BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011

BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2011

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Analisis Isu-Isu Strategis

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH SULAWESI

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Workshop Sosialisasi Perpres 88 Tahun 2011 Makassar, 31 Oktober 2013

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

DAMPAK RENCANA TATA RUANG PULAU SULAWESI TERHADAP PENINGKATAN PEREKONOMIAN SULAWESI

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB VII P E N U T U P

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2014

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL

DAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

8.1. Keuangan Daerah APBD

LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 BUKU III:

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN 2011 5.1. Kondisi Wilayah Sulawesi Saat Ini Perkembangan berbagai indikator ekonomi regional provinsi-provinsi di wilayah Sulawesi menjelang akhir tahun 2009 tak terlepas dari perkembangan kondisi makro perekonomian nasional yang secara umum terus menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan global, serta terjaganya kestabilan makroekonomi domestik. Berdasarkan angka perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 dibanding tahun 2008 (sumber: BI) peningkatan pertumbuhan terjadi di sebagian provinsi, bahkan pertumbuhan disetiap provinsi masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan nasional Tahun 2009 yang hanya 4,3% (yoy). TABEL 5.1 PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH TAHUN 2008 2010 ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 (DALAM PERSEN) Provinsi 2008 2009 2010 2009(P) 1* 2* 3* 4P 1(P) Sulawesi Utara 7,6 7,5 8,3 7,6 8,0 7,9 6,7% Sulawesi Tengah 7,8 14,4 5,3 3,2 3,5 6,2 4,86% Sulawesi Selatan 7,8 4,1 5,3 6,4 7,2 5,8 7% + 0,5% Sulawesi Tenggara 7,3 7,5 7,4 7,5 7,4 7,5 7% + 1% Gorontalo 7,8 7,6 7,0 6,8 7,2 7,1 6,90-7,40% Sulawesi Barat 8,4 8,6 10,9 10,3 8,6 9,6 Sumber: BPS Daerah (diolah) * Angka sementara (P) Angka perkiraan Bank Indonesia Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi selama triwulan IV-2009 (yoy), tren meningkat dibanding dengan triwulan III-2009 terjadi di Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Sementara berdasarkan pertumbuhan secara keseluruhan Tahun 2009 dibanding tahun 2008, pertumbuhan terjadi di Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Dari sisi permintaan, pertumbuhan disetiap provinsi masih akan bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah. Penurunan laju pertumbuhan ekonomi di beberapa provinsi umumnya dipengaruhi oleh melemahnya kinerja pertanian di sisi penawaran serta kinerja ekpor dan konsumsi pemerintah di sisi permintaan. Misalnya Pelemahan ekspor Gorontalo terutama disebabkan oleh merosotnya ekspor jagung yang mencapai 51,61% dibandingkan

ekspor jagung tahun 2008. Konsumsi pemerintah turut melambat selamaa triwulan IV-2009, perlambatan terutamaa didorong oleh menurunnya realisasi belanja barang dan jasa pemerintah daerah. Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada Semester I Tahun 2010, secara umumm sedikit lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi permintaan, perlambatan tersebut diperkirakan terjadi pada kegiatan investasi, sedangkan di sisi penawaran salah satu sektor ekonomi yang diperkirakan mengalami perlambatan adalah sektor bangunan. Hal ini disebabkan lambatnya pertumbuhan dari sisi konsumsi dan investasi pemerintah maupun swasta di awal tahun. Kemudian pada triwulan berikutnya di tahun 2010 diharapkan akan meningkat sejalan dengann semakin membaiknya konsumsi dan investasi, serta didukung oleh ekspor. Membaiknya konsumsi di daerah terkait dengan faktor penguatan daya beli akibat rendahnya laju inflasi dan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Di sisi investasi, membaiknya keyakinann investor terhadap kondisi ekonomi dan dukungann kebijakan Pemerintah diperkirakan akan mendorong meningkatnya investasi terutama di sektor pertambangan, telekomunikasi dan industri. Kinerja ekspor yang membaik turutt memberikan sumbangan yang positif seiring dengan terus meningkatnya harga komoditas dunia dan upaya pembukaan negara tujuan ekspor. GAMBAR 5.1 KONTRIBUSI TIAP SEKTOR TERHADAP RATA-RATA PERTUMBUHAN PDRB DI WILAYAH (ADHK TAHUN 2000) TAHUN 2009 Pada tahun 2009 sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa merupakan 3 sektor tertinggi yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi di wilayah Sulawesi (Gambar 5.1). Tingginya peran sektor pertanian bagi perekonomian wilayah Sulawesi menggambarkan peran strategis wilayah inii sebagai salah satu lumbung III.5-2

pangan nasional, Namun hal ini belum diikuti berkembangnya industri pengolahan yang berpotensi meningkatkan nilai tambah komoditas unggulan wilayah. Produk unggulan wilayah Sulawesi berupa komoditas primer yang juga menjadi andalan ekspor nasional. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan pusat penghasil padi dengan peran 63 persen dari total produksi wilayah dan 10, 3 persen produksi nasional. Di samping itu, Provinsi Sulawesi Selatan bersama dengan Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah juga merupakan sentra produksi kakao yang mamasok sekitar 71 persen dari produk nasional. Sementara itu, Provinsi Gorontalo fokus pada produksi jagung. Hampir 50 persen produksi jagung wilayah Sulawesi berasal dari Provinsi Gorontalo, sedangkan Provinsi Sulawesi Utara khususnya Teluk Tomini merupakan penghasil ikan dengan tingkat produksi mencapai hampir 47 persen dari total produksi wilayah. Komoditas perikanan yang memegang peranan penting dalam pendapatan ekspor di Provinsi Sulawesi Utara, antara lain ikan tongkol, kerapu, tuna, udang, rumput laut, teripang, dan mutiara. Potensi lainnya yang bisa dikembangkan sebagai sektor unggulan adalah wisata bahari taman laut dan wisata budaya. Kegiatan investasi di wilayah Sulawesi masih didominasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dengan perkembangan yang fluktuatif. PMDN wilayah Sulawesi pada tahun 2004 sebesar 1,07 persen dari total PMDN nasional dan pada tahun 2008 meningkat menjadi sebesar 5,63 persen terhadap total PMDN nasional. Penanaman modal asing (PMA) di wilayah Sulawesi cenderung kecil. Kontribusi PMA di wilayah Sulawesi adalah sebesar 0,60 persen terhadap total PMA secara nasional pada tahun 2004 dan sebesar 0,44 persen terhadap total PMA secara nasional pada tahun 2008. Produk domestik regional bruto (PDRB) perkapita wilayah Sulawesi terus mengalami peningkatan dengan tingkat ketimpangan antarprovinsi relatif kecil. Gambaran mengenai PDRB perkapita dengan migas atas dasar harga konstan di wilayah Sulawesi dapat dilihat pada Tabel 5.2. TABEL 5.2 PDRB PERKAPITA DENGAN MIGAS WILAYAH TAHUN 2004 2008 ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 (DALAM RIBU RUPIAH) Provinsi 2004 2005 2006 2007 2008 Sulawesi Utara 5,628 5,945 6,222 6,559 6,988 Sulawesi Tengah 4,850 5,083 5,383 5,711 6,057 Sulawesi Selatan 4,642 4,863 5,118 5,368 5,708 Sulawesi Tenggara 3,890 4,126 4,347 4,594 4,824 Gorontalo 2,108 2,166 2,294 2,436 2,593 Sulawesi Barat - 3,152 3,317 3,509 3,751 Sumber : Badan Pusat Statistik III.5-3

Jumlah pengangguran terbuka di wilayah Sulawesi menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Provinsi Sulawesi Selatan tertinggi. Namun, persentase pengangguran terbuka tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Utara. Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Barat memiliki jumlah dan tingkat pengangguran paling rendah di tingkat wilayah, tetapi juga memiliki PDRB per kapita yang paling rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian dan perkebunan di kedua provinsi ini mampu menyerap tenaga kerja, namun memiliki nilai tambah relatif kecil. Secara lebih terperinci, perkembangan jumlah pengangguran terbuka di wilayah Sulawesi antara tahun 2006 sampai dengan 2008 dapat dilihat pada Gambar 5.2. GAMBAR 5.2 JUMLAH PENGANGGURAN WILAYAH TAHUN 2006 2008 450 400 350 Ribu Orang 2006 2007 300 2008 250 200 150 100 50 0 Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulwesi Barat Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah) Perkembangan tingkat kemiskinan di wilayah Sulawesi selama periode 2007 2009 cederung menurun. Namun, kecuali Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, tingkat kemiskinan semua provinsi di wilayah Sulawesi masih lebih tinggi daripada tingkat kemiskinan nasional sebesar 14,2 persen. Gambaran secara lengkap persentase kemiskinan di wilayah Sulawesi dapat dilihat pada Tabel 5.3 sebagai berikut. III.5-4

TABEL 5.3 PERSENTASE KEMISKINAN WILAYAH TAHUN 2007 2009 Provinsi 2007 2008 2009 Sulawesi Utara 11,4 10,1 9,8 Gorontalo 27,4 24,9 25,0 Sulawesi Tengah 22,4 20,8 19,0 Sulawesi Selatan 14,1 13,3 12,3 Sulawesi Tenggara 21,3 19,5 18,9 Sulawesi Barat 19,0 16,7 15,3 Sumber : Badan Pusat Statistik Indeks pembangunan manusia (IPM) tahun 2007 2008 menunjukkan perbaikan untuk setiap provinsi di wilayah Sulawesi. Dari 6 (enam) provinsi yang ada di wilayah Sulawesi, hanya Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki nilai IPM lebih tinggi dari nilai IPM nasional. Meskipun terdapat peningkatan nilai IPM dari tahun 2007 ke tahun 2008, hanya Provinsi Sulawesi Barat yang mengalami peningkatan peringkat dari 28 menjadi 27 (Gambar 5.3). Secara nasional IPM Provinsi Sulawesi Utara berada pada peringkat ke-2, sementara provinsi lainnya berada di peringkat ke-20 ke bawah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia di wilayah Sulawesi disebabkan oleh belum meratanya jangkauan pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan dan rendahnya mutu pelayanan pendidikan dan kesehatan terutama di daerah perdesaan dan pedalaman. GAMBAR 5.3 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA WILAYAH TAHUN 2007 2008 76 74 75,16 2007 2008 72 70 70,09 70,22 69,00 69,29 68,55 68 66 64 62 UTARA TENGAH SELATAN TENGGARA GORONTALO BARAT Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah) III.5-5

Di bidang kesehatan, permasalahan akses pelayanan kesehatan tergambar dalam kesenjangan umur harapan hidup antarprovinsi, kondisi geografis wilayah, dan aksesibilitas kawasan perdesaan. Rata-rata penduduk di Provinsi Sulawesi Utara memiliki harapan hidup selama 72 tahun lebih dan secara umum terjadi peningkatan umur harapan hidup hingga 2008. Namun, penduduk di Provinsi Sulawesi Tengah hanya memiliki harapan hidup 66 tahun. Perkembangan Umur Harapan Hidup antarprovinsi di wilayah Sulawesi dapat dilihat pada Gambar 5.4 sebagai berikut. GAMBAR 5.4 UMUR HARAPAN HIDUP WILAYAH TAHUN 2007 2008 BARAT GORONTALO TENGGARA 66,20 67,40 67,40 2008 2007 SELATAN 69,60 TENGAH 66,10 UTARA 72,1 Tahun 60.00 65.00 70.00 75.00 Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah) Rata-rata lama sekolah tahun 2008 tertinggi di Sulawesi Utara sebesar 8,8 tahun dan terendah di Gorontalo sebesar 6,91 tahun (Gambar 5.5). Kondisi ini menunjukkan adanya disparitas yang cukup tinggi dari aspek kualitas sumber daya manusia di wilayah Sulawesi, khususnya dalam akses memperoleh layanan pendidikan. III.5-6

GAMBAR 5.5 RATA-RATA LAMA SEKOLAH WILAYAH TAHUN 2007 2008 BARAT GORONTALO TENGGARA 6,99 6,91 7,74 2008 2007 SELATAN 7,23 TENGAH 7,81 UTARA 8,80 Tahun 6.00 7.00 8.00 9.00 Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah) Wilayah Sulawesi menghadapi kendala sarana dan prasarana transportasi, antara lain belum meratanya ketersediaan prasarana, kurang memadainya mutu, dan lemahnya integrasi jaringan transportasi multimoda antarwilayah. Dengan letak geografis yang strategis, wilayah Sulawesi berpotensi menjadi hub jaringan transportasi laut antarnegara dan antarpulau dalam rangka mendukung perdagangan luar negeri. Jaringan pelabuhan Makassar, Bitung, Pantoloan, Kendari, Bau-bau, dan Anggrek berperan strategis dalam upaya peningkatan perdagangan, baik di wilayah Sulawesi maupun maupun kawasan Indonesia timur. Keterkaitan antarwilayah di Sulawesi juga menghadapi hambatan belum optimalnya integrasi jaringan jalan lintas serta belum terintegrasinya jalur penerbangan antarprovinsi. Wilayah Sulawesi juga menghadapi terbatasnya ketersediaan energi listrik sebagai akibat rendahnya pasokan tenaga listrik. Keterbatasan ini menghambat upaya peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan. Saat ini pasokan energi listrik di wilayah Sulawesi berasal dari sistem kelistrikan Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo (Sistem Suluttenggo) dan Sistem Kelistrikan Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Provinsi Sulawesi Barat (Sistem Sulserabar). Rasio elektrifikasi tahun 2007 untuk Provinsi Sulawesi Utara 66,6 persen, Sulawesi Tengah 47,6 persen, Gorontalo 48,7 persen, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat 54,9 persen, serta Sulawesi Tenggara 38,2 persen. Infrastruktur strategis lainnya adalah irigasi yang penting untuk mendukung peran wilayah Sulawesi sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Berdasarkan data tahun 2006, daerah irigasi wilayah Sulawesi sekitar 21 persen dari total daerah irigasi nasional yang tersebar di Sulawesi Selatan sekitar 69 persen, Sulawesi Tengah sekitar, 16 persen, Sulawesi Tenggara sekitar 7 persen, Sulawesi Utara sekitar 6 persen, dan Gorontalo sekitar 2 persen. III.5-7

BOLAANG MONGONDOW UTARA KOTA KOTAMOBAGU BOLAANG MONGONDOW KOTA MANADO MINAHASA UTARA KOTA BITUNG KOTA T OMOHON MINAHASA MINAHASA TENGG ARA MINAHASA SELATAN KEPULAUAN SANGIHE SI AU T AGULA NDA NG BIARO KEPULAUA N TALAUD Wilayah Sulawesi memiliki kekayaan sumber daya alam cukup tinggi berupa hutan, bahan tambang, lahan yang cocok untuk pertanian, serta sumber daya kelautan. Pemanfaatan lahan di wilayah Sulawesi sebagian besar untuk perkebunan. Penggunaan lahan sawah di wilayah Sulawesi seluas 830 ribu Ha, yaitu sekitar 66 persen di Sulawesi Selatan. Potensi bahan tambang meliputi nikel, emas, migas, dan batu gamping/kapur. Pemanfaatan sumber daya mineral pertambangan di Sulawesi sangat potensial bagi perkembangan ekonomi regional. Sementara itu, potensi sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik yang dimiliki wilayah Sulawesi cukup beragam, yaitu mulai dari minyak bumi, batu bara, air (PLTA, minihidro, dan mikrohidro), dan panas bumi. Kondisi wilayah Sulawesi dicirikan oleh topografi yang beragam. Sebagian besar wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara merupakan pesisir, sedangkan Sulawesi Barat berupa daerah perbukitan yang mencakup 52 persen desa. Wilayah berbukit dan bergunung umumnya memiliki karakteristik tidak stabil dan mudah longsor terutama akibat meningkatnya pembukaan hutan. Hal ini terlihat dari kejadian bencana alam dalam tiga tahun terakhir yang didominasi oleh bencana longsor dan angin puting beliung. Di samping itu, kerawanan bencana juga muncul dari aktivitas gunung berapi serta pertemuan subduksi lempeng Indoaustralia dan Eurasia yang memiliki potensi bencana gempa bumi diikuti tsunami. GAMBAR 5.6 PETA KAWASAN PERBATASAN DI WILAYAH Sumber : Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (diolah) Dalam hal pertahanan dan keamanan, wilayah Sulawesi bagian utara yang berdekatan dengan Filipina sangat rawan dengan tingginya konflik separtisme di Pulau Mindanao bagian Selatan (Gambar 5.6). Risiko gangguan keamanan yang muncul adalah penyusupan jaringan sistemik teroris dan penyelundupan senjata api dan barang-barang III.5-8

berbahaya lainnya. Selain itu, wilayah Sulawesi juga pernah terjadi konflik horizontal. Permasalahan tersebut tidak mudah untuk ditanggulangi mengingat upaya deteksi dan pencegahan dini secara lebih cepat, tepat, dan berkelanjutan menghadapi tantangan terbatasnya prasarana dan sarana perhubungan khususnya pelabuhan laut dan komunikasi, terutama di pulau-pulau terpencil. Perkembangan pascakonflik menunjukkan tren pemulihan yang semakin kondusif dan masyarakat telah kembali beraktivitas secara normal. Tantangan ke depan adalah membangun kesadaran hukum di tingkat masyarakat, meningkatkan kemampuan institusi penegak keamanan dan ketertiban dan merevitalisasi modal sosial yang hidup di tengah masyarakat. 5.2. Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah Sulawesi, sebagai salah satu pulau besar di Indonesia, sangat penting dalam mendukung peningkatan kinerja pembangunan nasional. Wilayah Sulawesi berpotensi besar sebagai pusat pertumbuhan di kawasan Timur Indonesia dan subregional ASEAN. Dengan kondisi ini, wilayah Sulawesi memiliki akses perdagangan yang cukup strategis. Dengan peran strategisnya, serta dalam upaya penguatan sinergi antara pusat dan daerah, serta antardaerah, pada tahun 2011, pembangunan wilayah Sulawesi diarahkan untuk menjadi salah satu lumbung pangan nasional dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan; mengembangkan bioenergi; serta meningkatkan dan memperluas perdagangan, jasa dan pariwisata bertaraf internasional. Pengembangan wilayah Sulawesi sebagai sentra produksi pertanian dan perikanan dan lumbung pangan nasional dilaksanakan dengan strategi meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan perkebunan, serta meningkatkan produksi dan efisiensi usaha perikanan tangkap. Upaya pengembangan jalur wisata alam dan budaya dilakukan dengan strategi memperkuat jalur wisata Toraja-Tomohon-Bunaken dengan Bali. Sementara itu, arah kebijakan di sektor energi yaitu meningkatkan kapasitas dan integrasi sistem jaringan listrik, yang dilaksanakan dengan strategi meningkatkan kapasitas dan integrasi sistem jaringan listrik serta diversifikasi sumber energi primer. Dalam upaya pemantapan tata kelola di wilayah Sulawesi, arah kebijakan yang diambil yaitu penguatan daerah otonom dan kualitas pelayanan publik, yang dilaksanakan melalui peningkatan kualitas legislasi dan regulasi; penegakan hukum, HAM, dan pemberantasan korupsi; serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Dalam upaya mengembangkan wilayah Sulawesi sebagai lumbung pangan nasional, kebijakan pengembangan wilayah Sulawesi juga perlu tetap memperhatikan pengembangan gugus industri unggulan wilayah, pengembangan wilayah Sulawesi sebagai satu kesatuan ekonomi domestik melalui pengembangan integrasi sistem jaringan transportasi, pengembangan Sulawesi sebagai hub Kawasan Timur Indonesia melalui peningkatan kapasitas pelayanan pelabuhan Makassar dan Bitung, peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan ketahanan dan harmonisasi masyarakat, pembangunan kawasan perbatasan sebagai beranda depan wilayah nasional, pengembangan pusat pertambangan aspal, nikel, minyak, dan gas bumi dengan prinsip-prinsip berkelanjutan serta peningkatan daya dukung lingkungan melalui pelestarian dan merehabilitasi kawasan berfungsi lindung III.5-9

yang bervegetasi hutan dan peningkatan upaya mitigasi bencana khususnya di kawasan perkotaan nasional 5.3. Tujuan dan Sasaran Berdasarkan arahan pengembangan wilayah Sulawesi, tujuan pembangunan wilayah Sulawesi pada tahun 2011, adalah: 1. meningkatkan standar hidup masyarakat di wilayah Sulawesi; 2. meningkatkan produksi dan produktivitas sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan di wilayah Sulawesi; 3. meningkatkan ketersediaan, kualitas, dan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana transportasi, baik darat, laut, maupun udara; 4. meningkatkan jumlah, mutu dan jangkauan sistem jaringan prasarana dasar (jalan, pelabuhan, lapangan udara, telekomunikasi, listrik dan telepon); 5. meningkatkan aksesibilitas masyarakat wilayah Sulawesi terhadap pelayanan publik dasar; 6. mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah Sulawesi bagian selatan, Sulawesi bagian tengah dan Sulawesi bagian utara; 7. terwujudnya jati diri dan karakter bangsa yang tangguh dan toleran; 8. meningkatkan peran wilayah Sulawesi sebagai lumbung pangan nasional; 9. meningkatkan kesiapan daerah dalam menghadapi bencana alam; 10. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung hingga mencapai luasan minimal 40 persen dari luas wilayah Sulawesi. Dengan demikian, sasaran pengembangan wilayah Sulawesi pada tahun 2011 adalah sebagai berikut. 1. Meningkatnya standar hidup masyarakat wilayah Sulawesi yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan, yaitu : pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, pengangguran, angka kematian bayi, angka harapan hidup, serta pendapatan perkapita. 2. Meningkatkan produksi dan produktivitas sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan di wilayah Sulawesi. 3. Meningkatkan ketersediaan, kualitas, dan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana transportasi, baik darat, laut, maupun udara. 4. Meningkatnya jumlah, mutu dan jangkauan sistem jaringan prasarana dasar (jalan, pelabuhan, lapangan udara, telekomunikasi, listrik dan telepon). 5. Meningkatnya aksesibilitas masyarakat wilayah Sulawesi terhadap pelayanan publik dasar. 6. Terwujudnya keseimbangan pembangunan wilayah Sulawesi bagian selatan, Sulawesi bagian tengah dan Sulawesi bagian utara. 7. Terwujudnya jati diri dan karakter bangsa yang tangguh dan toleran, yang antara lain ditandai dengan meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap III.5-10

nilai budaya yang positif dan produktif, serta meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap keragaman dan kekayaan budaya. 8. Meningkatnya kontribusi wilayah Sulawesi sebagai lumbung pangan nasional. 9. Meningkatnya kesiapan daerah dalam menghadapi bencana. 10. Mewujudkan kawasan lindung hingga mencapai luas minimal 40 persen dari luas wilayah Sulawesi. TABEL 5.4 SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI, KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI WILAYAH TAHUN 2011 PROVINSI Pertumbuhan Kemiskinan Ekonomi (%) 1) (%) 2) Pengangguran (%) 3) Sulawesi Utara 6,05-6,68 7,64-7,40 9,48-10,50 Sulawesi Tengah 8,63-9,28 16,02-15,69 6,28-6,95 Sulawesi Selatan 6,53-7,48 10,03-9,66 6,28-7,00 Sulawesi Tengggara 7,63-8,05 17,00-16,62 3,30-3,65 Gorontalo 6,85-7,60 22,97-22,63 4,18-4,55 Sulawesi Barat 5,90-6,63 13,05-12,95 3,75-4,13 Sumber : Perhitungan Bappenas;BPS; Susenas; *Keterangan: 1) 2) 3) Pertumbuhan Ekonomi: persentase laju perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kemiskinan: persentase jumlah penduduk miskin terhadap total jumlah penduduk. Pengangguran: persentase jumlah pengangguran terbuka terhadap total angkatan kerja. TABEL 5.5 SASARAN ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA HARAPAN HIDUP, DAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH DI WILAYAH TAHUN 2011 PROVINSI Angka Kematian Rata-Rata Lama Angka Harapan Bayi1) Sekolah2) Hidup3) Sulawesi Utara 9,9 8,8 75,1 Sulawesi Tengah 32,1 8,0 69,1 Sulawesi Selatan 25,0 7,5 71,1 Sulawesi Tengggara 26,4 7,9 70,7 Gorontalo 27,5 7,1 70,4 Sulawesi Barat 25,0 7,9 71,1 Sumber : Perhitungan Bappenas;BPS; Susenas; *Keterangan: 1) Angka Kematian Bayi: jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. 2) Rata-rata Lama Sekolah: rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. 3) Angka Harapan Hidup: perkiraan lama hidup rata-rata penduduk. III.5-11

5.4. Strategi Pengembangan Wilayah Untuk mencapai arah kebijakan, serta tujuan dan sasaran pengembangan wilayah Sulawesi, serta dengan mempertimbangkan titik berat pembangunan pada tahun 2011 yaitu pelaksanaan sinergi pusat dan daerah serta pemantapan tata kelola, maka beberapa strategi pengembangan wilayah Sulawesi tahun 2011, dijabarkan sebagai berikut: (1) Dalam upaya mendukung pengembangan wilayah Sulawesi sebagai sentra produksi pertanian dan perikanan serta lumbung pangan nasional, maka strategi pengembangan yang perlu dilakukan yaitu: a. meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan perkebunan; b. meningkatkan produksi dan efisiensi usaha perikanan tangkap; (2) Dalam upaya pengembangan jalur wisata alam dan budaya, maka strategi pengembangan yang perlu dilakukan yaitu: memperkuat jalur wisata Toraja- Tomohon-Bunaken dengan Bali. (3) Dalam upaya peningkatan kapasitas dan integrasi sistem jaringan listrik, maka strategi pengembangan yang perlu dilakukan yaitu: a. meningkatkan kapasitas dan integrasi sistem jaringan listrik; b. diversifikasi sumber energi primer. (4) Dalam upaya penguatan daerah otonom dan kualitas pelayanan publik untuk mendukung pemantapan tata kelola, maka strategi pengembangan yang perlu dilakukan yaitu: a. meningkatkan kualitas legislasi dan regulasi; b. meningkatkan penegakan hukum, HAM, dan pemberantasan korupsi; c. meningkatkan kualitas pelayanan publik. Disisi lain arah pembangunan wilayah Sulawesi tahun 2011 menjadi bagian integral dalam pengembangan wilayah Sulawesi tahun 2010-2014, sehingga seluruh kegiatan pembangunan perlu dilakukan secara sinergis dengan memperhatikan berbagai strategi pengembangan wilayah Sulawesi secara keseluruhan. Dengan demikian, pembangunan wilayah Sulawesi akan tetap mempertimbangkan arah kebijakan Wilayah Sulawesi tahun 2010-2014 yaitu: (1) Pengembangan gugus industri unggulan wilayah, dengan strategi: a. mengembangkan Manado-Bitung sebagai pusat industri pengolahan berbasis hasil laut; b. mengembangkan Gorontalo, Palu, Kendari, dan Mamuju sebagai pusat industri pengolahan tanaman pangan dan hortikultura; c. mengembangkan metropolitan Maminasata sebagai pusat industri pengolahan berbasis pertanian dan perkebunan; (2) Pengembangan wilayah Sulawesi sebagai satu kesatuan ekonomi domestik, dengan strategi: a. mengembangkan integrasi sistem jaringan transportasi darat lintas Sulawesi; b. meningkatkan intensitas perhubungan laut; c. meningkatkan integrasi jaringan perhubungan udara. (3) Pengembangan Sulawesi sebagai hub Kawasan Timur Indonesia, dilaksanakan dengan strategi meningkatkan kapasitas pelayanan pelabuhan Makassar dan Bitung. (4) Peningkatan kualitas sumber daya manusia, dilaksanakan dengan strategi: a. meningkatkan akses pendidikan dan pelatihan ketrampilan kerja; b. memperluas III.5-12

jangkauan pelayanan kesehatan; c. meningkatkan efektivitas dan sinergi program penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial. (5) Penguatan ketahanan dan harmonisasi masyarakat dilaksanakan dengan strategi: a. memperkuat kelembagaan dan kearifan lokal; b. meningkatkan kerja sama lintas agama, suku, ras, antara pemerintah-masyarakat. (6) Pembangunan kawasan perbatasan sebagai beranda depan wilayah nasional dengan strategi: a. meningkatkan stabilitas keamanan dan ketertiban kawasan perbatasan; b. meningkatkan kegiatan ekonomi lokal dan keterkaitan kawasan perbatasan dengan pusat pertumbuhan terdekat. (7) Peningkatan daya dukung lingkungan dan mitigasi bencana, dengan strategi: a. Meningkatkan kualitas penataan ruang wilayah. b. Meningkatkan penegakan hukum dalam pengendalian pemanfaatan ruang, sumber daya alam dan lingkungan hidup. c. Memperkuat mitigasi bencana. (8) Pengembangan sentra pertambangan nikel, aspal, serta minyak dan gas bumi yang didukung dengan industri pengolahan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan strategi: a. mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pertambangan nikel, aspal, serta minyak dan gas bumi dengan prinsip-prinsip berkelanjutan; b. mengembangkan sentra pertambangan nikel, aspal, serta minyak dan gas bumi pada kawasan andalan yang memiliki sektor unggulan dengan prinsip berkelanjutan. 5.5 Matriks Program dan Kegiatan Wilayah III.5-13