34,609 11,122 Sumber: Data diolah, SPSS 17.0 Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan perbandingan antara nilai 2LL blok pertama dengan -2LL blok kedua. Dari hasil perhitungan nilai -2LL terlihat bahwa nilai hasil fit 1 adalah 49,127 dan nilai -2LL terlihat bahwa nilai hasil uji fit 2 adalah sebesar 34,609. Hal ini berarti terjadi penurunan, dengan adanya penurunan nilai dari log likelihood maka model regresi ini menyatakan semakin membaik.

61 c. Koefisien Determinan (Model Summary) Model summary dalam regresi logistik sama dengan pengujian R 2 pada persamaan regresi linier. Tujuan dari model summary adalah untuk mengetahui seberapa besar kombinasi variabel independen yang terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan corporate governance mampu menjelaskan variasi variabel dependen yaitu praktik prataan laba. Tabel 4.10 Model Summary Cox & Snell R Nagelkerke R Step -2 Log likelihood Square Square 1 34.609 a.261.407 a. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less than.001. Sumber: Data diolah, SPSS 17.0 Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat hasil koefisien determinasi yang dilihat dari negelkerke R 2 adalah 0,407 artinya, kombinasi variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan corporate governance mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen yaitu perataan laba sebesar 41% sedangkan sisanya 59% (100% - 41%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam model ini.

62 d. Pengujian Secara Parsial (Uji Wald) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen (ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan corporate governance) berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu praktik prataan laba. Dalam uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji parsial / individu. Pengujian parsial menggunakan signifikan 5% (0,05) untuk variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan corporate governance. Pengambilan keputusan berdasarkan profitabilitas : Jika p-value < α (0,05) maka H 0 ditolak Jika p-value > α (0,05) maka H 0 diterima Tabel 4.11 Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1 a SIZE.591.530 1.245 1.264 1.806 ROA -8.341 6.089 1.876 1.171.000 FL.499 3.651.019 1.891 1.646 CG.036.016 5.038 1.025 1.037 Constant -11.122 8.524 1.702 1.192.000 a. Variable(s) entered on step 1: size, roa, fl, cg. Sumber: Data diolah, SPSS 17.0 Berdasarkan tabel 4.11 diatas hasil uji secara parsial (uji wald) dapat dilihat nilai probabilitas ukuran perusahaan (SIZE) 0,264 dengan

63 signifikan 5% (0,05) maka H 0 diterima. Hal ini berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Nilai probabilitas profitabilitas (ROA) 0,171 dengan signifikan 5% (0,05) maka H 0 diterima. Hal ini berarti profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Nilai probabilitas financial leverage 0,891 dengan signifikan 5% (0,05) maka H 0 diterima. Hal ini berarti financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Nilai probabilitas corporate governance (CG) 0,025 dengan signifikan 5% (0,05) maka H 0 ditolak. Hal ini berarti corporate governance berpengaruh terhadap praktik perataan laba. e. Analisa Regresi Logistik Berdasarkan tabel sebelumnya merupakan nilai estimasi uji wald dan nilai Exp (B) dari variabel ukuran perusahaan, profitabilias, financial leverage, dan corporate governance untuk membuat model persamaan. Dari pengujian persamaan regresi logistik maka diperoleh model regresi logistik sebagai berikut : = -11,122 + 0,591 SIZE 8,341 ROA + 0,499 FL + 0,036 CG

64 Dimana : = Probabilitas variabel dummy praktik prataan (kategori 1 untuk perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. SIZE ROA FL CG = Ukuran Perusahaan = Profitabilitas = Financial Leverage = Corporate Governance Dari persamaan diatas dapat dijelaskan : 1. Konstanta (α) sebesar -11,122 menjelaskan bahwa perataan laba dalam penelitian sebesar -11,122 jika variabel independen bernilai nol (0). Namun nilai signifikansi konstanta berada diatas 0,05 maka variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan corporate governance tidak mempunyai pengaruh terhadap perataan laba. 2. Koefisien regresi ukuran perusahaan (SIZE) adalah sebesar 0,591 yang berarti bahwa setiap peningkatan SIZE sebesar satu satuan akan meningkatkan praktik perataan laba sebesar 0,591 dengan asumsi variabel independen lainnya konsantan. 3. Koefisien regresi profitabilitas (ROA) adalah sebesar -8,341 yang berarti bahwa setiap peningkatan ROA sebesar satu satuan akan menurunkan praktik prataan laba sebesar 8,341 dengan asumsi variabel independen lainnya konsatan.

65 4. Koefisien regresi financial leverage (FL) adalah sebesar 0,499 yang berarti bahwa setiap peningkatan FL sebesar satu satuan akan meningkatkan praktik prataan laba sebesar 0,499 dengan asumsi variabel independen lainnya konsatan. 5. Koefisien regresi corporate governance (CG) adalah sebesar 0,036 yang berarti bahwa setiap peningkatan CG sebesar satu satuan akan meningkatkan praktik prataan laba sebesar 0,036 dengan asumsi variabel independen lainnya konsatan. C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Ukuran Perusahaan (SIZE) Berdasarkan hasil pengujian parsial variabel ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba, variabel perusahaan (SIZE) memiliki nilai probabilitas sebesar 0,264 dengan signifikan (α) 0,05 dan memiliki koefisien regresi yang bernilai positif sebesar 0,591 dengan begitu nilai ukuran perusahaan (0,264) > nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti H1 ditolak yaitu ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Penjelasan yang dapat diberikan adalah kemungkinan perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba tidak didasari atas ukuran perusahaan yang dimilikinya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Narsa, dkk (2003). Sedangkan hasil tersebut konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu

66 Jatiningrum (2000), Sartono (2004), Suwito dan Arleen (2005), Sofia Prima Dewi dan Carina (2008), Ni Luh Putu A. Prabayanti dan Gerianta W. Yasa (2009), dan Rendy (2011). 2. Profitabilitas (ROA) Berdasarkan hasil pengujian vaiabel profitabilitas terhadap tindakan perataan laba, variabel profitabilitas (ROA) memiliki nilai probabilitas sebesar 0,171 dengan signifikan (α) 0,05 dan memiliki koefisiensi regresi yang bernilai negatif sebesar -8,341 dengan begitu nilai profitabiitas (0,171) > nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti H2 ditolak yaitu profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka perusahaan akan cenderung untuk tidak melakukan perataan laba karena akan semakin tinggi perhatian publik atas tingginya profitabilitas yang akan mengakibatkan tingginya harapan investor dalam mendapatkan kompensasi kepada mereka. Kemungkinan disebabkan tidak berpengaruhnya ROA diduga karena investor cenderung mengabaikan informasi ROA yang ada secara maksimal (Noor, 2004:77), sehingga manajemen pun menjadi tidak termotivasi melakukan perataan laba melalui variabel tersebut. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu Suwito dan Arleen (2005), dan Rendy (2011). Tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Jatiningrum (2000), Narsa, dkk (2003), Sartono (2004), Sofia Prima Dewi dan Carina (2008), Ni Luh Putu A. Prabayanti dan Gerianta W. Yasa (2009).

67 3. Financial Leverage (FL) Berdasarkan hasil pengujian variabel financial leverage terhadap tindakan perataan laba, variabel financial leverage memiliki nilai probabilitas sebesar 0,891 dengan signifikan (α) 0,05 dan memiliki koefisien regresi yang bernilai positif sebesar 0,499 dengan begitu nilai probabilitas (0,891) > nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti H3 ditolak yaitu financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Penjelasan yang dapat diberikan adalah semakin tinggi nilai financial leverage maka semakin kecil kemungkinan manajemen melakukan tindakan perataan laba di perusahaan, begitu juga sebaliknya, apabila semakin rendah nilai financial leverage maka semakin besar kemungkinan manajeman melakukan tindakan perataan laba di perusahaan. Penelitian sebelumnya yang juga memberikan hasil yang sama adalah penelitian Narsa dkk (2003) bahwa jenis usaha manufaktur tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Dengan demikian, hipotesis ketiga (H3) Terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat financial leverage terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian I Made Karsa (2003) dan Budiasih (2005) yang menunjukkan bahwa variabel financial leverage tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Tidak sejalan dengan penelitian dari Ni Luh Putu A. Prabayanti dan Gerianta W. Yasa (2009).

68 4. Corporate Governance (CG) Berdasarkan hasil pengujian variabel Corporate Governance terhadap tindakan perataan laba, variabel Corporate Governance memiliki nilai probabilitas sebesar 0,025 dengan signifikan (α) 0,05 dan memiliki koefisien regresi yang bernilai positif sebesar 0,036 dengan begitu nilai probabilitas (0,025) < nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti H4 diterima yaitu Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Kemungkinan penyebabnya karena penerapan GCG di Indonesia sematamata dilakukan perusahaan untuk memenuhi kewajiban. Sehingga penerapan CG kurang dimanfaatkan untuk pengawasan terhadap manajemen perusahaan, keadaan saat ini menunjukkan bahwa hal tersebut masih sangat jauh dari harapan. Masih banyaknya kepentingan politik, KKN, peradilan yang tidak adil, bekerja di luar kewenangan, dan kurangnya integritas dan transparansi adalah beberapa masalah yang membuat pemerintahan yang baik masih belum bisa tercapai. Untuk mencapai good governance dalam tata pemerintahan di Indonesia, maka prinsipprinsip good governance hendaknya ditegakkan dalam berbagai institusi penting pemerintahan. Dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance maka tiga pilarnya yaitu pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil hendaknya saling menjaga, saling support dan berpatisipasi aktif dalam penyelenggaraan pemerintahan yang sedang dilakukan. Hal ini diatur dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) bahwa undang-undang ini mewajibkan Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan komisaris juga mempunyai Dewan Pengawas Syariah. Sehingga

69 terwujudnya tanggung jawab sosial dan lingkungan yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan mendukung terjalinnya hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya setempat. Hasil penelitian sebelumnya dari Siddharta dan Veronica Silvia (2005) menunjukkan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Sedangkan tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Ni Luh Putu A. Prabayanti dan Gerianta W. Yasa (2009) menghasilkan penelitian bahwa corporate governance tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.