PEMBENTUKAN UNIT USAHA PEMBIBITAN PENGHASIL ANAK AYAM BURRS

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

AYAM HASIL PERSILANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN USAHA TERNAK UNGGAS

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

KIAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BURAS

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN DENGAN AYAM BURAS BETINA UNTUK MENINGKATKAN AYAM BURAS PEDAGING

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2)

BOBOT BADAN BERBAGAI JENIS AYAM SENTUL DI GABUNGAN KELOMPOK TANI TERNAK CIUNG WANARA KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BALI DENGAN POLA SELEKSI PRODUKSI

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

POTENSI PENGEMBANGAN AYAM BURAS DI KALIMANTAN SELATAN

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN AYAM KEDU

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN AYAM BURAS DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

INVENTARISASI FERTILITAS, DAYA TETAS TELUR, DAN BOBOT TETAS DOC BERDASARKAN UMUT INDUK AYAM SENTUL BAROKAH ABADI FARM CIAMIS

PENGEMBANGAN AYAM NUNUKAN DAN PERMASALAHANNYA DI KALIMANTAN TIMUR

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

PERTUMBUHAN AYAM-AYAM LOKAL SAMPAI DENGAN UMUR 12 MINGGU PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

PENGKAJIAN PEMANFAATAN TEPUNG DAUN PISANG TERHADAP PERFORMAN AYAM BURAS DI JAYAPURA

PERSILANGAN PADA AYAM LOKAL (KUB, SENTUL, GAOK) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAGING UNGGAS NASIONAL

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

PENGEMBANGAN AYAM LOKAL DAN PERMASALAHANNYA DI LAPANGAN

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

POTENSI BUDIDAYA AYAM KAMPUNG SECARA INTENSIF DAN RAMAH LINGKUNGAN DI PROVINSI JAMBI

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

Beberapa Kriteria Analisis Penduga Bobot Tetas dan Bobot Hidup Umur 12 Minggu dalam Seleksi Ayam Kampung

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal

INTERAKSI ANTARA BANGSA ITIK DAN KUALITAS RANSUM PADA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR ITIK LOKAL

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

PENGARUH PEMBERIAN BUI PHASEOLUS LUNATUS DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AY AM KAMPUNG

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

Dampak Diseminasi Ayam Kampung Unggul Balitnak di Provinsi Gorontalo

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN TEPUNG IKAN RUCAH NILA (Oreochromis niloticus) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BURAS

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

ADAPTASI TEKNOLOGI BUDIDAYA AYAM BURAS DI LAMPUNG

KERAGAAN PRODUKSI TELUR PADA SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) ITIK ALABIO DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, KALIMANTAN SELATAN

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela

I. PENDAHULUAN. nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

KARAKTERISTIK MORFOLOGIS AYAM BURAS BALI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

PERSILANGAN TIMBAL BALIK ANTARA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI : PERIODE AWAL BERTELUR

PENERAPAN TEKNOLOGI PEMISAHAN ANAK AYAM LOKAL SISTEM KOTAK INDUKAN DI LAHAN PASANG SURUT SUGIHAN KIRI SUMATERA SELATAN

EVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ITIK BALI SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH TERNAK (GROWTH CHARACTERISTICS OF BALI DUCK AS A SOURCE OF GERMPLASM) ABSTRACT

Kata kunci : Konsumsi, Konversi, Income Over Feed Cost (IOFC), Ayam Kampung, Enzim Papain

EVALUASI HASIL-HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PADA AYAM BURAS

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA


Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost... Wahyu Indra

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN INVESTASI USAHA TERNAK Deskripsi Organisasi Produksi Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

KAJIAN EFEKTIVITAS PELATIHAN TEKNOLOGI USAHA AYAM HIBRIDA BAGI PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN PETANI

Transkripsi:

Laporan Bagian Proyek Rekayasa TeknologiPeternakan ARMP-11 Th. 199912000 PEMBENTUKAN UNIT USAHA PEMBIBITAN PENGHASIL ANAK AYAM BURRS A. G. NATAAMIJAYA I, U. KUSNAD1 1, H. RESNAWATl l, S. N. JARMANI1, H. HAMID2, S. PRAWIRODIGDO 3 dan SUGlYON0 3 'Balai Penelitian Ternak P. O. Box 121, Bogor 16002, Indonesia 2Balai Penelitian Veteriner Jalan R. E. Martadinata 30, P. O.Box 151, Bogor 16114, Indonesia 'Instalasi Penelitian Pertanian dan Teknologi Pertanian, Klepu ABSTRAK NATAAMIJAYA, A.G., U. KUSNADI, H. RESNAWATI, S.N. JARMANI, H. HAMID, S. PRAWIRODIGDo dan SUGIYONO. 1999/2000. Pembentukan unit usaha pembibitanpenghasil anak ayam buras. Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-II : 11-15. Suatu kegiatan untuk pembentukan unit usaha pembibitan penghasil anak ayam buras telah dilaksanakan di desa Sukorejo, kecamatan Kebumen, kabupaten Kendal, propinsi Jawa Tengah. Sebanyak 400 ekor ayam buras (kampung) dipelihara oleh 8 petemak dengan pejantannya 20 ekor ayam Pelting dan 20 ekor ayam Kedu Putih. Perkawinan dilaksanakan dengan teknik inseminasi buatan, telur ditetaskan dengan mesin tetas. Parameter yang diukur adalah produksi telur, bobot telur, kualitas telur, fertilitas,daya tetas dan bobot badan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa ayam kampung yang dipelihara secara intensif menghasilkan telur cukup banyak (37,6 %- 41,7 %) selama 8 bulan masa bertelur. badan anak ayam yang dicapai dalam umur 4 minggu adalah 296,9 gram (Pelung x Ksmpung) dan 253,9 gram (Kedu Putih x Ksmpung). telur yang dihasilkan 38,0-39,5 gram masih dalam kisaran normal dengan kualitas yang baik, namun wama yolk cenderung lebih pucat. Unit pembibitan anak ayam buras/kampung telah dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan anak ayam berkualitas baik. Kata kunci : Pembibitan, ayam buras ABSTRACT NATAAMIJAYA, A.G., U. KUSNADI, H. RESNAWATI, S.N. JARMANI, H. HAMID, S. PRAWIRODIGDO and SUGIYONO. 1999/2000. The Establishment of native chichen breeding unit. Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-1I : 11-15. A study on the establishment of local chicken village breeding center was conducted in Sukorejo, Kebumen of Kendal regency Central Java. As much as 400 hundred local chicken (kampung) hens white together with 20 Peking and 20 white Kedu cockerels were kept by 8 farmers so that 50 hens and five cockerels either Pelung or Kedu were kept by each farmer. Artificial insemination technique was utilized to fertilize the eggs. Parameters observed were egg production, weight, quality, fertility, hatchability and body weight. Result showed that during 8 month production period a production rate of 37,6 %to 41,7 %was recorded. One month age chick body weight of Pelting x Kampung was 296,9 grams and Kedu Putih x Kampung was 254,9 grams. The eggs weight was 38,0-39,5 grams with good quality, yet the yolk color was pale. The village breeding center for producing day old chicks had been established. Key words : Breeding center, kampung. PENDAHULUAN Ayam buras disebut juga ayam kampung atau ayam lokal merupakan aset nasional yang wajib dibudidayakan secara optimal dengan cara mempertahankan kelestariannya. Sejauh ini telah diidentifikasi sekurang-kurangnya 27 distinct group ayam buras (NATAAMuAYA dan DIWYANTO, 1994). Dari tahun ke tahun jumlah konsumen ayam lokal semakin banyak, terutama karena faktor preferensi di mana daging ayam kampung dipandang lebih lezat daripada ayam ras. Akan tetapi.4umlah. permintaan yang. meningkat tajam tidak diimbangi dengan kemampuan memasok. Hal ini terutama disebabkan oleh sulit diperolehnya bibit ayam atau day old chick ayam lokal sebagai akibat tidak terpenuhinya permintaan akan daging ayam kampung maka terjadi pemalsuan dengan mempergunakan ayam petelur jantan muda sehingga konsumen yang dirugikan. Pada kegiatan penelitian ini dicoba untuk membentuk

A.G. NATAAMIJAYAet al. : Pembentukan Unit Usaha Pembibitan Penghasil Anak Ayam Buras kegiatan unit usaha pembibitan penghasil anak ayam lokal dengan kualitas yang lebih baik, secara berkesinambungan. Untuk menghasilkan bibit anak ayam lokal pedaging dipergunakan pejantan ayam Pelung yang memiliki kecepatan pertumbuhan lebih baik dibanding ayam lokal lainnya (NATAAMIJAYA, 1985). Pejantan ayam Kedu Putih dipergunakan untuk menghasilkan bibit ayam lokal tipe petelur, karena ayam Kedu pada umumnya menghasilkan telur lebih banyak dibanding beberapa jenis ayam lokal lainnya. (SASROAMUOYO, 1971). MATERI DAN METODE Kegiatan ini terdiri dari 2 sub kegiatan yaitu pengamatan terhadap produktivitas telur ayam kampung yang dibagi kedalam tiga perlakuan kadar protein kasar 14 %, 15 % dan 16 % dengan energi metabolik _+ 2700 Kcal/kg. Setiap perlakukan diberikan kepada 50 ekor ayam betina berumur 5,5 bulan yang ditempatkan dalam kandang individu/kandang batere. Jumlah ransum yang diberikan adalah 90 gram per ekor per hari, sedangkan air minum disediakan secara berlebih. Vaksinasi terhadap Newcastle disease (ND) atau tetelo dilaksanakan secara teratur setiap 4 bulan dengan mempergunakan vaksin strain La Sota. Produksi telur dicatat setiap hari, perkawinan dengan ayam Pelung dan Kedu Putih dilakukan dengan metode Inseminasi buatan yang dilakuakan setiap 4 hari sekali. Telur-telur yang dihasilkan dikumpulkan untuk ditetaskan dengan mesin tetas. Pada akhir masa pengamatan dilakukan uji kualitas telur terhadap 50 butir telur dari setiap kelompok perlakuan. Pengamatan lainnya adalah terhadap kinerja anak ayam hasil kawin silang dengan ayam Pelung dan Kedu Putih, yang masing-masing dihasilkan oleh 400 induk betina ayam kampung. Jumlah sampel anak ayam yang diamati adalah sebanyak 500 ekor untuk setiap persilangan Pelung x Kampung (= PR) dan Kedu Putih x Kampung (= KK), sampai umur 4 minggu, dengan mendapat 4 ransum perlakuan yang mengandung protein kasar 15 %, 17 %, 19 % dan 21 % dan energi metabolik yang sama, 2900 Kcal/kg. Vaksinasi ND dilakukan pada umur 3 hari dan 4 minggu. Parameter yang diukur adalah produktivitas telur, kualitas telur, fertilitas, daya tetas, bobot badan, konsumsi ransum, dan mortalitas. Susunan ransum yang dipergunakan tercantum pada Tabel 1, berikut Tabel 1. Bahan Jagung Dedak Tepung ikan Bungkil kedelai CaC03 Tepung tulang Vitamineral Minyak Protein kasar Susunan ransum yang dipergunakan selama penelitian R1 Induk betina Jumlah bahan (%) R2 R3 RI Anak ayam (umur s/d 4 minggu) Jumlah bahan (%) 61 59 57.5 60 57 60 43 21,5 20 19 21 17 8 17 5 8.0 11 8.5 11 13 15 8 9 8 8 11 15 20 2 2 2 1 1 1 1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 2 2 2 1 1 1 1 - - - - 1,5 1 3 14 15 16 15 17 19 21 Energi Metabolik 2.750 2.750 2.750 2.800 2.800 2.800 2.800 Harga (Rp) 1.390 1.500 1.570 1.500 1.670 1.825 1.930 R2 R3 R4

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-l1 Th. 199912000 HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi telur Jumlah telur yang dihasilkan oleh setiap kelompok dengan ransum yang berbeda tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan produksi telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif pada berbagai tingkat protein Produksi telur (%) pada bulan ke Rataaan 1 2 3 4 5 6 7 8 RI (14 %) 26,1 30,2 53,0 42,1 37,0 39,2 47,1 44,0 37,6' R2 (15 %) 30,1 31,2 49,6 44,2 42,2 50,0 44,1 40,8 39,2 ab R3 (16 %) 24,5 30,2 39,5 52,8 47,1 51,6 43,0 44,2 41,7 6 Keterangan : Huruf Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (P < 0,05) Hasil analisa data menunjukkan perbedaan statistik yang nyata antar perlakuan Rl dan R3 (P < 0,05 ) produksi telur semakin meningkat seiring dengan kenaikan kadar protein kasar dalam ransum. Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan produksi telur ayam kampung sangat bervariasi mulai dari 41,3 % setahun (KINGSTON, 1979), 20,99 % per lima bulan (GULTOM et al., 1989), 22,3 % (MANSJOER dan MARTOJO, 1977), clan 12,8 % per tahun (ISKANDAR et al., 1989). Perbedaan produksi telur dari beberapa laporan tersebut diatas besar kemungkinan karena faktor tatalaksana dan ransum yang diberikan. Produktivitas telur ayam kampung pada penelitian ini cukup tinggi (37,6 % - 41,7 %) sesuai dengan laporan SASROAMIIOYO (1971) yang menyatakan bahwa ayam Sumatra menghasilkan telur sebanyak 150 butir per tahun (41,1 %), karena didukung oleh tatalaksana dan pemberian pakan yang cukup memadai. Ayam "Poncin" yang merupakan persilangan bebrapa galur ayam lokal mampu mencapai produktivitas telur sebesar 66,67 % ( ANON., 2000). Perhitungan nilai hasil produksi telur dikurangi biaya pakan dan bibit/babon (Tabel 3), dalam waktu 8 bulan ayam pada perlakuan Rl, R2 dan R3 mengasilkan Rp. 31143,0 ; Rp. 31540,- ; clan Rp. 33378, -, jadi walaupun harga ransum R3 lebih tinggi dari pada Rl, namun R3 lebih efisien dan menguntungkan. Tabel 3. Perhitungan nilai jual telur, biaya babon clan biaya pakan selama 8 bulan masa pengamatan Uraian RI R2 R3 Pengeluaran Harga Babon per ekor (Rp) 18.000 18.000 18.000 konsumsi pakan per ekor (Kg) 21,6 21,6 21,6 Harga pakan per kg (Rp) 1.392 1.500 1.570 Biaya pakan per ekor (Rp) 30.067 32.400 33.912 Jumlah 48.067 50.400 51.912 Penerimaan Jumlah produksi telur per ekor (butir) 90.3 94.2 99.7 Nilai telur per butir (Rp) 700 700 700 Nilai babon per ekor (Rp) 16.000 16.000 16.000 Nilai produksi telur (Rp) 63.210 65.940 69.790 Jumlah 79.210 81.940 85.790 Selisih 31.143 31.540 33.878 13

A.G. NATAAMIJAYAet al. : Pembentukan Unit Usaha Pembibitan Penghasil AnakAyam Buras Kualitas telur Dari beberapa kriteria pengukuran kualitas telur, yaitu bobot telur, grade, warna yolk, bobot yolk, bobot albumin, bobot kerabang, dan tebal kerabang, hanya wama yolk yang menunjukkan beda nyata (P < 0,05 ). Tabel5. Hasil pengukuran kualitas telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif dengan berbagai tingkat protein telur (g) Grade Warna yolk yolk albumin (g) kerabang (g) Keterangan : Tanda superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P < 0,05 ) Tebal kerabang (Mm) R1 38,0 AM 3,8 a 15.4 15,2 5,4 2,8 R2 36,8 AM 6,4 b 15,9 15,0 5,75 2,75 R3 34,2 AM 5,6 b 15,2 13,0 5,5 2,9 telur yang diperoleh dalam kegiatan ini masih dalam kisaran normal sebagaimana dilporakan oleh ROSIDI dan SRI MULYOWATI (1989) yaitu 38,9-44,3 gram. Grade telur yang diperoleh adalah baik sekali (AA3), namun demikian warna yolk pada umumnya kuning pucat terutama pada perlakuan R1. Pucatnya warna yolk disebabkan terutama oleh rendahnya kadar betha carotein padajagung yang dipergunakan sebagai bahan ransum pada kegiatan ini. Fertilitas telur pada kegiatan ini rata-rata 88,02 % dengan daya tetas sebesar 78,03 %, nilai ini adalah normal pada ayam kampung sebgaiman dilporkan oleh KONGSTON (1979) yang menyatakan bahwa daya tetas ayam kampung mencapai 82 %. badan Hasil penimbangan bobot badan anak ayam sampai ayam umur 1 bulan dapat dilihat pada Tabel 6, di mana anak ayam PK memiliki bobot badan (296,9 gram) yang nyata (P<0,05) lebih tinngi daripada anak ayam KK (253,9 gram). Tabel6. Jenis ayam Rataan bobot badan protein ransum anak ayam silangan PK dan KK Tingkat protein ("/o) sampai umur 1 bulan Berat badan (gram) Keterangan : Hurufsuperskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05) pada berbagai tingkat Konversi ransum PK (Pelung x Kampung) 15 283,4 2,85 17 290,2 2,45 19 306,5 2,35 21 308,0 2,20 Rataan 296,9' 2,46 KK (Kedu x Kampung) 15 255,0 3,1 17 255,6 2,7 19 257,6 2,5 21 267,7 2,3 Rataan 253,9 b 2,56 14

Laporan Bagion Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-/I Th. 199912000 Kadar protein kasar yang berbeda dalam ransum memberikan hasil yang berbeda pula terhadap anak-anak ayam PK walaupun secara statistik tidak berbeda nyata, sedangkan terhadap bobot badan anak ayam KK praktis tidak memberikan pengaruh berarti. badan yang dicapai anak ayam PK (296,9 gram) dan KK (252,9 gram) pada umur 4 minggu, iebih baik dari pada laporan CRESWELL dan GUNAWAN (1982) pada galur ayam yang berbeda yaitu 258 gram (ayam ras petelur), 148 gram (ayam kampung), 165 gram (ayam kedu hitam) dan 161 gram (ayam Pelung). Cukup tingginya bobot badan yang diperoleh pada kegiatan ini diduga karena efek heterosis yang timbul dari perkawinan silang, disamping juga pengaruh faktor tatalaksana dan kualitas pakan cukup baik. Hasil penelitian tersebut juga memberikan indikasi yang kuat bahwa secara genetik ayam kampung sangat bervariasi sehingga kinerja yang dihasilkan juga berbeda. Unit pembibitan Para petani kooperator yang terlibat dalam kegiatan ini berfungsi sebagai penghasil anak ayam (d.o.c) buras untuk dipelihara sampai umur 3-4 bulan. Selama 8 bulan pengamatan, tidak terjadi kematian pada induk ayam namun kematian pada anak ayam sampai dengan umur 4 minggu mencapai 7,1 % (PK- RI), 5,5 % (PK R2), 7,8 (PK R3),6,4 % (PK-R4), 8,9 % (KK-R1), 7,2 %(KKR2), 4,4 % (KK-R3), dan 6,7 % (KK-R4). Ayam dijual pada umur 3-4 bulan kepada pedagang yang datang ketempat peternak dengan haraga berkisar antara Rp. 15.000,- sampai Rp. 17.500,- per ekor sehinga diperoleh keuntungan yang memadai. Unit-unit pembibitan tersebut dapat ditingkatkan lagi efisiensinya bila penyediaan bahan ransum, vaksin dan obat-obatan dilakukan secara kolektif agar biaya operasioanal per unit menjadi lebih murah. KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan unit usaha pembibitan ayam kampung telah dilaksanakan dan dapat diadopsi serta menjadi sumber penyediaan bibit ayam kampung. Melalui pemberian pakan yang lebih baik serta tatalaksana yang tepat ayam kampung dapat menghasilkan bibit cukup banyak dengan kualitas cukup baik. Untuk kesinambungan usaha pembibitan ini perlu dilakukan evaluasi agar juga dapat dikembangkan baik segi jumlah maupun bibit ayam kampung yang dihasilkan. UCAPAN TERIMA KASIH Para peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada In Subiharta, Drs. D.M. Yuwono, Haryono, Dedi Muslih dan Dinas Peternakan Kabupaten D.T II Kmdal yang telah banyak memberikan bantuan demi terlaksananya kegiatan ini dengan baik. DAFTAR PUSTAKA CRESWELL, D.C. dan B. GUNAWAN. 1982. Pertumbuhan badan danproduksi telur dari 5 strain ayam sayur pada sistem petemakan intensif. Procedings Seminar Penelitian Petemakan. Puslitbang Petemakan. GULTOM. D.,W. DIRJOPRANOTO, dan PRIMASARI. 1979. Protein dan energi rendah dalam ransum ayam buras periode bertelur. Proceedings Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal. Fakultas Peternkan Universitas Diponegoro, Semarang. ISKANDAR. S., B. WIBOWO, A.P. SINURAT dan SANTOSO. 1989. Penampilan produksi ayam buras sebagai akibat perbaikan tatalaksana di pedesaan. Proceedings Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal. Fakultas Petemkan. Unoversitas Diponegoro, Semarang. KINosTON. D.J. 1979. Peranan ayam berkeliaran di Indonesia. Laporan Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan II. Puasat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogor. NATAAMIJAYA. A.G. dan K. DIWYANTO. 1994. Konservasi ayam buras Langka. Prosiding Koleksi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Pertanian, Bogor. Review Hasil dan Program Penelitian Plasma Nutfah Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor. NATAAMIJAYA. A.G., 1985. ayam Pelung : Performans dan Permasalahannya. Proceedings Seminar Petemakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Temak. Puslitbang Petemakan, Bogor. Rosim dan SRI MULYOWATI. 1979. Kualitas telur ayam buras yang'dijual di pasaran kotatif Purwokerto. Proceedings Seminar Nasioanal Tentang Unggas Lokal. Fakultas Petemakan, Universitas Diponegoro, Semarang. SASROAMUOYO, S. 1971. Ilmu Beternak Ayam.N.V. Masa Baru Bandung-Jakarta. 15