INITIAL ASSESMENT PRIMARY SURVEY DANGER Gunakan PPE; Sarung tangan karet, kacamata safety dan apron. Periksa lingkungan sekitar, kebakaran, chemical, listrik, benda jatuh, dll. RESPON Periksa kesadaran korban, jika tidak sadar coba rangsang dengan nyeri. Panggil bantuan (Aktifkan Emergency Respon) AIRWAY dan cervikal control Pastikan saluran nafas korban bebas dari benda asing = lakukan head tilt chin lift atau jaw thrust. Pastikan leher inline dengan memasang Neck collar. Ada cairan suara gurgling suction (dewasa 15 detik, anak-anak 5 detik) Lidah suara snoring pasang Oro / Naso Pharingeal Airway (Guedel). OPA jangan diplester, karena jika korban muntah bisa aspirasi, dan hanya dipasang pada korban yang tidak sadar. Sumbatan Laring/ Trakea suara crowing pasang ETT atau cricothyrodotomy atau tracheostomy. Needle Cricho-tyrodotomy dipasang di membrana cricothyroid karena mudah menandai / marker, syaraf dan pembuluh darah kurang dan aman jika tembus. Gunakan jarum abocath 14 G dan dapat dipasang selama 30-45 menit. Dapat dilakukan Jet Insufflation, jarum dihubungkan Y connector dengan Oxygen 15 LPM dengan tidak ada sumbatan jalan nafas (jika ada sumbatan 5-7 LPM bahaya barotrauma / alveolus pecah), caranya 1 detik tutup dan 4 detik buka. Jika ada suara stridor saat inspirasi ada sumbatan di jalan napas bagian atas, jika saat ekspirasi ada sumbatan di jalan napas bagian bawah. Cara menarik CO2 keluar tubuh dengan memberi O2 dosis tinggi. Pemberian Oxygen : Kadar O2 udara bebas 21% Kanul hidung 6 ltr/mnt (LPM) 44% Rebreathing Mask 6 10 LPM 35-60% Non-rebreathing Mask 8 12 LPM 80-90% Tanda-tanda Fraktur cervikal / vertebra (dugaan) : Korban multi trauma Ada jejas/memar diatas clavikula Trauma kapitis dengan penurunan kesadaran Biomekanika trauma mendukung
BREATHING dan Ventilation Periksa pernafasan korban dengan cara LOOK LISTEN FEEL. Inspeksi = pergerakan dada simetris kanan/kiri, adanya memar atau luka tembus. Auskultasi = Suara nafas kanan / kiri; vesikuler atau menjauh. Palpasi = adanya pembengkakan, iga yang patah? Perkusi = Suara normal (Sonor), udara (Hipersonor), cairan/darah (Redup/Dull). Empat kasus penyebab kematian pada kasus Trauma : 1. Open Pneumothorax Ada hubungan rongga paru-paru dengan dunia luar / luka tembus. Luka dinding dada menghisap pada saat inspirasi. Tindakan : ditutup dengan kasa 3 sisi yang dilapisi plastik. 2. Tension Pneumothorax Tanda-tandanya : Sesak napas, inspeksi rongga dada yang cidera ada memar, deviasi trakea - terdorong kearah yang sehat dan distensi vena jugularis, auskultasi bising napas menjauh, perkusi suara hipersonor. Tindakan : Needle Thoraco-centesis, pada ICS 2 (antar iga kedua & ketiga) dengan jarum 14G mid klavikula. Jika berhasil difiksasi dan dipasang mekanisme pentil (ujung sarung tangan karet yang dilubangi dan diplester). Terpasang sampai dilakukan WSD (Water Seal Drainage) oleh dokter. Tempat WSD ICS 5 (antara iga kelima & keenam) mid axilaris. 3. Flail Chest Fraktur 2 segmen di satu atau lebih iga, menyebabkan nyeri dan nafas menjadi dangkal sehingga volume O2 berkurang. Tindakan : korban diistirahatkan dan beri analgesic. 4. Massive Haematothorax Terjadi karena adanya rupture arteri (a. Intercostalis) Tindakan : cegah syok pasang infus 2 jalur dan segera kirim ke Rumah Sakit untuk cyto operasi. CIRCULATION dan kontrol perdarahan Periksa adanya perdarahan dan tanda-tanda syok; nadi cepat dan kecil, perfusi kapiler > 2 detik, pucat dan akral dingin. Perdarahan terbuka beri pembalut tekan Perdarahan tertutup perhatikan adanya syok. Empat tempat yang perdarahan banyak; Rongga Thorax, Rongga Abdomen, Pelvis dan kedua Fémur. Tanda-tanda Tamponade jantung; syok, bunyi jantuh menjauh, nafas sesak (-). Tindakan : Pasang infus 2 jalur jarum 14G 16 G dengan RL hangat, jangan lupa ambil sampel darah untuk pem. Laboratorium. DISABILITY & tanda-tanda lateralisasi Inspeksi pupil; Reflex cahaya, diameter? (normal 3 mm). Jika diameter pupil besar di kanan, berarti terjadi kerusakan di otak kanan dan terjadi gangguan di anggota gerak kiri (sebaliknya. Menggunakan AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive) atau GCS (Glasgow Coma Scale)
EXPOSURE dan cegah hipothermi Buka pakaian sorban dan periksa keseluruhan tubuh secara cepat, atasi jika ada cidera. Perdarahan dihentikan, Fraktur dipasang spalk/bidai. Syarat syarat pemasangan bidai : Lepaskan pakaian sehingga extremitas yang cedera terlihat. Luka terbuka harus ditutup dulu / control perdarahan. Periksa PMS (Pulsasi, Motorik dan Sensorik) bagian distal sebelum dan estela pemasangan bidai. Pasang bidai melewati 2 sendi dari tulang yang fraktur. Pasang bantalan padding/bantal secukupnya pada tulang yang menonjol. Jika extremitas Bangkok, lakukan traksi ringan dan jika ada tahanan di stop dan bidai dipasang. Fraktur terbuka, tutup dengan kasa sterile dan jangan memasukkan kembali patahan. Bidai dipasang pada saat kondisi korban stabil dan ada kecurigaan adanya fraktur. FOLLEY CATHETER Pasang catheter dan urine yang keluar dibuang kemudian baru ditampung untuk dihitung. Produksi urine normal dewasa 50 ml/ jam (1/2 cc / kg BB/jam), anak 1 cc & bayi 2 cc /kgbb/jam. Kontra indikasi pemasangan catheter jika ada salah satu tanda : (diduga ada Ruptur Uretra) Adanya darah di lubang uretra Hematom di skrotum Colok dubur prostat letak tinggi atau tidak teraba. GASTER TUBE Pemasangan NGT untuk mengurangi distensi lambung dan mencegah muntah. Jika ada fraktur basis kranii anterior dapat dipasang melalui mulut. Tanda-tanda Fraktur basis kranii anterior : Keluar darah dari hidung atau telinga Battle sign (kehitaman di sekitar telinga Rycon Eyes (Kebiruan kelopak mata) Adanya cairan bening keluar dari telinga. HEART MONITOR Monitoring hasil resusitasi berdasarkan ABC sorban. Airway = sudah teratasi Breathing = lihat frekuensi pernafasan, kalau ada gunakan pulse oxymetry. Circulation = Nadi, tekanan nadi, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah urine, monitor EKG. Disability = kesadaran penderita dan keadaan pupil. Foto Rontgen = Servikal, Thorax AP, Pelvis AP.
SECONDARY SURVEY Pemeriksaan dari kepala ingá jari kaki (Head to Toe) dengan Inspeksi, Auskultasi, Palpasi dan Perkusi. Yang diperhatikan BTLS (Bentuk, Tumor/bengkak, Luka, Sakit) Untuk ekstremitas PMS (Pulsasi, Motorik dan Sensorik). Untuk Anamnese = AMPLE (Allergi, Medication/pengobatan, Past illness/penyakit, Last Meal/makan terakhir, Event/biomekanikal trauma) Kepala = kulit kepala, telinga, tympani, wajah, mata, tulang & lubang hidung, mulut, gigi, lidah. Leher = Trakea, Vena Jugularis Dada = iga iga, memar? Abdomen = dibagi 4 kuadran dgn lubang pusat sebagai patokan, perkusi normal suara timpani. Pelvis = pegang kedua SIAS, adakah krepitasi? nyeri? pembengkakan? Ekstremitas Bawah = Fraktur, kelumpuhan? Ekstremitas Atas = Fraktur, kelumpuhan? Bagian Belakang = lakukan Log roll, satu orang mengamankan kepala & leher, satu orang di pundak & bokong, satu orang lagi bokong dan betis. Pemeriksaan oleh orang kedua dan ketiga dengan bergantian menahan bokong korban. Laporan kepada petugas selanjutnya : Identitas korban Mulai ABCDE dan pertolongannya Vital sign terakhir Riwayat AMPLE kalau ada
KASUS VF VT CPR 30 : 2 ( 5 cyclus / 2 menit) - jika ada AED segera dipasang. CPR 30 : 2 (15 cyclus / 2 menit) pasang infuse RL, adrenalin I = 1 mg bolus 20 cc NaCl dan ETT & ambu bag + oxygen 6 10 LPM. (Siapkan Adrenalin kedua 1 mg) CPR 10 : 100 ( karena menggunakan ETT jika ETT belum terpasang CPR 30 : 2, waktu tetap 2 menit) Berikan adrenalin II : 1 mg bolus 20 cc NaCl. (Siapkan Amiodarone / Cordarone 300 mg / 2 amp) CPR 10 : 100 ( 2 menit) Berikan Amiodarone 300 mg / 2 amp bolus 20 cc NaCl. (Siapkan adrenalin ketiga 1 mg) CPR 10 : 100 ( 2 menit) Berikan adrenalin III : 1 mg bolus 20 cc NaCl. (Siapkan Amiodarone / Cordarone 150 mg / 1 amp) CPR 10 : 100 ( 2 menit) Berikan Amiodarone 150 mg / 1 amp bolus 20 cc NaCl. (Siapkan adrenalin keempat 1 mg) CPR 10 : 100 ( 2 menit) Berikan adrenalin IV : 1 mg bolus 20 cc NaCl. (Siapkan adrenalin kelima 1 mg) CPR 10 : 100 ( 2 menit) KOSONG / tidak diberikan adrenalin karena belum 3 menit. CPR 10 : 100 ( 2 menit) Berikan adrenalin V : 1 mg bolus 20 cc NaCl. (Siapkan adrenalin keenam 1 mg) == seterusnya DC Shock CPR + adrenalin / KOSONG sampai sinus rythm, jika asistole - lihat chart asistole ==
KASUS ASISTOLE CPR 10 : 100 ( karena menggunakan ETT jika ETT belum terpasang CPR 30 : 2, waktu tetap 2 menit) Berikan adrenalin 1 mg bolus 20 cc NaCl. (Siapkan Sulfas Atropin / SA 1 mg 4 amp) CPR 10 : 100 ( 2 menit) Berikan SA pertama 1 mg / 4 amp bolus 20 cc NaCl. (Siapkan adrenalin 1 mg) CPR 10 : 100 ( 2 menit) Berikan adrenalin 1 mg bolus 20 cc NaCl. (Siapkan SA 1 mg / 4 amp) CPR 10 : 100 ( 2 menit) Berikan SA kedua 1 mg / 4 amp bolus 20 cc NaCl. (Siapkan adrenalin 1 mg) CPR 10 : 100 ( 2 menit) Berikan adrenalin 1 mg bolus 20 cc NaCl. (Siapkan SA 1 mg / 4 amp) CPR 10 : 100 ( 2 menit) Berikan SA ketiga 1 mg / 4 amp bolus 20 cc NaCl. (Siapkan adrenalin 1 mg) CPR 10 : 100 ( 2 menit) Berikan adrenalin 1 mg bolus 20 cc NaCl. (Siapkan SA 1 mg / 4 amp) CPR 10 : 100 ( 2 menit) KOSONG / tidak diberikan adrenalin karena belum 3 menit. == seterusnya DC Shock CPR + adrenalin / KOSONG sampai sinus rythm atau dinyatakan meninggal.
Note : Adrenalin dapat diulang 3 5 menit Sulfas Atropin / SA hanya diberikan 3 x 1 mg (4 amp). Amiodarone / Cordarone hanya diberikan 2 x = 300 mg & 150 mg. Maintenance amiodarone per infus dalam 24 jam : 360 mg (dalam 6 jam) dan 540 mg (dalam 18 jam) Adrenalin untuk memacu respon jantung Amiodarone untuk anti arithmia Sulfas Atropin untuk meningkatkan HR CPR dihentikan jika : Ada respon korban Petugas kelelahan atau setelah 30 menit tidak ada respon. Korban telah diserahterimakan pada petugas kesehatan lain Korban sedang di resusitasi (dipasang ETT) Korban telah dinyatakan meninggal oleh pihak yang berwenang. RED NOTICE TO RECIPIENT(S) SEMUA PERTOLONGAN YANG BERSIFAT ADVANCE EMERGENCY DAN ATAU PENGOBATAN HANYA DILAKUKAN OLEH YANG BERWENANG DAN PETUGAS KESEHATAN YANG TERLATIH DAN DIPERCAYA MELAKUKAN TINDAKAN TERSEBUT. (Promkes Batu Putih)