KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

dokumen-dokumen yang mirip
KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DALAM MENULIS NASKAH DRAMAA

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI.

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWAKELAS VIII B SMP NEGERI 1 TANAH SEPENGGAL KABUPATEN BUNGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi siswa Kelas X SMA Negeri 2. Tanah Sepenggal Kabupate Bungo Tahun Ajaran 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

KEMAMPUAN SISWA KELAS X SMA 3 MUARO JAMBI DALAM MENULIS TEKS PIDATO OLEH SULIS TRIYA NINGSIH ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

Buku Teks Bahasa Indoneia Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi. Oleh Susi Fitria A1B1O0076

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN SISWA KELAS VIII 1 SMP NEGERI 10 KOTA JAMBI ABSTRAK

I. PENDAHULUAN Pembelajaran sastra sangat penting bagi siswa, karena dengan pembelajaran sastra mampu menghasilkan siswa mengenal dirinya dan budaya

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX F SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh KHAIRUNISA RRA1B109045

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB II LANDASAN TEORI. memang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut membahas

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

Dewi Arini 1 Korespondensi berkenaan dengan artikel dapat dialamatkan ke-

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI. Nia Budianti, Herman Budiyono, Imam Suwardi FKIP Universitas Jambi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN NARASI BERDASARKAN LIRIK LAGU SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013.

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

Keterampilan Menulis Naskah Drama Berdasarkan Novel Populer Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

Jurnal Noken 2(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII MTs NURUL KHAIRIYAH SEI TUAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share.

BAB II LANDASAN TEORI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 9 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Herman dan Nur Indah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu

KEMAMPUAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI DALAM MENULIS TEKS PIDATO SKRIPSI OLEH : HAYATUL BESTI A1B109029

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

Transkripsi:

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi tahun ajaran 2012/2013 yang dinilai berdasarkan penerapan unsur-unsur pembangun naskah drama dan sistematika penulisan naskah drama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi dikategorikan baik dengan persentase 79,46%. Rinciannya pada unsur-unsur pembangun naskah drama (1) pemilihan tema berpredikat sangat baik dengan 87,5% (2) mengemas dan menuliskan amanat berpredikat cukup dengan 67,5% (3) penggunaan alur berpredikat baik dengan 75% (4) menggambarkan tokoh dan penokohan berpredikat sangat baik dengan 85% (5) mendeskripsikan latar berpredikat cukup dengan 72,5% (6) menuliskan konflik dan masalah berpredikat baik dengan 78,12% (7) menuliskan cakapan berpredikat cukup dengan 73,75%. Pada sistematika penulisan naskah drama (1) menulis judul dan pengarang diletakkan dibagian paling awal berpredikat sangat baik dengan 90% (2) penulisan dialog diawali dengan penulisan nama tokoh (Tokoh-tokoh drama huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital) memakai tanda titik dua ( : ) dan kalimat dialog yang ditulis didalam tanda petik berpredikat sangat baik dengan 86,25% (3) penulisan keterangan perilaku tokoh ditulis miring dan diletakkan didalam kurung berpredikat cukup dengan 74,4% (4) penulisan keterangan babak, keterangan suasana panggung awal babak (latar), penutup adegan atau babak ditandai dengan pergantian setting panggung (keterangan suasana panggung ditulis didalam kurung) berpredikat baik dengan 76,87%.

I. PENDAHULUAN Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan mata pelajaran dalam kategori ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mata pelajaran ini diajarkan di sekolah secara berkesinambungan, baik di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Materi pembelajaran sastra yang diajarakan di jenjang pendidikan menengah pertama antara lain drama, puisi dan prosa. Ketiga materi itu melibatkan kemampuan reseptif (mendengarkan dan membaca) dan kemampuan produktif (berbicara dan menulis) (Anonim, 2006). Pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan reseptif (mendengarkan dan membaca) dan kemampuan produktif (berbicara dan menulis). Menulis naskah drama juga merupakan pembelajaran bahasa yang dapat meningkatkan kemampuan produktif. Drama diciptakan pengarang untuk menyampaikan pesan moral, selain untuk menghibur pementasan drama juga merupakan alat pendidikaan, dengan pementasan drama juga dapat menyampaikan nilai-nilai yang memuat keyakinan, dan sangat bermanfaat bagi para penikmatnya. Drama adalah salah satu karya sastra yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra jenis lain yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan secara umum. Melihat besarnya peranan karya sastra, sudah seharusnya siswa dibekali kemampuan menulis, dalam hal ini adalah menulis naskah drama. Pelajaran menulis naskah drama mengharapkan siswa dapat mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan dan pengalaman sebagai suatu keterampilan yang produktif. Kegiatan ini sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis naskah drama merupakan salah satu bentuk kegiatan menulis kreatif. Ketika menulis kreatif diperlukan imajinasi dan kratifitas mengolah data. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk meneliti Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi.

II. KAJIAN PUATAKA 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang wajib, karena dengan pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih terampil. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis keempat aspek itu saling berkaitan. 2.2 Pembelajaran Menulis Naskah Drama di SMP Menulis naskah drama merupakan salah satu keterampilan menulis yang perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa, salah satu upaya membawa sastra Indonesia dalam perkembangannya, dapat memberikan informasi kepada orang lain, serta dengan menulis naskah drama siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya dan mempunyai imajinasi yang tinggi. 2.3 MENULIS Menulis merupakan salah satu kegiatan, proses atau hasil. Semi (2007:14) menjelaskan bahwa menulis atau mengarang pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan kedalam lambang-lambang bahasa. Menulis adalah usaha-usaha untuk berkomunikasi yang mempunyai aturan main serta kebiasaan sendiri, menulis merupakan komunikasi secara tidak langsung. 2.3.1 Langkah-langkah Menulis langkah-langkah menulis secara garis besar terdiri atas tujuh langkah: 1. Pemilihan dan Penetapan Topik Memilih dan mementukan topik merupakan suatu langkah awal yang penting, sebab tidak ada tulisan tanpa ada sesuatu yang hendak ditulis. Di dalam memilih dan menetapkan topik ini diperlukan pula adanya keterampilan dan kesungguhan. Topik tulisan adalah masalah atau gagasan yang hendak disampaikan didalam tulisan. Masalah atau gagasaiperoln itu dapat digali melalui empat sumber yaitu (1) pengalaman; (2) pengamatan; (3) imajinasi; (pendapat atau keyakinan). 2. Pengumpulan Informasi Pengumpulan informasi ini dilakukan agar tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan meyakinkan. Informasi dan data yang dikumpulkan itu adalah informasi dan data yang relevan dengan topik atau pokok bahasan dan sesuai pula topik atau pokok bahasan dengan tujuan tulisan. 3. Penetapan Tujuan Menetapkan tujuan tulisan sangat penting sebelum memulai menulis karena tujuan itu sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat dan penyajian tulisan. Tujuan ini pada dasarnya sudah mulai tertanam di dalam pikiran penulis disaat pemilihan dan penetapan topik

dilakukan, namun tujuan itu harus lebih disadari pada saat tulisan itu mulai dirancang dengan sungguh-sunnguh. 4. Perancangan Tulisan Merancang tulisan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menilai kembali informasi dan data, memilih subtopik yang perlu dimuat, melakukan pengelompokan topik-topik kecil kedalam suatu kelompok yang lebih besar, dan memilih suatu sistem notasi dan sistem panyajian yang dianggap paling baik. 5. Penulisan Kerangka tulisan yang telah disiapkan mulai dekambangkan. Di saat penulisan itu dilakukan perlu selalu diingat tujuan tulisan. 6. Penyuntingan atau Revisi Penyuntingan dilakukan agar tulisan menjadi lebih baik dan bersih dari kesalahan-kesalahn yang tidak perlu. Di dalam penyuntingan dilakukan kegiatan menghilangkan yang tidak perlu, menambah sesuatu yang perlu ditambah, melakukan perbaikan kalimat dan ejaan, kosakata yang kurang tepat diganti dengan yang lebih tepat. 7. Penulisan Naskah Jadi Setelah penyuntingan tentu saja harus ditulis kembali agar mejadi tulisan yang selesai, rapi dan bersih, dalam pengetikan terakhir ini diperhatikan kembali masalah ejaan dan tanda baca. 2.3.2 Langkah-Langkah Mengatasi Kesulitan Menulis Djuharie (2010:123-124) menyatakan beberapa langkah mengatasi kesulitan menulis: 1. Mulailah menulis sejak sekarang jangan membiarkan diri ketika muncul keinginan atau gagasan yang ingin dituangkan kedalam tulisan. Cara lain dapat melatih diri dengan menuliskan semua kegiatan yang akan dikerjakan atau yang telah dikerjakan oleh diri sendiri. 2. Menentukan sasaran atau batas waktu penulisan. Dengan cara ini dibiasakan dan dipaksakan menulis dengan target tertentu, sehingga penulisan tidak memakan waktu yang sangat lama dan gagasan tertunda-tunda untuk waktu yang lama pula dan pada akhirnya terlupakan 3. Menghilangkan sikap merasa puas dan membuat tulisan dengan asal jadi. Rasa puas yang terlalu dini akan berakibat pada kualitas tulisan yang kurang baik. Sebaliknya, setiap tulisan yang pernah ditulis dibaca ulang dan dievaluasi baik dari isi maupun dari penggunaan bahasanya. 4. Meyakinkan diri mampu melakukan menulis seperti yang dilakukan orang lain. 5. Jangan mudah putus asa jika ada yang mengkritik. 6. Menghidari rasa takut salah 7. Memahami mekanisme penulisan sebagai suatu proses kratif. Pemahaman ini dapat dilakukan dengan cara membaca buku atau tulisan yang berhubungan dengan tehnik menulis. 2.4 Drama Drama adalah peniruan gerak yang memanfaatkan aktifitas nyata yang penuh artistik yang dipentaskan. Drama tergolong karya sastra yang ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama sangat besar manfaatnya bagi penonton, karena drama menyajikan konflik-konflik yang ada disekitar kita yang dapat dijadikan cermin dan pelajaran bagi kehidupan kita. 2.5 Menulis Naskah Drama Endraswara (2011:37) mengemukakan bahwa: Naskah drama adalah kesatuan teks yang membuat kisah. Naskah atau teks drama dapat digolongkan menjadi dua yaitu: (1) part text, artinya yang ditulis dalam teks hanya sebagian saja,

berupa garis besar cerita. Naskah semacam ini biasanya diperuntukkan bagi pemain yang sudah mahir, (2) full text, adalah teks drama dengan penggarapan komplet, meliputi dialog, monolog, karakter, iringan dan sebagainya. Bagi pemain yang masih berlatih, teks semacam ini patut dijadikan pegangan. Untuk menciptakan naskah drama yang berobot Kusmawan (2011:36) menyatakan: 1. Menampilkan gagasan baru melalui pemikiran imajinatif. 2. Memiliki konflik dengan surprise (kejutan-kejutan), kaya suspense (ketegangan) sehingga memikat untuk dibaca atau dipentaskan. 3. Menghadirkan tokoh sebagai penentu gerak alur cerita. 4. Memiliki dialog yang bermuatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh disertai dengan lakuan. 5. Menghadirkan simbol-simbol bahasa dan bunyi. 6. Menampilkan problem kehidupan manusia, mengandung aspek moral, dan mengandung nilai-nilai pendidikan. 2.5.1 Kriteria Naskah Drama yang Baik Kosasih (2012:135-136) menjelaskan unsur-unsur pembangun naskah drama, yaitu: (1) Tema, (2) amanat, (3) alur, (4) tokoh dan penokohan, (5) latar, (6) konflik, (7) cakapan. Menurut Husnul (2010:36) sistematika penulisan naskah drama juga perlu diperhatikan karena sistematika penulisannya yang membedakan naskah drama dengan karya fiksi lain. 2.5.2 Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama 1. Tema Husnul (2010:30) menyatakan bahwa tema merupakan rumusan intisari cerita sebagai landasan ideal atau landasan untuk menarik kesimpulan dalam menentukan arah cerita. Tema merupakan pokok pikiran atau gagasan utama dalam karya sastra. Tema tidak dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya, unsur yang digunakan pengarang untuk menyalurkan tema biasanya melalui alur, tokoh cerita dan perkataan yang digunakan pengarang. Tema yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut : Mengangkat tema general yang memang kerap terjadi dikehidupan Tema harus terpapar secara jelas dalam cerita agar dimengerti oleh pembaca atau calon actor dan sutradara. Terfokus pada satu tema saja agar tidak membingungkan pembaca Tema yang dipilih juga mengandung amanat yang bersifat mendidik. (http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah-drama/ diakses 16 mei 2013).

2. Amanat Dalam karya sastra pengarang pasti menyampaikan sebuah amanat. menurut Kosasih (2012:40) amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang didaksis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanamkan secara tidak langsung kedalam benak para penontonnya. Amanat yang baik seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut: Amanat yang ingin disampaikan haruslah jelas dan ada dalam keseluruhan isi drama, baik secara tersurat maupun tersirat. Amanat haruslah mengandung ajaran moral didaktis bagi pembaca. (http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah-drama/ diakses 16 mei 2013). 3 Alur Alur sering juga disebut Plot. Menurut Kosasih (2012: 34) alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Keterkaitan peristiwa diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan hubungan kausal (sebabakibat). Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menggambarkan alur: Memilih alur harus konsisten apakah akan menggunakan alur maju, alur mundur atau alur maju mundur, Alur peristiwa itu harus terjadi secara kebetulan dengan alasan yang masuk akal sehingga dapat dipahami kehadirannya. Jika menggunakan alur maju, buatlah pembaca penasaran dengan apa yang akan terjadi kedepannya, jika menggunakan alur mundur buatlah pembaca penasaran dengan apa yang melatarbelakangi atau apa yang menjadi penyebabnya dan jika menggunakan alur maju mundur, pandai-pandailah mengatur bagian masa lalu dengan masa sekarang sehingga pembaca dapat membedakannya dan tidak menjadi bingung. (http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah-drama/ diakses 16 mei 2013). 4 Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya sastra yang memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam

ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh dalam cerita sama seperti manusia dalam kehidupan sehari-hari, memiliki watak atau biasa disebut penokohan. Menurut Kosasih (2012:36) penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan karakter tokoh-tokoh. Penokohan dalam drama mengacu pada watak atau sifat, pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Husnul (2010:31) watak tokoh dibedakan menjadi tiga macam yaitu tokoh protagonis (baik), antagonis (jahat) dan tritagonis (penengah). Watak tokoh dapat diketahui melalui nada suara, ungkapan yang digunakan, gerak-gerik. Kriteria penggambaran tokoh dan penokohan yang baik: Harus pandai memilih nama tokoh, menggambarkan usia tokoh secara jelas, menuliskan deskripsi tokoh secukupnya, dan menuliskan hubungan antara tokoh utama dengan tokoh-tokoh lainnya secara jelas. Menggambarkan karakter tokoh secara jelas, tidak hanya lewat cakapan saja namun bisa digambarkan melalui gerak dan mimik. (http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah-drama/ diakses 16 mei 2013). 5. Latar atau setting Latar adalah lingkungan tempat untuk mengekspresikan tokoh dan tempat terjadinya peristiwa. Latar pada umumnya menyangkut tiga unsur tempat, waktu dan suasana/ budaya. Kosasih (2012:136) membagi macam-macam latar yaitu: Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian didalam naskah drama, seperti dimedan perang. Latar waktu, penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama seperti pagi hari pada tanggal 17 agustus 1945. Latar suasana/ budaya, penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa dalam drama seperti kebiasaan hidup, adat istiadat. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggambarkan latar: Latar tempat latar waktu dan latar suasana harus tergambar secara jelas Melalui penggambaran latar pengarang mampu membuat pembaca mengimajinasikan apa yang diinginkannya. (http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah-drama/ diakses 16 mei 2013).

6. Konflik atau Masalah Menurut Husnul (2010:27) konflik adalah persoalan yng dialami seorang tokoh yang ingin mencapai tujuan tertentu, tetapi seseorang (sesuatu) merintangin atau mencegah keberhasilan tokoh pertama tadi. Konflik terjadi apabila pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalah pahaman dalam perjuangannya untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini (Kosasih, 2012:136). Konflik atau masalah sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut: Konflik atau masalah yang diangkat haruslah dapat diterima secara logika. Konflik tergambar jelas dan terangkai dengan baik dalam cerita sehingga diakhir cerita pembaca dapat mengerti konflik apa yang diangkat pengarang. (http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah-drama/ diakses 16 mei 2013). 7 Cakapan Dalam drama ada dua cakapan yaitu dialog dan monolog. Dialog adalah percakapan antara dua orang atau lebih sedangkan monolog adalah ketika seorang tokoh bercakap-cakap dengan dirinya sendiri. Cakapan harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Cakapan haruslah digunakan untuk mencerminkan apa yang terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan diatas pentas. Cakapan yang dituliskan lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang terbuang begitu saja. Cakapan harus jelas dan tepat sasaran 2.6.3 Sistematika Penulisan naskah drama Dalam menulis naskah drama haruslah memperhatikan sistematika penulisan naskah drama supaya lebih enak dibaca. Husnul (2010:36) menyatakan hal-hal yang terdapat dalam naskah drama dan membedakannya dengan karya fiksi lain adalah bentuk naskah drama, Pembentukan naskah drama tersebut sebaiknya mengikuti sistematika penulisan naskah drama seperti berikut ini:

1 Judul dan pengarang diletakkan dibagian paling awal 2 Dialog diawali dengan penulisan nama tokoh (Tokoh-tokoh drama huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital) memakai tanda titik dua ( : ) dan kalimat dialog yang ditulis didalam tanda petik. 3 Keterangan perilaku tokoh ditulis miring dan diletakkan didalam kurung 4 Ada keterangan babak, keterangan suasana panggung awal babak (latar), penutup adegan atau babak ditandai dengan pergantian setting panggung (keterangan suasana panggung ditulis didalam kurung). III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penganalisisan deskriptif kuantitatif ini bermaksud mendeskripsikan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi berdasarkan unsur-unsur pembangun naskah drama dan sistematika penulisan naskah drama secara objektif. 3.2 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Menurut Arikunto (2006:177) apabila subjek kurang dari 100, lebih baik ambil keseluruhan dari subjek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi berjumlah 16 orang, maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. 3.3 Data dan Sumber Data 3.3.1 Data Data penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dilihat dari unsur-unsur pembangun naskah drama dan sistematika penulisan naskah drama. 3.3.2 Sumber data Sumber data penelitian ini adalah naskah drama yang ditulis siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi yang menjadi subjek penelitian berjumlah 16 orang. Pengambilan nilai dilakukan oleh 2 orang penilai yaitu guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi dan peneliti sendiri. 3.4 Tehnik Pengumpulan Data Dalam Pengumpulan data dilakukan dengan tes berupa menulis naskah drama satu babak dengan memperhatikan unsur unsur pembangun naskah drama yaitu tema,

amanat, konflik, cakapan, alur, latar, tokoh dan penokohan dan sistematika penulisan naskah drama. 3.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah berupa tes unjuk kerja yaitu tes kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dengan memperhatikan unsurunsur naskah drama. 3.5.1 Validitas Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi menuntut adanya kesesuaian isi antara kemampuan yang ingin diukur dan tes yang digunakan untuk mengukurnya. Kesesuaian isi juga mencakup bahan tes yang harus mencerminkan cakupan bahan dan kemampuan yang dijadikan sasaran pokok tes. Dikatakan memenuhi validitas isi apabila terdapat kesesuaian bahan tes dengan kurikulum yang berlaku. Berdasarkan penjelasan diatas instrumen penelitian ini memehuhi validitas isi, karena adanya kesesuaian bahan tes dengan kurikulum yang berlaku yaitu KTSP pada kelas VIII semester 1 pada standar kompetensi 8 yaitu mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif naskah drama, dengan kompetensi dasar 8.2 yaitu menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. 3.6 Tehnik Analisa Data Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yang dilakukan dengan menghitung persentase dari penilaian kemampuan menulis naskah drama. Mendapatkan data tersebut dapat dilakukan dengan berbagai hal sebagai berikut: 1. Dengan mengunakan pedoman penilaian untuk mengukur kemampuan siswa. Pedoman penilaian tersebut dilakukan dengan penilaian acuan patokan. Skor penilaian perseorangan diambil dari penjumlahan ketujuh criteria penilaian yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dibagi dua karena penilaian diambil oleh dua orang penilai, yakni guru Bahasa Indonesia (P1) dan peneliti (P2), dengan menggunakan rumus Djiwandono (1996: 102) sebagai berikut: Jumlah =

Keterangan: P1: penilai 1 (guru), P2: Penilai 2 (peneliti) 2. Untuk data kelas yaitu penjumlahan dari kemampuan siswa dibagi banyaknya siswa. 3. Memberi nilai terhadap kemampuan siswa dalam menulis naskah drama, rentang nilai untuk mengukur kemampuan siswa. Tabel 3.5 Interval Penilaian Interval penilaian tingkat penguasaan KETERANGAN Skala 1-5 85% - 100% Baik Sekali 5 75% - 84% Baik 4 60% - 74% Cukup 3 40% - 59% Kurang Baik 2 0% - 39% Tidak Baik 1 Nurgiantoro (1987:363) Penilaian tersebut didapat dengan menggunakan rumusan yang digunakan untuk menghitung nilai rata-rata (mean) menurut Nurgiantoro (1987:327) adalah: X = Keterangan: X = Nilai rata-rata, x = Jumlah seluruh nilai, N = Banyaknya subjek Mencari interval penilaian tingkat penguasaan dengan menggunakan rumusan indeks penilaian menurut Nurgiantoro (1987: 379) yaitu: i = x 100 Keterangan : i : Interval penilaian tingkat penguasaan X : Nilai rata-rata Skor Maks : Jumlah skor maksimal atau skala maksimal 4. Untuk nilai individu dan nilai rata-rata siswa, menggabungkan keseluruhan nilai dari masing-masing unsur yang telah dinilai. 5. Selanjutnya mecari nilai individu siswa dan nilai rata-rata siswa dengan rumus: X = Keterangan : X = Nilai rata-rata individu siswa

X1+x2+x3+.xn = Nilai unsur pembangun naskah drama dan sistematika penulisan naskah drama N = jumlah maksimal unsur pembangun naskah drama dan sistematika penulisan naskah drama IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama (unsur tema) dari unsur tema diperoleh indeks penilaian 87,5. Indeks tersebut berada pada kategori interval 85-100% dengan kategori sangat baik. 4.2 Hasil Penelitian Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama (unsur amanat) dari unsur amanat diperoleh indeks penilaian 67,5. Indeks tersebut berada pada interval 60-74% dengan kategori cukup. 4.3 Hasil Penelitian Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama (unsur alur) dari unsur alur diperoleh indeks penilaian 75. Indeks tersebut berada pada interval 75-84% dengan kategori baik. 4.4 Hasil Penelitian Unsur-unsur pembangun naskah drama (unsur tokoh dan penokohan) dari unsur tokoh dan penokohan diperoleh indeks penilaian 85. Indeks tersebut berada pada interval 85-100% dengan kategori sangat baik. 4.5 Hasil Penelitian Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama (unsur latar) dari unsur latar diperoleh indeks penilaian 72,5. Indeks tersebut berada pada kategori interval 60-74% dengan kategori cukup. 4.5 Hasil Penelitian Unsur-unsur pembangun naskah drama ( konflik atau masalah)

dari unsur konflik atau masalah diperoleh indeks penilaian 78,12. Indeks tersebut berada pada interval 75-84% dengan kategori baik 4.6 Hasil Penelitian Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama (unsur cakapan) dari unsur cakapan diperoleh indeks penilaian 73,75. Indeks tersebut berada pada interval 60-74% dengan kategori cukup. 4.7 Hasil Penelitian Sistematika Penulisan naskah drama (Judul dan pengarang diletakkan dibagian paling awal) dari sistematika penulisan naskah (Judul dan pengarang diletakkan dibagian paling awal) drama diperoleh indeks penilaian 90. Indeks tersebut berada pada interval 85-100% dengan kategori sangat baik. 4.8 Hasil Penelitian Sistematika Penulisan Naskah Drama (Dialog diawali dengan penulisan nama tokoh (Tokoh-tokoh drama huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital) memakai tanda titik dua (:) dan kalimat dialog yang ditulis didalam tanda petik) dari sistematika penulisan naskah drama (Dialog diawali dengan penulisan nama tokoh (Tokoh-tokoh drama huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital) memakai tanda titik dua (:) dan kalimat dialog yang ditulis didalam tanda petik) diperoleh indeks penilaian 86,25. indeks tersebut berada pada kategori interval 85-100% dengan kategori sangat baik. 4.9 Hasil Penelitian Sistematika Penulisan Naskah Drama (Keterangan perilaku tokoh ditulis miring dan diletakkan didalam kurung) dari sistematika penulisan naskah drama (Keterangan perilaku tokoh ditulis miring dan diletakkan didalam kurung) diperoleh indeks penilaian 74,4. Indeks tersebut berada pada interval 60-74% dengan kategori cukup.

4.10 Hasil Penelitian Sistematika Penulisan Naskah Drama (Ada keterangan babak, keterangan suasana panggung awal babak (latar), penutup adegan atau babak ditandai dengan pergantian setting panggung (keterangan suasana panggung ditulis didalam kurung) dalam dari sistematika penulisan naskah drama diperoleh indeks penilaian 76,87. Indeks tersebut berada pada interval 75-84% dengan kategori baik. V. PENUTUP 5.1 Simpulan Kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi ditinjau dari unsur-unsur pembangun naskah drama adalah 77,05. Indeks penilaian tersebut masuk dalam interval 75-84% dengan kategori baik. Kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi ditinjau dari sistematika penulisan naskah drama siswa memperoleh nilai 81,88. Indeks penilaian tersebut masuk dalam interval 75-84% dengan kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi tahun pelajarn 2013/2014 memperoleh nilai 79, 46. Indeks penilaian tersebut masuk dalam interval 75-84% dengan kategori baik. Selain itu jika ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi yaitu 70 nilai 79,46 berkriteria tuntas. 5.2 Saran Dari hasil penelitian, penulis mengemukakan saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan. Saran-saran antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Guru Bahasa Indonesia di SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi perlu meningkatkan pengajaran menulis naskah drama pada unsur-unsur pembangun naskah drama terutama unsur amanat, latar dan cakapan serta sistematika penulisan naskah drama agar kemampuan siswa menulis naskah drama di kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi lebih baik lagi dimasa yang akan dating.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti penulisan naskah drama dapat memanfaatkan skripsi ini sebagai bahan rujukan. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. 2006a. Panduan pengembangan silabus Bahasa Indonesia Tingkat SMP/ KBK. Jakarta Depdiknas. 2006b. Panduan Umum Pengembangan Silabus. Jakarta Djiwandono, M.S. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB Endraswara, S. 2011. Metode Pembelajaran Drama Apresiasi, Ekspresi dan Pengkajian. Yogyakarta: CAPS http://bektipatria.wordpress.com/2009/12/28/materi-menulis-naskah-drama/ tanggal 16 mei 2013. diakses Husnul, A. 2010. Mengenal dan Mengidentifikasi Drama. Jakarta: PT Wadah Ilmu Husnul, A dan Ihsan Nuugraha. 2010a. Menulis Kreatif Naskah Drama. Jakarta: PT Wadah Ilmu Husnul, Ade dan Ihsan Nuugraha. 2010b. Mengenal dan Memahami Isi Cerita. Jakarta: CV Citraunggul Laksana Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Kusmawan, I. 2011. Seni Bermain Drama. Jakarta: Ghina Walafafa Nurgiantoro, Burhan. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Semi, M, Atar. 1987. Anatomi Sastra. Padang: FPBS IKIP Padang Semi, M, Atar. 2007. Keterampilan Menulis. Padang: FPBS IKIP Padang