KEANEKARAGAMAN SPESIES PARASITOID TELUR Helicoverpa armigera (Hübner) PADA SISTEM TANAM MONOKULTUR DAN POLIKULTUR KAPAS

dokumen-dokumen yang mirip
AMBANG KENDALI PENGGEREK BUAH KAPAS, Helicoverpa armigera, DENGAN MEMPERHITUNGKAN KEBERADAAN PREDATOR PADA KAPAS

ANALISIS MUTU PARASITOID TELUR Trichogrammatidae (Quality assessment of Trichogrammatid) DAMAYANTI BUCHORI BANDUNG SAHARI ADHA SARI

H. armigera. Berdasarkan pengaruh ketiga faktor lingkungan tersebut, pada

Analisis Kelayakan Usaha Tani dan Persepsi Petani terhadap Penggunaan Varietas Unggul Kapas

EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS EKSTRAK BIJI MIMBA UNTUK MENGENDALIKAN KOMPLEKS PENGGEREK BUAH KAPAS

AUGMENTASI DAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN PARASITOID : ANALISIS EKOLOGI AGROEKOSISTEM UNTUK. Damayanti Buchori, IPB Nurindah, BALITTAS

Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Kapas Ramah Lingkungan

EFEKTIVITAS BEBERAPA PREDATOR TERHADAP Helicoverpa armigera (HÜBNER) PADA KAPAS TUMPANGSARI DENGAN KEDELAI

FITNESS VARIATION AMONG TRICHOGRAMMA SPECIES/STRAINS ON EGGS OF PLUTELLA XYLOSTELLA (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) Siti Herlinda

EKSPLORASI PARASITOID TELUR Plutella xylostella PADA PERTANAMAN KUBIS Brassica oleracea DI DAERAH MALANG DAN KOTA BATU ABSTRACT

PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN INSEKTISIDA IMIDAKLOPRIT TERHADAP PENGENDALIAN HAMA UTAMA TANAMAN KAPAS VARIETAS SERI KANESIA

PENGARUH PERLAKUAN BENIH UNTUK PENGENDALIAN Amrasca biguttulla Ishida TERHADAP NILAI TAMBAH VARIETAS KAPAS SERI KANESIA

BAB VIXX PEMBAHASAN UMUM

POPULASI Corcyra cephalonica (LEPIDOPTERA;PYRALIDAE) PADA

TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI

Siti Herlinda. Keywords: Trichogrammatoidea, Plutella xylostella, population, damage PENDAHULUAN

Key Words: Ultra Violet, Frozen egg, Trichogramma, Corcyra cephalonica (Stainton)

Yati Setiati, Neneng Hayatul Mutmainah, M. Subandi. Jurusan Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung

KAPASITAS REPRODUKSI PARASITOID TELUR Trichogrammatoidea nana Zehntner (Hymenoptera:Trichogrammatidae)

Siti Herlinda Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Inderalaya

THE DEVELOPMENT OF COOTON BOLLWORM Heliothis armigera (Lepidoptera:Noctuidae) ON SOME SOYBEAN VARIETIES (Glycine max L.)

Penentuan Waktu dan Titik Pelepasan Parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae

Konservasi Musuh Alami Serangga Hama sebagai Kunci Keberhasilan PHT Kapas

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

Prosiding Seminar Nasional Agribisnis Agroindustri, Palembang 7 Oktober 2002

Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur Hama Lepidoptera dan Parasitisasinya pada Beberapa Tanaman di Kabupaten Solok, Sumatera Barat

J. Agroland 15 (1) : 27-31, Maret 2008 ISSN : X

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN INANG PADA SUHU RENDAH TERHADAP PREFERENSI SERTA KESESUAIAN INANG BAGI

Peran Insektisida Botani Ekstrak Biji Mimba untuk Konservasi Musuh Alami dalam Pengelolaan Serangga Hama Kapas

Kesesuaian Galur Harapan Kapas pada Sistem Tumpang Sari dengan Palawija

Keanekaragaman dan Parasitasi Parasitoid Telur Walang Sangit pada Lanskap Pertanian Berbeda di Lombok Timur

Gulma... Tak Selamanya Merugikan

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

THE GROWTH AND DEVELOPMENT OF Corcyra cephalonica (STAINTON) (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) REARED ON LOCAL FEED: QUALITY CONTROL OF FACTITIOUS HOST

JENIS PARASITOID TELUR HAMA Conopomorpha cramerella PADA TANAMAN KAKAO DI SULAWESI UTARA

TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA BERBASIS EKOLOGI DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAPAS. Subiyakto

KEANEKARAGAMAN JENIS PARASITOID TRICHOGRAMMATIDAE MORFOLOGI PADA TANAMAN JAGUNG DI SULAWESI UTARA

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 3, No. 1, Januari 2014

PENGARUH VARIETAS DAN POLA TANAM KAPAS TERHADAP KELIMPAHAN POPULASI PREDATOR HAMA PENGISAP DAUN Amrasca biguttula (ISHIDA)

PENINGKATAN PERAN PARASITOID TELUR Trichogrammatoidea bactrae-bactrae DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella spp.

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

NAGARAJA (HYMENOPTERA) SEBAGAI AGENS HAYATI PENGENDALI HAMA PENGGEREK POLONG KEDELAI

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

Quality Control of Trichogramma Mass-Production Using Ultra Violet Sterilized Eggs of Factitious Host, Corcyra cephalonica (Stainton) ABSTRACT

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H

Pengelolaan Agroekosistem dalam Pengendalian Hama

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Persiapan Penelitian Koleksi dan Perbanyakan Parasitoid Perbanyakan Serangga Inang Corcyra cephalonica

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul)

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2014

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI BIOMASSA TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG KEDELAI Agromyza sojae Zehntn

SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT

BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada

J. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: ISSN

Kajian Perusak Polong Sebagai Hama Utama pada Kacang Gude di Sulawesi Selatan

PENINGKATAN PRODUTIFITAS DAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PENGGUNAAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADA PRODUKSI BENIH KAPAS ((Gossypium spp)

PARASITOID TELUR PADA HAMA KUBIS Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae)

> 1 berarti pola persebaran mengelompok.

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI

Memahami Konsep Perkembangan OPT

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Klaten Perbedaan Lokasi antar Kecamatan

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

commit to users I. PENDAHULUAN

Permasalahan OPT di Agroekosistem

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT

Developing Cotton IPM by Conserving Parasitoids and Predators of The Main Pest

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System)

DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA

EVALUASI TINGKAT PARASITISASI PARASITOID TELUR DAN LARVA TERHADAP PLUTELLA XYLOSTELLA L. (LEPIDOPTERA: YPONOMEUTIDAE) PADA TANAMAN KUBIS-KUBISAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

Markamah, G Pengaruh Pola Ketiadaan Inang Terhadap Ekologi Reproduksi Snellenius manilae ASHMEAD (Hymenoptera : Braconidae)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

PERILAKU, POLA PELETAKAN TELUR DAN EFISIENSI PEMARASITAN PARASITOID

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

SKRIPSI KEBERADAAN PREDATOR WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA BERBEDA. Oleh SULISTIYO DWI SETYORINI H

Transkripsi:

Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 26, Vol. 3, No. 2, 84-93 KEANEKARAGAMAN SPESIES PARASITOID TELUR Helicoverpa armigera (Hübner) PADA SISTEM TANAM MONOKULTUR DAN POLIKULTUR KAPAS NURINDAH DAN SUJAK Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (diterima Januari 26, disetujui Juli 26) ABSTRACT Diversity of Egg Parasitoids of Helicoverpa armigera (Hübner) on Cotton Monoculture and Polyculture. Polyculture system is one of techniques in pest management. In Indonesia, cotton is always intercropped with second food crops such as maize, soybean, mungbean or peanut. This research was aimed to evaluate the effect of culture system, i.e. cotton monoculture vs. cotton intercropped with soybean on the increase of species diversity of H. armigera egg parasitoids and the parasitoid contribution to mortality of H. armigera. The research was arranged in a split plot design with two main factors: three cotton varieties with three levels of trichome density (Tamcot SP 37, Kanesia 8 and LRA 5166) and the subplots were two cultivation systems (cotton monoculture and polyculture), with three replicates. Observations were made by collecting H. armigera eggs on population of first generation (45 days after planting) and second generation (75 DAP). The results showed that on cotton polyculture the egg parasitoid complex which consisted of Trichogramma spp. and Trichogrammatoidea spp. was higher than that in cotton monoculture and so was the egg parasitism level. The increase of egg parasitism was 24% in the first generation and 15% in the second generation. Parasitoid species found belonged to the genera Trichogramma and Trichogrammatoidea. In the parasitoid complex, Trichogrammatoidea armigera was dominant on the first generation and Trichogramma chilotraeae on the second. The domination succession could be as a result of the higher host-searching capacity of T. chilotraeae than that of T. armigera. KEY WORDS: species diversity, egg parasitoid, Helicoverpa armigera, Trichogramma armigera, Trichogrammatoidea chilotraeae. PENDAHULUAN Sebagai tanaman perkebunan, kapas pada umumnya ditanam secara tumpangsari dengan tanaman palawija. Tanaman palawija yang ditumpangsarikan dengan kapas antara lain adalah jagung (daerah pengembangan Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah), kacang tanah (daerah pengembangan Nusa Tenggara Barat), dan kedelai (daerah pengembangan Jawa Timur). Ditinjau dari segi usahatani, sistem tumpangsari kapas dengan tanaman palawija ini memberikan keuntungan ekonomi dan mengurangi risiko kegagalan panen. Ditinjau dari segi pengendalian hama, sistem tumpangsari kapas dengan tanaman palawija dapat membantu dalam pengendalian populasi hama, karena sistem ini dapat meningkatkan populasi musuh alami (Anderson & Yeargan 1998, Slosser et al. 2). Populasi musuh 84

Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur alami yang tinggi dapat menjaga populasi hama untuk selalu berada pada populasi di bawah ambang kendali, karena terjadi mortalitas yang tinggi. Diantara musuh alami yang berperan dalam pengendalian serangga hama, parasitoid merupakan kelompok musuh alami yang potensial. Helicoverpa armigera dikenal sebagai penggerek buah kapas (cotton bollworm). Serangga ini merupakan obyek yang pada umumnya menjadi sasaran dalam usaha pengendalian hama pada kapas, terutama pengendalian dengan penyemprotan insektisida. Pengendalian hama terpadu (PHT) kapas yang telah dikembangkan dengan penekanan pada pengembangan teknik-teknik pengendalian non kimiawi telah dapat mengatasi masalah hama ini. Penerapan PHT dengan benar telah dapat merubah status serangga ini dari serangga hama utama menjadi serangga hama potensial (Nurindah 23). Perubahan status H. armigera dari serangga hama utama menjadi serangga hama potensial karena adanya peran faktor mortalitas biotik. Pada sistem pengendalian konvensional, insektisida kimia sintetik yang digunakan secara intensif menyebabkan faktor mortalitas biotik yang terdiri atas parasitoid dan predator, tidak dapat berkembang populasinya sehingga tidak dapat berperan dengan baik. Pada sistem PHT, agroekosistem yang ada mendukung perkembangan faktor mortalitas biotik ini, sehingga merupakan faktor yang penting dalam mengatur populasi H. armigera untuk selalu pada populasi di bawah ambang kendali. Mortalitas biotik telur dan larva H. armigera oleh predator dan parasitoidnya pada pertanaman kapas tumpangsari dengan kedelai masing-masing mencapai 54% dan 32%; sedangkan mortalitas telur oleh parasitoid mencapai 18% (selang 9 33%). (Nurindah et al. 26). Parasitoid yang dominan memarasit telur H. armigera adalah parasitoid dari genus Trichogramma dan Trichogrammatoidea (Hymenoptera: Trichogrammatidae). Sedikitnya ada 9 spesies Trichogramma dan 3 spesies Trichogrammatoidea yang telah dilaporkan memarasit telur H. armigera dan 7 spesies diantaranya berasosiasi dengan tanaman kapas (Tabel 1). Beragamnya spesies Trichogrammatid yang memarasit telur H. armigera pada kapas menunjukkan bahwa tanaman kapas merupakan salah satu habitat inang yang disukai oleh parasitid telur ini. Keanekaragaman spesies pada suatu ekosistem yang tinggi mengindikasikan bahwa ekosistem tersebut sehat, karena arthropoda yang terdapat dalam ekosistem tersebut dapat berkembang dan berinteraksi dengan baik sehingga terdapat keseimbangan antara populasi herbivora, yang sering disebut hama, dengan musuh alaminya. Kondisi seperti ini menyebabkan herbivora yang terdapat pada ekosistem tersebut tidak menimbulkan 85

J. Entomol. Indon., September 26, Vol. 3, No. 2, 84-93 kerusakan yang nyata pada tanaman budidaya. Sistem tanam tumpangsari kapas dengan palawija dilaporkan dapat meningkatkan populasi musuh alami, diantaranya adalah populasi parasitoid telur Trichogrammatid (Lusyana 25). Walaupun demikian, keanekaragaman spesies Trichogrammatid yang berasosiasi dengan tanaman kapas yang ditanam secara tumpangsari dengan palawija belum pernah dilaporkan. Informasi tentang keanekaragaman spesies parasitoid pada suatu ekosistem diperlukan sebagai petunjuk untuk menilai kesehatan suatu agroekosistem. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies parasitoid telur H. armigera, yaitu serangga hama yang selalu ada pada pertanaman kapas, pada pola tumpangsari kapas dengan kedelai versus pada kapas monokultur. Tabel 1. Parasitoid telur H. armigera pada berbagai tanaman No. Spesies Tanaman inang Referensi 1. Trichogramma achaea Nagaraja sorgum, jagung, kedelai Reddy & Manjunath (1999) 2. Trichogramma australicum Girault kapas Scholz (1991). 3. Trichogramma brasiliensis Ashmead tomat, kacang polong Khrisnamoorthy & Mani (1998) 4. Trichogramma carverae kapas Scholz (1991). 5. Trichogramma chilonis Ishii jagung, kedelai, bawang Reddy & Manjunath (1999); Herlinda (1998); Alba (1989); Shepard & Barrion (1998). 6. Trchogramma chilotraeae Nagaraja jagung, kapas Alba (1989); Nurindah & Bindra (1988). 7. Trichogramma dendrolimi Matsumura kapas Scholz (1991). 8. Trichogramma pretiosum Riley tomat & kacang polong Khrisnamoorthy & Mani (1998) 9. Trichogramma principium kapas Adnan-Babi et al. (22). 1. Trichogrammatoidea armigera Nagaraja kapas Nurindah & Bindra (1988). 11. Trichogrammatoidea bactrae bactrae Nagaraja padi, kapas Alba (1989); Scholz (1991).. Trichogrammatoidea guamensis Nagaraja jagung Nurindah & Bindra (1988). 86

Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) Asembagus, Jawa Timur, pada musim tanam 25. Penelitian disusun dalam rancangan petak terbagi dengan dua faktor yang mempengaruhi kondisi ekologi pertanaman yang diulang tiga kali. Sebagai perlakuan utama digunakan tiga varietas kapas dengan tingkat ketahanan yang berbeda terhadap Amrasca biguttulla, yaitu: 1) Varietas dengan ketahanan tinggi (LRA 5166); 2) Varietas dengan ketahanan sedang (Kanesia 7); dan 3) Varietas dengan ketahanan rendah (Tamcot SP 37). Pemilihan tiga varietas yang berbeda ketahanannya terhadap A. biguttulla adalah karena ketiga varietas ini mempunyai kepadatan trichom pada daun yang berbeda. Kepadatan trichom yang berbeda ini berpengaruh terhadap preferensi peletakan telur H. armigera, sehingga faktor ini dapat menyebabkan tiga tingkat populasi inang yang berbeda. Sebagai anak petak adalah sistem tanam, yaitu: 1) Kapas monokultur; dan 2) Kapas tumpangsari dengan kedelai. Pengamatan keanekaragaman parasitoid telur dilakukan dengan pengumpulan telur H. armigera pada 45 hari setelah tanam (hst) dan 75 hst, yaitu pada waktu populasi telur H. armigera pada kapas tinggi, masingmasing pada generasi I dan geserasi II. Pengumpulan telur dilakukan pada tanaman kapas pada satuan contoh (1 m 2 ). Setiap petak dikumpulkan 6 satuan contoh. Telur dikumpulkan dengan melekatkannya pada kertas berukuran 2 cm x 3 cm dan diberi label yang jelas. Semua telur yang dikumpulkan diamati tingkat parasitisasinya dan spesies parasitoid yang memarasit. Identifikasi parasitoid dilakukan dengan kunci determinasi yang dikembangkan oleh Alba (1989) dan Nagarkatti dan Nagaraja (1977). Analis data dilakukan untuk mengetahui pengaruh varietas dan sistem tanam serta interaksi yang ada dengan ANOVA dilajutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil pada taraf nyata 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter morfologi varietas kapas berpengaruh tehadap kepadatan telur H. armigera pada generasi pertama yang diamati pada 45 hst, tetapi tidak berpengaruh pada 75 hst (Gambar 1 A). Ngengat H. armigera lebih banyak meletakkan telur pada tanaman kapas varietas LRA 5166 yang karakter morfologinya mempunyai trichom lebih banyak (476 trichom/cm 2 ) dibandingkan pada varietas Tamcot SP 37 (73 trichom/cm 2 ) atau Kanesia 8 (241 trichom/cm 2 ). Hal ini menunjukkan bahwa preferensi peletakan telur H. armigera dipengaruhi oleh morfologi tanaman, terutama trichom 87

J. Entomol. Indon., September 26, Vol. 3, No. 2, 84-93 yang merupakan medium peletakan telur. Semakin tinggi jumlah trichom per satuan luas, semakin banyak telur yang diletakkan. Peletakan telur pada kapas pada sistem tanam tumpangsari dan monokultur tidak berbeda nyata (Gambar 1 B). Walaupun demikian, penambahan vegetasi pada sistem tanam tumpangsari berpengaruh terhadap persentase parasitisasi telur dan terdapat interaksi yang nyata antara varietas LRA 5166 dengan tata tanam, yaitu pada tata tanam monokultur persentase parasitisasi telur lebih rendah dibandingkan pada sistem tumpangsari (Tabel 2). Parasitisasi telur H. armigera oleh parasitoid Trichogrammatid yang tinggi pada kapas varietas LRA 5166 dan persentase parasitisasi yang rendah pada pertanaman kapas varietas Tamcot SP 36 memperkuat teori density dependent factor tentang hubungan ketergantungan antara parasitoid dan inangnya, yaitu adanya parasitisasi yang tinggi disebabkan oleh adanya populasi inang yang tinggi dan sebaliknya. Persentase parasitisasi telur H. armigera generasi I pada umumnya lebih tinggi daripada pada generasi II (Tabel 2). Hal ini diduga karena pada generasi I tanaman kapas maupun kedelai sedang dalam masa pembungaan dan tersedia nektar yang merupakan makanan utama imago parasitoid, sehingga menarik parasitoid untuk mendatangi pertanaman (host habitat location). Proses selanjutnya, yaitu setelah parasitoid telah berada A B 1 1 Jumlah telur/m 2 8 6 4 2 8 6 4 2 45 hst 75 hst 45 hst 75 hst Tamcot SP 37 Kanesia 8 LRA 5166 Monokultur Tumpangsari Gambar 1. Populasi telur H. armigera per m 2 generasi I (45 hst) dan II (75 hst) (rata-rata ± S.E.) pada tiga varietas kapas (A) dan pada tata tanam monoklutur dan tumpangsari dengan kedelai (B). 88

Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur Tabel 2. Persentase parasitisasi (rata-rata ± S.E.) telur H. armigera generasi I dan II oleh parasitoid Trichogrammatid pada tiga varietas kapas dengan sistem tanam monokultur dan tumpangsari dengan kedelai Varietas kapas dan sistem tanam Generasi I (45 hst) Generasi II (75 hst) Kapas varietas Tamcot SP 37 Monokultur kapas 27,3 ± 2,5 a 1 9,3 ± 2,7 a Kapas + Kedelai 32,6 ± 2,1 b 23,1 ± 1,6 b Kapas varietas Kanesia 8 Monokultur kapas 25,9 ± 5,5 a 8, ± 3,1 a Kapas + Kedelai 22,3 ± 4,8 a 13,8 ±,7 b Kapas varietas LRA 5166 Monokultur kapas 22,9 ± 3,4 a 8,6 ± 3,2 a Kapas + Kedelai 45,2 ± 4,4 b 23,1 ± 1,6 b Nilai % parasitisasi pada kolom yang sama untuk setiap varietas kapas yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan tingkat parasitisasi yang nyata (P,5) antara monokultur dan Kapas+kedelai berdasarkan uji F. pada habitat inangnya, parasitoid tersebut akan menemukan inang (host location) sesuai dengan kapasitas daya carinya (host searching capacity). Pada peletakan telur generasi II, tanaman kedelai sudah memasuki pemasakan buah, jumlah nektar yang tersedia pada pertanaman berkurang, sehingga ketertarikan parasitoid untuk mendatangi pertanaman tersebut menurun. Selain itu, populasi inang yang tersedia juga lebih rendah (Gambar 1 A). Parasitoid telur yang ditemukan ada enam spesies yang meliputi dua genus (Tabel 3). Penambahan keanekaragaman vegetasi berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman spesies parasitoid yang ditemukan pada suatu pertanaman dan terdapat interaksi yang nyata antara varietas kapas dan tata tanam terhadap jumlah spesies parasitoid yang ditemukan (Tabel 2 dan Tabel 3). Pada tata tanam tumpangsari, yaitu pertanaman dengan keanekaragaman vegetasi tinggi, jumlah spesies yang ditemukan lebih banyak dibandingkan pada pola monokultur. Keanekaragaman vegetasi yang lebih tinggi pada pola tumpangsari berpengaruh terhadap penyediaan sumber pakan (nektar dan polen) yang lebih banyak bagi parasitoid. Kondisi ini menarik parasitoid untuk datang pada pertanaman tersebut (host habitat location) yang selanjutnya berakibat pada penemuan inang (host location) dan terjadi parasitisasi. Tingginya keanekaragaman parasitoid ini juga menjelaskan terjadinya parasitisasi 89

J. Entomol. Indon., September 26, Vol. 3, No. 2, 84-93 Tabel 3. Keanekaragaman spesies parasitoid telur H. armigera pada kapas monokultur dan tumpangsari dengan kedelai. No Spesies Monokultur Tumpangsari 1. Trichogrammatoidea armigera Nagaraja + + 2. Trichogrammatoidea bactrae bactrae Nagaraja + + 3. Trichogrammatoidea bactrae fumata Nagaraja + + 4. Trichogrammatoidea guamensis Nagaraja - + 5. Trichogramma chilonis Ishii - + 6. Trichogramma chilotraeae Nagaraja + + + = ditemukan; - = tidak ditemukan. yang lebih tinggi pada pola tumpangsari dibandingkan dengan pada pola monokultur (Gambar 2B). Varietas LRA 5166 lebih disukai oleh banyak spesies parasitoid dibandingkan dengan varietas yang lain. Hal ini disebabkan karena pada varietas LRA 5166 keberadaan inang lebih banyak dibandingkan pada varietas lain (Gambar 1). Ketersediaan inang yang lebih banyak memberikan peluang yang tinggi kepada spesies-spesies parasitoid untuk menemukan inangnya (host finding), termasuk spesies-spesies parasitoid yang tidak dominan pada pertanaman kapas, misalnya Trichogrammatoidea bactrae bactrae, T. bactrae fumata dan Trichogramma chilonis. Dengan demikian, faktor keanekaragaman vegetasi dan kepadatan inang berpengaruh dalam menarik parasitoid untuk mendatangi dan menimbulkan mortalitas pada suatu agroekosistem. Tingkat parasitisasi pada populasi telur generasi I pada umumnya lebih tinggi dibandingkan pada generasi II, baik pada berbagai varietas maupun pola tanam (Gambar 2 dan Gambar 3). Hal ini disebabkan oleh populasi inang pada generasi I lebih tinggi dibandingkan pada generasi II. Persentase parasitisasi oleh spesiesspesies parasitoid telur menggambarkan keanekaragaman dan aktivitas masing-masing spesies karena pada kondisi sebaran inang yang acak Trichogramma spp. akan menghindari multiparasitisasi (Boulétreau et al. 1991). Pada populasi inang generasi I, parasitisasi didominasi oleh T. armigera, baik pada berbagai varietas maupun pada pola monokultur atau tumpangsari, sedangkan pada populasi inang generasi II, parasitisasi telur H. armigera yang ditemukan didominasi oleh T. chilotraeae. Hal ini diduga karena daya cari (searching capasity) T. chilotraeae lebih tinggi, sehingga pada kondisi populasi inang rendah (populasi generasi II), T. chilotraeae lebih mampu menemukan inangnya. Dugaan ini diperjelas dengan tingkat parasitisasi pada sistem tanam 9

Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur monokultur dan tumpangsari pada generasi I dimana populasi inang tinggi. Pada sistem tanam tumpangsari, dimana struktur pertanamannya lebih kompleks daripada monokultur, parasitisasi oleh T. chilotraeae lebih tinggi, sedangkan parasitisasi oleh T. armigera hampir seimbang. Proses penemuan inang oleh Trichogramma spp. (foraging) dipengaruhi oleh kompleksitas struktur tanaman. Inang yang terdapat pada sttruktur tanaman yang sederhana lebih mudah ditemukan dibandingkan dengan inang pada struktur tanaman yang lebih kompleks (Gingras et al. 23). 2 sp A sp B sp C sp D sp E sp F 16 2 16 % parasitisasi 8 4 Tamcot SP 37 Kanesia 8 LRA 5166 A 8 4 Tamcot SP 37 Kanesia 8 LRA 5166 Gambar 2. Persentase parasitisasi telur H. armigera generasi I (A) dan II (B) oleh beberapa spesies parasitoid Trichogrammatid pada tiga varietas kapas (Spesies parasitoid: A. T. armigera; B: T. guamnensis; C: T. bactrae bactrae; D: T. chilotraeae; E: T. bactrae fumata; F: T. chilonis) B 15 sp A sp B sp C sp D sp E sp F 15 % parasitisasi 9 6 3 9 6 3 Monokultur Tumpangsari Monokultur Tumpangsari Gambar 3. Persentase parasitisasi telur H. armigera generasi I (A) dan II (B) oleh beberapa spesies parasitoid Trichogrammatid pada kapas monokultur dan tumpangsari dengan kedelai (Spesies parasitoid: A. T. armigera; B: T. guamnensis; C: T. bactrae bactrae; D: T. chilotraeae; E: T. bactrae fumata; F: T. chilonis) A B 91

J. Entomol. Indon., September 26, Vol. 3, No. 2, 84-93 Implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikembangkan dalam sistem pengelolaan hama. Salah satu teknik pengelolaan hama yang sekarang dikembangkan adalah penambahan keanekaragaman tanaman dalam suatu pertanaman atau lanskap (Altieri dan Altieri 24). Sistem tanam tumpangsari (intercropping) merupakan salah satu cara penambahan keanekarragaman. Dari penelitian ini terbukti bahwa sistem tanam tumpangsari meningkatkan parasitisasi telur H. armigera yang disebabkan oleh adanya peningkatan keanekaragaman parasitoid. Peningkatan keanekaragaman parasitoid ini selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan mortalitas inang yang berstatus sebagai hama. Selain oleh kompleks Trichogrammatid, mortalitas telur juga dapat terjadi oleh predatornya, misalnya kumbang kubah, kepik Mirid atau semut (Nurindah et al. 26). Telah dilaporkan bahwa penambahan keanekaragaman tanaman di sekitar tanaman utama dengan sorghum, tanaman penutup tanah atau tumpangsari dengan tananam kacang-kacangan dapat meningkatkan populasi predator (Parajulee dan Slosser 1999; Tillman et al. 22; Mote et al. 21). Dengan demikian, pada kapas yang ditanam tumpangsari dengan kedelai peluang mortalitas H. armigera lebih tinggi dibandingkan dengan pada monokultur. KESIMPULAN 1. Sistem tanam tumpangsari kapas+kedelai meningkatkan keanekaragaman parasitoid telur Trichogramma spp. dan Trichogrammatoidea spp. serta meningkatkan persentase parasitisasi hingga 24% pada generasi I dan 15% pada generasi II. 2. Spesies parasitoid yang berasosiasi pada ekosistem kapas tumpangsari dengan kedelai adalah: T. armigera, T. guamnensis, T. bactrae bactrae, T. chilotraeae, T. bactrae fumata, dan T. chilonis. Dominasi kompleks parasitoid yang memarasit telur H. armigera pada generasi I adalah T. armigera dan pada generasi II adalah T. chilotraeae. 3. Pada ekosistem polikultur kapas+kedelai, kompleks parasitoid telur dapat memberikan kontribusi mortalitas H. armigera yang lebih tinggi daripada pada ekosistem kapas monokultur. DAFTAR PUSTAKA Adnan-Babi, Al-Nabhan M, Pintureau B. 22. A study on the effect of Trichogramma principium releases on cotton bollworms and the chrysopid predator Chrysoperla carnea in Syrian cotton fields. Arab J of Plant Protection 2(1): 59-61. Alba M. C. 1989. Trichogrammatids in The Phillippines. Phillipp Entomol 7(3): 252 271. Altieri N, Altieri M. A. 24. Agroecological bases of ecological engineering for pest management. Dalam G. M. Gurr, S. D. Wratten dan M. A. Altieri (Eds.), Ecological Engineering for Pest Management. 92

Nurindah dan Sujak : Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur pp: 32 54. Comstock Publishing Associates, New York. Anderson AC, Yeargan KV. 1998. Influence of soybean canopy closure on predator abundances and predation on Helicoverpa zea (Lepidoptera: Noctuidae) eggs. Environ Entomol 27: 1488-1495. Boulétreau M, Chassain C, Fouillet P. 1991. Mutual interference and spatial distribution of infestations in two sympatric Trichogramma species: T. brassicae Bezdenko and T. cacoeciae Marchal (Hymenoptera: Trichogrammatidae). Biol Control 1 (2): 176-18. Gingras D, Dutilleul P, Boivin G. 23. Effect of plant structure on host finding capacity of lepidopterous pests of crucifers by two Trichogramma parasitoids. Biol Control 27 (1): 25-31. Herlinda S. 1996. Kajian Trichogrammatoidea bactrae bactrae Nagaraja (Hymenoptera: Trichogrammatidae), parasitoid telur Etiella zinckenella Treitsckhe (Lepidoptera: Pyrallidae). Tesis. Program Pasca Sarjana, IPB, Bogor. 6p. Krishnamoorthy A, Mani M. 1996. Biosuppression of Helicoverpa armigera (Hubn.) on tomato using two egg parasitoids, Trichogramma brasiliensis (Ashm.) and T. pretiosum (Riley). Entomol Res 2: 1, 37-41. Lusyana NR. 25. Keragaman parasitid telur Helicoverpa armigera pada tanaman kapas (Gossypium hirsutum L.) mono-kultur dan tumpangsari di Asembagus, Kabupaten Situbondo. [Skripsi]. Universitas Negeri Malang. Mote UN, Patil MB, Tambe AB. 21. Role of intercropping in population dynamics of major pests of cotton ecosystem. Annal Plant Protect Scien 9(1): 32-36. Nagarkatti S, Nagaraja. 1977. Biosystematics of Trichogramma and Trichogrammatoidea species. Ann Rev Entomol 22: 157 176. Nurindah, Bindra OS. 1988. Studies on Trichogramma spp. (Hymenoptera: Trichogrammatidae) in the control of Heliothis armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae). Biotrop Special Publication 36: 165 173. Nurindah. 23. Status Helicoverpa armigera (Hübner) dan peran musuh alaminya pada ekosistem kapas di Indonesia. Perspektif 11 19. Nurindah, Parmono DH, Sujak. 26. Faktor mortalitas biotik Helicoverpa armigera (Hubner) pada kapas tumpangsari dengan kedelai. Prosiding Lokakarya Revitalisasi Agribisnis Kapas Diintegrasikan dengan Palawija di Lahan Sawah Tadah Hujan, Lamongan 8 September 25, p: 11 117. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. Parajulee MN, Slosser JE. 1998. Evaluation of potential relay strip crops for predator enhancement in cotton. Proceedings. Beltwide Cotton Conferences, San Diego, California, USA, 5 9 January 1998, Volume 2: 114-117. Reddy GVP, Manjunath M. 1999. Influence of host plants on parasitism of Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae) by two egg parasitoids, Trichogramma chilonis and Trichogramma achaea (Hymenoptera: Trichogramma-tidae). International Pest Control 41: 6, 223-225. Scholz BCG. 1991. Evaluation and selection of native egg parasitoids for bollworm management in Australian cotton. Colloques-de-l'INRA, No. 56, 235-238. Slosser JE, Parajulee MN, Bordovsky DG. 2. Evaluation of food sprays and relay strip crops for enhancing biological control of bollworms and cotton aphids in cotton. International J Pest Management 46: 267-275. Tillman G, Schomberg H, Phatak S, Timper P, Olson D. 22. Enhancing sustainability in cotton with reduced chemical inputs, cover crops, and conservation tillage. Proceedings of 25th Annual Southern Conservation Tillage Conference for Sustainable Agriculture, Auburn, AL, USA, 24 26 June, 22: 366-368 93