LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012"

Transkripsi

1 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU III: Pembangunan Berdimensi Kewilayahan DIPERBANYAK OLEH : KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) [Type text]

2

3 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU III : Pembangunan Berdimensi Kewilayahan

4

5 DAFTAR ISI BAB I ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN Pendahuluan III Gambaran Kesenjangan Wilayah III Perekonomian Wilayah III Kesejahteraan Sosial dan Kependudukan III Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup III Sarana dan Prasarana III Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Tahun III Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah Tahun III Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Besar III Pengembangan Wilayah Laut III Pengembangan Kawasan III Percepatan Pembangunan Wilayah III Sasaran Pembangunan Tahun III Sasaran Pembangunan Nasional III Sasaran Pembangunan Provinsi III Keterkaitan Antarwilayah III.1-25 BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN Kondisi Wilayah Sumatera Saat Ini III Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Sumatera III Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Sumatera III.2-7 Lampiran Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Sumatera Peta Koridor Ekonomi Sumatera Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) i

6 BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN Kondisi Wilayah Jawa-Bali Saat Ini III Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Jawa-Bali III Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Jawa-Bali III.3-6 Lampiran Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Jawa Bali Peta Koridor Ekonomi Jawa Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Peta Koridor Ekonomi Bali Nusa Tenggara Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN Kondisi Wilayah Kalimantan Saat Ini III Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Kalimantan III Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Kalimantan III.4-7 Lampiran Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Kalimantan Peta Koridor Ekonomi Kalimantan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN Kondisi Wilayah Sulawesi Saat Ini III Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Sulawesi III Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Sulawesi III.5-6 Lampiran Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Sulawesi Peta Koridor Ekonomi Sulawesi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ii

7 BAB VI PENGEMBANGAN WILAYAH NUSA TENGGARA TAHUN Kondisi Wilayah Nusa Tenggara Saat Ini III Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara III Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara III.6-6 Lampiran Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Nusa Tenggara Peta Koridor Ekonomi Bali Nusa Tenggara Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini III Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Maluku III Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Maluku III.7-6 Lampiran Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Maluku Peta Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN Kondisi Wilayah Papua Saat Ini III Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Papua III Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Papua III.8-6 Lampiran Peta Persebaran Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Wilayah Papua Peta Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) iii

8 BAB IX KAIDAH PELAKSANAAN 9.1 Sinergi antara Pusat-Daerah dan Antar Daerah III Sinergi dalam Kerangka Perencanaan Kebijakan III Sinergi dalam Kerangka Regulasi III Sinergi dalam Kerangka Anggaran III Sinergi dalam Kerangka Kelembangaan dan Aparatur Daerah III Sinergi dalam Kerangka Pengembangan Wilayah III Penguatan Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat III Urgensi Penguatan Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat III Pelaksanaan III Kaidah Sinergi Antarsektoral, AntarPusat-Daerah dan AntarDaerah III.9-10 iv

9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Target Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran dan Kemiskinan Wilayah (Dalam Persen) III.1-26 Tabel 2.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Sumatera III.2-4 Tabel 2.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran Di Wilayah Sumatera Tahun III.2-6 Tabel 2.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Sumatera Tahun III.2-7 Tabel 2.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Sumatera Tahun III.2-9 Tabel 3.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Jawa-Bali III.3-2 Tabel 3.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran Di Wilayah Jawa-Bali Tahun III.3-6 Tabel 3.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Jawa-Bali Tahun III.3-6 Tabel 3.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Jawa-Bali Tahun III.3-9 Tabel 4.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Kalimantan III.4-2 Tabel 4.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran Di Wilayah Kalimantan Tahun III.4-6 Tabel 4.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Kalimantan Tahun III.4-6 Tabel 4.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Kalimantan Tahun III.4-9 Tabel 5.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Sulawesi III.5-2 Tabel 5.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran Di Wilayah Sulawesi Tahun III.5-6 Tabel 5.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Sulawesi Tahun III.5-6 Tabel 5.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Sulawesi Tahun III.5-9 Tabel 6.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Nusa Tenggara III.6-2 Tabel 6.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran Di Wilayah Nusa Tenggara Tahun III.6-5 Tabel 6.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Nusa Tenggara Tahun III.6-5 Tabel 6.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara Tahun III.6-9 v

10 Tabel 7.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Maluku III.7-4 Tabel 7.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran Di Wilayah Maluku Tahun III.7-5 Tabel 7.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Maluku Tahun III.7-5 Tabel 7.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Maluku Tahun III.7-8 Tabel 8.1 Perkembangan Pembangunan Wilayah Papua III.8-2 Tabel 8.2 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran Di Wilayah Papua Tahun III.8-6 Tabel 8.3 Sasaran Angka Kematian Bayi, Umur Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah, dan Pendapatan Per Kapita di Wilayah Jawa-Bali Tahun III.8-6 Tabel 8.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Jawa-Bali Tahun III.8-9 vi

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 1.4 Gambar 1.5 Gambar 1-6 Gambar 1-7 Gambaran Kesenjangan Perekonomian Antarwilayah III.1-2 Gambaran Kesenjangan Sosial dan Kependudukan Antarwilayah III.1-3 Gambaran Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Antarwilayah III.1-4 Gambaran Kesenjangan Sarana dan Prasarana Antarwilayah III.1-5 Pengembangan Enam Koridor Ekonomi III.1-7 Penjabaran Tema RKP 2012 Dalam Rencana Pembangunan Berdimensi Kewilayahan III.1-9 Sinkronisasi Rencana Pembangunan Wilayah dengan Pembangunan Sektor III.1-29 vii

12

13 BAB I ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN

14

15 BAB I ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN Pendahuluan Berbagai keberhasilan pembangunan selama ini telah membuahkan hasil bagi kemajuan setiap wilayah, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun, dengan latar belakang struktur demografi, geografis, infrastruktur dan ekonomi yang tidak sama, serta kapasitas sumber daya manusia yang berbeda, menyebabkan masih adanya kesenjangan kinerja pembangunan antarwilayah yang selanjutnya perbaikan kesejahteraan masyarakat tidak selalu sama dan merata di seluruh wilayah. Isu-isu terkini yang berkembang serta menjadi bahan pertimbangan didalam proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012 diantaranya adalah: (1) Perlunya upaya penguatan ketahanan pangan (dalam upaya menjaga ketersediaan bahan pokok) dan energi; (2) Percepatan pengurangan kemiskinan; (3) Perlunya upaya untuk meningkatkan keterlibatan semua pemangku kepentingan didalam proses pembangunan; (4) Perlunya meningkatkan nilai tambah pemanfaatan potensi dan peluang sumberdaya alam, bonus demografi, relokasi industri, dan pasar domestik yang besar; serta (5) Implementasi upaya-upaya pembangunan berkelanjutan. Dengan memperhatikan berbagai isu yang berkembang tersebut serta mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) maka telah ditentukan tema RKP 2012 yaitu Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Prioritas pembangunan nasional yang akan mendukung pelaksanaan RKP Tahun 2012 masih akan bertumpu pada 11 Prioritas Nasional yaitu: (1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola; (2) Pendidikan; (3) Kesehatan; (4) Penanggulangan Kemiskinan; (5) Ketahanan Pangan; (6) Infrastruktur; (7) Iklim Investasi dan Usaha; (8) Energi; (9) Lingkungan Hidup dan Bencana; (10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluas, dan Pasca Konflik; (11) Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi, serta 3 Prioritas Lainnya yaitu: (1) Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; (2) Bidang Perekonomian dan; (3) Bidang Kesejahteraan Rakyat, sebagaimana telah tertuang didalam RPJMN Pencapaian prioritas nasional tersebut akan diselaraskan dengan program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (P3EI) yang dilaksanakan melalui four track strategy yaitu pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment dan pengembangan programprogram percepatan pengurangan kemiskinan yaitu: Klaster 1 (pertama) Program Bantuan Sosial Berbasis Keluarga, Klaster 2 (kedua) Program Pemberdayaan Masyarakat, Klaster 3 (ketiga) Program Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro, serta Klaster 4 (keempat) Program Pro Rakyat. Buku III Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012 Pembangunan Berdimensi Kewilayahan merupakan kebijakan, program, dan kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Perangkat Daerah di setiap wilayah yang untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional tahun Pengembangan wilayah didasarkan pada pembagian 7 (tujuh) wilayah, yaitu: Sumatera, RKP 2012 III.1-1

16 Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Penyusunan program dan kegiatan prioritas didalam RKP Buku III Tahun 2012 menitikberatkan kepada sinergi pusat-daerah dengan mempertimbangkan berbagai hal, yaitu: (1) keterkaitan antarwilayah dari segi sosial, ekonomi, budaya dan politik sebagai perwujudan wawasan nusantara dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, (2) potensi dan isu strategis di setiap wilayah, (3) tujuan dan sasaran pembangunan setiap wilayah sesuai dengan tujuan dan sasaran RPJPN dan RPJMN , (4) strategi dan arah kebijakan dengan memperhatikan rencana tata ruang pulau dan pola pemanfaatan ruang yang optimal, serta (5) memperhatikan keterkaitan lintas sektor dan lintas wilayah secara lebih efektif dan efisien Gambaran Kesenjangan Wilayah Perekonomian Wilayah Wilayah Jawa Bali menjadi pusat kegiatan ekonomi dengan sumbangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 59 persen dan wilayah Sumatera sekitar 23,2 persen, sementara sumbangan wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua hanya sekitar 17 persen. Tingginya PDRB Wilayah Jawa-Bali, dan Sumatera disebabkan oleh perkembangan aktivitasnya yang cukup pesat dan dukungan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang aktivitas yang cukup memadai dibandingkan wilayah lainnya yang masih mengandalkan ketersediaan sumberdaya alam, sedangkan sektor sekunder dan tersier perkembangannya relatif lambat. GAMBAR 1.1 GAMBARAN KESENJANGAN PEREKONOMIAN ANTARWILAYAH Sumber : Badan Pusat Statistik III.1-2 RKP 2012

17 Kesejahteraan Sosial dan Kependudukan Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, penyebaran penduduk terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali yaitu sebesar 59,1 persen, diikuti wilayah Sumatera sebesar 21,3 persen, sementara konsentrasi penduduk terendah di wilayah Maluku sebesar 1 persen. Sementara itu, distribusi tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan antarwilayah pada tahun 2010 menunjukkan konsentrasi tingkat pengangguran dan kemiskinan di wilayah Sumatera dan Jawa-Bali. Oleh karena itu, pengentasan kemiskinan dan pengangguran perlu difokuskan pada kantong-kantong pengangguran dan kemiskinan di tiap wilayah. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan sebagian besar berada di Bagian Timur Indonesia. Meskipun demikian, perkembangan IPM di wilayah timur Indonesia masih reatif tertingal dibandingkan wilayah barat Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan peningkatan kualitas manusia perlu diprioritaskan di wilayah timur Indonesia. GAMBAR 1.2 GAMBARAN KESENJANGAN SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN ANTARWILAYAH Sumber : Badan Pusat Statistik Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Sebaran lahan kritis paling besar berada di wilayah Kalimantan sebesar 35,88 persen dan wilayah Sumatera sebesar 33,29 persen. Sedangkan sebaran luas lahan kritis paling rendah berada di wilayah Maluku dan Jawa Bali sebesar 3,09 persen dan 4,49 persen. Potensi sumber energi untuk tiap wilayah di Indonesia sangat beragam baik yang RKP 2012 III.1-3

18 berasal dari energi fosil maupun energi non-fosil (energi terbarukan). Wilayah Nusa Tenggara adalah satu-satunya wilayah yang relatif tidak memiliki energi fosil sehingga memiliki potensi untuk menjadi daerah yang menerapkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan. Selain itu untuk wilayah Indonesia Timur (terutama Papua dan Maluku) memerlukan perhatian dan perlakuan yang khusus mengingat kondisi topografi yang cukup sulit untuk melaksanaan pembangunan serta kecenderungan pusat beban yang jauh dari sumber energi GAMBAR 1.3 GAMBARAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP ANTARWILAYAH Persentase LahanKritis Sumatera (2007) 33,29% PersentaseLahan Kritis Kalimantan (2007): 35,88% PersentaseLahan Kritis Sulawesi (2007) : 7,99% PersentaseLahan Kritis Maluku (2007) : 3,09% Persentase LahanKritis Jawa Bali (2007): 4,49% Persentase LahanKritis Nusa Tenggara (2007): 6,74% PersentaseLahan Kritis Papua (2007): 5,88% Sumber : 1. Statistik Kehutanan, Kementerian Kehutanan 2. Rencana Umum Kelistrikan Nasional (RUKN) Keterangan : *) tidak termasuk potensi di Jawa Barat, III.1-4 RKP 2012

19 Sarana dan Prasarana Panjang jalan nasional dengan kondisi mantap secara persentase lebih besar berada di wilayah Sumatera, Jawa-Bali dan Sulawesi. Sementara, wilayah lainnya, kondisi jalan mantap masih berada dibawah 75 persen. Meskipun demikian, kondisi jalan mantap di wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan berdasarkan rasio elektrifikasi, wilayah Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan dan Maluku sudah mencapai di atas 60 persen. Wilayah Sulawesi mencapai 59 persen. Sedangkan wilayah Nusa Tenggara dan Papua masih sangat rendah yaitu sekitar 33 dan 30 persen. Jaringan irigasi terluas masih terdapat di wilayah Jawa Bali (44 persen), yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sementara daerah irigasi terluas di luar wilayah Jawa berada di Provinsi Sulawesi Selatan Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan NAD. Dari total 7,47 juta daerah irigasi diseluruh Indonesia, hanya sekitar 11 persen yang ketersediaan airnya dijamin melalui waduk, sedangkan selebihnya masih mengandalkan debit sungai baik melalui bending ataupun free intake. GAMBAR 1.4 GAMBARAN KESENJANGAN SARANA DAN PRASARANA ANTARWILAYAH Sumber : Subdit Data dan Informasi, Direktorat Bina Program, Bina Marga, Kem. PUStatistik Ditjen Ketenagalistrikan KESDM RKP 2012 III.1-5

20 1.3. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Tahun Berdasarkan arahan umum pembangunan wilayah RPJPN , dan prioritas dalam RPJMN , maka arah pengembangan wilayah ditujukan untuk (1) mendorong terwujudnya kemakmuran, kesejahteraan dan kemajuan secara adil dan merata di seluruh wilayah; (2) mendorong pengembangan dan pemerataan pembangunan wilayah secara terpadu sebagai kesatuan kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya dengan memperhatikan potensi, karakteristik dan daya dukung lingkungannya; (3) menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang di dalam kawasan berfungsi lindung dan budidaya dalam satu ekosistem pulau dan perairannya; (4) menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah darat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil dalam satu kesatuan wilayah kepulauan; (5) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas wilayah yang konsisten dengan kebijakan nasional; (6) memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah terjadinya bencana yang lebih besar dan menjamin keberlanjutan pembangunan; (7) menciptakan kesatuan dan keutuhan wilayah darat, laut dan udara sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia; (8) mengurangi gangguan keamanan; dan (9) menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju, mandiri dan adil. Selain itu, pengembangan wilayah juga ditujukan untuk mewujudkan seluruh wilayah nusantara sebagai satu kesatuan sosial, budaya, ekonomi, politik dan pertahanan dan keamanan yang semakin maju, produktif dan berkembang sebagai landasan utama dalam menyambut terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Berdasarkan arah pengembangan wilayah tersebut diatas, maka strategi pengembangan wilayah adalah sebagai berikut: 1. Mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di luar Jawa-Bali dan Sumatera dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera; 2. Meningkatkan keterkaitan antarwilayah melalui peningkatan perdagangan antar pulau untuk mendukung perekonomian domestik; 3. Meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan di tiap wilayah; 4. Mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis dan cepat tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar, dan daerah rawan bencana; serta 5. Mendorong pengembangan wilayah laut dan sektor-sektor kelautan. Arah dan strategi kebijakan pengembangan di setiap wilayah juga mengacu pada arah dan strategi kebijakan yang berbasiskan perencanaan wilayah darat dan perencaan wilayah laut melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Sesuai dengan strategi pengembangan wilayah tahun terutama pada butir (1), (2), dan (3) seperti tersebut diatas, Pemerintah telah menyusun Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Tujuan dari pelaksanaan MP3EI adalah untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang meliputi: sektor industri manufaktur, pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, energi dan pengembangan kawasan strategis nasional. III.1-6 RKP 2012

21 Fokus dari 8 (delapan) program utama tersebut meliputi 22 (dua puluh dua) aktivitas utama yaitu: industri besi-baja, makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, perkapalan, nikel, tembaga, bauksit, kelapa sawit, karet, kakao, perikanan, pariwisata, telematika, batubara, minyak dan gas, serta pengembangan Metropolitan Jabodetabek dan pembangunan Kawasan Selat Sunda. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: a. Mengembangkan 6 (enam) koridor ekonomi indonesia, yaitu: Koridor Sumatera, Koridor Jawa, Koridor Kalimantan, Koridor Sulawesi, Koridor Bali Nusa Tenggara, dan Koridor Papua Kepulauan Maluku. Pembangunan 6 (enam) koridor ekonomi dilakukan melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan di setiap koridor dengan mengembangkan klaster industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK) yang berbasis sumber daya unggulan di setiap koridor ekonomi, sebagaimana tertuang dalam Gambar 1.5. GAMBAR 1.5 PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI INDONESIA Sumber : Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. b. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara internasional (locally integrated, internationally connected). Penguatan konektivitas nasional ditujukan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa, dan mengurangi biaya transaksi (transaction cost) logistik, Hal ini akan dilakukan melalui: Penguatan konektivitas intra dan antar pusat-pusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan, RKP 2012 III.1-7

22 Penguatan konektivitas antar koridor (pulau) untuk memperlancar koleksi dan distribusi bahan baku, bahan setengah jadi dan produk akhir dari dan keluar koridor (pulau), dan; Penguatan konektivitas internasional sebagai pintu keluar dan masuk perdagangan dan pariwisata antar negara; c. Mempercepat peningkatan kemampuan sumberdaya manusia (SDM) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi. Elemen utama untuk percepatan kemampuan SDM dan IPTEK meliputi: Meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan tinggi, kejuruan, dan pelatihan terutama untuk yang terkait dengan pengembangan program utama. Meningkatkan kompetensi teknologi dan ketrampilan/ keahlian tenaga kerja. Meningkatkan kegiatan dan membangun pusat-pusat pengembangan R & D (Center of Excellence) di pusat-pusat pertumbuhan (KEK dan Klaster Industri) di setiap koridor ekonomi melalui kolaborasi antar Pemerintah, Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi. Mengembangkan institusi sistem inovasi nasional yang berkelanjutan Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah Tahun 2012 Sesuai dengan tema Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012 yaitu Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, maka arah kebijakan dan strategi pembangunan wilayah akan dilaksanakan dalam kerangka memperluas basis pertumbuhan dan mempercepat pencapaian sasaran pembangunan, baik secara sektor maupun secara wilayah melalui pemantapan sinergi antarsektor, antara pusat dan daerah dan antardaerah dalam sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dengan mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang ada yang ditujukan untuk menciptakan pembangunan yang merata dan berkeadilan serta meningkatkan kesejahteraan. III.1-8 RKP 2012

23 GAMBAR 1.6 PENJABARAN TEMA RKP 2012 DALAM RENCANA PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN Tema RKP 2012: Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Sinkronisasi antara arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah dengan arah kebijakan dan strategi pengembangan sektoral dilakukan melalui penjabaran ke dalam prioritas RKP 2011 dan diselaraskan dengan program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (P3EI) yang dilaksanakan melalui four track strategy yaitu pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Besar Kebijakan pengembangan wilayah diarahkan untuk mendorong percepatan pembangunan wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan tetap mempertahankan momentum pembangunan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. Percepatan pembangunan wilayah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengurangi kesenjangan. (1) Pengembangan Wilayah Sumatera Kebijakan pengembangan wilayah Sumatera dalam tahun 2012 diarahkan untuk menjadikan wilayah Sumatera sebagai sentra produksi pertanian dan perkebunan dengan meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan perkebunan, khususnya tanaman pangan, hortikulutura, sawit dan karet, serta sebagai sentra produksi perikanan dan hasil laut yang dilakukan dengan meningkatkan produktivitas usaha perikanan dan rumput laut. Wilayah Sumatera juga diarahkan untuk mengembangkan (cluster) industri unggulan yang dilakukan dengan strategi mengembangkan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Medan, Batam, Pekanbaru, dan Palembang sebagai pusat industri pengolahan yang melayani kawasan sentra produksi, sehingga wilayah Sumatera dapat diperhitungkan sebagai salah RKP 2012 III.1-9

24 satu wilayah utama dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sebagai sentra produksi dan industri unggulan, wilayah Sumatera perlu didukung oleh iklim investasi yang kondusif sehingga dapat meningkatkan investasi di wilayah Sumatera. Kebijakan pengembangan wilayah Sumatera juga perlu diarahkan untuk meningkatkan pelaksanaan reformasi birokrasi dan tata kelola yang dilakukan dengan meningkatkan kualitas legislasi, meningkatkan penegakan hukum, Hak Azazi Manusia (HAM), dan pemberantasan korupsi, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik yang terukur dan akuntabel. Pembangunan wilayah Sumatera perlu dilakukan secara sinergis di berbagai sektor dengan tetap mengupayakan pengembangan Sumatera sebagai sentra industri migas dan lumbung energi nasional, pengembangan industri pariwisata alam dan budaya, pengembangan sistem jaringan listrik terintegrasi, penguatan keterkaitan domestik wilayah Sumatera, pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing regional ASEAN, peningkatan program penanggulangan kemiskinan, pengembangan kawasan perbatasan sebagai beranda depan wilayah nasional, dan pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya dukung lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan upaya-upaya percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di wilayah Sumatera serta diikuti upaya pengurangan risiko bencana sebagai prioritas pembangunan melalui penguatan kapasitas penanggulangan bencana. Sesuai RTRWN, pusat-pusat pengembangan di wilayah Sumatera yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk: (1) mendorong pengembangan kota Lhokseumawe, Dumai dan Batam di wilayah Timur dan kota Padang di wilayah Barat sebagai pusat pelayanan primer; (2) mengendalikan pengembangan kawasan perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro), Bandar Lampung dan sekitarnya (dsk), dan Palembang dsk, sebagai pusat pelayanan primer yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya; dan (3) mendorong pengembangan kota Pekanbaru dan Jambi sebagai pusat pelayanan sekunder. Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Sumatera akan dilakukan upaya percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu: kelapa sawit, karet, batubara dalam rangka mempercepat realisasi pengembangan Koridor Ekonomi Sumatera sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional sebagaimana dimaksud diatas. (2) Pengembangan Wilayah Jawa-Bali Arah kebijakan pembangunan Wilayah Jawa-Bali di tahun 2012 ditujukan untuk tetap mempertahankan fungsi Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasional yang akan dilakukan melalui berbagai upaya menetapkan dan mempertahankan kawasan produksi pangan, serta menekankan juga pada pengembangan industri unggulan potensial diberbagai wilayah potensial di Jawa-Bali. Sementara itu dalam upaya percepatan transformasi ekonomi di Wilayah Jawa-Bali akan dilakukan dengan strategi memantapkan PKN Jabodetabek sebagai pusat jasa dan perdagangan berkelas internasional; serta mengembangkan PKN Gerbangkertosusila, Bandung dan Semarang sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional berbasis jasa perdagangan dan industri. III.1-10 RKP 2012

25 Pengembangan Wilayah Jawa-Bali tetap diarahkan untuk mendorong pembangunan Wilayah Selatan Jawa melalui percepatan transformasi struktur ekonomi serta penguatan produktivitas ekonomi dan investasi. Sementara itu, kepadatan penduduk yang terkonsentrasi di Wilayah Jawa-Bali perlu dikembangkan dengan pola distribusi penduduk yang lebih seimbang serta diikuti dengan fokus pada kebijakan pengurangan tingkat pengangguran di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi serta pengurangan tingkat kemiskinan perdesaan dan perkotaan. Sementara itu, pengembangan kapasitas sumberdaya manusia diarahkan sejalan dengan transformasi ekonomi kearah sektor sekunder (industri pengolahan) dan tersier (jasa). Untuk mendorong perekonomian, wilayah Jawa-Bali diarahkan untuk mengembangkan jasa pariwisata dan meningkatkan nilai surplus perdagangan internasional serta meningkatkan kualitas sarana dan prasarana untuk memperlancar arus barang dan jasa dengan mengutamakan pemeliharaan dan pemulihan fungsi kawasan lindung dan sumber daya air dan lahan. Pembangunan Wilayah Jawa-Bali tidak akan terlepas dari dukungan pelaksanaan tata kelola yang baik, oleh karena itu penekanan upaya pemantapan tata kelola di Wilayah Jawa-Bali pada tahun 2012 dilakukan melalui reformasi birokrasi sehingga pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien; mengembangkan sistem pengurusan perizinan yang transparan dan akuntabel serta meningkatkan kredibilitas lembaga hukum. Selain itu, diperlukan upaya-upaya percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana di beberapa wilayah di Jawa-Bali, khususnya bencana banjir, longsor dan gunung berapi serta diikuti upaya pengurangan risiko bencana sebagai prioritas pembangunan melalui penguatan kapasitas penanggulangan bencana untuk meminimalisasi dampak kerugian akibat kejadian bencana alam. Sesuai arahan RTRWN pengembangan Wilayah Jawa-Bali, pusat-pusat pengembangan di wilayah Jawa-Bali yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk: (1) mengendalikan pengembangan secara fisik kawasan Perkotaan Jabodetabek, Bandung, Gerbangkertosusila, dan Denpasar sebagai pusat pelayanan primer dengan memperhatikan daya dukung lingkungannya; (2) mendorong pengembangan kawasan perkotaan Yogyakarta dan sekitarnya dan Semarang sebagai pusat pelayanan primer; dan (3) mendorong pengembangan kawasan perkotaan Serang dan sekitarnya, Cilacap dan sekitarnya, Cirebon dan sekitarnya, dan Surakarta dan sekitarnya sebagai pusat pelayanan sekunder. Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Jawa dan Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara akan dilakukan upaya percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu: industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, perkapalan, alutsista, telematika, dan pariwisata dalam rangka mempercepat realisasi pengembangan Koridor Ekonomi Jawa dan Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara sebagai pendorong industri dan jasa nasional serta pintu gerbang pariwisata nasional sebagaimana dimaksud diatas. (3) Pengembangan Wilayah Kalimantan Pada tahun 2012, pembangunan wilayah Kalimantan diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah perkebunan, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil hutan; serta meningkatkan nilai tambah hasil pertambangan dan berfungsi sebagai lumbung energi nasional dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem dan RKP 2012 III.1-11

26 kaidah pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan Kalimantan sebagai sentra produksi pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan dilaksanakan dengan strategi pengembangan yaitu meningkatkan produktivitas budidaya tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Sementara itu, pengembangan Kalimantan sebagai lumbung energi nasional dilaksanakan dengan strategi pengembangan mengoptimalkan industri migas dan pertambangan, serta mengembangkan industri energi alternatif terbarukan. Selain itu, pengembangan Wilayah Kalimantan juga tetap diarahkan untuk melanjutkan upaya pengembangan gugus (cluster) industri pengolahan berbasis sumber daya alam dan pengembangan industri pariwisata alam dan budaya. Untuk memperkuat keterkaitan domestik antarwilayah, diarahkan pengembangan sistem jaringan infrastruktur perhubungan multimoda yang terintegrasi dengan memperhatikan daya dukung lingkungan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dan mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia. Pengembangan kawasan perbatasan di Wilayah Kalimantan sebagai beranda depan wilayah nasional ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan dengan pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan infrastruktur, khususnya pembangunan transportasi. Selain itu, pengembangan wilayah Kalimantan juga ditujukan untuk pengamanan pulau-pulau terluar serta pencegahan dini adanya abrasi pantai. Terkait dengan upaya pemantapan tata kelola, pengembangan wilayah Kalimantan diarahkan untuk mengembangkan daerah otonom yang transparan, akuntabel, dan berorientasi pada pelayanan publik, yaitu dengan upaya meningkatkan kualitas legislasi dan regulasi, meningkatkan penegakan hukum, hak asasi manusia (HAM), dan pemberantasan korupsi, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik. Sesuai RTRWN, pengembangan Wilayah Kalimantan, pusat-pusat pengembangan di Pulau Kalimantan yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk: (1) mendorong pengembangan kota Balikpapan, Banjarmasin, dan Pontianak sebagai pusat pelayanan primer; dan (2) mendorong pengembangan kota Palangkaraya, Samarinda, Bontang, dan Tarakan, sebagai pusat pelayanan sekunder. Selanjutnya, pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Pulau Kalimantan terutama kawasan perbatasan negara diarahkan untuk mendorong pengembangan Kota Aruk, Jagoibabang, Nangabadau, Entikong, Jasa, Nunukan, Simanggaris, Long Midang, dan Long Pahangai. Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Kalimantan akan dilakukan upaya percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu: kelapa sawit, batubara, alumina/bauksit, migas, perkayuan dan besi baja dalam rangka mempercepat realisasi pengembangan Koridor Ekonomi Kalimantan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional sebagaimana dimaksud diatas. (4) Pengembangan Wilayah Sulawesi Pembangunan wilayah Sulawesi pada tahun 2012 diarahkan untuk menjadi salah satu lumbung pangan nasional dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan; mengembangkan bioenergi; serta meningkatkan dan memperluas perdagangan, jasa dan pariwisata bertaraf internasional. III.1-12 RKP 2012

27 Pengembangan wilayah Sulawesi sebagai sentra produksi pertanian dan perikanan dan lumbung pangan nasional dilaksanakan dengan strategi meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan perkebunan, serta meningkatkan produksi dan efisiensi usaha perikanan tangkap. Dalam upaya mengembangkan wilayah Sulawesi sebagai lumbung pangan nasional, kebijakan pengembangan wilayah Sulawesi juga perlu tetap memperhatikan pengembangan gugus industri unggulan wilayah, pengembangan wilayah Sulawesi sebagai satu kesatuan ekonomi domestik melalui pengembangan integrasi sistem jaringan transportasi serta pengembangan Sulawesi sebagai hub Kawasan Timur Indonesia melalui peningkatan kapasitas pelayanan pelabuhan. Untuk mendorong perekonomian Wilayah Sulawesi, pembangunan diarahkan untuk pengembangan jalur wisata alam dan budaya dengan memperkuat jalur wisata di wilayah Sulawesi serta jalur wisata dengan wilayah lainnya. Sementara itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia didorong dengan kebijakan pengurangan tingkat pengangguran dan pengurangan kemiskinan serta peningkatan akses kesehatan dan pendidikan di beberapa wilayah di Sulawesi untuk mengurangi kesenjangan pembangunan manusia. Dalam bidang sarana dan prasarana, pengembangan diarahkan pada kebijakan di sektor energi yaitu meningkatkan kapasitas dan integrasi sistem jaringan listrik, yang dilaksanakan dengan strategi meningkatkan kapasitas dan integrasi sistem jaringan listrik serta diversifikasi sumber energi primer. Pengembangan kawasan perbatasan di wilayah Sulawesi sebagai beranda depan wilayah nasional ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan dengan pengembangan ekonomi lokal serta pengamanan pulau-pulau terluar serta pencegahan dini adanya abrasi pantai. Dalam upaya pemantapan tata kelola di wilayah Sulawesi, arah kebijakan yang diambil yaitu penguatan daerah otonom dan kualitas pelayanan publik, yang dilaksanakan melalui peningkatan kualitas legislasi dan regulasi; penegakan hukum, HAM, dan pemberantasan korupsi; serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Sementara itu, upaya-upaya pengurangan risiko bencana diarahkan sebagai prioritas pembangunan melalui penguatan kapasitas penanggulangan bencana untuk meminimalisasi dampak kerugian akibat kejadian bencana alam. Sesuai RTRWN pengembangan wilayah Sulawesi, pusat-pusat pengembangan di Pulau Sulawesi yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk: (1) Mendorong optimalisasi pengembangan kawasan perkotaan Maminasata (Makassar Maros Sungguminasa Takalar) dan Manado - Bitung sebagai pusat pelayanan primer yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya; dan (2) Mendorong pengembangan kota-kota Gorontalo, Palu, Kendari dan Mamuju sebagai pusat pelayanan sekunder. Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Sulawesi akan dilakukan upaya percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu: pertanian pangan, kakao, perikanan, nikel, dan migas dalam rangka mempercepat realisasi pengembangan Koridor Ekonomi Sulawesi sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, migas dan pertambangan nasional sebagaimana dimaksud diatas. RKP 2012 III.1-13

28 (5) Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara Pembangunan Wilayah Nusa Tenggara di tahun 2012 diarahkan untuk mengoptimalisasikan pengembangan sentra produksi komoditas unggulan, yang dilakukan dengan strategi mengembangkan sentra produksi rumput laut, jagung, kakao, peternakan, dan perikanan tangkap. Selain itu, untuk mendukung keberlanjutan dari pengembangan komoditas unggulan tersebut, maka Wilayah Nusa Tenggara diarahkan untuk mengembangkan PKN Mataram dan Kupang sebagai pusat industri pengolahan komoditas unggulan dan pariwisata dengan memperhatikan daya dukung dan keberlanjutan lingkungan. Untuk mendorong perekonomian wilayah Nusa Tenggara, pembangunan diarahkan melalui pengembangan sektor unggulan yaitu pariwisata bahari yang didorong oleh peningkatan sarana dan prasarana yang memadai serta diarahkan untuk mendorong percepatan pembangunan wilayah Nusa Tenggara. Sedangkan kebijakan peningkatan kualitas sumber daya manusia diarahkan untuk mendukung ketersediaan angkatan kerja berketerampilan dan berpendidikan tinggi serta peningkatan akses fasilitas kesehatan dan pendidikan. Pembangunan Wilayah Nusa Tenggara tahun 2012 juga dijalankan melalui percepatan pembangunan Nusa Tenggara Timur. Adapun fokus kebijakan terutama diprioritaskan pada kebijakan pengembangan perkebunan kakao dan peternakan sapi, pengembangan sarana dan prasarana pengelolaan sumberdaya air, pengembangan industri rumput laut dan program usaha garam rakyat serta pengembangan pariwisata. Pembangunan Wilayah Nusa Tenggara di tahun 2012 tidak terlepas dari upaya-upaya pelaksanaan tata kelola yang baik, yang diharapkan dapat meningkatkan pembangunan Wilayah Nusa Tenggara itu sendiri. Dalam upaya mendukung pemantapan tata kelola, kebijakan diarahkan untuk peningkatan kualitas reformasi birokrasi dan tata kelola, dengan meningkatkan kualitas regulasi dan peraturan daerah; meningkatkan penegakan hukum dan hak asasi manusia (HAM) termasuk penanganan kasus korupsi dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Sementara itu, upaya-upaya pengurangan risiko bencana diarahkan sebagai prioritas pembangunan melalui penguatan kapasitas penanggulangan bencana untuk meminimalisasi dampak kerugian akibat kejadian bencana alam. Sesuai RTRWN pengembangaan Wilayah Nusa Tenggara, pusat pengembangan di wilayah Nusa Tenggara yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk mendorong pengembangan kota Mataram dan Kupang sebagai pusat pelayanan primer yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara akan dilakukan upaya percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu: pariwisata, peternakan dan perikanan dalam rangka mempercepat realisasi pengembangan Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata nasional dan pendukung pangan nasional sebagaimana dimaksud diatas. (6) Pengembangan Wilayah Maluku Pengembangan Wilayah Maluku tahun 2012 diarahkan untuk pengembangan sentra produksi komoditas unggulan dengan meningkatkan produktivitas usaha perikanan tangkap dan budidaya serta diversifikasi produk untuk pasar dalam dan luar negeri, III.1-14 RKP 2012

29 mengembangkan klaster industri perikanan dengan Ambon sebagai pusat industri pengolahan penganekaragaman produk olahan kelapa dan mengembangkan kluster industri kelapa dengan Sofifi sebagai pusat industri pengolahan. Untuk mendorong perekonomian Wilayah Maluku, pembangunan diarahkan melalui pengembangan sektor unggulan yaitu pariwisata bahari. Sedangkan untuk peningkatan ketahanan pangan dan untuk mendukung aktivitas perekonomian, pembangunan diarahkan untuk peningkatan pengembangan infrastruktur yang dapat menghubungkan antarkota, pulau-pulau, wilayah tertinggal dan wilayah terpencil serta diarahkan untuk mendorong percepatan pembangunan Wilayah Maluku dengan memperhatikan daya dukung dan keberlanjutan lingkungan. Sementara itu, kebijakan peningkatan kualitas sumber daya manusia diarahkan untuk mendukung ketersediaan angkatan kerja berketerampilan dan berpendidikan tinggi serta peningkatan akses fasilitas kesehatan dan pendidikan. Dalam mendukung upaya pemantapan tata kelola, Wilayah Maluku diarahkan pada peningkatan reformasi birokrasi dan tata kelola yang akan dilakukan dengan strategi: meningkatkan kualitas regulasi dan peraturan daerah; meningkatkan penegakan hukum dan HAM termasuk penanganan kasus korupsi; serta meningkatkan kualitas pelayanan publik. Disamping itu, pembangunan Wilayah Maluku juga tetap diarahkan untuk penguatan kedaulatan wilayah nasional melalui pendekatan kesejahteraan dan keamanan dan peningkatan harmoni kehidupan masyarakat dengan kemajemukan agama dan golongan serta percepatan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sementara itu, upayaupaya pengurangan risiko bencana diarahkan sebagai prioritas pembangunan melalui penguatan kapasitas penanggulangan bencana untuk meminimalisasi dampak kerugian akibat kejadian bencana alam. Sesuai RTRWN pengembangan Wilayah Maluku, pengembangan PKN di Kepulauan Maluku diarahkan untuk mengendalikan pengembangan kota Ambon dan Ternate - Sofifi, sebagai pusat pelayanan primer yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku akan dilakukan upaya percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu: perikanan dan nikel dalam rangka mempercepat realisasi pengembangan Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku sebagai pengembangan energi, pangan, perikanan dan tambang nasional sebagaimana dimaksud diatas. (7) Pengembangan Wilayah Papua Pembangunan Wilayah Papua tahun 2012 dijalankan melalui percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat dengan pendekatan kewilayahan yaitu 4 kawasan spesifik berdasarkan aksesibilitas meliputi kawasan terisolir, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan strategis. Adapun fokus kebijakan terutama diprioritaskan pada 8 kebijakan pokok yaitu: ketahanan pangan, penanggulangan kemiskinan, pengembangan ekonomi rakyat, pengembangan pendidikan, pengambangan kesehatan, infrastruktur dasar, pemihakan terhadap putra putri asli Papua, pengembangan wilayah dan kawasan strategis, serta 4 kebijakan pendukung meliputi peraturan perundang-undangan, aparatur pemerintah daerah, kelembagaan dan good governance, dan penataan ruang dan RKP 2012 III.1-15

30 pertanahan. Khusunya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia akan dilakukan melalui peningkatan akses pelayanan pendidikan dan keterampilan kerja, serta meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan pendidikan. Selain itu, dalam upaya mengoptimalisasikan sumber daya yang dimiliki oleh Wilayah Papua, maka pembangunan Wilayah Papua tahun 2012 diarahkan untuk pengembangan sektor dan komoditas unggulan yang dilakukan dengan mengembangkan sentra produksi pertanian, perikanan laut, mengembangkan industri pengolahan perikanan laut, serta mengembangkan potensi wisata bahari Raja Ampat dan wisata budaya. Untuk mendorong perekonomian Wilayah Papua serta untuk peningkatan ketahanan pangan, pembangunan diarahkan untuk peningkatan pengembangan infrastruktur yang dapat menghubungkan antarkota, wilayah tertinggal dan wilayah terpencil dengan memperhatikan daya dukung dan keberlanjutan lingkungan. Sementara itu, didalam upaya mendukung pemantapan tata kelola di Wilayah Papua, maka pembangunan Wilayah Papua diarahkan untuk peningkatan kesadaran dan penghormatan terhadap hak asasi manusia yang dilakukan dengan memperkuat kelembagaan pemerintahan di tingkat lokal, menghormati dan memperkuat lembaga adat, pengendalian HIV/AIDS serta meningkatkan kerja sama antara kepolisian dan pemuka adat dalam penanganan konflik. Disamping itu, pembangunan Wilayah Papua juga tetap diarahkan untuk pengembangan wilayah perbatasan dengan memadukan peningkatan kesejahteraan dan keamanan serta penguatan ekonomi daerah. Sementara itu, upaya-upaya pengurangan risiko bencana diarahkan sebagai prioritas pembangunan melalui penguatan kapasitas penanggulangan bencana untuk meminimalisasi dampak kerugian akibat kejadian bencana alam. Sesuai RTRWN pengembangaan Wilayah Papua, pusat-pusat pengembangan di Papua yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk: (1) mendorong pengembangan kota Sorong dan Jayapura sebagai pusat pelayanan primer yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan; dan (2) mendorong pengembangan kota, Manokwari dan Timika sebagai pusat pelayanan sekunder yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Papua akan dilakukan upaya percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor unggulan, yaitu: food estate (MIFEE), perikanan, tembaga, peternakan, migas, dan nikel dalam rangka mempercepat realisasi pengembangan Koridor Ekonomi Papua sebagai pengembangan energi, pangan, perikanan dan tambang nasional sebagaimana dimaksud diatas Pengembangan Wilayah Laut Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional , salah satu misi pembangunan adalah mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional. Pelaksanaan pembangunan diarahkan untuk menempatkan wilayah laut sebagai sarana untuk mendorong keterkaitan antarwilayah dengan mengembangkan dan memperkuat rantai produksi dan distribusi komoditas unggulan wilayah, khususnya industri berbasis kelautan. Pengembangan wilayah laut juga akan dilakukan melalui pendekatan wilayah terpadu dengan memperhatikan potensi mineral dan energi, potensi perikanan, potensi wisata bahari, potensi industri maritim, potensi transportasi, dan teknologi dengan tetap mempertahankan keragaman hayati dan menjaga kelestarian ekosistem laut. III.1-16 RKP 2012

31 Pengembangan wilayah laut Indonesia diprioritaskan untuk pengembangan sumber daya kelautan, yang meliputi pengelolaan sumberdaya perikanan, pengelolaan kawasan konservasi laut, pengelolaan pulau-pulau kecil dan pendayagunaan jalur perhubungan internasional melalui alur laut kepulauan Indonesia (ALKI). Dalam pengelolaan sumber daya perikanan, wilayah perairan Indonesia dibagi dalam 11 (sebelas) wilayah pengelolaan perikanan (WPP). Prioritas pengembangan wilayah laut untuk meningkatkan potensi pengelolaan sumber daya ikan terutama ditujukan untuk wilayah yang telah mengalami fully exploited dan overfishing yaitudi WPP-1 (selat Malaka dan laut Andaman), WPP-2 (Samudera Hindia barat Sumatera dan selat Sunda); WPP-3 (Samudera Hindia selatan Jawa s/d. laut Timor bagian barat); WPP-4 (Selat karimata, laut Natuna dan laut Cina selatan); WPP-5 (laut Jawa);dan WPP-6 (selat Makasar teluk Bone dan laut Bali, laut Flores). Dalam rangka meningkatkan potensi sumber daya ikan di 11 WPP, pengelolaan diarahkan untuk: (a) pembatasan usaha penangkapan, dan pengalihan daerah penangkapan ke wilayah ZEEI untuk WPP yang telah mengalami penangkapan berlebih; (b) pelaksanaan pengkayaan stok ikan (restocking) di beberapa wilayah laut; (c) peningkatan pemantauan/pengawasan usaha penangkapan ikan yang melanggar dan merusak terutama pada wilayah-wilayah laut perbatasan; (c) menindaklanjuti kesepakatan forum-forum regional dan kesepakatan antardaerah; (d) pengembangan sistem informasi dan statistik yang lebih baik; serta (e) pengembangan kualitas dan kuantitas SDM kelautan dan perikanan. Pembangunan wilayah laut menjadi bagian tak terpisahkan dari pembangunan wilayah yang meliputi tujuh gugus pulau/kepulauan utama Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Dengan memperhatikan fungsi strategisnya dalam penguatan keterkaitan antarwilayah maka dipilih lima wilayah prioritas pengembangan untuk periode yaitu Wilayah Pengembangan Kelautan Sumatera, Malaka, Jawa, Makassar-Buton, dan Banda-Maluku. (1) Wilayah Pengembangan Kelautan Sumatera Arah kebijakan pengembangan Wilayah Kelautan Sumatera adalah pengembangan industri berbasis kelautan, khususnya pengolahan hasil laut, dengan memperkuat keterkaitan dengan Wilayah Jawa. Industri pengolahan hasil laut memiliki dampak pengganda yang besar bagi perekonomian Wilayah Sumatera Bagian Barat. Strategi yang ditempuh adalah: (1) penyiapan sumber daya manusia terampil di bidang kelautan; (2) pembangunan transportasi laut dan wilayah pesisir; (3) peningkatan kapasitas energi listrik; (4) pengembangan skema pembiayaan perbankan yang mudah diakses nelayan dan pelaku usaha kecil menengah di kawasan pesisir; dan (5) pengembangan sistem jaminan atau perlindungan risiko. Arah kebijakan dan strategi wilayah ini dipadukan dengan arah kebijakan dan strategi pengembangan Wilayah Sumatera. (2) Wilayah Pengembangan Kelautan Malaka Pengembangan Wilayah Kelautan Malaka diarahkan pada peningkatan keamanan dan ketertiban serta keberlanjutan ekosistem laut sehingga pemanfaatan sumber daya alam bisa dilakukan secara optimal. Untuk itu strategi yang diperlukan adalah: (1) penegasan batas-batas teritorial dan yuridiksi wilayah dengan negara tetangga; (2) peningkatan pengawasan kawasan perbatasan untuk menghindari penyelundupan, perompakan, RKP 2012 III.1-17

32 pencurian ikan, dan perdagangan pasir ilegal; (3) penegakan peraturan terkait dengan pemeliharaan dan pelestarian lingkungan laut; dan (4) pemanfaatan pulau-pulau terdepan sebagai kawasan wisata atau pusat konservasi satwa laut. Arah kebijakan dan strategi wilayah ini dipadukan dengan arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Sumatera. (3) Wilayah Pengembangan Kelautan Jawa Pengembangan wilayah perairan kelautan Jawa diarahkan pada penguatan fungsi wilayah kelautan sebagai perekat keterkaitan ekonomi antarwilayah dengan tetap menjaga kelestarian ekosistem laut. Strategi yang akan dilaksanakan adalah: (1) peningkatan sistem transportasi laut untuk mempermudah arus barang antar pulau khususnya ke wilayah timur Indonesia; (2) penegakan peraturan terkait dengan pemeliharaan dan pelestarian lingkungan laut; (3) pengendalian pembuangan limbah industri dan rumah tangga melalui sungai-sungai yang bermuara di perairan Jawa; (4) pengendalian erosi di wilayah daerah aliran sungai (DAS) untuk menghindari pendangkalan pelabuhan ikan dan pelabuhan laut; (5) pengembangan perikanan budidaya; dan (6) pengurangan risiko pencemaran perusakan habitat laut oleh kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas lepas pantai. Arah kebijakan dan strategi wilayah kelautan ini dipadukan dengan arah kebijakan dan strategi wilayah Jawa-Bali dan Kalimantan. (4) Wilayah Pengembangan Kelautan Makassar-Buton Kebijakan pengembangan Wilayah Makasar-Buton diarahkan pada optimalisasi peran strategis kelautan dalam meningkatkan interaksi perdagangan intrapulau (antarprovinsi di Sulawesi) maupun dalam mendukung peran wilayah Sulawesi sebagai pusat pertumbuhan dan penggerak kawasan timur Indonesia. Strategi yang akan dilakukan adalah: (1) peningkatan sistem transportasi laut yang menghubungkan provinsi-provinsi di Pulau Sulawesi; (2) pemantapan sistem transportasi laut untuk memperkuat fungsi intermediasi Sulawesi bagi KBI dan KTI; (3) pembangunan pelabuhan-pelabuhan ikan dalam klasterklaster industri pengolahan hasil laut; (4) pengembangan pelabuhan hub ekspor komoditas unggulan; (5) peningkatan pengawasan jalur pelayaran internasional untuk mencegah aktivitas penyelundupan; (6) pengembangan lembaga pendidikan dan kurikulum berbasis kelautan (perikanan, pariwisata, perkapalan); (7) pengembangan industri angkutan laut (perkapalan); dan (8) pengembangan wisata alam bahari. Arah kebijakan dan strategi wilayah kelautan ini dipadukan dengan arah kebijakan dan strategi wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. (5) Wilayah Pengembangan Kelautan Banda-Maluku Arah kebijakan pengembangan Wilayah Kelautan Banda-Maluku adalah perintisan pengembangan industri berbasis sumber daya kelautan dan wisata alam. Sejalan dengan arah ini, strategi yang akan dilakukan adalah: (1) pengembangan sumber daya manusia berketrampilan tinggi di bidang kelautan (pendidikan dan pelatihan); (2) pengembangan komoditas unggulan bernilai tinggi berbasis kelautan seperti kerang mutiara dan ikan hias; (3) pengembangan industri angkutan laut (perkapalan); (4) pemberdayaan dan pengorganisasian masyarakat khususnya wilayah pesisir untuk memperkuat modal sosial; (5) peningkatan akses permodalan bagi nelayan; dan (6) pengembangan wisata bahari. III.1-18 RKP 2012

33 Pengembangan Kawasan Dalam upaya mendukung percepatan pembangunan wilayah, kebijakan pembangunan wilayah diarahkan untuk: (1) pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh, (2) pengembangan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, dan rawan bencana, (3) pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan, dan (4) penataan ruang dan pengelolaan pertanahan. (1) Pengembangan Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh pada tahun 2012 dilakukan melalui strategi sebagai berikut : 1. Penciptaan iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan KAPET, KPBPB, dan KEK, dan kawasan strategis lainnya; 2. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan energi yang diperlukan bagi pengembangan kawasan strategis; 3. Penguatan kelembagaan pengelola KAPET, KPBPB, KEK, dan kawasan strategis lainnya; 4. Meningkatkan peran dunia usaha dalam pengelolaan dan pengembangan produk unggulan KAPET, KPBPB, KEK, dan kawasan strategis lainnya; 5. Integrasi pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh dengan koridor ekonomi melalui penguatan peran KEK sebagai sentra ekonomi yang terkoneksi dengan koridor ekonomi sebagai jalur transportasi dan logistik nasional, dan KAPET sebagai kawasan hinterland yang memiliki aktivitas ekonomi produktif, serta KPBPB sebagai outlet ekspor yang memiliki layanan kepelabuhan yang bertaraf internasional. (2) Pengembangan Daerah Tertinggal Pembangunan daerah tertinggal pada tahun 2012 dilakukan melalui strategi sebagai berikut : 1. Pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal; 2. Penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya lokal di daerah tertinggal; 3. Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau di daerah tertinggal; 4. Peningkatan pelayanan pendidikan yang berkualitas di daerah tertinggal; 5. Peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur daerah tertinggal serta peningkatan aksesibilitas daerah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan. RKP 2012 III.1-19

34 (3) Pengembangan Kawasan Perbatasan Pembangunan kawasan perbatasan pada tahun 2012 dilakukan melalui strategi sebagai berikut : 1. Penyelesaian penetapan dan penegasan batas wilayah Negara; 2. Peningkatan upaya pertahanan, keamanan, serta penegakan hukum; 3. Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan melalui penyediaan sarana dan prasarana dasar dan ekonomi wilayah, serta jaringan transportasi yang memadai dan memutus keterisolasian wilayah dari pusat-pusat pertumbuhan terdekat; 4. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan; 5. Penguatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan secara terintegrasi. (4) Pengembangan Kawasan Rawan Bencana Pembangunan kawasan rawan bencana pada tahun 2012 dilakukan melalui strategi sebagai berikut : 1. Pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional dan daerah serta penguatan kelembagaan penanggulangan bencana, dengan fokus prioritas untuk pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional dan daerah, serta penguatan kelembagaan penanggulangan bencana. 2. Peningkatan kapasitas penanganan kedaruratan dan penanganan korban yang terkena dampak bencana, melalui fokus prioritas untuk pelaksanaan tanggap darurat dan penanganan korban bencana alam dan kerusuhan sosial yang terkoordinasi, efektif dan terpadu melalui pembentukan satuan reaksi cepat, yang merupakan unit khusus penanganan bencana dengan dukungan moda transportasi udara yang memadai, dengan basis 2 (dua) lokasi strategis di Jakarta dan Malang, guna dapat segera menjangkau seluruh wilayah Indonesia. 3. Percepatan pemulihan wilayah terkena bencana dengan fokus prioritas untuk pelaksanaan rehabiltasi dan rekonstruksi di wilayah pascabencana, khususnya di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Sumatera Barat, serta wilayah pascabencana lainnya. (5) Pengembangan Kawasan Perkotaan Dalam RPJMN kebijakan pembangunan kota-kota tersebut lebih diarahkan untuk mengembangkan kota tidak saja sebagai pendorong pertumbuhan nasional dan regional, namun juga kota sebagai tempat tinggal yang berorientasi pada kebutuhan penduduk kota untuk hidup secara nyaman dan berkelanjutan. Pembangunan kota besar dan metropolitan tahun 2012 dilakukan melalui strategi : 1. Menguatkan kelembagaan dan kerjasama antarkota terutama antar kabupaten/kota dalam kawasan metropolitan, khususnya dalam rangka optimasi dan pengendalian III.1-20 RKP 2012

35 pemanfaatan ruang serta pengamanan zona penyangga di sekitar kota inti, penyelarasan dan peningkatan kualitas jalan antarkota dan lingkungan permukiman di kawasan pinggiran kota; 2. Menyediakan pelayanan publik sesuai dengan Standar Pelayanan Perkotaan, khususnya penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), ruang publik, dan pengembangan infrastruktur yang mendukung kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan serta mampu mengadaptasi perubahan iklim dan mitigasi bencana, serta 3. Meningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya, termasuk revitalisasi kawasan kota, dan peningkatan penyediaan moda transportasi untuk meningkatkan konektivitas jalur dan moda logistik antarkota dan antarwilayah, termasuk pengembangan Transit Oriented Development (TOD). Pembangunan kota-kota menengah dan kecil tahun 2012 dilakukan melalui strategi : 1. Meningkatkan investasi dan pembangunan ekonomi di kota-kota menengah, terutama melalui pengembangan potensi ekonomi lokal dan penyediaan pelayanan perizinan terpadu untuk memudahkan proses investasi di kota; serta 2. Menyediakan pelayanan publik di kota menengah dan kecil sesuai dengan Standar Pelayanan Perkotaan untuk meningkatkan daya tarik penduduk untuk tinggal di kota menengah dan kecil. Pembangunan keterkaitan antara kota-desa tahun 2012 dilakukan dengan strategi : 1. Meningkatkan tata kelola ekonomi daerah; 2. Meningkatkan kapasitas SDM pengelola ekonomi daerah; 3. Meningkatkan fasilitasi/pendampingan dalam pengembangan ekonomi lokal dan daerah; 4. Meningkatkan kerjasama dalam pengembangan ekonomi lokal dan daerah; serta 5. Meningkatkan akses terhadap sarana dan prasarana fisik pendukung kegiatan ekonomi lokal dan daerah. (6) Pengembangan Kawasan Perdesaan Pembangunan Desa yang masih memenuhi minimum basic service (desa yang masih berusaha memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sarana dan prasarana dasar untuk kesehatan, pendidikan, dan sosial ekonomi), maka strategi yang harus dikedepankan pada tahun 2012 adalah: 1. Menguatkan kapasitas, peran, dan tata kelola kepemerintahan desa dan kelurahan, 2. Meningkatkan kualitas dasar sumber daya manusia perdesaan, termasuk peningkatan pelayanan sosial dasar di bidang pendidikan dasar dan kesehatan dasar, 3. Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan, 4. Meningkatkan ekonomi perdesaan, 5. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dasar perdesaan, termasuk peningkatan aksesibilitas daerah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan RKP 2012 III.1-21

36 6. Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat perdesaan, dan 7. Meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana. Desa-desa tersebut diutamakan untuk daerah transmigrasi, daerah tertinggal, daerah perbatasan, daerah pesisir, pulau-pulau kecil terluar, dan daerah hutan/konservasi. Pembangunan desa yang mandiri menuju daya saing desa(desa yang sudah mampu memenuhi minimum basic services, di mana adat istiadat masyarakat sudah tidak mengikat, mata pencarian penduduk sudah beragam dan bergerak ke sektor tertier, serta teknologi baru sudah benar-benar dimanfaatkan di bidang pertanian sehingga produktivitasnya tinggi yang diimbangi dengan prasarana desa yang cukup)maka strategi yang harus dikedepankan pada tahun 2012 adalah : 1. Menguatkan kapasitas, peran, dan tata kelola kepemerintahan desa dan kelurahan, 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia perdesaan, termasuk aparat pemerintah desa, 3. Meningkatkan ekonomi perdesaan, termasuk membangun kerjasama antar desa, 4. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana perdesaan, khususnya prasarana pendukung kegiatan ekonomi desa, 5. Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat perdesaan, dan 6. Meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana. Desa-desa tersebut umumnya berlokasi disekitar pusat ibukota kecamatan/kabupaten/kota (pusat-pusat pertumbuhan wilayah) dan sudah berinteraksi dengan daerah perkotaan dan sekitarnya secara intensif. (7) Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan Arah kebijakan Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang Tahun 2012 difokuskan pada: 1. Penyelesaian materi teknis peraturan perundangan amanat UU 26/2007 antara lain Revisi PP 16/2004 tentang Penatagunaan Tanah, RPP Penatagunaan Air dan RPP Penatagunaan Udara, penetapan RTR Pulau Papua, Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku, penetapan KSN Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Kawasan PerkotaanKendal-Demak-Ungaran-Salatiga-Semarang-Purwodadi (Kedungsepur), Kawasan PerkotaanGresik Bangkalan Mojokerto Surabaya Sidoarjo-Lamongan (Gerbangkertosusila), Kawasan Borobudur dan sekitarnya serta Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat dan Kawasan Timika; 2. Penyerasiannya peraturan pelaksanaan UU 26/2007 dengan peraturan pelaksanaan UU sektoral terkait; 3. Persetujuan substansi teknis RTR untuk 5 provinsi, 184 kabupaten dan 52 kota; 4. Penguatan kelembagaan penataan ruang, salah satunya melalui pelatihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS); dan III.1-22 RKP 2012

37 5. Penyerasian sasaran dan indikator rencana pembangunan (RKP, RPJMD dan RKPD) dengan indikasi program lima tahunan dalam RTRWN, RTR Pulau, RTRWP dan RTRWK. Arah kebijakan Prioritas Bidang Pertanahan adalah meningkatkan efektivitas pengelolaanpertanahan melalui strategi: 1. Peningkatan penyediaan peta pertanahan. 2. Percepatan legalisasi aset tanah. 3. Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar Percepatan Pembangunan Wilayah Percepatan pembangunan wilayah ditujukan untuk mendorong pembangunan wilayah-wilayah yang belum memperoleh hasil pembangunan yang signifikan dari berbagai upaya kebijakan pembangunan sampai dengan saat ini. Selain itu, wilayah tersebut juga memiliki berbagai permasalahan pembangunan yang harus segera diselesaikan. Percepatan pembangunan akan diarahkan untuk mendorong wilayah-wilayah lainnya yang memiliki ketertinggalan di bidang ekonomi, sosial dan sarana prasarana dibandingkan dengan wilayah lainnya, khususnya di luar wilayah Jawa-Bali. Beberapa kebijakan pokok percepatan pembangunan wilayah akan difokuskan melalui beberapa kebijakan antara lain melalui : 1. Kebijakan pengembangan wilayah (kawasan terisolir, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan strategis); 2. Kebijakan pengembangan infrastruktur dasar; 3. Kebijakan pengembangan sentraindustri, sektor dan komoditas unggulan; 4. Kebijakan peningkatan pelayanan dasar masyarakat. Upaya percepatan pembangunan wilayah memerlukan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Daerah akan berperan dalam penentuan regulasi dan alokasi investasi di daerah (pemerintah dan swasta). Oleh karena itu, daerah perlu melakukan sinergi alokasi sumber daya, pengembangan sektor unggulan, sarana prasarana, dan rencana tata ruang dengan konsep koridor ekonomi Indonesia. Sinergi tersebut dituangkan dengan dukungan regulasi, lokasi, sumberdaya, dan pelaksanaan melalui kerangka penyelenggaraan pembangunan dan penentuan target pembangunan di daerah yang tertuang dalam perencanaan pembangunan daerah tahunan (Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2012). Dengan adanya sinergi diharapkan upaya percepatan pembangunan wilayah akan cepat terealisasi dan terintegrasi baik dalam perencanaan pembangunan dan pelaksanaan baik di pusat maupun daerah. Oleh karena itu, diharapkan prioritas perencanaan pembangunan daerah juga akan mendukung upaya percepatan pembangunan wilayah yang telah diupayakan. Dalam kaitan ini, peran daerah memang menjadi sangat penting dalam upaya percepatan pembangunan daerah. Oleh karena itu, provinsi yang menjadi fokus percepatan pembangunan harus berperan aktif dalam implementasi percepatan pembangunan tersebut. Dalam hal ini provinsi memiliki peran kuat dalam pengendalian dan pengawasan di daerah, yaitu melakukan koordinasi, monitoring, dan evaluasi pembangunan, sampai ke RKP 2012 III.1-23

38 level kabupaten/kota. Keberhasilan percepatan pembangunan memerlukan koordinasi pembangunan pusat dan daerah. Maka, provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah (gubernur) dapat berperan penting dalam memastikan sinergi pembangunan sampai level Kabupaten/Kota. Pengendalian dan pengawasan pembangunan di daerah yang kuat akan menjaga kualitas hasil dan pencapaian target percepatan pembangunan. Termasuk di dalamnya memastikan integrasi dengan rencana pembangunan wilayah sesuai dengan RPJMN , RKP 2012, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan RKPD Sinergi berbagai konsep perencanaan pembangunan akan berdampak pada pencapaian target pembangunan yang diinginkan baik di daerah maupun di tingkat nasional Sasaran Pembangunan Tahun Sasaran Pembangunan Nasional Berdasarkan arah kebijakan ekonomi nasional tersebut serta memperhatikan kondisi eksternal dan internal, sasaran pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 ditetapkan sebesar 6,7 persen dan laju inflasi diperkirakan sebesar 5,0 6,0 persen. Pertumbuhan ekonomi diarahkan pada pertumbuhan yang lebih berkualitas, menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan lebih merata. Untuk membiayai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen pada tahun 2012 dibutuhkan investasi sebesar Rp 2.874,5 triliun. Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas ekonomi yang terjaga, serta berbagai kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan jumlah penduduk miskin, pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin diperkirakan akan turun menjadi 6,4 6,6 persen dan 10,5 11,5 persen pada tahun Guna mendukung tercapainya sasaran pembangunan ekonomi nasional tahun 2012, dibutuhkan peran serta daerah dalam percepatan pertumbuhan ekonomi, pengendalian inflasi dan pengurangan pengangguran dan kemiskinan yang dapat diejawantahkan ke dalam sasaran-sasaran pembangunan bagi masing-masing wilayah berpatokan pada sasaran pembangunan nasional. Dorongan fiskal ke daerah serta keselarasan programprogram pembangunan di daerah dengan program prioritas nasional perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional Sasaran Pembangunan Provinsi Upaya mempertahankan kinerja perekonomian nasional dan sekaligus mengurangi kesenjangan antarwilayah dapat ditempuh dengan menjaga kesinambungan berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di Jawa-Bali; serta meningkatkan produksi, investasi, dan perdagangan dengan mempercepat pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru di Wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Kebijakan ini akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan di luar Jawa-Bali. Kebijakan ini juga diperkirakan akan berdampak bagi pemerataan antarwilayah. Salah satu implikasi dari percepatan pengembangan wilayah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan papua adalah pergeseran alokasi investasi pemerintah ke wilayah tersebut. Sementara, pembangunan wilayah Jawa-Bali didukung oleh kerjasama investasi pemerintah dan swasta dan juga investasi swasta penuh. III.1-24 RKP 2012

39 Perkembangan terakhir pembangunan wilayah menunjukkan adanya percepatan penurunan tingkat pengangguran di beberapa Provinsi. Bahkan, beberapa provinsi telah mampu mencapai sasaran pengangguran tahun 2014 yang tertuang dalam RPJMN Tahun Meskipun tingkat kemiskinan cenderung mengalami penurunan di seluruh wilayah, namun diperlukan percepatan untuk dapat mencapai sasaran tingkat kemiskinan Tahun 2014 yang tertuang dalam RPJMN Tahun yaitu sebesar 8-10 persen. Sedangkan perkembangan pertumbuhan ekonomi di tiap provinsi secara umum menunjukkan pertumbuhan yang relatif meningkat. Namun, pertumbuhan ekonomi di beberapa Provinsi cenderung fluktuatif bahkan tumbuh negatif. Untuk mendorong pemerataan pembangunan antarwilayah serta mendorong upaya untuk mencapai sasaran pembangunan nasional melalui pembangunan daerah, maka pada ditetapkan berbagai sasaran pembangunan perwilayah Keterkaitan Antarwilayah Sebagai negara maritim, keterkaitan antarwilayah yang efisien, kokoh dan terpadu menjadi dasar dari percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah. Keterkaitan antarwilayah akan mendorong perpindahan arus barang dan jasa, modal, dan informasi secara lebih cepat dan produktif. Keterkaitan antarwilayah juga akan mendorong terjaganya kesatuan wilayah sosial, politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan yang solid, serta terbangunnya wawasan kebangsaan yang kuat. Keterkaitan antarwilayah saat ini masih belum optimal. Perdagangan antarwilayah di Sumatera, Jawa Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara masih sangat terbatas. Arus perdagangan antarwilayah sebagian besar terjadi antara Jawa-Bali dan Sumatera. Sementara itu, perdagangan Wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara sebagian besar hanya terjadi dengan Wilayah Jawa Bali. Kondisi ini menyiratkan bahwa keterkaitan ekonomi di kawasan barat Indonesia lebih berkembang dibanding kawasan timur Indonesia. RKP 2012 III.1-25

40 TABEL 1.1. TARGET PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN WILAYAH (DALAM PERSEN) Wilayah Sumatera Pertumbuhan Ekonomi Pengangguran Kemiskinan Aceh 5,00 5,55 7,25 6,55 18,89 2. Sumatera Utara 6,65 7,35 7,92 6,65 10,02 3. Sumatera Barat 5,20 5,65 6,50 5,50 8,84 4. Riau 5,55 6,10 6,30 5,70 7,60 5. Jambi 5,85 6,45 4,10 3,65 6,50 6. Sumatera Selatan 5,85 6,45 5,95 5,15 13,83 7. Bengkulu 5,35 6,20 2,40 2,10 15,47 8. Lampung 5,85 6,50 5,60 5,05 16,70 9. Bangka Belitung 5,50 6,10 3,40 3,05 5, Kepulauan Riau 7,25 7,80 3,05 2,40 7,31 Wilayah Jawa-Bali 11. DKI Jakarta 6,70 7,40 10,30 9,30 2, Jawa Barat 5,60 6,20 10,23 9,20 10, Jawa Tengah 6,65 7,25 6,00 5,40 14, DI Yogyakarta 5,50 6,10 5,40 4,90 15, Jawa Timur 6,45 7,10 4,10 3,23 13, Banten 6,20 6,80 12,65 11,75 5, Bali 6,30 6,70 2,95 2,50 4,49 Wilayah Nusa Tenggara 18. NTB 3,30 3,75 3,15 2,90 20, NTT 5,60 6,15 1,65 1,45 21,10 Wilayah Kalimantan 20. Kalimantan Barat 4,75 5,30 4,20 3,70 7, Kalimantan Tengah 5,55 6,15 3,80 3,40 5, Kalimantan Selatan 5,90 6,40 4,95 4,50 4, Kalimantan Timur 3,30 3,80 7,60 6,85 5,97 III.1-26 RKP 2012

41 Wilayah Sulawesi Pertumbuhan Ekonomi Pengangguran Kemiskinan Sulawesi Utara 6,85 7,75 9,00 8,20 8, Sulawesi Tengah 8,75 9,55 4,63 3,65 16, Sulawesi Selatan 6,85 7,75 6,40 5,75 9, Sulawesi Tengggara 7,75 8,20 3,20 2,90 15, Gorontalo 6,90 7,90 4,10 3,75 21, Sulawesi Barat 6,00 6,75 3,00 2,70 10,72 Wilayah Maluku 30. Maluku 5,15 5,70 7,15 6,45 25, Maluku Utara 5,75 6,55 4,20 3,85 8,33 Wilayah Papua 32. Papua Barat 6,60 7,20 6,75 6,15 32, Papua 5,75 6,25 3,50 2,70 34,26 Nasional 6,70 6,40-6,60 11,69 *) Proyeksi target diolah dari data BPS RKP 2012 III.1-27

42 Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Wilayah Jawa-Bali menjadi pusat perdagangan bahan baku dan hasil produksi nasional. Dengan pola perdagangan seperti itu, kegiatan investasi baik di Jawa-Bali maupun di luar Jawa-Bali akan memberikan nilai tambah lebih besar bagi wilayah Jawa-Bali baik berupa meningkatnya permintaan bahan baku maupun meningkatnya permintaan konsumsi hasil produksi. Kenaikan investasi di luar Jawa-Bali akan diikuti oleh meningkatnya bahan baku yang berasal dari wilayah Jawa Bali. Peningkatan pendapatan wilayah luar Jawa-Bali sebagai hasil kegiatan investasi akan diikuti oleh meningkatnya permintaan berbagi hasil produksi dari Jawa-Bali. Kondisi ini akan menyebabkan pemusatan kegiatan ekonomi di wilayah Jawa-Bali dan menyebabkan ketimpangan antarwilayah sulit teratasi. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka tantangan pembangunan yang harus segera diatasi untuk memperkuat keterkaitan antarwilayah dalam pembangunan mendatang adalah: 1. Mendorong pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan baru di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua; 2. Pengembangan pusat-pusat ekonomi dan kawasan; serta 3. Membuka jalur dan dan memperluas jaringan perdagangan antardaerah dengan dukungan infrastruktur (pengembangan jaringan transportasi dan komunikasi) Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012, tantangan tersebut diatas akan diatasi melalui arah kebijakan pengembangan intrawilayah yang dibagi dalam 7 (tujuh) wilayah yaitu Wilayah Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan strategi pengembangan sektor-sektor unggulan wilayah serta percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis dan cepat tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar, dan daerah rawan bencana. Selain itu, tantangan di atas juga diatasi melalui arah kebijakan pengembangan antarwilayah melalui strategi penguatan konektivitas nasional (pengembangan koridor ekonomi) melalui pembangunan jaringan transportasi, perdagangan dan komunikasi yang menghubungkan intrawilayah dan antarwilayah; serta pengembangan kelautan. Arah kebijakan dan strategi pengembangan perwilayah yang ditujukan untuk memperkuat keterkaitan antarwilayah guna memperluas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan bagi kesejahteraan rakyat secara rinci dapat dilihat pada Bab 2 sampai dengan Bab 8 dalam Buku III Rencana Kerja Pemerintah Tahun III.1-28 RKP 2012

43 GAMBAR 1.7 SINKRONISASI RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH DENGAN PEMBANGUNAN SEKTOR Tema RKP 2012: PercepatandanPerluasanPertumbuhanEkonomi yang InklusifdanBerkeadilanBagiPeningkatanKesejahteraan Rakyat RKP 2012 III.1-29

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta, 7 Februari 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Direktif Presiden tentang Penyusunan Masterplan Visi Indonesia 2025 Kedudukan Masterplan dalam Kerangka

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL Ir. H.A. Helmy Faishal Zaini (Disampaikan

Lebih terperinci

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2011

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2011 BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN 2011 5.1. Kondisi Wilayah Sulawesi Saat Ini Perkembangan berbagai indikator ekonomi regional provinsi-provinsi di wilayah Sulawesi menjelang akhir tahun 2009 tak terlepas

Lebih terperinci

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011 BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011 2.1. Kondisi Wilayah Sumatera Saat Ini Pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Sumatera tahun 2009 rata-rata memiliki laju pertumbuhan positif dan menurun

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah

Lebih terperinci

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011 SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN 2011 Jambi, 6 April 2011 Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri, Yang terhormat

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH NUSA TENGGARA 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR Pelaksanaan MP3EI memerlukan dukungan pelayanan infrastruktur yang handal. Terkait dengan pengembangan 8 program utama dan 22 kegiatan ekonomi utama, telah diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG PADA ACARA MUSRENBANG RKPD KAB WONOSOBO TH 2019 DENGAN TEMA PEMANTAPAN UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI HARMONISASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN CAPAIAN INDIKATOR MAKRO

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah perlu memperhatikan korelasinya terhadap pencapaian prioritas dan sasaran pembangunan nasional, dan regional

Lebih terperinci

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia - 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di

Lebih terperinci

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF Apakah Rencana Tata Ruang Pulau sudah sesuai dengan koridor ekonomi?, demikian pertanyaan ini diutarakan oleh Menko Perekonomian dalam rapat

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2017-2022 PERGI KE KEBUN MEMETIK SAHANG REHAT

Lebih terperinci

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) dan Kawasan Strategis () Imam S. Ernawi Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU 31 Januari 2012 Badan Outline : 1. Amanat UU RTR dalam Sistem

Lebih terperinci

BAB 7. POTENSI SUMBERDAYA MANUSIA DAN ALAM INDONESIA SERTA KEBIJAKAN NASIONAL. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 7. POTENSI SUMBERDAYA MANUSIA DAN ALAM INDONESIA SERTA KEBIJAKAN NASIONAL. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 7. POTENSI SUMBERDAYA MANUSIA DAN ALAM INDONESIA SERTA KEBIJAKAN NASIONAL Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Potensi Sumberdaya Manusia dan Alam Indonesia Sumberdaya alam Indonesia berasal dari

Lebih terperinci

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas

Lebih terperinci

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa Pertumbuhan. Sumatera Sei Mangke, Sumatera Utara (Kelapa Sawit) Dumai, Riau (Kelapa Sawit) Muara Enim, Sumatera Selatan (Batubara) Sei Bamban, Sumatera Utara (Karet) Karimun, Kepulauan Riau (Perkapalan).

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012 BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012 BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2012 5.1 Kondisi Wilayah Sulawesi Saat Ini Dalam bidang ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Sulawesi tahun 2010

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH SULAWESI

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH SULAWESI MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH SULAWESI Provinsi Sulawesi Utara PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH SULAWESI 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, pencapaian tujuan pembangunan nasional diprioritaskan untuk terwujudnya Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 BAB 2 PRIORITAS NASIONAL DAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA.... 2-1 A. PRIORITAS NASIONAL 2.1 PRIORITAS NASIONAL 1: REFORMASI

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

Lebih terperinci

BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN

BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN BAB 14 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN 14.1 PEMBANGUNAN WILAYAH NASIONAL 14.1.1 Permasalahan yang Dihadapi Salah satu permasalahan struktural ekonomi yang masih dirasakan adalah besarnya kesenjangan

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL KSN

ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL KSN ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL KSN Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruang nya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2011

BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2011 BAB III PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI TAHUN 2011 3.1. Kondisi Wilayah Jawa-Bali Saat Ini Pertumbuhan ekonomi seluruh provinsi di wilayah Jawa-Bali pada tahun 2009 menunjukkan kecenderungan positif, namun

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG Untuk memberikan arahan pada pelaksanaan pembangunan daerah, maka daerah memiliki visi, misi serta prioritas yang terjabarkan dalam dokumen perencanaannya. Bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM REPOSISI KAPET 2014 KELEMBAGAAN DIPERKUAT, PROGRAM IMPLEMENTATIF, KONSISTEN DALAM PENATAAN RUANG MEMPERKUAT MP3EI KORIDOR IV SULAWESI LEGALITAS, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PU DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Oleh: DR. Dedi Mulyadi, M.Si Jakarta, 1 Februari 2012 Rapat Kerja Kementerian Perindustrian OUTLINE I. PENDAHULUAN II.

Lebih terperinci

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand). GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 24 Sesi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG : 2 A. PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG Negara berkembang adalah negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, standar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015 Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam Pembukaan Acara:

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Sesuai dengan Permendagri 54/2010, visi dalam RPJMD ini adalah gambaran tentang kondisi Provinsi Sulawesi Selatan yang diharapkan terwujud/tercapai pada akhir

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala RAKORBANGPUS Jakarta, 7 April 2010

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012

BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012 BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012 BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN TAHUN 2012 4.1 Kondisi Wilayah Kalimantan Saat Ini Dalam bidang ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Kalimantan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL 1 PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara PPN/Bappenas Workshop Sinkronisasi Program Pembangunan Bidang Geologi: Optimalisasi Peran

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012

BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012 BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012 BAB VIII PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2012 8.1 Kondisi Wilayah Papua Saat Ini Dalam hal ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Papuatahun 2010 menunjukkan

Lebih terperinci

Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN. Jakarta, 3 September 2014

Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN. Jakarta, 3 September 2014 Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN Jakarta, 3 September 2014 1 1. Sesuai dengan UU 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan: rencana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Outline

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan 2016-2021 I. MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERIMAN DAN BERBUDAYA MEMBENTUK MANUSIA YANG BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan No.1864, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Perwakilan. Orta. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Fenomena Kesenjangan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH I. Pendahuluan Dengan mengacu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Visi-Misi Presiden serta Agenda Prioritas Pembangunan (NAWA CITA),

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2012 7.1 Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan perekonomian Wilayah Malukutumbuh dengan laju moderat.dengan

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI 28 Februari 2011 Indonesia memiliki keunggulan komparatif

Lebih terperinci

BAB I ARAH KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN

BAB I ARAH KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN BAB I ARAH KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN 2010-2014 1.1 Pendahuluan Pelaksanaan pembangunan selama ini telah mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan di berbagai daerah.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN KEMENTERIAN DESA, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN NASIONAL PERCEPATAN TAHUN 2015-2019 ? adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 BUKU III:

LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 BUKU III: LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 BUKU III: PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN BAB 1 ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia LEVEL : VISI MISI LEVEL : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RPJM PROVINSI JAWA TIMUR Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi 1) Meningkatkan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2010 2014 7.1 Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini 7.1.1 Capaian Pembangunan Wilayah Dalam kurun waktu 2004 2008 perekonomian wilayah Maluku mengalami pertumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 Gorontalo, 3-4 April 2018 S U L AW E S I B A R AT MELLETE DIATONGANAN

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

1. Karakteristik wilayah kepulauan & pulau-pulau kecil; 2. Pemanfaatan potensi SDA belum maksimal (dibawah 40 %); 3. Kurangnya dukungan sarana &

1. Karakteristik wilayah kepulauan & pulau-pulau kecil; 2. Pemanfaatan potensi SDA belum maksimal (dibawah 40 %); 3. Kurangnya dukungan sarana & 1. Karakteristik wilayah kepulauan & pulau-pulau kecil; 2. Pemanfaatan potensi SDA belum maksimal (dibawah 40 %); 3. Kurangnya dukungan sarana & prasarana pendukung investasi; 4. Produktifitas masih rendah

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode VISI, MISI dan AGENDA PRIORITAS Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Periode 2016-2021 1 INDIKATOR MAKRO KOTA SAMARINDA TARGET TAHAP 3 RPJPD KOTA SAMARINDA 2005-2025 PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS KOTA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci