Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

dokumen-dokumen yang mirip
Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Indikator SFMP

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

Forest Stewardship Council

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

Stakeholder Advisory Committee (SAC) untuk Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

APP SUSTAINABILITY ROADMAP

Kode Etik Pemasok 1/11

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sustainability Policy

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan

Indorama Ventures Public Company Limited

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk


KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

Standar Tanggung Jawab untuk Para Pemasok

BRIDGESTONE GROUP. Versi 1.0. December BRIDGESTONE GROUP KEBIJAKAN PENGADAAN BERKESINAMBUNGAN GLOBAL

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Indikator Kinerja untuk Evaluasi APP FCP dan Komitmen Tambahan Version 2.0, 12 Mei 2014

Proses Penyelesaian Perselisihan

GAR adalah salah satu perusahaan perkebunan minyak

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

Laporan Lanjutan Rencana Tindakan (Update Report) Oktober 2017

Inisiatif Accountability Framework

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Catatan Pengarahan FLEGT

PRESS RELEASE Standar Pengelolaan Hutan Lestari IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) Mendapat Endorsement dari PEFC

(APP) (5 2013) RENCANA EVALUASI TANGGAL DIKELUARKAN:

Laporan Interim atas Implementasi Kebijakan. 2.0) oleh Grup APRIL. Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0 (SFMP

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

Kebijakan Pengungkap Fakta

Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis. 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola

MENGHORMATI SESAMA DAN MASYARAKAT: PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA. 1 Oktober 2016.

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

Kerangka Tiga Pilar Bisnis & HAM: Uji Tuntas HAM

KEBIJAKAN NOL DEFORESTASI, NOL GAMBUT, NOL EKSPLOITASI

KODE ETIK PEMASOK KODE ETIK PEMASOK

Bekerja sama untuk konservasi hutan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PEDOMAN PERILAKU PEMASOK CATERPILLAR

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Standard Operating Procedure

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

TFD IMPF III Ringkasan Co-chairs. Pekanbaru 5 8 Maret 2007

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

Standar Kita. Pentland Brands plc

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Indorama Ventures Public Company Limited. Kode Etik Pemasok

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Prinsip Kriteria Indikator APPS (Dokumen/ Bukti Pelaksanaan) ya/ tidak 1) Jika tidak/belum, apa alasannya 3) Keterangan 2)

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

Piagam Komite Audit. PT Astra International Tbk

2. Rencana pengembangan Insan IMC selalu didasari atas bakat dan kinerja.

Transkripsi:

Kebijakan Asosiasi Tujuan Pada bulan Juni 2015, APRIL telah menerapkan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan ("SFMP") 2.0 1 yang menyatakan komitmen Grup APRIL untuk: mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di semua lokasi di mana perusahaan beroperasi; menghentikan kegiatan deforestasi dari rantai pasokan perusahaan; perlindungan bentangan (landscape) hutan dan lahan gambut di mana perusahaan beroperasi; penerapan pengelolaan hutan terbaik di semua lokasi asal pasokan kayu; dan perlindungan hak asasi manusia. Komitmen kebijakan di SFMP 2.0 berlaku sepenuhnya dan secara eksklusif untuk APRIL, yang merupakan perusahaan yang dikelola secara independen dengan operasi di Indonesia. Kebijakan tersebut juga berlaku bagi semua pemasok APRIL saat ini dan di masa depan ("Pemasok"). Kebijakan Asosiasi ini ("PfA") menjelaskan posisi APRIL dalam menilai kegiatan-kegiatan para Pemasok APRIL apakah dianggap sebagai kegiatan yang tidak dapat diterima, dan prosedur untuk menentukan asosiasi dan pemutusan asosiasi dengan Para Pemasok. Ruang Lingkup PfA berlaku untuk Para Pemasok APRIL dimana APRIL dikaitkan/diasosiasikandalam hal kepemilikan, manajemen, keuangan, pasokan atau hubungan bisnis lainnya. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC) dan disetujui oleh APRIL. Unsur-Unsur Kebijakan Kegiatan-kegiatan Yang Tidak Dapat Diterima diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan atau melanggar komitmen SFMP 2.0 APRIL melalui keterlibatan langsung atau tidak langsung. Keterlibatan langsung merujuk pada situasi-situasi di mana Pemasok bertanggung jawab langsung atas Kegiatan-kegiatan Yang Tidak Dapat Diterima dan memiliki akuntabilitas langsung kepada APRIL berdasarkan hubungan kontraktual; oleh sebab itu, APRIL memiliki kendali atas Pemasok tersebut. Keterlibatan tidak langsung merujuk pada situasi-situasi di mana Pemasok, dengan kepemilikan minimal atau hak pemungutan suara sebesar 51%, saat ini adalah perusahaan induk, anak perusahaan, afiliasi, pemegang saham atau anggota mayoritas dari Dewan Direksi untuk suatu entitas yang terlibat langsung dalam Kegiatan-kegiatan Yang Tidak Dapat Diterima. Keterlibatan tidak langsung juga mencakup kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh subkontraktor yang bertindak atas nama Pemasok. Dengan demikian, keterlibatan tidak langsung merujuk pada kasus-kasus di mana APRIL memiliki pengaruh atau kekuasaan berdasarkan hubungan bisnis dengan Pemasok. 1 Lihat Lampiran Page 1 of 8

Prosedur Calon Pemasok APRIL akan menggunakan prosedur berikut untuk menilai dan mengkonfirmasi kepatuhan calon Pemasok terhadap SFMP 2.0: APRIL akan meminta calon Pemasok untuk menyerahkan Formulir Penilaian Kepatuhan Diri Sendiri terhadap SFMP 2.0 dan semua dokumen pendukung, termasuk: Izin yang sah dan sertifikasi yang tersedia; Komitmen yang telah ditandatangani untuk mematuhi Kode Etik Pengadaan RGE dan SFMP 2.0 APRIL; Data digital penggunaan lahan dan tutupan lahan area konsesi; Hasil penilaian HCV dan HCS untuk area yang dikembangkan setelah 3 Juni 2015, jika ada; Ketentuan kebijakan "tidak ada pembakaran" yang diumumkan secara publik oleh Pemasok untuk kegiatan kehutanan mereka, termasuk penegakan standar pencegahan kebakaran. APRIL akan mengkaji masukan dari Para Pemasok untuk mengecek setiap ketidakkonsistenan dan kesenjangan informasi serta meminta klarifikasi dan informasi yang tidak ditemukan. Pertemuan tatap muka dengan Para Pemasok dapat dilakukan pada tahap ini. Klaim Para Pemasok akan diperiksa kebenarannya berdasarkan sumber tepercaya yang tersedia untuk publik (misalnya, instansi pemerintah). Berdasarkan data yang dilaporkan, APRIL akan mengidentifikasi dan menilai area-area yang berpotensi menimbulkan risiko. Verifikasi lapangan yang dilakukan secara internal dan/atau audit independen dapat dilakukan apabila perlu, tergantung tingkat risikonya. Hasil penilaian akan disampaikan kepada Departemen Sustainability APRIL dan kepada Manajemen Senior untuk pertimbangan akhir. APRIL akan menerima calon Pemasok yang terbukti menaati komitmen kebijakan SFMP 2.0. Jika calon Pemasok terbukti secara langsung terlibat dalam Kegiatan Yang Tidak Dapat Diterima selama proses uji kelayakan, maka APRIL akan melakukan langkah-langkah berikut: Dalam waktu 30 hari, APRIL akan melaksanakan Rencana Tindakan Perbaikan dengan Pemasok, yang merinci langkah-langkah serta jadwal untuk memperbaiki Kegiatankegiatan Yang Tidak Dapat Diterima yang telah teridentifikasi. APRIL akan memverifikasi bahwa Pemasok telah menerapkan langkah-langkah yang telah disepakati dan mematuhi SFMP 2.0 sepenuhnya, sebelum memulai hubungan bisnis dengan Pemasok. Audit verifikasi dapat dilakukan pada tahap ini. APRIL tidak akan memulai hubungan bisnis dengan Pemasok yang tidak menyetujui atau tidak melaksanakan tindakan perbaikan yang telah direkomendasikan. Jika calon Pemasok terbukti secara tidak langsung terlibat dalam Kegiatan Yang Tidak Dapat Diterima selama proses uji kelayakan, maka APRIL akan sangat mendorong Pemasok tersebut untuk bekerja sama dengan entitas terkait untuk berkomitmen melaksanakan tindakan perbaikan yang nyata dan memiliki jadwal yang jelas. Page 2 of 8

Pemasok saat ini Jika Pemasok saat ini terbukti secara langsung terlibat dalam Kegiatan Yang Tidak Dapat Diterima, maka APRIL akan melakukan prosedur berikut: APRIL akan memberitahu Pemasok mengenai kekhawatiran-kekhawatiran yang ada secara spesifik dan meminta tanggapan tertulis dari Pemasok dalam jangka waktu 30 hari. APRIL bersama dengan Pemasok akan membuat Rencana Tindakan Perbaikan yang disepakati bersama, meliputi langkah-langkah serta jadwal untuk memperbaiki Kegiatan Yang Tidak Dapat Diterima yang terindentifikasi. APRIL akan memverifikasi bahwa Pemasok telah menerapkan langkah-langkah yang telah disepakati dan patuh dengan SFMP 2.0 sepenuhnya. Audit verifikasi dapat dilakukan pada tahap ini. Jika Pemasok saat ini tidak menyetujui atau tidak melaksanakan tindakan perbaikan, maka APRIL akan menangguhkan hubungan pasokan hingga Pemasok setuju untuk melakukan tindakan perbaikan. Jika Pemasok Saat Ini terbukti secara tidak langsung terlibat dalam Kegiatan Yang Tidak Dapat Diterima, maka APRIL akan sangat mendorong Pemasok tersebut untuk bekerja sama dengan entitas terkait untuk melakukan tindakan perbaikan yang nyata dan memiliki jadwal jelas. Pemasok akan diminta untuk memberikan bukti yang nyata atas komitmen tersebut dalam waktu 30 hari sejak pemberitahuan dari APRIL. Pengawasan dan pelaporan APRIL akan memantau Pemasok saat ini secara berkala. Laporan atas setiap potensi ketidakpatuhan, serta keluhan yang timbul melalui Prosedur Penyelesaian Keluhan, akan disampaikan setiap bulan kepada Departemen Keberlanjutan. Departemen Keberlanjutan APRIL akan memberi tahu perkembangan terbaru kepada Stakeholder Advisory Committee (SAC) tentang status kepatuhan dari Pemasok APRIL terhadap SFMP 2.0. Page 3 of 8

Lampiran Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0 3 Juni 2015 APRIL Group (APRIL) berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan di seluruh areal kerja perusahaan dengan menerapkan praktik-praktik terbaik dalam bidang sosial, lingkungan dan ekonomi seperti yang terdapat dalam filosofi bisnis perusahaan yaitu apapun yang perusahaan lakukan harus Baik bagi Negara, Baik bagi Masyarakat dan Baik bagi Perusahaan. APRIL berkomitmen untuk menghentikan kegiatan deforestasi hutan alam dari rantai pasokan dan melindungi hutan dan lahan gambut dimana perusahaan beroperasi, serta mendukung praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan hutan di semua negara dimana perusahaan mendapatkan bahan baku kayu. APRIL berkomitmen untuk menghormati hak asasi manusia serta aspek-aspek lingkungan dalam rantai pasokan perusahaan. Tujuannya adalah agar perusahaan dapat menjadi tetangga yang baik dan bertanggung jawab dalam lingkup masyarakat lokal, nasional dan global. Kebijakan APRIL dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0 (Sustainable Forest Management Policy/ SFMP) ini dibuat dengan memperhatikan masukan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC) dan para pemangku kepentingan lainnya dari masyarakat sipil (civil society). Kebijakan ini merupakan sebuah evolusi dari Kebijakan SFMP 1.0, yang diluncurkan pada 28 Januari 2014. Kebijakan ini memasukkan kerangka kerja keberlanjutan (Sustainability Framework) dari Royal Golden Eagle (RGE) 2. Komitmen-komitmen yang dibuat dalam dokumen ini berlaku sepenuhnya dan terbatas hanya untuk APRIL, yang merupakan perusahaan yang dikelola secara mandiri dengan kegiatan operasional di Indonesia. Komitmen-komitmen tersebut juga berlaku bagi semua pemasok kayu untuk APRIL saat ini maupun yang akan datang, termasuk juga akuisisi atau kemitraan dimasa depan. I. Keberlanjutan Jangka Panjang: Tujuan APRIL adalah untuk membangun hutan tanaman industri (HTI) berkelanjutan yang dapat memberikan pasokan kayu untuk industri kayunya, menyediakan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat sekitar. APRIL dan para pemasoknya akan melakukan pendekatan bentang alam (landcape approach) untuk konservasi kawasan hutan, lahan gambut dan nilai-nilai lingkungan dan sosial yang penting lainnya. a. Berlaku efektif segera, APRIL dan para pemasoknya hanya akan mengembangkan wilayah yang tidak berhutan, sesuai hasil identifikasi melalui penilaian Nilai Konservasi Tinggi (High Conservation Value/ HCV) dan penilaian Stok Karbon Tinggi (High Carbon Stock/ HCS); 2 Merujuk ke situs Royal Golden Eagle http://www.rgei.com/sustainability/sustainability-framework Page 4 of 8

b. APRIL dan para pemasoknya akan secara aktif melindungi wilayah HCV dan HCS; c. APRIL dan para pemasoknya akan mengikuti pendekatan HCS seperti yang telah ditentukan oleh Panitia Pengarah Pendekatan HCS (HCS Approach Steering Group); d. APRIL dan para pemasoknya akan menggunakan penilai yang berlisensi dari HCV Resource Network (HCVRN). Apabila penilai tersebut tidak tersedia, maka APRIL akan berkonsultasi kepada SAC untuk mendapatkan rekomendasi penilai HCV; e. Untuk mencapai hal-hal yang tercantum di atas, APRIL akan bekerjasama dengan pemangku kepentingan yang relevan (Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM, pemerintah, perusahaan, masyarakat lokal dan ahli konservasi) dalam melindungi dan mengelola hutan di bentang alam dimana APRIL beroperasi; f. APRIL akan mempraktikkan konservasi terintegrasi dan pengelolaan hutan yang mengacu kepada temuan-temuan HCV, HCS, penilaian sosial, dan untuk wilayah gambut, APRIL akan mendapatkan masukan-masukan dari Kelompok Kerja Pakar Gambut (Peat Expert Working Group/ PEWG); g. Mulai tanggal 15 Mei 2015, APRIL dan para pemasoknya menghentikan kegiatan penebangan hutan alam 3. Kayu alam yang telah ditebang sebelum tanggal 15 Mei 2015 akan dimanfaatkan sampai akhir Desember 2015; h. Sisa kayu yang diambil dari lahan tidak berhutan berdasarkan penilaian HCV dan HCS sebagai lahan semak belukar, akan tetap dimanfaatkan oleh industri pulp APRIL; i. APRIL tidak akan membangun pabrik pulp dan/atau unit produksi pulp yang baru hingga APRIL mencapai kemandirian pemenuhan bahan baku dari HTI; j. APRIL tidak akan mengakuisisi lahan baru, atau surat izin kehutanan lainnya; atau menerima kayu dari lahan pihak ketiga, dimana penjualnya setelah tanggal 3 Juni 2015 diketahui telah membuka lahan di hutan HCV dan HCS atau lahan gambut yang berhutan 4. Hal ini tidak berlaku terhadap akuisisi lahan atau izin untuk tujuan kegiatan restorasi atau konservasi sesuai dengan Klausula II.d kebijakan ini. II. Konservasi dan Perlindungan Hutan: APRIL memberlakukan moratorium penebangan hutan alam mulai tanggal 15 Mei 2015, menunggu hasil penilaian HCV dan HCS. Moratorium ini juga berlaku bagi semua pemasok kayu pihak ketiga untuk APRIL. a. APRIL dan semua pemasoknya mendukung konservasi dan restorasi ekosistem hutan alam dan lahan hutan gambut, dan wilayah yang penting secara ekologis, hidrologis dan areal yang secara budaya dinilai penting pada areal operasi APRIL; b. APRIL dan pemasok jangka panjangnya saat ini melindungi dan mengelola lebih dari 250.000 hektar areal berfungsi konservasi dan 70.000 hektar kawasan restorasi ekosistem; c. APRIL akan melaksanakan kajian dengan skala bentang alam dan menerapkan pendekatan bentang alam untuk mengoptimalkan konservasi hutan dan penggunaan lahan lainnya; d. APRIL akan melindungi dan mengelola areal yang berfungsi konservasi setara dengan luasan areal tanaman HTI APRIL 5. 3 Berdasarkan aturan de minimis, daerah kecil yang terisolasi di dalam konsesi HTI yang sudah ada saat ini dapat dipanen apabila lahan tersebut setelah melalui proses penilaian, tidak diklasifikasikan sebagai areal HCV atau HCS. 4 Akuisisi lahan HTI baru akan direview oleh SAC. 4 Wilayah konservasi ini akan menjadi ukuran, bentuk, konektivitas dan keterwakilan yang sesuai untuk melindungi fungsi ekosistem dan mengkonservasi keanekaragaman hayati. Page 5 of 8

III. Pengelolaan Lahan Gambut: APRIL akan mengimplementasikan praktik-praktik pengelolaan terbaik di lahan gambut yang mendukung target Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memelihara nilai-nilai konservasi yang lain. a. Tidak ada pengembangan baru di lahan gambut yang berhutan oleh APRIL dan para pemasoknya; b. Kelompok Kerja Pakar Gambut (Peat Expert Working Group/ PEWG) akan dibentuk untuk memberikan masukan-masukan dan rekomendasi kepada APRIL mengenai: - Praktik-praktik pengelolaan terbaik untuk diterapkan di kawasan HTI yang berada di lahan gambut yang sudah diberikan ijin saat ini; - Tindakan yang diperlukan untuk memastikan konservasi lahan hutan bergambut dan bentang alam lahan gambut yang kritis; - Pilihan pengembangan untuk lahan gambut yang tidak berhutan; c. Rekomendasi dari PEWG akan membantu APRIL untuk menerapkan praktik-praktik internasional terbaik dalam pengelolaan lahan gambut tropis untuk melindungi wilayah lahan hutan gambut yang berhutan dan mengurangi emisi gas rumah kaca; d. Selama menunggu masukan-masukan dari PEWG: - Tidak ada pembangunan kanal ketika pengembangan HTI baru sedang berlangsung; - Tindakan pencegahan kebakaran dan banjir serta pengelolaan kanal-kanal yang telah ada akan tetap dilanjutkan di kawasan HTI yang selesai dibangun. IV. Pengurangan Jejak Karbon secara Berkesinambungan: APRIL berkomitmen untuk terus mengurangi jejak karbon. a. APRIL akan terus meningkatkan efisiensi bahan baku dan energi di seluruh rantai pasokan dan mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan; b. APRIL akan meningkatkan penyerapan karbon melalui kegiatan konservasi dan restorasi ekosistem serta meningkatkan praktik pengelolaan HTI secara berkelanjutan; c. APRIL akan menelusuri dan melaporkan perkembangan emisi karbonnya dalam pengurangan seluruh jejak karbonnya. V. Dukungan yang Proaktif dari Masyarakat Lokal: APRIL akan terus mencari kesempatan untuk berkonsultasi dan menyelaraskan diri dengan kepentingan masyarakat dan nilai-nilai yang disepakati bersama melalui: a. Memperkuat upaya pengentasan kemiskinan di masyarakat pedesaan sekitar wilayah operasional APRIL, melalui penciptaan lapangan kerja, menyediakan akses yang lebih baik ke pendidikan yang berkualitas, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan mata pencaharian di daerah pedesaan; b. Kegiatan Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/ CSR) yang pro-aktif, terutama dalam pembinaan inkubasi kewirausahaan untuk desa dan sistem pertanian; Page 6 of 8

c. Menyertakan petani/usaha Kecil & Menengah ke dalam rantai pasokan APRIL, apabila memungkinkan; d. Melibatkan para pemangku kepentingan melalui forum pemangku kepentingan dan focus group yang akan dilaksanakan secara berkala untuk mendapatkan masukanmasukan mengenai masalah-masalah sosial dan mengembangkan sebuah sistem pengawasan dan pelaporan. VI. Menghormati Hak-hak Masyarakat Hukum Adat dan Komunitas: APRIL menghormati hak-hak masyarakat hukum adat dan komunitas pedesaan serta berkomitmen untuk: a. Menghormati Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights), hukum nasional dan perjanjian-perjanjian internasional yang telah diratifikasi terkait hak asasi manusia dan hak masyarakat hukum adat; b. Menghormati hak komunal dari masyarakat hukum adat dan komunitas pedesaan; c. Menghormati hak-hak masyarakat hukum adat dan komunitas untuk memberikan atau tidak memberikan Persetujuan atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA atau Free, Prior and Informed Consent/FPIC) untuk beroperasi di dalam batasan lahan yang mereka miliki secara legal, hak-hak komunal atau adat, sebelum dimulainya kegiatan operasional yang baru; d. Tidak ada toleransi dalam hal penggunaan kekerasan, tindakan intimidasi ataupun penyuapan; e. Untuk memastikan praktik-praktik terbaik yang berlaku secara internasional mengenai FPIC dilaksanakan, APRIL akan secara aktif bekerjasama dengan para pemangku kepentingan, termasuk di dalamnya adalah komunitas, pemerintah, konsumen dan masyarakat sipil dalam tingkat lokal, nasional dan internasional; f. Resolusi dari semua keluhan dan konflik melalui proses yang disepakati bersama, terbuka, transparan dan bersifat konsultatif yang menghormati hak-hak adat; g. Akan mengembangkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan menjaga prosesproses dalam penanganan secara bertanggungjawab atas keluhan dari masyarakat dan pemangku kepentingan yang relevan lainnya. Proses ini akan dikembangkan, diperbaharui, ditingkatkan, dimonitor dan dilaporkan kepada SAC dan pemangku kepentingan yang relevan lainnya. VII. Praktik-praktik Bertanggungjawab di dalam Wilayah Kerja Kami: APRIL berkomitmen untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman, produktif dan kondusif di seluruh rantai pasokan APRIL, dimana para pegawai termasuk yang bekerja sebagai sub-kontraktor, dapat berkontribusi dan berkembang, dengan memastikan secara khusus bahwa: a. Deklarasi Organisasi Buruh Internasional mengenai Prinsip-prinsip Dasar dan Hak hak selama Bekerja (International Labour Organization's Declaration on Fundamental Principles and Rights at Work) dihormati; b. Melaksanakan praktik-praktik terbaik mengenai perekrutan, memenuhi semua persyaratan hukum dan praktik-praktik budaya, termasuk secara proaktif merekrut tenaga kerja yang berkualitas dari masyarakat tempatan; c. Menghormati kebebasan berasosiasi; Page 7 of 8

d. Menghormati keanekaragaman para pekerjanya; e. Jika disediakan sebagai bagian dari paket pekerjaan, akomodasi berada dalam kondisi yang bersih dan higienis; f. Melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja. APRIL akan membekali para pekerja untuk melindungi mereka dari paparan yang membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja; g. Tidak ada toleransi terhadap praktik perekrutan pekerja anak, pekerja paksa dan pekerja terikat; h. Tidak ada toleransi terhadap praktik diskriminasi, pelecehan dan kekerasan dalam bentuk apapun. VIII. Kepatuhan Hukum dan Sertifikasi: APRIL melampaui kepatuhan hukum untuk mencapai Pengelolaan Hutan yang Berkelanjutan (Sustainable Forest Management/SFM). a. APRIL memastikan kembali komitmennya untuk mematuhi semua hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mengharuskan semua pemasok kayunya untuk melaksanakan hal tersebut; b. APRIL berpartisipasi dalam skema sertifikasi SFM global dan mendorong pemasok kayunya untuk melaksanakan hal yang sama; c. APRIL telah mempunyai dan akan terus mempertahankan sertifikasi jaminan legalitas kayu; d. APRIL mempunyai kebijakan Tanpa Bakar yang ketat dan akan mengikuti persyaratan hukum Nasional dalam mengatasi dampak kebakaran. APRIL akan melanjutkan dukungan pencegahan kebakaran dan usaha-usaha pemadaman kebakaran di seluruh bentang alam dimana APRIL beroperasi; e. APRIL mempunyai sistem lacak balak (Chain of Custody/CoC) yang kuat dan sistem pengawasan sumber kayu di pabrik untuk memastikan semua kayu yang masuk dapat ditelusuri hingga ke asalnya. IX. Tata Kelola Perusahaan yang Baik, Verifikasi dan Transparansi: APRIL berkomitmen untuk melaksanakan praktik-praktik terbaik dalam hal tata kelola perusahaan yang baik dan dalam hal transparansi. a. APRIL akan mempertahankan Stakeholder Advisory Committee (SAC), yang dibentuk pada tahun 2014, untuk memastikan transparansi dan penerapan SFMP, termasuk penunjukkan auditor verifikasi yang bersifat independen; b. APRIL akan membentuk mekanisme pengaduan yang transparan dan responsif dengan masukan dari para pemangku kepentingan yang mudah diakses oleh para pemangku kepentingan dan akan menanggapi keluhan dengan tepat waktu dan transparan; c. APRIL akan memberikan laporan secara berkala mengenai perkembangan penerapan SFMP kepada para pemangku kepentingan utama; d. APRIL akan bekerjasama dengan pemerintah, asosiasi industri dan pemangku kepentingan lainnya untuk mendukung perkembangan berkelanjutan, termasuk perubahan peraturan dalam skala nasional dan lokal untuk meningkatkan perencanaan tata ruang, insentif konservasi hutan, mendukung peran inisiatif Satu Peta (One Map) oleh pemerintah Indonesia dan mempromosikan pemanfaatan lahan terdegradasi. Page 8 of 8