HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Klaten Perbedaan Lokasi antar Kecamatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Klaten Perbedaan Lokasi antar Kecamatan"

Transkripsi

1 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten terletak di Provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, di sebelah selatan Kabupaten Gunung Kidul, dan di sebelah barat dengan Kabupaten Sleman. Kabupaten Klaten merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Tengah. Saat ini lebih dari 80% hasil produksi pertanian pangan di Kabupaten Klaten adalah beras. Dari total lahan yang digunakan untuk bertanam padi, hampir 60% diantaranya beririgasi teknis, sebagian besar sisanya beririgasi semi teknis, dan hanya sebagian kecil yang merupakan lahan irigasi tadah hujan (Istiaji 2011). Pola tanam di Kecamatan Juwiring, Delanggu, Polanharjo, dan Wonosari adalah padi-padi-padi. Wilayah-wilayah ini memiliki daerah tergenang sepanjang tahun sehingga ketersediaan air membuat petani menanam padi sepanjang tahun, hal ini justru mengakibatkan kegagalan panen paling banyak karena serangan wereng batang cokelat (Istiaji 2011). Perbedaan Lokasi antar Kecamatan Kecamatan Juwiring termasuk daerah beririgasi teknis. Air tersedia sepanjang tahun, sehingga memungkinkan pola tanam yang dilakukan petani padipadi-padi (Gambar 4c). Sistem pertanaman padi di Kecamatan Juwiring berlangsung tidak serempak (Gambar 4a). Dari hasil wawancara dengan petani padi di Kecamatan Juwiring diketahui bahwa sebagian besar petani (66.7%) menggunakan varietas Inpari 13. Keseragaman varietas padi membuat kerapuhan genetik dan ditemukan varietas rentan yang menyebabkan populasi wereng berlipat ganda (Istiaji 2011).

2 13 a b c Gambar 4 Sistem tanam tidak serempak (Yuliani, TS) (a), ketersediaan air mencukupi (Yuliani, TS) (b), dan pola tanam padi sepanjang tahun di Kecamatan Juwiring (c) Varietas Inpari 13 merupakan bantuan dari pemerintah daerah setempat. Namun masih ada sebagian kecil petani yang menggunakan benih padi varietas lainnya seperti Inpari 1, IR 64, Situ Bagendit, dan Ciherang. Jarak tanam yang digunakan cm sampai cm. Penggunaan pupuk kimia di Kecamatan Juwiring lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Cawas dan Trucuk. Pupuk yang biasa dipakai petani yaitu pupuk NPK dan dosis pupuk yang digunakan untuk ukuran satu patok lebih dari 100 kg/patok, sedangkan untuk penggunaan pupuk organik atau kotoran hewan hanya beberapa orang saja yang menggunakannya. Frekuensi penyemprotan pestisida pada Kecamatan Juwiring paling tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Cawas dan Kecamatan Trucuk karena penyemprotan dilakukan secara rutin 2-5 kali penyemprotan hingga waktu panen. OPT pada Kecamatan Juwiring hanya dikendalikan dengan menggunakan pestisida kimia dan petani tidak pernah mengendalikan dengan cara lain. Berbeda dengan Kecamatan Juwiring, Kecamatan Cawas merupakan lahan pertanian dengan irigasi tadah hujan semi teknis. Kecamatan Cawas mengalami masa sulit air pada musim tanam ketiga (Gambar 5b). Pertanaman padi di Kecamatan Cawas berlangsung serempak (Gambar 5a). Petani lebih banyak menanam padi varietas IR 64 (41%). Namun tidak sedikit petani yang menanam varietas lain seperti Inpari 13, Situ Bagendit, Ciherang, Mekongga, Bunda Sri Madrim, dan Bestari.

3 14 a b c Gambar 5 Sistem tanam serempak (a), ketersediaan air musim tanam ketiga (b), pola tanam padi-padi-palawija di Kecamatan Cawas (c) Jarak tanam yang biasa digunakan petani adalah cm. Penggunaan pupuk kimia tidak terlalu tinggi seperti di Kecamatan Juwiring, karena pemupukan untuk satu patok kurang dari 100 kg/patok, sedangkan untuk penggunaan kotoran hewan, hanya beberapa petani yang menggunakan kotoran hewan sebagai pupuk organik. Penggunaan pestisida kimia dilakukan untuk mengendalikan OPT. Penyemprotan dilakukan secara rutin 2-4 kali sampai panen. Sistem irigasi di Kecamatan Trucuk yaitu semi teknis, pada musim tanam ketiga petani menanam palawija atau bukan padi karena kesulitan air. Tanaman bukan padi yang biasa ditanam adalah tembakau, jagung, dan kacang kedelai. Sistem tanam di Kecamatan Trucuk berlangsung serempak (Gambar 6a). Varietas padi yang banyak ditanam di Kecamatan Trucuk adalah IR 64 (43.4%). Namun petani lainnya ada juga yang menanam varietas lain seperti Way Apo Buru, Sri Madim, Inpari 13, Situ Bagendit, Mekongga, Mentik wangi, dan Ciherang. Jarak tanam yang digunakan cm. Panggunaan pupuk kimia kurang dari 100kg/patok, sedangkan untuk penggunaan pupuk organik dari kotoran hewan lebih banyak, dibandingkan dengan petani di daerah Cawas dan Juwiring. Pengendalian OPT tidak hanya dengan pestisida kimia tetapi juga dengan menggunakan pestisida nabati yang dibuat bersama oleh kelompok tani.

4 15 a b c Gambar 6 Sistem tanam serempak (a), ketersediaan air musim tanam ketiga (b) menjadikan pola tanam padi-padi-palawija di Kecamatan Trucuk (c) Kelompok Telur S. incertulas Jumlah kelompok telur yang ditemukan di setiap kecamatan pada tiap kali pengamatan selalu berbeda. Kelompok telur yang menempel di daun diambil beserta helai daun sepanjang 3 cm, karena apabila tidak diambil dengan daunnya maka kelompok telur menjadi hancur dan rusak. Ukuran kelompok telur bervariasi mulai dari cm (Gambar 7b). a b Gambar 7 Kelompok telur diamati di bawah mikroskop (a) dan variasi ukuran kelompok telur (b) Berdasarkan Tabel 1, jumlah kelompok telur terbanyak ditemukan di Kecamatan Juwiring, hal ini karena Kecamatan Juwiring merupakan lahan

5 16 Tabel 1 Jumlah kelompok telur di 3 kecamatan Lokasi Pengamatan ke- a Rata-rata Kec. Juwiring ± 2.08 a ± 6.66 a ± a 7.67 ± 2.08 a ± a Kec. Cawas ± a 0.67 ± 1.15 b 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 c 0.00 ± 0.00 b 2.13 Kec. Trucuk ± ab 2.67 ± a 3.00 ± 5.20 a 4.67 ± 2.52 b 0.67 ± 0.58 b 8.93 a Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji duncan pada taraf 5% Tabel 2 Persentase larva S. incertulas yang hidup Lokasi Pengamatan ke- a Rata-rata Kec. Juwiring ± 6.34 a 7.12 ± 7.05 a 4.11 ± 4.89 a ± 9.69 a ± a Kec. Cawas 1.04 ± 1.80 c 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 b 0.00 ± 0.00 b 0.21 Kec. Trucuk ± 6.20 b 0.44 ± 0.75 a ± a ± a ± ab a Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji duncan pada taraf 5% 16

6 17 pertanian irigasi teknis dengan ketersediaan air mencukupi sepanjang tahun. Petani memanfaatkan keadaan ini dengan terus menanam padi terus-menerus, yang menyebabkan ketersediaan inang di lapang untuk S. incertulas selalu ada. Padi yang ditanam dua kali setahun mengakibatkan serangga inang cenderung mampu mempertahankan populasinya dari satu musim tanam ke musim tanam berikutnya (Hamid et al. 2003). Kelompok telur lebih banyak ditemukan pada tanaman muda, dibandingkan dengan tanaman tua, karena unsur nitrogen (N) lebih banyak pada tanaman muda dibandingkan dengan tanaman tua, pendapat ini didukung oleh Yani (1985) yang mengemukakan bahwa kekurangan N biasanya menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan menimbulkan gejala klorosis yang mula-mula timbul pada daun tua sedangkan daun muda tetap berwarna hijau. Petani di Kecamatan Juwiring biasa memberi pupuk pada saat awal penanaman. Pupuk N yang tinggi dapat membuat tanaman menjadi sukulen. Jika tanaman mengandung unsur N banyak maka tanaman lebih lunak sehingga lebih mudah diserang oleh larva S. incertulas. Menurut Bernays (1990), aplikasi pupuk N yang tinggi tidak akan berdampak pada biologi serangga tetapi akan merubah morfologi, biokimia, dan fisiologi dari tanaman inang. a b Gambar 8 Kelompok telur ditemukan pada tanaman umur 2 MST (a), dan tanaman umur 5 MST (b)

7 18 Kelompok telur pada tanaman muda biasanya ditemukan di atas permukaan daun dan agak mendekati ujung daun (Gambar 8a), namun pada tanaman tua biasanya ditemukan di bawah permukaan daun dan jauh dari ujung daun (Gambar 8b). Jumlah kelompok telur di Kecamatan Trucuk dan Cawas lebih kecil dari jumlah kelompok telur yang ditemukan di Kecamatan Juwiring, hal ini karena pada musim tanam ketiga air sedikit di Kecamatan Trucuk dan Cawas sehingga petani mengganti tanamannya dengan tanaman selain padi yang dapat menyebabkan siklus hama terputus sehingga keberadaan kelompok telurnya di Kecamatan Cawas dan Trucuk tidak sebanyak di Kecamatan Juwiring. Larva Hidup Kelompok telur yang dipelihara dalam gelas plastik membutuhkan waktu sampai dengan 1 minggu untuk menetas (karena tidak semua kelompok telur memiliki umur yang sama), pendapat ini didukung oleh Soehardjan (1976) yang mengemukakan bahwa stadia telur bervariasi antara 6 sampai 9 hari. Dari kelompok telur yang menetas dapat keluar larva S. incertulas, parasitoid, ataupun larva S. incertulas dan parasitoid. Larva yang keluar dihitung jumlahnya dengan menggunakan counter. Berdasarkan Tabel 2, persentase larva hidup tertinggi terdapat pada Kecamatan Juwiring. Hal ini membuktikan bahwa S. incertulas telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya, sehingga untuk S. incertulas pada Kecamatan Juwiring memiliki kemampuan bertahan hidup yang lebih baik dibandingkan S. incertulas di Kecamatan Cawas dan Trucuk. Kondisi ini didukung dengan adanya ketersediaan tanaman inang yang tidak pernah terputus, penggunaan insektisida yang kurang bijaksana (tidak memenuhi 5T) serta pemupukan yang berlebihan. Semakin banyak larva yang hidup maka semakin banyak populasi serangga ini pada generasi selanjutnya. Kegagalan Menetas Tidak semua telur S. incertulas memiliki kemampuan menetas yang sama. Oleh karena itu dilakukan pembedahan pada telur untuk mengetahui jumlah telur yang tidak menetas (Gambar 9).

8 19 a b Gambar 9 Pembedahan telur yang berisi larva mati (a) dan parasitoid mati (b) Berdasarkan Tabel 3, persentase kegagalan menetas pada 3 kecamatan tidak berbeda nyata. Telur yang menetas dapat keluar sebagai larva S. incertulas atau jika telur terparasit akan keluar sebagai parasitoid, sedangkan telur yang tidak menetas dapat disebabkan oleh infeksi patogen sehingga larva mati sebelum keluar dari telur, atau embrio telur tidak berkembang. Menurut Yunus (2012) di lapang sering terjadi kerusakan kelompok telur karena pengaruh faktor luar, penyebabnya adalah air pengairan sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Parasitisasi Tingkat parasitisasi parasitoid ditentukan oleh keberadaan inang. Berdasarkan Tabel 4 persentase parasitisasi tertinggi terdapat pada Kecamatan Juwiring diikuti oleh Kecamatan Trucuk dan Cawas. Keberadaan telur di Kecamatan Juwiring selalu ada sehingga dapat menjadi inang untuk parasitoid telur S. incertulas. Berbeda dengan Kecamatan Cawas dan Trucuk yang memiliki pertanaman padi serempak dan setiap musim tanam ketiga tanaman dirotasi dengan tanaman selain padi seperti kedelai, jagung, tembakau, dan lainnya. Hal ini mengakibatkan terputusnya persediaan tanaman inang bagi PBPK

9 20 Tabel 3 Persentase telur gagal menetas Lokasi Pengamatan ke- a Rata-rata Kec. Juwiring 6.30 ± 1.04 a 8.61 ± 3.88 a ± 2.53 a 4.97 ± 0.44 a 4.32 ± 2.22 a 7.56 Kec. Cawas ± a ± a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 0.00 ± 0.00 a 8.80 Kec. Trucuk ± 3.86 a 8.99 ± a 9.27 ± a 7.40 ± a 3.64 ± 6.30 a 8.31 a Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji duncan pada taraf 5% Tabel 4 Persentase parasitisasi Lokasi Pengamatan ke- a Rata-rata Kec. Juwiring ± 6.72 a ± 8.50 a ± 7.19 a ± 9.32 a ± a Kec. Cawas ± a ± a 0.00 ± 0.00 b 0.00 ± 0.00 b 0.00 ± 0.00 b Kec. Trucuk ± 5.56 a ± a ± b ± a ± ab a Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji duncan pada taraf 5% 20

10 21 sehingga jumlah serangga ini tidak semakin tinggi pada musim tanam selanjutnya. Keberadaan telur S. incertulas yang sedikit menyebabkan keberadaan parasitoid sedikit. Fluktuasi kelimpahan individu yang muncul sangat bergantung pada pola kelimpahan kelompok telur S. incertulas (Yunus 2012). Identifikasi parasitoid yang keluar dari kelompok telur dilakukan dengan menggunakan buku kunci identifikasi Taxonomy of rice insect pests and their arthopod parasites and predators, oleh Alberto T Barrion dan James A Litsinger. a b c d e Gambar 10 Parasitoid telur PBPK di 3 kecamatan Tetrastichus schoenobii (a) Telenomus rowani (b), Trichogramma japonicum (c), dan Telenomus sp. (d), serta hiperparasitoid Trichomalopsis sp. Identifikasi dilakukan berdasarkan pengamatan karakter morfologi pada tubuh serangga. Parasitoid yang ditemukan pada Kecamatan Juwiring, Cawas, dan Trucuk adalah Tetrastichus schoenobii Ferriere (Hymenoptera: Eulophidae), Telenomus rowani Gahan (Hymenoptera: Scelionidae), Telenomus sp., dan Trichogramma japonicum Ashmead (Hymenoptera: Trichogrammatidae). Hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan Yunus (2012), ditemukan 3 jenis parasitoid telur yaitu Tetrastichus schoenobii, Telenomus, rowani, dan Trichogramma japonicum. Hal ini terjadi mungkin karena perbedaan tempat dan waktu penelitian yang digunakan, sehingga memungkinkan keanekaragaman yang berbeda pada

11 22 tempat yang berbeda. Ketiga parasitoid ini diketahui juga menyerang kelompok telur penggerek batang padi putih (PBPP) saat terjadi ledakan di Karawang pada awal 1990-an (Rauf 2000). Hiperparasitoid yang ditemukan di Kecamatan Juwiring yaitu Trichomalopsis sp. (Gambar 10e), namun diduga spesies ini merupakan Trichomalopsis apanteloctena Crawford (Hymenoptera: Pteromalidae), pendapat ini didukung oleh Yunus (2012) yang juga menemukan spesies ini saat kelimpahan parasitoid tinggi. Berdasarkan buku identifikasi Taxonomy of Rice Insect Pests and Their Arthropod Parasites and Predators, ciri morfologi parasitoid telur Tetrastichus schoenobii yaitu tubuh berwarna biru metalik atau berkilau hijau, antena cokelat kecuali skapus berwarna kuning dengan sensor cokelat pada jantan, tungkai berwarna kuning, toraks halus dan berkilau, abdomen betina berelongasi, dan abdomen jantan berbentuk agak oval (Gambar 10a). Ciri morfologi Telenomus rowani yaitu metasoma panjang dan licin, antena jantan berwarna kuning, antena jantan berbentuk moniliform atau seperti manik-manik, sedangkan bentuk antena betina menggada ke bagian ujung, dan panjang skapus betina 4.9 kali lebarnya (Gambar 10b). Ciri morfologi Trichogramma japonicum yaitu bentuk ovipositor lebih ramping daripada tibia ketiga, antena jantan memiliki rambut panjang, genitalia jantan agak oval berelongansi (Gambar 10c). Jumlah kelompok telur di Kecamatan Juwiring setiap minggunya tidak jauh berbeda, namun pada pengamatan ketiga jumlahnya sangat menurun, hal ini terjadi karena pada pengamatan ketiga, hamparan lebih banyak terdapat patok yang berisi tanaman berumur tua dan patok kosong. Kelompok telur di Kecamatan Juwiring dapat ditemukan dari pengamatan pertama hingga pengamatan kelima, sehingga pengamatan parasitoid dapat dilakukan dari pengamatan pertama hingga pengamatan kelima. Gambar 11 menunjukkan bahwa keanekaragaman parasitoid pada Kecamatan Juwiring tinggi. Parasitoid yang terdapat pada kecamatan Juwiring yaitu T. schoenobii, T. rowani, dan T. japonicum, Telenomus sp., serta ditemukan 1 hiperparasitoid Trichomalopsis sp. Parasitisasi didominasi oleh T. schoenobii. Kecamatan Juwiring merupakan daerah tertinggi terjadinya parasitisasi karena terdapat jumlah kelompok telur yang lebih banyak dibandingkan dengan

12 23 Kecamatan Cawas dan Trucuk. Keanekaragaman serangga baik parasitoid maupun inang yang tinggi mungkin disebabkan oleh jumlah pengambilan contoh yang lebih banyak (Hamid et al. 2003). Jumlah kelompok telur dipengaruhi oleh jumlah inang. Di Kecamatan Juwiring berlangsung sistem tanam tidak serempak dengan pola tanam padi-padi-padi sehingga ketersediaan inang selalu ada. Penanaman padi terus menerus dan tumpang tindih mendorong meningkatnya populasi wereng coklat (Sosromarsono dan Soemawinata 1986). Jumlah kelompok telur dan parasitoid Pengamatan ke- Kelompok Telur PBPK Tetrastichus schoenobii Telenomus rowani Trichogramma japonicum Telenomus sp. Trichomalopsis sp. Gambar 11 Fluktuasi jumlah kelompok telur dan parasitoid telur di Kecamatan Juwiring Jumlah parasitoid yang tinggi menyebabkan munculnya hiperparasitoid. Hiperparasitoid yang ditemukan di Kecamatan Juwiring yaitu Trichomalopsis sp., namun diduga spesies ini merupakan Trichomalopsis apanteloctena. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yunus (2012) pada saat kemelimpahan parasitoid tinggi akan muncul satu spesies hiperparasitoid yaitu Trichomalopsis apanteloctena. Menurut Nakamatsu dan Tanaka (2004) hiperparasitoid Trichomalopsis apanteloctena merupakan suatu idiobion ektoparasitoid pada prapupa atau pupa parasitoid Cotesia kariyai (Nakamatsu dan Tanaka 2004). Jumlah kelompok telur S. incertulas pada Kecamatan Cawas sangat rendah sehingga keragaman jenis parasitoid rendah pula. Gambar 12 menunjukkan bahwa

13 24 kelompok telur hanya ditemukan pada pengamatan pertama dan kedua. Pada pengamatan ke 3, 4, dan 5 tidak ditemukan kelompok telur, sehingga tidak dapat dilakukan pengamatan parasitoid untuk pengambilan ke 3, 4, dan 5. Hal ini menunjukkan bahwa S. incertulas lebih menyukai tanaman pada masa awal tanam, sedangkan pada pengamatan selanjutnya tidak lagi ditemukan kelompok telur. Parasitoid telur yang ditemukan pada Kecamatan Cawas hanya 2 jenis yaitu T. schoenobii dan T. rowani Jumlah kelompok telur dan parasitoid Pengamatan ke- Kelompok telur PBPK Tetrastichus schoenobii Telenomus rowani Trichogramma japonicum Telenomus sp. Trichomalopsis sp. Gambar 12 Fluktuasi jumlah kelompok telur dan parasitoid telur di Kecamatan Cawas Ketersediaan air yang sedikit pada musim tanam ketiga di Kecamatan Cawas membuat petani daerah ini menanam tanaman selain padi. Pada musim tanam ketiga petani menanam tanaman selain padi seperti kedelai, jagung, tembakau, dan lainnya. Rotasi tanaman seperti ini dapat memutus siklus hidup serangga S. incertulas karena ketersediaan inang bagi serangga ini tidak tersedia selama 1 musim tanam. Populasi S. incertulas yang rendah menyebabkan jumlah kelompok telur rendah sehingga munculnya jumlah dan keragaman parasitoid menjadi rendah. Gambar 13 menunjukkan bahwa kelompok telur di Kecamatan Trucuk lebih banyak ditemukan di pengamatan 1 dibandingkan dengan pengamatan

14 25 selanjutnya, karena pada saat pengamatan 1 tanaman masih berumur sangat muda yang sebagian besar tanaman baru saja dipindah tanam. Namun kelompok telur masih dapat ditemukan sampai pengamatan kelima, sehingga pengamatan parasitoid dapat dilakukan hingga pengambilan sampel kelima. Parasitoid yang ditemukan di Kecamatan Trucuk lebih beragam dibandingkan dengan Kecamatan Cawas. Namun karena jumlah kelompok telur tidak sebanyak di Kecamatan Juwiring sehingga kelimpahan parasitoid tidak tinggi maka tidak ditemukan hiperparasitoid pada Kecamatan Trucuk. Parasitoid yang ditemukan pada daerah ini yaitu T. schoenobii, T. rowani, Telenomus sp., dan T. japonicum. Jumlah kelompok telur dan parasitoid yang ditemukan Pengamatan ke- Kelompok telur PBPK Tetrastichus schoenobii Telenomus rowani Trichogramma japonicum Telenomus sp. Trichomalopsis sp. Gambar 13 Fluktuasi jumlah kelompok telur dan parasitoid telur di Kecamatan Trucuk Berdasarkan Gambar 14, persentase T. schoenobii pada Kecamatan Juwiring 67%, Cawas 96%, dan Trucuk 43%, yang merupakan persentase tertinggi pada setiap kecamatan. Hal ini menunjukkan T. schoenobii memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan, sehingga parasitoid ini dapat mendominasi di Kecamatan Juwiring, Cawas, dan Trucuk.

15 26 Di Kecamatan Trucuk dan Cawas penanaman berlangsung serempak sehingga dapat diketahui umurnya. Umur tanaman padi di Kecamatan Trucuk saat pengamatan ke 1, 2, 3, 4, 5 yaitu 0 MST, 2 MST, 4 MST, 6 MST, dan 8 MST. T. schoenobii lebih banyak memarasit kelompok telur pada pengamatan ke 1, 2, dan 3 yang berumur 0-6 MST, sedangkan T. rowani lebih banyak memarasit kelompok telur pada pengamatan ke 4 dan 5 yaitu saat tanaman berumur 6 dan 8 MST. Kecamatan Juwiring 1% 0% 20% Kecamatan Cawas 4% 0% 0% 0% 12% 67% 96% Kecamatan Trucuk 3% 0% 15% 39% 43% T. schoenobii T. rowani T. japonicum Telenomus sp. Trichomalopsis sp. Gambar 14 Persentasee parasitisasi masing-masing jenis kecamatan parasitoid pada setiap Penggunaan Pestisida Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana (tidak memenuhi 5T) dapat mempengaruhi kelimpahan S. incertulas dan parasitoidnya di lapang. Terbunuhnya musuh alami dapat meningkatkann populasi S. incertulas meningkat, seperti yang dikemukakan oleh Istiaji (2012) kecendrungan penyemprotan insektisida lebih sering terdapat pada hamparan dengan tingkat kerusakan berat.

16 27 Kecamatan Juwiring merupakan kecamatan dengan penggunaan pestisida tertinggi dibandingkan 2 kecamatan lainnya. Berdasarkan hasil wawancara pada Kecamatan Juwiring jenis pestisida yang digunakan lebih beragam dengan frekuensi penyemprotan yang lebih tinggi yaitu 2 sampai 5 kali semprot sampai masa panen. Menurut Alfitra (2011), petak yang lebih sering dilakukan penyemprotan insektisida, lebih banyak ditemukan pada petak dengan keparahan serangan WBC berat. Jenis bahan aktif pestisida yang biasa dipakai oleh petani Kecamatan Juwiring yaitu fipronil, alfametrin, difekonazol, lamda sihalotrin, profenofos, klorantranilprol dan tiametoksin, etonfeproks, karbosulfan, karbofuran, klorfiripos dan sipermetrin, tebukonazol, dan dimehipo. Jenis bahan aktif pestisida yang digunakan di Kecamatan Cawas yaitu alfametrin, difekonazol, tiodikarb, fipronil dan karbofuran. Bila dibandingkan dengan Kecamatan Juwiring penggunaan bahan aktif di Kecamatan Cawas lebih sedikit sehingga lingkungan dan musuh alami lebih terjaga keseimbangannya. Alasan inilah yang menyebabkan keberadaan telur di Kecamatan Cawas sangat rendah. Di Kecamatan Trucuk bahan aktif pestisida yang biasa digunakan petani yaitu imidakloprid, deltametrin, alfametrin, difekonazol, karbofuran, klorpirifos, dan lamda sihalotrin.

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggerek batang padi adalah salah satu hama utama pada tanaman padi. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu mendapatkan perhatian serius.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI Arifin Kartohardjono Balai Besar Penelitian Tanaman padi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Klaten merupakan salah satu sentra produksi beras di Indonesia. Saat ini, lebih dari 8% hasil produksi pertanian pangan di kabupaten Klaten adalah beras. Budidaya padi dilakukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARASITOID TELUR PENGGEREK BATANG PADI KUNING

PERKEMBANGAN PARASITOID TELUR PENGGEREK BATANG PADI KUNING PERKEMBANGAN PARASITOID TELUR PENGGEREK BATANG PADI KUNING Scirpophaga incertulas Walker (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) PADA PERTANAMANAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL DI NGAWI, JAWA TIMUR KHOIR SAMSI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

commit to users I. PENDAHULUAN

commit to users I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L.) yang berkualitas juga semakin banyak. Masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi.

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas strategis yang selalu mendapatkan prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Upaya meningkatkan produksi padi terutama ditujukan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Yurista Sulistyawati BPTP Balitbangtan NTB Disampaikan dalam Workshop Pendampingan UPSUS Pajale, 18 April 2017 PENDAHULUAN Provinsi NTB: Luas panen padi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas 1.221.544 ha. Sekitar 463.649,09 ha adalah areal potensial untuk pertanian, tetapi baru seluas 293.079 ha yang dimanfaatkan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi (Oryza sativa L.) Pentingnya Padi sebagai Tanaman Pangan Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditi pangan yang mendapat prioritas utama dalam pembangunan pertanian karena menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) TERHADAP POPULASI PENGGEREK BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas Wlk.

PENGARUH PENERAPAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) TERHADAP POPULASI PENGGEREK BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas Wlk. digilib.uns.ac.id PENGARUH PENERAPAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) TERHADAP POPULASI PENGGEREK BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas Wlk.) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu) Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI I. PENDAHULUAN Kabupaten Bantul mencanangkan sasaran : (1). Padi, luas tanam 32.879 ha, luas panen 31.060 ha, produktivitas 65,43 ku/ha GKG, produksi 203.174 ton, ( 2)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi Lampung pada sektor tanaman pangan. Produksi komoditas padi di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata) Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Aplikasi Insektisida terhadap Populasi WBC dan Musuh Alaminya di Lapangan Nilaparvata lugens Populasi wereng batang cokelat (WBC) selama penelitian dipengaruhi oleh interaksi antara

Lebih terperinci

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal Oleh : Budi Budiman Nak, kemungkinan hasil panen padi kita tahun ini berkurang!, sebagian besar padi di desa kita terserang hama wereng. Itulah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM 6.1 Pembahasan Umum Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa Manawa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, di peroleh bahwa kontribusi terbesar

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGENDALIAN TERPADU HAMA PENGGEREK BATANG PADI DI KELURAHAN PENATIH, KECAMATAN DENPASAR TIMUR, KOTA DENPASAR

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGENDALIAN TERPADU HAMA PENGGEREK BATANG PADI DI KELURAHAN PENATIH, KECAMATAN DENPASAR TIMUR, KOTA DENPASAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGENDALIAN TERPADU HAMA PENGGEREK BATANG PADI DI KELURAHAN PENATIH, KECAMATAN DENPASAR TIMUR, KOTA DENPASAR Oleh : I Nyoman Wijaya Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas

Lebih terperinci

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang penting dalam pertanian di Indonesia karena memiliki berbagai manfaat, baik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik lokasi Penelitian dilakukan di Desa Padajaya Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Lokasi penelitian termasuk dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1300 meter di atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek batang padi kuning dikenal

TINJAUAN PUSTAKA. (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek batang padi kuning dikenal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggerek Batang Padi Kuning, Scirpophaga incertulas (Walker). Penggerek batang padi kuning disebut dengan berbagai nama. Kapur (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun, TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur penggerek batang tebu berbentuk oval, pipih dan diletakkan berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kebugaran T. chilonis pada Dua Jenis Inang Pada kedua jenis inang, telur yang terparasit dapat diketahui pada 3-4 hari setelah parasitisasi. Telur yang terparasit ditandai dengan perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Ngengat meletakkan telur di atas permukaan daun dan jarang meletakkan di bawah permukaan daun. Jumlah telur yang diletakkan

Lebih terperinci

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 343 meter

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2

Lebih terperinci

KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID Trichogramma sp DAN SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA

KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID Trichogramma sp DAN SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA 28 KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID Trichogramma sp DAN SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA ABUNDANCE AND POPULATION PARASITOID Trichogramma sp STEM BORER PEST ATTACK IN RICE

Lebih terperinci

Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium

Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium Oleh Ida Roma Tio Uli Siahaan Laboratorium Lapangan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R

PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R Luas areal padi sawah setiap tahun di Jawa Timur mencapai 1,62 juta ha berupa padi sawah dan padi gogo. Areal padi sawah irigasi maupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) 1.1 Biologi Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara parallel pada permukaan daun yang hijau. Telur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Pendahuluan Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi Oleh : Ika Ratmawati, SP,

Lebih terperinci

e-j. Agrotekbis 4 (3) : , Juni 2016 ISSN :

e-j. Agrotekbis 4 (3) : , Juni 2016 ISSN : e-j. Agrotekbis 4 (3) : 280-287, Juni 2016 ISSN :2338-3011 JENIS DAN TINGKAT PARASITASI PARASITOID TELUR PENGGEREK BATANG PADI PUTIH (Scirpophaga innotata WALKER) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan salah satu hama yang banyak menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan secara luas maupun tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Ketinggian wilayah di Atas Permukaan Laut menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 215 Kecamatan Jumantono memiliki ketinggian terendah 3 m dpl

Lebih terperinci

Hama penghisap daun Aphis craccivora

Hama penghisap daun Aphis craccivora Hama Kacang tanah Hama penghisap daun Aphis craccivora Bioekologi Kecil, lunak, hitam. Sebagian besar tdk bersayap, bila populasi meningkat, sebagian bersayap bening. Imago yg bersayap pindah ke tanaman

Lebih terperinci

Pengorok Daun Manggis

Pengorok Daun Manggis Pengorok Daun Manggis Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan tanaman buah berpotensi ekspor yang termasuk famili Guttiferae. Tanaman manggis biasanya ditanam oleh masyarakat Indonesia di pertanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan Indonesia telah disusun sedemikian ketat. Ketatnya aturan karantina tersebut melarang buah-buahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

Inventarisasi Parasitoid Hama Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Minahasa Utara. Inventory Parasitoid on Rice Crop Pest in The North District Minahasa

Inventarisasi Parasitoid Hama Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Minahasa Utara. Inventory Parasitoid on Rice Crop Pest in The North District Minahasa Inventarisasi Parasitoid Hama Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Minahasa Utara Inventory Parasitoid on Rice Crop Pest in The North District Minahasa Ariyane O. S. Siwu 1) Jantje Pelealu 2) Christina L. Salaki

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Berlangsung mulai bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resistensi Tanaman Terhadap Serangan Hama Ketahanan/resistensi tanaman terhadap hama/penyakit adalah sekelompok faktor yang pada hakekatnya telah terkandung dalam tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem Peran Varietas Tahan dalam PHT Dr. Akhmad Rizali Stabilitas Agroekosistem Berbeda dengan ekosistem alami, kebanyakan sistem produksi tanaman secara ekologis tidak stabil, tidak berkelanjutan, dan bergantung

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan EFIKASI PESTISIDA ANJURAN TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA WERENG BATANG COKLAT DI KABUPATEN KUDUS Hairil Anwar dan S. Jauhari Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitoid yang ditemukan di Lapang Selama survei pendahuluan, telah ditemukan tiga jenis parasitoid yang tergolong dalam famili Eupelmidae, Pteromalidae dan Scelionidae. Data pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid

TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid TINJAUAN PUSTAKA Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang stadia pradewasanya menjadi parasit pada atau di dalam tubuh serangga lain, sementara imago hidup bebas mencari nektar dan embun madu sebagai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi

Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi Nurwulan Agustiani, Sarlan Abdulrachman M. Ismail Wahab, Lalu M. Zarwazi, Swisci Margaret, dan Sujinah Indonesia Center for Rice Research

Lebih terperinci

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

Yati Setiati, Neneng Hayatul Mutmainah, M. Subandi. Jurusan Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung

Yati Setiati, Neneng Hayatul Mutmainah, M. Subandi. Jurusan Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung EFEKTIVITAS JUMLAH TELUR Corcyra cephalonica TERPARASITASI Trichogramma sp. TERHADAP PRESENTASI TELUR YANG TERPARASIT DAN JUMLAH LARVA PENGGEREK BATANG TEBU BERGARIS (Chilo EFFECTIVENESS OF EGGS NUMBER

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan globalisasi perdagangan buah dan sayur segar. Salah satu kendala yang dihadapi petani buah dan sayur

Lebih terperinci

Cultural Control. Dr. Akhmad Rizali. Pengendalian OPT melalui Teknik Budidaya. Mengubah paradigma pengendalian OPT:

Cultural Control. Dr. Akhmad Rizali. Pengendalian OPT melalui Teknik Budidaya. Mengubah paradigma pengendalian OPT: Cultural Control Dr. Akhmad Rizali Pengendalian OPT melalui Teknik Budidaya Mengubah paradigma pengendalian OPT: Dari: mengendalikan setelah terjadi serangan OPT, Menjadi: merencanakan agroekosistem sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

Keragaman dan Kelimpahan Populasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi di Kabupaten Tabanan

Keragaman dan Kelimpahan Populasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi di Kabupaten Tabanan Keragaman dan Kelimpahan Populasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi di Kabupaten Tabanan NI MADE SUWARTINI I WAYAN SUSILA *) A.A. AYU AGUNG SRI SUNARI Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN 1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT BAWANG MERAH Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci