BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

BAB III METODA PERENCANAAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB III LANDASAN TEORI

Penggunaan Hot Rolled Asphalt Sebagai Alternatif Lapisan Tambahan Perkerasan pada Ruas Jalan Pacitan Glonggong di Pacitan. Sri Wiwoho M, ST, MT

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat-syarat secara teknis maupun ekonomis. Syarat-Syarat umum jalan yang harus dipenuhi adalah:

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Provinsi Banten ini nantinya akan berubah status dari Jalan Kolektor

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

STUDI KASUS: JALAN RUAS KM. 35 PULANG PISAU. Adi Sutrisno 06/198150/TK/32229

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DITERBITKAN OLEH YAYASAN BADAN PENERBIT PU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk

TINJAUAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN SIMPANG BULOH LINE PIPA STA , PEMKOT LHOKSEUMAWE 1 Romaynoor Ismy dan 2 Hayatun Nufus 1

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

PERKERASAN DAN PELEBARAN RUAS JALAN PADA PAKET HEPANG NITA DENGAN SYSTEM LATASTON

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

BAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

FASILITAS PEJALAN KAKI

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

STUDI STUDI PERENCANAAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN TAMBAHAN (OVERLAY) PADA RUAS JALAN MOTAHARE-RAILACO (STA STA ) TIMOR LESTE

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PANDAN ARUM - PACET STA STA KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sampai saat ini ada 3 (tiga) jenis perkerasan jalan yang sering digunakan, yaitu :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR i DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Ulasan Pustaka Terhadap Penelitian Ini Ringkasan Penelitian Lain...

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

Fitria Yuliati

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Identifikasi Masalah. Pengamatan Pendahuluan

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

PENGARUH BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN (studi kasus ruas jalan K.H. Ahmad Sanusi Sukabumi)

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

BAB I PENDAHULUAN. 1. mahasiswa dapat melakukan identifikasi (identify) metoda-metoda yang digunakan

Re-Desain Lapisan Perkerasan Lentur Pada Ruas Jalan Lingkar Timur Baru STA STA 4+040,667 di Kabupaten Sidoarjo. A.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR ( FLEXIBEL PAVEMENT) PADA PAKET PENINGKATAN STRUKTUR JALAN SIPIROK - PAL XI (KM KM. 115.

LAPORAN TUGAS AKHIR. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA

PERENCANAAN ULANG TEBAL PERKERASAN BERDASARKAN FOKTOR-FAKTOR KERUSAKAN JALAN (Studi Kasus: Jalan Lapang Ujung Barasok, Kecamatan Johan Pahlawan)

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

7.1. PERKERASAN JALAN (PAVEMENT)

PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN DAN ESTIMASI BIAYA JALAN RAYA LAWEAN SUKAPURA ( PROBOLINGGO )

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN BARU ANTARA RUAS JALAN TERMINAL INDIHIANG DENGANJALAN TASIKMALAYA BANDUNG (CISAYONG)

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (n)

ANALISA DAMPAK BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN. (Studi Kasus : Ruas Jalan Pahlawah, Kec. Citeureup, Kab. Bogor) Oleh:

METODOLOGI. Kata Kunci--Perkerasan Lentur, CTB, Analisa dan Evaluasi Ekonomi. I. PENDAHULUAN

STUDI KARAKTERISTIK PENENTUAN TINGKAT PEMBEBANAN KENDARAAN TERHADAP TEBAL LAPIS PERKERASAN JALAN

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

ALTERNATIF LAIN ANALISIS STRUKTUR JALAN PERKERASAN LENTUR PADA PEMBANGUNANJALAN LINGKAR SELATAN KOTA PASURUAN

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

Program Studi Diploma III Teknik Sipil Bangunan Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar dan roda kendaraan, sehingga merupakan lapisan yang berhubungan

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS. kendaraan yang melanggar dan kendaraan tidak melanggar)

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS EKONOMI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN MENGGUNAKAN PILE SLAB PADA RUAS JALAN BABAT-BOJONEGORO

PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN KOTA BULUH BTS. KOTA SIDIKALANG KM KM TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Perkerasan Lentur

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur.

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DI RUAS JALAN KALIURANG YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perencanaan tebal perkerasan yang mempunyai lingkup perencanaan bahan dan

PENGARUH KINERJA JEMBATAN TIMBANG KATONSARI TERHADAP KONDISI RUAS JALAN DEMAK KUDUS (Km 29 Km 36)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH KINERJA JEMBATAN TIMBANG KLEPU TERHADAP KONDISI RUAS JALAN SEMARANG - BAWEN (KM 17 KM 25)

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Tebal Perkerasan Dalam usaha melakukan pemeliharaan dan peningkatan pelayanan jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah daerah yang mengalami kerusakan atau daerah daerah yang sudah tidak memenuhi standar pelayanan jalan yang baik, yang diperlukan dalam perencanaan lapisan tambahan ini hampir sama dengan data data yang diperlukan untuk merencanakan jalan baru. Namun, perlu dilakukan survey terhadap lapisan permukaan yang telah ada sebelumnya seperti struktur perkerasan, tebal perkerasan, lapis pondasi, lapis bawah pondasi, sehingga dapat mengetahui kekuatan jalan yang telah ada. Lapisan perkerasan jalan pada umumnya meliputi: 1. lapis podasi bawah (Sub base course), 2. lapis pondasi (Base course), 3. lapis permukaan (Surface course). Gambar 3.1 Susunan Tebal Lapis Perkerasan 37

38 Dalam merencanaan tebal perkerasan metode yang digunakan adalah Metode Analisa Komponen (Bina Marga). Parameter dalam perencanaan lapis tambahan adalah sebagai berikut: 3.1.1 Menentukan Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) Daya dukung tanah dapat diperoleh dari korelasi antara nilai CBR tanah dasar dengan nilai DDT itu sendiri. Nilai CBR dapat diperoleh dengan uji CBR tanah. Harga CBR disini adalah harga CBR lapangan. Gambar 3.2 Grafik Korelasi DDT dan CBR

39 Nilai CBR tanah dasar juga dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan: DDT = (4,3 log CBR) + 1,7 (3.1) Keterangan : DDT = Nilai daya dukung tanah CBR = Nilai CBR tanah dasar 3.1.2 Menentukan Umur Rencana (UR) Umur rencana jalan adalah waktu yang ditentukan dari jalan mulai dibuka (mulai digunakan) sampai jalan perlu dilakukan perbaikan (overlay). Dalam perencanaan jalan umumnya UR yang digunakan umumnya adalah 10 tahun. 3.1.3 Menentukan Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i %) Fakor pertumbuhan lau lintas ditentukan untuk umur rencana jalan yang telah ditentukan. Penentuan didasarkan pada tingkat pertumbuhan lalu lintas dalam waktu 1 tahun. 3.1.4 Menentukan Tingkat Lalu Lintas Harian Rerata (LHR) Penentuan tingkat lalu lintas harian rata rata untuk setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana, yaitu dengan menghitung jumlah kendaraan yang melintas, dihitung untuk dua arah pada ruas jalan yang berbeda. LHR didefinisikan sebagai volume lalu lintas yang menyatakan jumlah lalu lintas selam 24 jam yang dinyatakan dalam satuan smp (satuan mobil penumpang). 3.1.5 Menentukan Angka Ekivalen Kendaraan Angka ekivalen kendaraan berhubungan dengan jumlah lintas yang dilakukan kendaraan terhadap suatu perkerasan jalan yaitu jumlah repetasi beban yang ditanggung suatu jalan pada saat tersibuk atau volume kendaraan tertinggi.

40 1. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) Merupakan lintas ekivalen pada awal umur rencana atau pada saat jalan baru dibuka. LEP adalah jumlah lintas ekivalen harian rerata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada lajur rencana yang diduga terjadi pada awal umur rencana. LEP dihitung dengan rumus : = (3.2) Keterangan: UR = Umur rencana j = Jenis kendaraan C = Koefisien distribusi kendaraan E = Angka ekivalen Tabel 3.1 Koefisien Distribusi Kendaraan (C) Jumlah Jalur Kendaraan Ringan Kendaraan Berat 1 Arah 2 Arah 1 Arah 2 Arah 1 1,00 1,0 1,00 1,0 2 0,60 0,50 0,70 0,50 3 0,4 0,4 0,5 0,475 4 0,30 0,45 5 0,25 0,425 6 0,20 0,4

41 2. Angka Ekivalen Beban Sumbu Kendaraan Angka ekivalen dihitung untuk setiap jenis kendaraan dengan terlebih dahulu dihitung angka ekivalen masingmasing sumbu. Rumus untuk menghitung angka ekivalen sumbu tunggal dan sumbu ganda seperti pada rumus sebagai berikut : Angka ekivalen ( E ) masing masing golongan sumbu : a. Angka Ekivalen Sumbu Tunggal Beban satu Sumbu Tunggal dalam kg E. (3.3) 8160 b. Angka Ekivalen sumbu Ganda Beban satu Sumbu Ganda dalam kg E 0,086.. (3.4) 8160 Tabel 3.2 : Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan 4 4 Beban satu sumbu Angka Ekivalen Kg Sumbu Tunggal Sumbu Ganda 1000 0,0002 2000 0,0036 0,0003 3000 0,0183 0,0016 4000 0,0557 0,0050 5000 0,1410 0,0121 6000 0,2923 0,0251 7000 0,5415 0,0466 8000 0,9238 0,0794

42 8160 10,000 0,0860 9000 14,798 0,1273 9910 22,555 0,1940 11 33,022 0,2840 12 46,770 0,4022 13 64,419 0,5540 14 86,647 0,7452 15 114,184 0,9820 16 147,815 12,712 3. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) Merupakan lintas ekivalen pada akhir umur rencana atau pada saat jalan tersebut perlu diperbaiki. LEA dihitung dengan rumus: LEA = j (1+i) UR x C j x E j... (3.5) Keterangan : j i = Jenis kendaraan = Perkembangan lalu lintas 4. Lintas Ekivalen Tengah (LET) Merupakan jumlah lintas ekivalen harian rerata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada lajur rencana yang diduga terjadi pada pertengahan umur rencana.

43 LET dihitung dengan rumus : = (3.6) 5. Lintas Ekivalen Rencana (LER) Merupakan besarnya nilai lintas ekivalen yang akan terjadi atau yang direncanakan pada awal umur rencana hingga akhir umur rencana jalan. LER dihitung dengan rumus: = (3.7) 3.1.6 Menentukan Faktor Regional (FR) Hal hal yang mempengaruhi nilai FR antara lain: 1. permeabilitas tanah, 2. kelengkapan drainase, 3. bentuk alinyemen, 4. presentase kendaraan yang ada, 5. keadaan iklim yang mencakup curah hujan rerata pertahun. Tabel 3.3 Fakor regional (FR) Iklim Iklim I < 900 mm/ th Kelandaian I (<6%) Kelandaian II (>6 10%) Kelandaian III (>10%) % kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat 30% > 30% 30% > 30% 30% > 30% 0,5 1,0 1,5 1,0 1,5 2,0 1,5 2,0 2,5 Iklim II 1,5 2,0 2,5 2,0 2,5 3,0 2,5 3,0 3,5 > 900 mm/ th

44 3.1.7 Menentukan Indeks Permukaan (IP) Nilai indeks permukaan dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Menentukan Indeks Permukaan Awal (IPo) Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo), perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/ kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana, menurut tabel dibawah ini: Tabel 3.4 Indeks Permukaan pada Awal Umur Rencana (IPo) Jenis Lapis Perkerasan Ipo Roughness (mm/ km) LASTON 4 1000 3,9 3,5 >1000 LASBUTAG 3,9 3,5 3,4 3,0 2000 >2000 HRA 3,9 3,5 3,4 3,0 2000 >2000 BURD 3,9 3,5 2000 A BURTU 3,4 3,0 <2000 LAPEN 3,4 3,0 2,9 2,5 3000 <3000 2. Menentukan Indeks Permukaan Akhir (IPt) Merupakan nilai indeks permukaan pada akhir umur rencana atau akhir masa layan jalan. Ipt menunjukkan tingkat kerusakan yang diijinkan pada akhir umur rencana. Dalam menentukan IPt perlu dipertimbangkan faktor faktor

45 klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen rencana (LER) menurut tabel di bawah ini. Beberapa nilai IPt dan artinya adalah sebagai berikut: IP = 1,0 : menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga sangat mengganggu lalu lintas kendaraan yang lewat. IP = 1,5 : tingkat pelayanan yang rendah yang masih mungkin (jalan tidak terputus). IP = 2,0 : tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap. IP = 2,5 : menyatakan permukaan jalan yang masih cukup stabil yang baik. Tabel 3.5 Indeks Permukaan pada Akhir Umur Rencana (IP) LER Klasifikasi Jalan Lokal Kolektor Arteri Tol < 10 1,0 1,5 1,5 1,5 2,0 10 100 1,5 1,5 2,0 2,0 100 1000 1,5 2,0 2,0 2,0 2,5 > 1000 2,0 2,5 2,5 2,5 3.1.8 Koefisien Kekuatan Relatif (a) Koefisien kekuatan relatif ditentukan berdasarkan, nilai hasil uji Marshall(kg) untuk bahan aspal, kuat tekan (kg/cm²) untuk bahan pondasi atau pondasi bawah, jika alat marshall tidak tersedia maka kekuatan bahan beraspal bisa diukur dengan cara lain seperti hveem test. Nilai koefisien relatif untuk masingmasing bahan Indonesia telah ditetapkan oleh Bina Marga pada Metode Analisa Komponen, 1987.

46 Tabel 3.6 Koefisien Kekuatan Relatif Koefisien Kekuatan Kekuatan Bahan Relatif a1 a2 a3 MS Kt(kg CBR (kg) /cm) % 0,40 744 0,35 590 0,32 454 0,30 340 0,35 0,32 0,28 0,26 0,30 0,26 0,25 0,20 0,28 0,26 0,24 0,23 0,19 0,15 0,13 0,15 0,13 0,14 0,13 0,12 0,13 0,12 0,11 744 590 454 340 340 340 590 454 340 22 18 100 80 60 70 50 30 Jenis Bahan LASTON LASBUTAG HRA MACADAM LAPEN (MEKANIS) LAPEN (MANUAL) LASTON ATAS LAPEN (MEKANIS) LAPEN (MANUAL) Stab tanah dengan semen Stab dengan kapur Batu pecah (Kelas A) Batu pecah (Kelas B) Batu pecah (Kelas C) Sirtu/pitrun (Kelas A) Sirtu/pitrun (Kelas B) Sirtu/pitrun (Kelas C) 0,10 20 Tanah Lempung Kepasiran 3.1.9 Mencari Nilai Indeks Tebal Perkerasan (ITP) Indeks tebal perkerasan (ITP) adalah angka yang berhubungan dengan penentuan tebal minimum tiap lapis di suatu jalan. Jalan yang memakai perkerasan lentur memiliki 3 lapisan utama yaitu lapis permukaan, lapis pondasi atas, dan lapis pondasi bawah. Tiap lapisan memiliki nilai minimum untuk untuk

47 indeks tebal perkerasan yang diambil dari nomogram ITP berdasarkan hubungan DDT, LER dan FR. ITP = a 1. D 1 + a 2. D 2 + a 3. D 3......... (3.8) Keterangan : a 1, a 2, a 3 D 1, D 2, D 3 = koefisien kekuatan relatif = tebal masing masing perkerasan Tabel 3.7 BatasBatas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan untuk Lapis Permukaan ITP < 3,00 3,00 6,70 6,71 7,49 7,50 9,99 10,00 Tebal Minimum (cm) 5 5 7,5 7,5 10 Bahan Lapis pelindung : (Buras/Burtu/Burdu) Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lsbutag, Laston Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lsbutag, Laston Lasbutag, Laston Laston Tabel 3.8 BatasBatas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan untuk Lapis Pondasi ITP < 3,00 3,00 7,49 7,50 9,99 10 12,14 12,25 Tebal Minimum (cm) 15 20 10 20 15 20 25 Bahan Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur Laston Atas Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam Laston Atas Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam, Lapen, Laston atas Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam, Lapen, Laston atas