II. TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sukarno Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Ayam Buras Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi kegiatan dalam bidang pertanian. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Secara luas, agribisnis berarti bisnis berbasis sumber daya alam 2. Salah satu kegiatan agribisnis yang sedang dikembangkan pemerintah adalah agribisnis peternakan unggas. Peternakan unggas merupakan kegiatan yang memanfaatkan komoditi unggas sebagai kegiatan produksinya untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2006), tujuan pengembangan agribisnis komoditas unggas yaitu : a. Membangun kecerdasan dan menciptakan kesehatan masyarakat seiring dengan bergesernya permintaan terhadap produk yang aman dan berkualitas, b. Meningkatkan pendapatan peternak melalui peningkatan skala usaha yang optimal berdasarkan sumberdaya yang ada, c. Menciptakan lapangan kerja yang potensial dan tersebar hampir di seluruh wilayah, dan d. Meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan devisa negara. Salah satu sektor agribisnis dengan komoditi unggas adalah peternakan ayam buras. Menurut Suharno (1996) ayam buras merupakan semua ayam yang berada di luar katagori ayam ras, misalnya ayam kampung, ayam hutan, ayam hias, ayam kedu, ayam pelung dan saat ini ayam arab termasuk ke dalam katagori sebagai ayam buras. 2.2 Usahatani Ayam Buras Usahatani ayam buras dapat dijabarkan sebagai suatu kegiatan memelihara ayam itu agar tetap hidup dan memberikan manfaat bagi petani pemelihara. Tujuan memelihara dan beternak ayam buras adalah untuk memproduksi ayam 2 Wikipidia Agribisnis. Dikutip dari
2 potong atau ayam pedaging, memproduksi ayam petelur, dan memproduksi bibit ayam. Beternak ayam buras merupakan kegiatan yang menggabungkan tindakantindakan pemeliharaan berupa penyediaan kandang, pemberian pakan, perawatan kesehatan, dan pengelolaan usaha yang berorientasi terhadap pasar dan keuntungan. Menurut Suharno (1996) materi yang baik adalah syarat pertama di dalam budidaya ayam buras, materi yang dimaksud dalam peternakan adalah kandang yang baik, lokasi yang tepat, bibit yang berkualitas, pakan yang cukup, obat-obatan, air, alat-alat dan keadaan lingkungan yang baik. Menurut Rasyaf (1986) kegiatan usahatani ayam buras terdapat tiga sistem pemeliharaan yang sudah dikenal yaitu : 1. Pemeliharaan secara ekstensif Pada cara ini tidak terdapat perlakuan khusus dari peternak sebagai pemiliknya. Ternak ini dibiarkan lepas dan akan datang dengan sendirinya pada malam hari. Pemilik tidak memberikan pakan secara teratur dan mengambil ternaknya ketika pemilik membutuhkan uang. 2. Pemeliharaaan semi intensif Pemeliharaan semi intensif adalah suatu metode pemeliharaan dengan menyediakan kandang dengan memiliki pagar disekeliling kandang, tujuan dari pemagaran tersebut adalah memberikan kesempatan untuk ayam tetap bebas tetapi dalam lingkup yang dibatasi. Pada pemeliharaan ini peternak sudah mulai menerapkan pengetahuannya untuk meningkatkan produksi ternak yang dipelihara. Peternak sudah mulai memberikan pakan tambahan pada anak ayam. 3. Pemeliharaan secara intensif Pemeliharaan secara intensif dilakukan dengan memasukan ternak ayam di dalam kandang selama hidupnya. Pemberian pakan, minum dan kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh peternak. Kekurangan dan kelebihan makanan dan minuman berakibat langsung terhadap produksi ayam yang dipelihara. Pada sistem peternakan ini, manusia sepenuhnya sangat berperan dalam kehidupan ternak. Mulai dari kecil hingga afkir, mulai dari 8
3 kebutuhan yang kecil hingga besar semuanya menyertakan campur tangan manusia. 2.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Peternakan Ayam buras Di dalam kegiatan usahataninya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi di dalam kegiatan produksi pada ternak ayam, faktor-faktor tersebut menurut Suharno (1996) yakni : a) Bibit Bibit yang baik berasal dari induk yang produktif, untuk memperolehnya dapat melalui pengalaman atau menanyakan kepada orang lain yang berpengalaman. b) Pakan Pakan yang baik tentu yang memenuhi kebutuhan gizi dari ayam tersebut. Pakan tersebut dapat diperoleh dari pabrik atau hasil membuat sendiri. Dalam menentukan suatu pakan yang baik harus diketahui dulu kebutuhan gizi ayam. Bahan-bahan tadi terdiri dari sumber protein, lemak karbohidrat, vitamin, dan mineral. Dari bahan-bahan tersebut kemudian di susun formulasi bahan pakan agar sesuai dengan gizi ayam. c) Obatan-obatan dan vaksin Seperti halnya pakan dan bibit, vaksin harus tersedia dalam keadaan yang baik. Dibandingkan pakan, syarat penyimpanan obat-obatan dan vaksin umumnya lebih berat, vaksin harus di simpan dalam kondisi dingin. d) Air minum Tubuh ayam mengandung air kira-kira sebanyak 70 persen, air merupakan unsur yang amat penting bagi jaringan tubuh karena berperan dalam metabolisme tubuh dan pengaturan suhu tubuh. e) Kandang Kandang yang baik bagi ternak sama hakekatnya dengan rumah yang nyaman bagi manusia. Bagaimanapun bentuk kandang yang digunakan harus merupakan tempat yang nyaman untuk hidup. Udara yang segar dan 9
4 tidak kekurangan sinar matahari, serta terdapat ruang gerak yang leluasa merupakan kriteria kandang yang baik. 2.4 Siklus Bertelur Pada Ayam Petelur Ayam buras betina siap bertelur pada usia 4-5 bulan. Periode bertelur ayam buras sama dengan ayam ras, yakni tiga kali periode produksi selama 30 bulan. Setelah periode bertelur, apabila ayam telah berumur bulan, ayam buras akan mengalami fase moulting yang pertama dan berjalan selama hari. Siklus ini akan terus berulang, selama hidupnya ayam buras mengalami fase moulting sebanyak tiga kali. Yakni, moulting pertama umur 14 atau 16 bulan, kedua umur 24 bulan, dan ketiga umur 30 bulan atau 32 bulan. Selama fase moulting tersebut ayam buras akan berhenti bertelur selama 80 hari untuk bertelur kembali. Biasanya, setelah moulting kedua ayam buras langsung dijual karena produktivitas telurnya sudah menurun. Pada saat bertelur pertama kali, umumnya telur masih relatif kecil, dan mulai pada periode bertelur kedua berat telur mulai normal yakni seberat gram/butir. Telur yang baik dapat disimpan selama kurang lebih dua minggu, apabila lewat dari waktu tersebut maka telur akan mengalami kerusakan Tanda-Tanda Ayam Akan Bertelur. Ayan betina dewasa yang sudah kawin dan siap bertelur, penampilannya sangat periang. Sepanjang hari kelihatan sibuk mencari sarang untuk bertelur dan rajin mencari makan di sekitar kandang. Ciri-ciri fisik yang dapat dilihat antara lain bulu badannya rapat satu sama lainnya, terlihat rapi dan mengkilat. Temboloknya penuh berisi makanan, tetapi tidak keras kalau dirasakan, jengkernya membesar kaku, tebal, berdiri tegak atau miring ke samping, warnanya merah menyala, kalau dirasakan terasa hangat. Badan bagian belakang membesar dan menonjol ke bawah sehingga seolah-olah berbentuk pundi. Dinding paruhnya agak tipis karena lapisan lemaknya berkurang. Telur yang masih berada dalam tubuh terasa menonjol, apabila dirasaka dari luar duburnya terasa basah dan berbentuk bulat panjang agak membusung. 10
5 2.4.2 Tanda-Tanda Ayam pada Fase Moulting. Biasanya setelah bertelur butir ayam buras menunjukan tanda-tanda akan mengeram sepanjang siang dan malam duduk dalam sarangnya. Bulu dadanya rontok sehingga menjadi botak kulitnya, serta sering bersuara khas kok kok kok, jengger tampak kusut dan berwarna pucat. Berat badannya menyusut, kotorannya menjadi encer, bulu leher menjadi tegak seolah marah kalau didekati orang Pengambilan Telur. Hasil utama dari usaha budidaya ayam petelur bagi perusahaan adalah berupa telur yang dihasilkan oleh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi telur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul , pengambilan kedua pukul , pengambilan ketiga sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul Ayam Arab Karakteristik Ayam Arab Menurut Darmawan dan Sitanggang (2003) ayam arab merupakan ayam pendatang. Ayam ini merupakan keturunan dari ayam jenis silver braekels. Pemberian nama ayam arab karena dua hal, yakni pejantannya memiliki daya seksual yang tinggi dan keberadaannya di Indonesia melalui telur yang dibawa oleh seorang jemaah haji yang menunaikan ibadah haji dari Mekah. Warna kulit yang kehitaman dengan daging yang lebih tipis dibanding ayam kampung menjadikannya jarang dimanfaatkan sebagai pedaging. Ciri - ciri ayam arab adalah pada sepanjang leher berwarna putih mengkilap, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih, jenggernya berbentuk kecil berwarna merah muda dan mata hitam dengan dilingkari warna kuning, pejantannya pada umur seminggu sudah tumbuh jengger, dan betina induk tidak memiliki sifat mengeram, tinggi ayam arab dewasa mencapai 35 cm dengan bobot 1,5-2 kg dan kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan bergerigi. Ayam arab betina dewasa 11
6 tingginya mencapai 25 cm dengan bobot 1,0-1,5 kg. Kepalanya berjengger tipis, bergerigi. Badannya berbulu tebal. Selama usia produktif antara 5 bulan hingga 2 tahun, betina arab terus-menerus bertelur, sehingga hampir setiap hari menghasilkan telur. Secara genetis ayam arab tergolong galur ayam buras disebabkan karena bentuk telur yang kecil seperti ayam kampung, ayam ini termasuk ke dalam jenis ayam petelur unggul karena memiliki kemampuan produksi telur yang tinggi, hampir menyerupai produksi ayam ras. Bentuk dan warna telurnya sama dengan ayam lokal. Hal ini merupakan daya tarik yang menyebabkan banyak peternak mulai membudidayakan ayam ini secara serius (Hesty et al. 2004) Keunggulan Ayam Arab Ayam arab ini mempunyai beberapa keunggulan di dalam usaha pembudidayaannya. Keunggulan ayam arab yaitu ayam arab memiliki produksi telur tinggi, mencapai butir per tahun dengan berat telur 42,3 gram. Kuning telur lebih besar volumenya, mencapai 53,2 persen dari total berat telur. Bentuk ayam kecil sehingga konsumsi pakan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien, libido seksualitas jantan lebih tinggi, mudah dikawinkan dengan ayam jenis lain, dalam 15 menit bisa tiga kali kawin, dapat untuk perbaikan genetik ayam buras, harga day old chicken (DOC) yang berfluktuasi, kadang lebih tinggi atau rendah, harga induk tergolong tinggi (pullet mencapai harga Rp per ekor), konsumsi pakan relatif kecil karena termasuk tipe kecil dan ayam betina tidak mempunyai sifat mengeram sehingga masa bertelurnya panjang. 2.6 Hasil Penelitian terdahulu Penelitian Sitorus (1994) menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi usahaternak ayam buras petelur pada kelompok tani peserta program INTAB. Penelitian ini menggunakan alat analisis Cobb-Douglas. Di dalam penelitiannya faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi telur adalah ayam dara, ayam petelur, pakan dedak, pakan grower, pakan layer, tenaga kerja, vaksin dan pendidikan non formal petani, hasil penelitian menunjukan bahwa 12
7 pengaruh ayam dara dan pakan grower terhadap produksi telur lebih rendah dibandingkan dengan pengaruh faktor lainnya. Pada usaha ternak ayam buras yang proses produksinya berada pada tahap decreasing return to scale, faktor produksi yang penggunaannya sudah tidak efisien secara teknis adalah pakan dedak, pakan grower dan vaksin. Namun dilihat dari segi efisiensi ekonomisnya, faktor produksi yang masih dapat ditingkatkan adalah ayam dara, ayam petelur, pakan layer dan tenaga kerja. Penelitian Pratomo (2007) menganalisis efisiensi produksi usaha ternak ayam buras ramah lingkungan yang dilakukan di peternakan P4S Eka Jaya Jakarta Selatan mengemukakan produksi ayam buras ramah lingkungan di peternakan P4S Eka Jaya ditinjau dari konsumsi faktor dengan bobot badan yang dihasilkan secara menyeluruh, telah efisien secara teknis dalam penggunaan input yang ditunjukan dari nilai elastisitas produksi selama periode yaitu sebesar 0,967; tetapi belum efisien secara ekonomis karena nilai rasio NPM dan BKM secara keseluruhan pada masa finisher tidak sama dengan satu. Peternakan P4S Eka Jaya memperoleh keuntungan paling besar apabila ayam dipanen pada umur 12 minggu, karena nilai rasio penerimaannya dengan biaya pakan dan bibit menunjukan nilai terbesar yaitu 2,21 dengan nilai sebesar Rp ,67/ekor. Penelitian Kusuma (2005) menganalisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi peternak ayam probiotik dan non-probiotik pada usaha ternak ayam ras pedaging pada perusahaan Sunan Kudus Farm. Model yang digunakan adalah model Cobb-Douglas, dengan faktor-faktor produksi yang digunakan antara lain bibit, pakan, pemanas, tenaga kerja dan obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa bibit, pakan dan pemanas lebih menunjukan responsif di dalam meningkatkan produksi telur pada peternak yang menggunakan probiotik, sedangkan tenaga kerja dan obat-obatan lebih responsif terhadap peningkatan produksi telur pada peternakan yang non-probiotik. Penelitian ini juga menunjukan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada peternakan Sunan Kudus Farm belum efisien, hal tersebut ditunjukan dengan tidak adanya rasio perbandingan antara NPM dengan BKM yang bernilai sama dengan satu. 13
8 Penelitian Pakarti (2000) menganalisis pendapatan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan tingkat pendapatan peternak ayam broiler dengan mengambil studi kasus pada pada peternakan inti-plasma Poultry Shop Jaya broiler, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat berhasil menyimpulkan bahwa keragaan teknis menunjukan tingkat mortalitas yang tinggi terutama pada peternakan skala usaha dan , hal ini kemungkinan besar karena disebabkan oleh terjadinya serangan penyakit dan manajemen pemeliharaan yang kurang baik. Faktor-faktor produksi yang digunakan sebagai penduga dalam analisis adalah hasil produksi (Y), pakan stater (X 1 ), pakan finisher (X 2 ), tenaga kerja (X 3 ) dan mortalitas sebagai faktor dummy (D). Hasil penganalisisan dengan taraf kepercayaan sebesar satu persen menunjukan faktor produksi pakan stater dan pakan finisher mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi, sedangkan tenaga kerja berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan lima persen. Pada saat penelitian kombinasi optimal faktor-faktor produksi pakan stater, pakan finisher dan tenaga kerja belum mencapai efisiensi karena rasio perbandingan antara NPM dan BKM tidak ada yang sama dengan satu. Kombinasi opimal penggunaan faktor produksi pakan stater dan pakan finisher dicapai dengan meningkatkan pemberian pakan stater dan mengurangi pemberian pakan finisher. Penelitian Nur (2004) menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usaha ternak ayam broiler, studi kasus pada Hajral Harahap Farm, mempunyai tujuan untuk mendiskripsikan bagaimana usaha peternakan tersebut dalam memanfaatkan faktor produksi yang dimilikinya untuk mencapai hasil produksi yang diharapkan, menduga model produksi yang sesuai dengan usaha kemudian menganalisis faktor-faktor produksi yang diharapkan, menganalisis efisiensi teknis maupun ekonomi. Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah DOC (X 1 ), jumlah pakan (X 2 ), Tenaga Kerja (X 3 ), umur panen (X 4 ), mortalitas (X 5 ), rasio konfersi pakan (X 6 ), obat, vaksin dan disenfektan (X 7 ), bahan penolong produksi (X 8 ), berat rataan panen (X 9 ), dummy penggunaan strain ayam (D s ), dan dummy penggunaan jenis pakan (D j ). dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang memiliki pengaruh nyata dengan taraf kepercayaan 95 persen 14
9 adalah X 1,X 5,X 6,X 7 dan X 9. Sedangkan X 8 berpengaruh pada taraf kepercayaan 90 persen, X 2 berpengaruh pada taraf kepercayaan 80 persen, X 3 dan X 4 tidak berpengaruh nyata. Efisiensi dari penggunaan faktor produksi diketahui belum efisien disebabkan karena perbandingan antara rasio NPM/BKM tidak sama dengan satu. Skala usaha dalam tahap increasing return to scale. Untuk kombinasi optimal tidak dapat diramalkans secara tepat disebabkan karena terdapat nilai rasio yang benilai negatif. 2.7 Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah jika dilihat dari komoditas yang dijadikan penelitian dan tempat penelitian serta fungsi produksinya, pada penelitian ini menggunakan fungsi produksi Linear Berganda. Selain itu jika dibandingkan dengan penelitian Sitorus (1994) lebih menekankan efisiensi pada produksi telur yang dikaitkan dengan program pemerintah, Pratomo (2007) lebih menekankan efisiensi dengan perbandingan jumlah konsumsi pakan ternak dengan bobot badan, Kusuma (2005) lebih menekankan pada penggunaan probiotik dan non-probiotik, penelitian dari Pakarti (2000) dan Nur (2004) cenderung penganalisisan efisiensi penggunaan faktor produksi pada komoditi ayam pedaging dari jenis ayam ras. Penelitian ini lebih ditekankan pada produksi telur ayam buras yang dibudidayakan dengan menggunakan sistem peternakan secara intensif dan penelitian ini dalam melakukan analisis usahataninya tidak terlalu dalam dan tidak mencakup keuntungan pendapatan dari usahatani tersebut dan lebih terfokus kepada efisiensi produksi pada komoditas telur buras. Sementara itu, persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah persamaan dalam menggunakan alat analisis untuk menghitung efisiensi ekonomi yaitu dengan menggunakan perbandingan NPM dan BKM. 15
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TELUR AYAM BURAS PADA PETERNAKAN AYAM BURAS CV TRIAS FARM, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TELUR AYAM BURAS PADA PETERNAKAN AYAM BURAS CV TRIAS FARM, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI MUHAMAD RIDHO SYAFFENDI H34076103 DEPARTEMEN AGRIBISNIS
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Ayam Pedaging BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang
Lebih terperinciMENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS
MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak
Lebih terperinciINTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS
INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS 1. PENDAHULUAN Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan
Lebih terperinciPROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)
PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS) A. PRASETYO dan MURYANTO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo PO. Box 101, Ungaran ABSTRAK Kabupaten Brebes
Lebih terperinciPERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN
PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN WAFIATININGSIH 1, IMAM SULISTYONO 1, dan RATNA AYU SAPTATI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia Beberapa penelitian yang mengkaji permasalahan usaha ternak ayam buras banyak menunjukkan pertumbuhan produksi ayam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler) Ayam Ras pedaging (Broiler) adalah ayam jantan dan betina muda yang umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan meningkatnya kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Salah satu produk hasil peternakan yang paling disukai
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini berdiri pada tahun 2001 dengan pengusahaan pada berbagai komoditi pertanian seperti budidaya ikan, budidaya manggis, budidaya pepaya,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.
I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Ayam Salah satu syarat keberhasilan dalam pemeliharaan pembibitan ayam yaitu kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki banyak potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan maupun tumbuhan dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Komoditas 2.1.1. Sejarah Ayam Petelur Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik ternak tinggi, namun sumber daya genetik tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal. Salah satu sumberdaya
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN
VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan
PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras) atau ayam sayur.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang penting diperhatikan
Lebih terperinciAYAM HASIL PERSILANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN USAHA TERNAK UNGGAS
AYAM HASIL PERSILANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN USAHA TERNAK UNGGAS DJOKO PRAMONO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek Kotak Pos 101 Ungaran 50501 ABSTRAK Ayam kampung
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung
Lebih terperinciA. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi
A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi Ayam Nunukan adalah sumber plasma nutfah lokal Propinsi Kalimantan Timur yang keberadaannya sudah sangat langka dan terancam punah. Pola pemeliharaan yang kebanyakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam ras petelur yang banyak dipelihara saat ini adalah ayam ras petelur yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras petelur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang memiliki karakteristik secara ekonomis dengan pertumbuhan yang cepat sebagai ayam penghasil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk menghasilkan telur dan tidak boleh disilangkan kembali karena merupakan produk akhir ayam ras (Sudaryani
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini
Lebih terperinciIbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI
IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI Haris Lukman, Yatno dan Sestilawarti Staf Pengajar Fakultas
Lebih terperinciTERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT
TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak unggas penghasil telur, daging dan sebagai binatang kesayangan dibedakan menjadi unggas darat dan unggas air. Dari berbagai macam jenis unggas air yang ada di Indonesia,
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kedu Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam Kedu berasal dari Desa Karesidenan Kedu Temanggung Jawa Tengah. Ayam Kedu memiliki kelebihan daya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN
TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN Iitik merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial disamping ayam. Kelebihan ternak itik
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PETERNAKAN SOMAN
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PETERNAKAN SOMAN Nama: Aditya Oktaviani NPM: 20214315 Jurusan: Akuntansi/ S1 Pembimbing: Anne Dahliawati S.E.,M.M PENDAHULUAN Latar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R
PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB Totok B Julianto dan Sasongko W R Ayam KUB Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras), masih digemari oleh masyarakat baik di pedesaan maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan pertambahan penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat akan gizi, diperlukan peningkatan ketersediaan sumber gizi terutama protein hewani. Salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya burung puyuh (Coturnix coturnix) betina dengan tujuan utama menghasilkan telur konsumsi dan atau pemeliharaan
Lebih terperinciTERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya
TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat. Tipe ayam pembibit atau parent stock yang ada sekarang
Lebih terperinciPengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi
Lebih terperinciLokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1
ANALISA USAHA PENGGEMUKAN AYAM BURAS DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF Erwanto Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 Bahan PENDAHULUAN Ayam buras merupakan ayam lokal yang banyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang peternakan ayam broiler Desa Ploso Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar pada bulan Februari sampai Mei 2014.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam galur murni, ayam pembibit Great Grand Parent Stock atau ayam pembibit buyut, ayam pembibit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi Pakan Konsumsi pakan puyuh adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh puyuh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat energi dan palabilitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur puyuh utama di Indonesia. Dalam satu tahun puyuh ini mampu menghasilkan 250 sampai 300 butir
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas
Lebih terperinciPenyiapan Mesin Tetas
Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan peternak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat terutama kebutuhan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ayam betina mempunyai alat repruduksi yang terdiri dari oviduct dan ovary.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Produksi Telur Ayam betina mempunyai alat repruduksi yang terdiri dari oviduct dan ovary. Oviduct ayam terdapat dari dua buah, tapi hanya sebelah kiri yang berkembang,
Lebih terperinciE
Jl. Raya Loji Km.35 Jatiwangi 45454 Majalengka Telp & Fax : (0233) 88622 Titik Koordinat : 6 0 43 32.35 S08 0 6 40.7 E Email : bpptujatiwangi@yahoo.co.id Tugas Pokok & Fungsi Sesuai dengan Peraturan Gubernur
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber protein hewani daging dan telur. Hal tersebut disebabkan karena ternak unggas harganya relatif murah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab
HASIL DAN PEMBAHASAN Inseminasi Buatan pada Ayam Arab Ayam Arab yang ada di Indonesia sekarang adalah ayam Arab hasil kawin silang dengan ayam lokal. Percepatan perkembangbiakan ayam Arab dapat dipacu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan
Lebih terperinciKIAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BURAS
Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 KIAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BURAS BAMBANG KUSHARTONO Balai Penelitian Ternak, PO BOX221, Bogor 16002 RINGKASAN Ayam buras merupakan salah satu sumber protein
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciI. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh
I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Probiotik
TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam
Lebih terperinciLampiran 1 Gambar cara pengukuran, corak dan pola warna bulu itik Alabio
LAMPIRAN 124 Lampiran 1 Gambar cara pengukuran, corak dan pola warna bulu itik Alabio Gambar 1.1 Penampilan itik Alabio jantan dewasa Gambar 1.2 Penampilan itik Alabio betina dewasa Gambar 1.3 Pengukuran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub-sektor di dalam sektor pertanian yang berperan dalam kegiatan pengembangbiakan dan membudidayakan ternak untuk mendapatkan manfaat dan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),
1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Itik Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), golongan terdahulunya merupakan itik liar bernama Mallard (Anas plathytynchos)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler modern tumbuh sangat cepat sehingga dapat di panen pada umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah laku makannya yang
Lebih terperinci