BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB II TINJAUAN TEORI. ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Muhammad (dalam Budiamin, 2011) komunikasi interpersonal

KONSEP KENDIRI (Part 5)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual dan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

PSIKOLOGI REMAJA. Sumber buku : Psikologi Remaja karangan Prof. Dr. Sarlito WS. Oleh : Saktiyono B. Purwoko, S.Psi

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan menerima dan menghargai dirinya sendiri apa adanya. Dalam harga diri tercakup evaluasi dan penghargaan terhadap diri sendiri dan menghasilkan penilaian tinggi atau rendah terhadap dirinya sendiri. Penilaian tinggi terhadap diri sendiri adalah penilaian terhadap kondisi diri, menghargai kelebihan dan potensi diri, serta menerima kekurangan yang ada, sedangkan yang dimaksud dengan penilaian rendah terhadap diri sendiri adalah penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri sendiri, tidak menghargai kelebihan diri dengan melihat diri sebagai sesuatu yang selalu kurang (Santrock, 1998). Definisi lain dari harga diri adalah penilaian tinggi atau rendah terhadap diri sendiri yang menunjukkan sejauh mana individu itu meyakini dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga yang berpengaruh dalam perilaku seseorang (Frey&Carlock, 1987). Coopersmith (1967) menyatakan bahwa harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan melalui suatu bentuk penilaian setuju dan menunjukkan tingkat 11

dimana individu meyakini drinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga. Harga diri seseorang dapat menentukan bagaimana cara seseorang berperilaku di dalam lingkungannya. Peran harga diri dalam menentukan perilaku ini dapat dilihat melalui proses berpikirnya, emosi, nilai, cita-cita, serta tujuan yang hendak dicapai seseorang. Bila seseorang mempunyai harga diri yang tinggi, maka perilakunya juga akan tinggi, sedangkan bila harga dirinya rendah, akan tercermin pada perilakunya yang negatif pula. Dari beberapa definisi harga diri di atas, dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian tinggi atau rendah yang dibuat individu tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang menunjukkan sejauh mana individu menyukai dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga. II. A. 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Diri Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri, yaitu: 1. Penghargaan dan Penerimaan dari Orang-orang yang Signifikan Harga diri seseorang dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting dalam kehidupan individu yang bersangkutan. orangtua dan keluarga merupakan contoh dari orang-orang yang signifikan. Keluarga merupakan lingkungan tempat interaksi yang pertama kali terjadi dalam kehidupan seseorang. 2. Kelas Sosial dan Kesuksesan Menurut Coopersmith (1967), kedudukan kelas sosial dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Individu yang memiliki 12

pekarjaan yang lebih bergengsi, pendapatan yang lebih tinggi dan tinggal dalam lokasi rumah yang lebih besar dan mewah akan dipandang lebih sukses dimata masyarakat dan menerima keuntungan material dan budaya. Hal ini akan menyebabkan individu dengan kelas sosial yang tinggi meyakini bahwa diri mereka lebih berharga dari orang lain. 3. Nilai dan Inspirasi Individu dalam Menginterpretasi Pengalaman Kesuksesan yang diterima oleh individu tidak mempengaruhi harga diri secara langsung melainkan disaring terlebih dahulu melalui tujuan dan nilai yang dipegang oleh individu. 4. Cara Individu dalam Menghadapi Devaluasi Individu dapat meminimalisasi ancaman berupa evaluasi negatif yang datang dari luar dirinya. Mereka dapat menolak hak dari orang lain yang memberikan penilaian negatif terhadap diri mereka. II. A. 3. Ciri-ciri harga diri Coopersmith (1967) mengemukakan ciri-ciri individu sesuai dengan tingkat harga dirinya: 1) Harga Diri Tinggi a. Menganggap diri sendiri sebagai orang yang berharga dan sama baiknya dengan orang lain yang sebaya dengan dirinya dan menghargai orang lain. b. Dapat mengontrol tindakannya terhadap dunia luar dirinya dan dapat menerima kritik dengan baik. 13

c. Menyukai tugas baru dan menantang serta tidak cepat bingung bila sesuatu berjalan di luar rencana. d. Berhasil atau berprestasi di bidang akademik, aktif dan dapat mengekpreskan dirinyan dengan baik. e. Tidak menganggap dirinya sempurna, tetapi tahu keterbatasan diri dan mengharapkan adanya pertumbuhan dalam dirinya. f. Memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang realistis. g. Lebih bahagia dan efektif menghadapi tuntutan dari lingkungan 2) Harga Diri Rendah a. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini sering kali menyebabkan individu yang memiliki harga diri yang rendah, menolak dirinya sendiri dan tidak puas akan dirinya. b. Sulit mengontrol tindakan dan perilakunya tehadap dunia luar dirinya dan kurang dapat menerima saran dan kritikan dari orang lain. c. Tidak menyukai segala hal atau tugas yang baru, sehingga akan sulit baginya untuk menyesuaikan diri dengan segala sesuatu yang belum jelas baginya. d. Tidak yakin akan pendapat dan kemampuan diri sendiri sehingga kurang berhasil dalam prestasi akademis dan kurang dapat mengekspresikan dirinya dengan baik. 14

e. Menganggap diri kurang sempurna dan segala sesuatu yang dikerjakannya akan selalu mendapat haslil yang buruk, walaupun dia telah berusaha keras, serta kurang dapat menerima segala perubahan dalam dirinya. f. Kurang memiliki nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang kurang realisitis. g. Selalu merasa khawatir dan ragu-ragu dalam menghadapi tuntutan dari lingkungan. II. A. 4. Aspek-aspek harga diri Menurut Coopersmith (1967) aspek-aspek yang terkandung dalam harga diri ada tiga yaitu: Perasaan Berharga Perasaan berharga merupakan perasaan yang dimiliki individu ketika individu tersebut merasa dirinya berharga dan dapat menghargai orang lain. Individu yang merasa dirinya berharga cenderung dapat mengontrol tindakan-tindakannya terhadap dunia di luar dirinya. Selain itu individu tersebut juga dapat mengekspresikan dirinya dengan baik dan dapat menerima kritik dengan baik. Perasaan Mampu Perasaan mampu merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu pada saat dia merasa mampu mencapai suatu hasil yang diharapkan. Individu yang memiliki perasaan mampu umumnya memiliki nilai-nilai dan sikap 15

yang demokratis serta orientasi yang realistis. Individu ini menyukai tugas baru yang menantang, aktif dan tidak cepat bingung bila segala sesuatu berjalan di luar rencana. Mereka tidak menganggap dirinya sempurna tetapi sadar akan keterbatasan diri dan berusaha agar ada perubahan dalam dirinya. Bila individu merasa telah mencapai tujuannya secara efisien maka individu akan menilai dirinya secara tinggi. Perasaan Diterima Perasaan diterima merupakan perasaan yang dimiliki individu ketika ia dapat diterima sebagai dirinya sendiri oleh suatu kelompok. Ketika seseorang berada pada suatu kelompok dan diperlakukan sebagai bagian dari kelompok tersebut, maka ia akan merasa dirinya diterima serta dihargai oleh anggota kelompok itu. II. A. 5. Perkembangan harga diri remaja Bayi yang baru lahir tidak dapat membedakan diri dengan lingkungan. Klein (dalam Frey & Carlock, 1987) menyatakan bahwa identitas bayi menyatu dengan orang-orang disekitarnya. Ketika seseorang memasuki masa anak-anak, seseorang akan memperoleh harga diri mereka dari orang tua dan guru. Mereka belum dapat mengevaluasi diri mereka karena perkembangan kemampuan kognitif anak belum cukup untuk mengevaluasi diri mereka, apakah mereka orang yang baik atau jahat (Davis-Kean dalam Papalia, 2005) Kualitas harga diri berubah selama masa remaja. Perubahan tersebut umumnya dimulai pada usia sebelas tahun dan mencapai titik yang rendah pada 16

saat usia 12-13 tahun (Rosenberg, 1986). Kebanyakan orang pada masa remaja awal mengalami simultaneous challenges yang dapat memberikan pengaruh yang rendah terhadap harga diri remaja. Tantangan-tantangan tersebut meliputi perubahan sekolah, perubahan hubungan antara orangtua dan remaja serta perubahan biologis yang berkaitan dengan pubertas. Permasalahan harga diri pada remaja merupakan masalah mendapatkan persetujuan dari orang lain. Harga diri menjadi tidak stabil karena remaja sangat memperhatikan dan mempedulikan kesan yang mereka buat terhadap orang lain. Usaha untuk menyenangkan banyak orang akan menghasilkan frustasi. Umpan balik yang diterima dari orang lain akan berkontradiksi sehingga akan memperbesar keraguan dan kebingungan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Erikson (dalam Calhuoun dan Acocella, 1995), bahwa pandangan yang tidak stabil dan tidak teratur tentang diri normal terjadi pada remaja oleh karena transisi peran yang dialaminya II. B. Remaja II. B. 1. Definisi remaja Remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti luas yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999). Remaja sebetulnya tidak memiliki tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, namun tidak pula termasuk golongan orang dewasa. Remaja adalah individu yang berada pada peralihan antara masa 17

kanak-kanak menuju masa dewasa. Meskipun demikian mereka dituntut untuk dapat menemukan tempat dalam masyarakat (Monks, 1998). Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut (Konopka dalam Pikunas, 1983): 1. Masa remaja awal (12-15 tahun) Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha menembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak bergantung pada orangtua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisikserta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya. 2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun) Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self direct). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu. 3. Masa remaja akhir (19-22 tahun) Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini. 18

II. B. 2. Perubahan pada masa remaja Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Secara ringkas perubahan-perubahan tersebut diuraikan sebagai berikut (Lerner dalam Pikunas, 1983): 1. Perubahan Fisik Rangkaian perubahan yang paling jelas yang tampak pada masa remaja adalah perubahan fisik. Hormon-hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin, dan ini membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder. Seorang individu lalu mulai terlihat berbeda dan sebagai konsekuensi dari hormon yang baru, dia sendiri mulai merasa adanya perbedaan. 2. Perubahan Emosionalitas Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal tadi adalah perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal tadi, dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah tersebut. Keterbatasan remaja untuk secara kognitif mengolah perubahan-perubahan baru tersebut bisa membawa perubahan besar dalam fluktuasi emosinya. 3. Perubahan Kognitif Semua perubahan di atas semakin dirumitkan lagi oleh fakta bahwa remaja juga mengalami perubahan kognitif. Menurut Piaget (1972) remaja memasuki 19

tahap formal operation dalam perkembangan kognitifnya. Dalam tahapan yang bermula pada umur 11 atau 12 tahun ini, remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit dari apa yang ada, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotetis dan abstrak sebagai realitas. 4. Implikasi Psikososial Semua perubahan yang terjadi dalam waktu singkat itu membawa akibat bahwa fokus utama dari perhatian remaja adalah dirinya sendiri. Individu akan bertanya: Apa dasar dari perubahan ini?, Apa akibatnya pada saya?, Adakah saya sama dengan orang yang saya pikirkan? Ketidakpstianketidakpastian seperti ini membawa seperangkat persoalan yang baru, persoalan ini adakaitannya dengan peran remaj secara sosial. Menurut Erikson (1968), seorang remaja bukan sekedar mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam konteks apa atau dalam kelompok apa dia bisa menjadi bermakna dan dimaknakan. Dengan kata lain, identitas seseorang tergantung pula pada bagaimana orang lain mempertimbangkan kehadirannya. Karenanya bisa lebih dipahami mengapa keinginan untuk diakui, keinginan untuk memperkuat kepercayaan diri, dan keinginan untuk menegaskan kemandirian menjadi hal yang sangat penting bagi remaja, terutama mereka yang akan mengakhiri masa itu. II. B. 3. Peran orangtua dalam perkembangan harga diri remaja Anak yang baru dilahirkan diibaratkan sebagai sehelai kertas putih, yang masih polos dan bagaimana jadinya kertas putih tersebut di kemudian hari, 20

tergantung dari orang yang menulisinya (John Locke, 1690). Jadi, bagaimana kepribadian anak di kemudian hari, tergantung dari bagaimana ia berkembang dan diperkembangkan oleh lingkungan hidupnya. Mengenai lingkungan hidup yang menjadi tokoh pusatnya adalah orangtua. Walaupun aspek individual tidak bisa dihilangkan dalam membentuk kepribadian seseorang, orangtua lah yang berperan besar, langsung atau kadang-kadang tidak langsung, berhubungan terus menerus dengan anak, memberikan perangsangan melalui berbagai corak komunikasi antara orangtua (terutama ibu) dengan anak. Tatapan mata, ucapan-ucapan mesra, sentuhan-sentuhan halus kesemuanya adalah sumber-sumber rangsangan untuk membentuk sesuatu kepada kepribadiannya, dan kalau anak sudah lebih besar, lebih banyak lagi sumber-sumber perangsangan untuk mengembangkan kepribadian anak. Lingkungan keluarga acap kali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Mendasarkan pada hal tersebut di atas, orangtua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa (Erikson dalam Gunarsa, 1994). Jadi gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seseorang setelah dewasa, banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya. Henricson dan Roker (dalam Parker 2004) berpendapat bahwa pengawasan dan dukungan dari orangtua berhubungan dengan harga diri yang lebih tinggi bagi remaja. Dari empat faktor yang disebutkan oleh Coopermith, keempat faktor tersebut berkaitan dengan orang tua. Orang tua adalah salah satu 21

orang yang signifikan bagi kehidupan banyak orang. Penanaman nilai bagi seseorang juga banyak dipengaruhi oleh orang tua. Ketika seorang anak mulai memasuki fase kehidupan praremaja, ia mulai meninggalkan keluarga dan memasuki ruang lingkup kehidupan yang lebih luas, yakni dunia luar, lingkungan sosial, lingkungan pergaulan. Dalam memasuki ruang lingkup kehidupan yang lebih luas inilah, anak tidak bisa dilepaskan begitu saja untuk menjelajahi dunianya tanpa bantuan, bimbingan dan pengarahan orang lain. Anak perlu dipersiapkan dan diperhatikan dalam pergaulan terutama pengaruh rendah dalam pergaulan dengan kelompok usia sebaya. Suatu keinginan memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dengan membiarkan anak mengalami sulitnya kehidupan, menghadapi dan mengatasi berbagai masalah sendiri memang tidak salah. Namun dalam batas-batas tertentu, anak masih memerlukan campur tangan untuk mengubah dan mengarahkan proses-proses perkembangan pada seluruh aspek kepribadiannya. Dengan kata lain, orangtua perlu berusaha mempersiapkan anak dalam mengahdapi masa remaja. II.C. Remaja Yatim Piatu Seorang yatim piatu adalah adalah seseorang yang kehilangan kedua orang tuanya, biasanya karena kematian. Definisi yang sah yang digunakan di USA adalah seseorang yang telah kehilangan edua orang tuanya karena kematian, ditinggalkan atau terpisah dari kedua orang tuanya. Remaja yatim piatu adalah seseorang yang berusia antara 12 22 tahun (Konopka dalam Pikunas,1983) yang telah kehilangan kedua orang tuanya. 22

Seorang remaja sangat membutuhkan bimbingan dan perhatian dari orangtuanya dalam perkembangan kepribadiannya. Orang tua dapat memberikan kebutuhan sandang pangan yang bervariasi kualitas dan kuantitasnya. Orang tua juga memberikan pengalaman pendidikan, kebutuhan untuk sekolah, rasa tanggung jawab, perhatian akan kesehatan remaja, waktu bebas untuk berkreasi dan pandangan tentang masa depan kepada remaja (Brigitte Zimmerman, 2005). Kehilangan orang tua dapat berakibat bahwa remaja akan kehilangan orang yang menjadi sumber untuk semua hal yang telah disebut di atas yang diperlukan untuk perkembangan kepribadian remaja. Dalam suatu studi di Botswana menunjukkan bahwa kehilangan orang tua pada umumnya berkaitan dengan semakin rendahnya pendapatan, kekurangan sandang pangan, perhatian dan kasih sayang yang dapat mengakibatkan dampak yang lebih buruk lagi bagi para remaja yatim paitu (American Public Health Association, 2006). Para remaja yatim piatu membutuhkan peran pengganti dari orang tua mereka yang telah meninggal dunia untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan mereka yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian mereka. II. D. Harga Diri pada Remaja Yatim Piatu Harga diri adalah suatu konsep yang penting pada masa remaja. Harga diri seseorang dapat menentukan bagaimana cara seseorang berperilaku di dalam lingkungannya. Peran harga diri dalam menentukan perilaku ini dapat dilihat melalui proses berpikirnya, emosi, nilai, cita-cita, serta tujuan yang hendak dicapai seseorang. Bila seseorang mempunyai harga diri yang tinggi, maka 23

perilakunya juga akan tinggi, sedangkan bila harga dirinya rendah, akan tercermin pada perilakunya yang negatif pula (Coopersmith, 1967). Coopersmith berpendapat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi harga diri adalah penghargaan dan penerimaan dari orang-orang yang signifikan. Orang tua dan keluarga merupakan contoh dari orang-orang yang signifikan. Keluarga merupakan lingkungan tempat interaksi yang pertama kali terjadi dalam kehidupan seseorang. Pendapat Coopersmith didukung oleh Frey&Carlock (1987) yang menyatakan bahwa orangtua memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk harga diri remaja. Orangtua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa (Erikson dalam Gunarsa 1994). Jadi gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seseorang setelah dewasa, banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya. Orangtua memiliki pengaruh terhadap perkembangan harga diri pada masa remaja. Resoner (dalam Parker, 2004) menyatakan bahwa ketika orangtua menanamkan harga diri yang tinggi, maka anak akan merasa lebih nyaman terhadap diri sendiri. Orangtua yang menunjukkan perhatian terhadap tingkah laku yang diperbuat oleh anak akan menghasilkan harga diri yang lebih tinggi bagi anak tersebut. Remaja harus tetap diajarkan bahwa mereka bertanggung jawab terhadap hal-hal yang mereka lakukan. Orangtua perlu mengajarkan hal-hal yang penting yang harus dilakukan remaja dan remaja perlu merasakan bahwa mereka telah memberikan warna dalam kehidupan khususnya bagi para orangtua. 24

Kehilangan orang tua dapat menyebabkan seorang remaja memiliki harga diri yang rendah karena remaja akan kehilangan sumber yang dapat membentuk harga diri yang positif bagi mereka. Tetapi faktor lain tidak dapat kita abaikan begitu saja dalam mempengaruhi harga diri remaja. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga diri adalah, kelas sosial dan kesuksesan, nilai dan inspirasi individu dalam menginterpretasi pengalaman, dan cara individu dalam menghadapi devaluasi (Coopersmith,1967). Perhatian, penerimaan dan penghargaan dari orang-orang disekitar dapat meningkatkan harga diri remaja yatim piatu. Nilai-nilai positif yang telah dianut remaja sebelum kematian kedua orang tuanya serta juga dapat meningkatkan harga diri remaja yatim piatu. Contoh kasus juga telah menunjukkan bahwa Juve (seorang remaja yatim piatu yang memiliki prestasi akademis yang baik) dapat meningkatkan harga dirinya setelah kehilangan kedua orang tuanya. Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan di atas kita dapat melihat bahwa orangtua sangat berperan dalam pembentukan harga diri remaja. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa ketiadaan orangtua dapat memberi dampak negatif bagi remaja. Tetapi tidak selamanya harga diri seorang remaja yatim piatu menjadi negatif. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan harga diri seorang remaja yatim piatu tidak menjadi negatif. 25