I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan, salah satunya adalah Air Polisher Devices (APDs).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan tersebut bertujuan untuk memperbaiki abnormalitas susunan gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodonti bertujuan memperbaiki susunan gigi-gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki maloklusi gigi, kelainan -

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. stomatognatik tidak akan berjalan baik (Mc Laughlin dkk., 2001). Perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau kelompok gigi dan jaringan pendukungnya sehingga menghasilkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. mempertahankan kesehatan jaringan pendukung sehingga menghasilkan kedudukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penjangkaran, akrilik, dan pasien dapat memasang atau melepas alat tersebut

INTISARI Penggunaan braket preadjusted self ligating dianggap mampu menghasilkan resistensi friksional rendah karena bentuknya seperti tabung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kali diperkenalkan pada tahun Alat ortodontik cekat yang pertama kali

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dilepas oleh operator yaitu ortodontis. Komponen alat cekat terbagi menjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya permintaan dilakukan perawatan ortodonsi.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencegah, mengubah dan memperbaiki ketidakteraturan letak gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN BESAR FRIKSI ANTARA EMPAT MACAM BRAKET STAINLESS STEEL BARU DAN DAUR ULANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAHAN AJAR Pertemuan ke 13

BAB 2 SISTEM DAMON. inovatif yang digunakan ortodontis dalam mengoreksi maloklusi. Banyak sistem

BAB I PENDAHULUAN. labialis, premature loss gigi decidui, prolonged retension gigi decidui,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan normal (Graber dan Swain, 1985). Edward Angle (sit. Bhalajhi 2004)

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

PERBANDINGAN KEKERASAN ANTARA EMPAT MACAM BRAKET STAINLESS STEEL BARU DAN PASCABAKAR DENGAN VARIASI WAKTU PEMBAKARAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dengan gigi semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada adalah teknik Begg. Kawat busur yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi secara bersamaan, dan dapat melakukan penggerakan gigi yang tidak mungkin

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alat ortodontik cekat meliputi beberapa komponen dasar yaitu braket,

A. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman, perawatan ortodontik semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi 4 jenis yaitu nikel titanium, kobalt-kromiun-nikel, stainless steel dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan estetik wajah yang kurang baik (Wong, dkk., 2008). Prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemilihan kawat busur ortodontik yang ideal dapat menjadi kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan yang bervariasi dari wajah, rahang, gigi, dan abnormalitas dentofasial

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BERBAGAI TEKNIK PERAWATAN ORTODONTI PADA KANINUS IMPAKSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Abad 20 merupakan abad baru stainless steel dengan ditemukannya HIPASS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya permintaan perawatan ortodontik (Erwansyah, 2012). Perawatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. retensi. Alat ortodonsi lepasan merupakan alat yang dapat dilepas dan dibersihkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berupa alat cekat dan alat lepasan (Susetyo, 2000). Alat ortodontik cekat adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada

PROSES PELAPISAN BAJA DENGAN METODE SEMBURAN KAWAT LAS OKSI-ASITILEN

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang bidang pekerjaannya sangat menuntut penampilan seperti pramugari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap penampilan. Tuntutan dan kebutuhan perawatan gigi estetik masa kini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapatkan perawatan ortodonsi. Keteraturan dan pembersihan plak yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, salah satunya dengan perawatan ortodontik. Kebutuhan perawatan ortodontik

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan oklusi yang baik tanpa rotasi gigi dan diastema (Alawiyah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sampel yang di peroleh sebanyak 24 sampel dari cetakan pada saat lepas bracket. 0 Ideal 2 8,33 2 8,33

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

PERBEDAAN KUAT REKAT TARIK DAN GESER PADA REBONDING DENGAN DAN TANPA PENGETSAAN BRAKET LOGAM DAUR ULANG

BAB III METODE PENELITIAN. tentang Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding Total-Etch Terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. terus meningkat. Perawatan ortodonsi bertujuan untuk memperbaiki oklusi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

PERBEDAAN POLA MAKAN ANTARA REMAJA YANG MENJALANI PERAWATAN ORTODONTIK LEPASAN DAN PERAWATAN ORTODONTIK CEKAT SKRIPSI ILKHANA WINDAH J

Transkripsi:

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat, bahan, dan teknologi dalam bidang kedokteran gigi terus mengalami perkembangan, salah satunya adalah Air Polisher Devices (APDs). Konsep teknologi APDs pertama kali dipasarkan tahun 1976 oleh Dr. Black. APDs bekerja dengan cara mendorong partikel polish melewati campuran air dan tekanan udara melalui ujung pipa handpiece. Energi kinetik dari dorongan partikel polish mengenai permukaan gigi sehingga stain dan plak gigi hilang (Barnes, 2010). Indikasi penggunaan APDs adalah untuk membersihkan noda pada fisur gigi, membersihkan permukaan gigi sebelum aplikasi bahan restorasi atau komposit, membersihkan permukaan gigi sebelum penentuan warna gigi, bleaching, dan fluoridasi (Wilmes dkk., 2009). Menurut beberapa penelitian APDs tidak hanya menyebabkan hilangnya stain pada permukaan gigi, tetapi juga berpengaruh pada jaringan lunak, jaringan keras, dan bahan restoratif (Barnes, 2010). Penggunaan APDs dalam bidang ortodonsia digunakan untuk mempersiapkan permukaan email sebelum pemberian bahan adhesif pada pasien yang akan memakai alat ortodontik cekat dan membersihkan gigi pada pasien yang sudah memakai alat ortodontik cekat (Wilmes dkk., 2009). APDs berbeda dengan air abrasion. Air abrasion menggunakan bubuk aluminium oksida dengan The Mohs hardness number 9 (nilai kekerasan rerata 1-10). APDs menggunakan bubuk sodium bikarbonat dengan The Mohs hardness number 2,5 (Barnes, 2010). Sodium bikarbonat atau natrium bikarbonat 1

mempunyai rumus kimia (NaHCO 3 ). Sodium bikarbonat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang farmasi, produksi makanan manusia dan hewan, proses industri bahan kimia lainnya, dan bahan kosmetik. Detergen, sabun, dan pasta gigi merupakan salah satu hasil dari sodium bikarbonat (Solvay., 1996 sit Lakhanisky., 2002). Perawatan ortodontik bertujuan untuk memperbaiki letak gigi-geligi dan rahang yang tidak normal agar diperoleh fungsi gigi-geligi, estetik, dan wajah yang menyenangkan sehingga meningkatkan kesehatan psikososial seseorang. Hasil perawatan ortodontik yang kurang baik akan timbul bila tidak sesuai antara kasus yang dirawat dengan: (1) perencanaan perawatan, (2) pemilihan alat ortodontik, dan (3) kemampuan dokter gigi. Secara garis besar alat ortodontik yang digunakan untuk merawat maloklusi dapat digolongkan menjadi alat ortodontik lepasan (removable appliance) dan alat ortodontik cekat (fixed appliance). Tiga komponen utama pada alat ortodontik cekat adalah perlekatan (attachment) yang berupa braket (bracket) atau cincin (band), kawat busur (archwire) dan alat penunjang (accesories atau auxiliaris) misalnya rantai elastomerik. Braket berfungsi untuk menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kawat busur dan atau auxiliaries pada gigi. Braket mempunyai slot dengan ukuran lebar 0,018 dan 0,022 untuk tempat kawat busur. Braket juga mempunyai sayap (wings) untuk mengikat kawat busur dengan pengikat (ligature wire atau elastic ligature) (Rahardjo, 2009). Maijer dan Smith (1981) mengatakan ada beberapa macam bahan penyusun braket, yaitu: (1) plastik (polycarbonate), (2) plastik yang diperkuat logam, (3) keramik, dan (4) logam. Keuntungan penggunaan braket bahan logam 2

antara lain: (1) dapat didaur ulang, (2) dapat disterilisasi, (3) tahan terhadap deformasi dan fraktur, (4) sedikit terjadi gaya gesek antar permukaan kawat dan braket, dan (5) harganya yang murah. Kerugian penggunaan braket bahan logam adalah: (1) estetika kurang memuaskan, (2) dapat mengalami korosi, dan (3) menyebabkan perubahan warna pada gigi (Bhalajhi, 2004). Braket melekat pada permukaan gigi dengan dua cara yaitu dengan cincin ortodontik (banding) dan tanpa cincin ortodontik (bonding). Perlekatan braket dengan sistem bonding adalah perlekatan antara gigi dan braket secara langsung pada email dengan bantuan bahan bonding dan adhesif (Thurow, 1982). Perlekatan braket sistem bonding lebih banyak digunakan karena dinilai lebih estetis dan praktis. Perlekatan braket sistem bonding tidak sekuat perlekatan braket sistem banding sehingga braket lebih mudah lepas dari permukaan gigi (Proffit dkk., 2000). Braket dapat terlepas dari permukaan gigi selama proses perawatan ortodontik oleh karena tekanan kunyah dan sikat gigi atau sengaja dilepas untuk keperluan reposisi (Proffit dkk., 2000; Chetan dan Muralidhar, 2011). Braket yang lepas menyebabkan ortodontis harus merekatkan kembali braket pada permukaan gigi (rebonding). Prosedur rebonding memerlukan proses daur ulang braket yang bertujuan untuk menghilangkan sisa bahan adhesif pada mesh braket tanpa merusak braket sehingga braket tersebut dapat digunakan kembali (Chetan dan Muralidhar, 2011; Tsui-Hsien dkk., 2011). Maschia dan Chen (1982) mengatakan bahwa daur ulang braket menguntungkan karena dapat memperkecil biaya operasional bagi ortodontis dan pasien. 3

Daur ulang dapat dilakukan oleh perusahaan atau operator sendiri. Beberapa metode yang sering digunakan secara langsung oleh operator adalah membersihkan sisa bahan adhesif dengan menggunakan green stone bur, membakar sisa bahan adhesif baik dengan atau tanpa diikuti dengan pembersihan ultrasonik, dan sanblasting (Chetan dan Muralidhar, 2011). Chetan dan Muralidhar (2011) menggunakan mini torch selama 5 detik untuk membakar sisa bahan adhesif pada basis braket, sedangkan Quick dkk. (2005) membakar sisa adhesif selama 10 detik. Suhu nyala api yang dihasilkan mini torch dipengaruhi oleh jenis bahan gas yang digunakan serta perbandingan antara gas dan udara pada proses pembakaran (Renfroe, 1975; Anusavice, 2003). Proses daur ulang braket dengan pembakaran akan menyebabkan perubahan mikrostruktur braket. Presipitasi khrom karbida yang menyebabkan disintegrasi parsial alloy terjadi pada sebagian besar braket ortodontik yang terbuat dari stainless steel tipe austenitik ketika dibakar pada suhu 400 o -900 o C. Disintegrasi parsial alloy menyebabkan lemahnya struktur alloy (Phillips, 1991). Hilangnya unsur kromium dari logam melalui presipitasi karbida menyebabkan turunnya resistensi stainless steel terhadap korosi (O`Brien, 1978 dan Phillips, 1991). Wilmes dkk, (2009) melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat dampak dari penggunaan APDs Clinpro TM Prophy dan Air-Flow R terhadap permukaan braket. Clinpro TM Prophy menggunakan bubuk glycyne dengan ukuran partikel < 63 μm dan Air-Flow R menggunakan bubuk sodium bikarbonat < 0,1 mm. Kedua bahan APDs diaplikasikan pada braket yang berbahan dasar stainless steel, keramik, dan plastik. Setiap braket dilakukan air polishing selama 5, 10, 30, 4

dan 60 detik pada bagian permukaan braket. Jarak APDs dengan permukaan gigi adalah 2 mm. Hasil yang diperoleh adalah pada detik ke-10 setelah air polishing, permukaan braket keramik dan plastik tidak terlihat adanya kekasaran baik dengan Clinpro TM Prophy ataupun Air-Flow R, tetapi pada permukaan braket stainless steel dengan menggunakan Air-Flow R terlihat kekasaran permukaan. Kekasaran permukaan braket keramik dan plastik terjadi setelah detik ke-30 dan 60 air polishing. Pada detik ke-60, semua sampel braket menunjukkan kekasaran permukaan akibat Clinpro TM Prophy ataupun Air-Flow R, tetapi yang paling kasar adalah braket yang di air polishing dengan Air-Flow R. Gaya gesek adalah tahanan terhadap suatu gerakan saat sebuah objek bergerak bersinggungan dengan objek lain. Gaya gesek bekerja pada bidang kontak antara kawat busur dan braket yang berlawanan arah dengan arah gerakan gigi disepanjang kawat busur (Shouthard,2007). Gaya gesek merupakan variabel tidak terkendali yang terjadi selama peratawan ortodontik baik pada saat pengaturan posisi awal (initial alignment) ataupun menggerakkan gigi dengan cara meluncurkan braket sepanjang kawat busur (Iwasaki dkk., 2003). Beberapa literatur menyebutkan bahwa penurunan atau peningkatan gaya gesek antara braket dan kawat busur terjadi karena beberapa faktor. Gaya gesek akan meningkat atau bervariasi tergantung pada: ukuran kawat, angulasi kawat terhadap braket, cara ligasi, perubahan bentuk kawat, dan bentuk kawat. Kondisi lain yang mempengaruhi gaya gesek adalah lebar braket, lubrikasi, kekasaran permukaan, dan bahan ligasi (ligature wire atau elastic ligature) (Tselepis dkk., 1994). 5

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan: Bagaimana pengaruh penggunaan air polisher dengan bahan sodium bikarbonat terhadap gaya gesek braket logam daur ulang? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh penggunaan air polisher dengan bahan sodium bikarbonat terhadap gaya gesek braket logam daur ulang. D. Keaslian Penelitian Buchman (1980) meneliti dampak braket metalik direct-bond ortodontik daur ulang dengan pembakaran terhadap gaya gesek. Hasil yang diperoleh adalah terjadi mikrostruktur braket karena korosi intergranular. Jones dkk., (2002) meneliti pengaruh braket daur ulang stainless steel terhadap slot dan resistansi gaya gesek statis. Hasil yang diperoleh adalah gaya gesek statis meningkat pada braket daur ulang. Wilmes, dkk., (2009) meneliti secara in vitro perubahan permukaan bahan ortodontik cekat seperti kawat busur dan braket dengan menggunakan APDs Clinpro TM Prophy dan Air-Flow R. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah terjadi permukaan kasar pada kawat busur dan braket setelah dilakukan air polishing. Parmagnani dan Basting (2012) meneliti penggunaan sodium bikarbonat air polishing terhadap permukaan mikromorfologi braket keramik dan 6

stainless steel. Hasil yang diperoleh adalah terjadi alterasi pada braket metal dan gaya gesek yang meningkat pada kedua jenis braket. Sepengetahuan penulis, belum ada penelitian mengenai pengaruh penggunaan air polisher dengan bahan sodium bikarbonat terhadap gaya gesek braket logam daur ulang. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk: 1. Mengetahui pengaruh penggunaan air polisher dengan bahan dasar sodium bikarbonat terhadap gaya gesek braket logam daur ulang. 2. Bahan pertimbangan penggunaan air polisher sebagai alat pembersih braket pasca daur ulang. 7