BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

dokumen-dokumen yang mirip
2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB III METODE PENELITIAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Graha Husada

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi tempat kerja merupakan wadah dimana para pegawai melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit mempunyai peran yang penting dalam memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

INDIKATOR KINERJA UTAMA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. profesional sesuai kebutuhan masyarakat (Wuryanto, 2010). swaktu diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja.

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan.

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dari cost center menjadi profit oriented membutuhkan suatu peraturan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang-

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB III METODOLOGI. Dokumentasi berupa data harian, bulanan, dan tahunan yang dilakukan di Rumah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kelima Pancasila serta Undang-Undang Dasar Negara Republik. kebutuhan dasar hidup yang layak dan memberikan kepastian

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan nonmedis.

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

RSUD DATU SANGGUL RANTAU KABUPATEN TAPIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, masalah yang dirumuskan, tujuan serta manfaat penelitian dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN: X, Vol.1, No.2, Oktober 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan yang ada di rumah sakit.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( )

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengakibatkan ketertarikan masyarakat umum semakin berlomba

BAB I PENDAHULUAN. tidak dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan yaitu harus sesuai

keluarga. Disamping itu perawat juga dituntut untuk mencurahkan segala pengetahuan, pikiran dan perasaannya kepada pasien selama 24 jam serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Indikator URI BOR LOS TOI BTO GDR NDR. Gambar 3.1 Kerangka Konsep

I. PENDAHULUAN. rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2002). Oleh karena itu, status. baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh badan layanan umum seperti rumah sakit. (SIRS) seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Perawat harus bekerja sigap dan tanggap sehingga kondisi kerja seperti ini

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai sumber daya manusia yang kualitasnya sangat berperan dalam menunjang pelayanan tersebut. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya manusia adalah bagian yang sangat penting dalam manajemen administrasi rumah sakit. (Sumber: http://depkes.go.id diakses pada 25/04/2014 pukul 20.00 WIB) Salah satu sumber daya manusia yang memiliki peran vital dalam memberikan pelayanan di rumah sakit adalah perawat yang merupakan jumlah terbesar dari seluruh petugas kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan hubungan tersebut adalah mengenai kepuasan kerja yang merupakan bagian dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas seorang karyawan. (DepKes RI, 2010) Rasio perawat di Indonesia tahun 2013 adalah 119,2 per 100.000 penduduk, dengan rentang 66,9 320,1 per 100.000 penduduk. Berdasarkan target indikator Indonesia Sehat rasio perawat 117,5 per 100.000 penduduk, secara nasional telah mencapai target dan hanya 8 provinsi belum mencapai target. Provinsi Jawa Barat adalah provinsi dengan indikator rasio perawat terendah dan belum mencapai target indikator Indonesia Sehat, disajikan dalam Gambar 1.1 di bawah ini:

2 Sumber: Badan PPSDMK, Kemkes RI, 2013 GAMBAR 1.1 RASIO PERAWAT PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2013 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Schaufeli (dalam Eviaty, 2005:103) menunjukkan profesi bidang kesehatan dan pekerja sosial menempati urutan pertama yang paling banyak mengalami kejenuhan kerja, yaitu sekitar 43%. Di antara profesi di bidang kesehatan, perawat memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dokter dan apoteker. Tingginya stres yang harus di hadapi perawat rentan terhadap munculnya gejala-gejala kejenuhan kerja (burnout) yang berdampak pada ketidakpuasan perawat (Berry dalam Eviaty, 2005:103). Kepuasan kerja perawat perlu mendapat perhatian serius dari pihak manajemen rumah sakit, karena perawat merupakan karyawan terbesar dan menjadi ujung tombak pelaksana pelayanan keperawatan.

3 Fenomena yang terjadi sering ditemukan perawat menghabiskan waktunya untuk melakukan pekerjaan di luar keperawatan yang bukan menjadi tanggung jawabnya. Hasil survei yang dilakukan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menunjukan sekitar 50,9 % perawat mengalami stres kerja. Perawat sering mengalami pusing, bosan bekerja, lelah, tidak bisa istirahat karena beban kerja yang tinggi dan menyita waktu serta perawat juga mendapatkan gaji yang rendah tanpa insentif yang memadai. (Sumber: http://www.inna-ppni.or.id diakses pada 22/12/2013 pukul 14.00 WIB) adalah Rumah Sakit Umum Pusat pelayanan gangguan jiwa yang berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pada saat ini karyawan yang dimiliki kurang lebih 492 karyawan, dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: TABEL 1.1 REKAPITULASI DATA KARYAWAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT No. Kategori Divisi Jumlah 1. Tenaga Medis 34 2. Perawat Madya & Penyelia Perawat Pelaksana Tenaga Keperawatan 14 179 193 3. Tenaga Non Kesehatan dan Struktural 178 4. Lain-lain 90 Total 492 Sumber: Divisi SDM dan Perencanaan Tenaga keperawatan bagian perawat pelaksana merupakan karyawan terbanyak serta berada dalam tatanan terdepan kontak pertama dan terlama dengan pasien. Jam kerja perawat pun memiliki perbandingan dengan karyawan lainnya yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu serta hanya memberlakukan tiga kali giliran kerja (sift) yakni pada pagi, siang dan malam hari.

4 Masalah yang dihadapi oleh Rumah Sakit jiwa Provinsi Jawa Barat adalah rendahnya kepuasan kerja pada perawat pelaksana. Hal yang dihadapi terkait dengan kinerja di adalah perawat cenderung melakukan tugas di luar tupoksinya seperti mengurus administrasi pasien, membersihkan ruangan, mengambil dan menyajikan makanan pasien. Terjadinya kepuasan kerja yang rendah pada perawat pelaksana Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat disebabkan karena kejenuhan kerja yang meningkat. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya BOR pelayanan rawat inap Rumah Sakit. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit yakni persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan tertentu, dapat dilihat pada Tabel berikut: TABEL 1.2 INDIKATOR TINGKAT EFISIENSI DAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 2013 No Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Standar Satuan 2010 2011 2012 2013 Depkes 1 Jumlah TT 203 203 203 203 203 (Tempat Tidur) 2 Bed Occupancy 70,19 82,75 79,02 78,50 % 60-85 % Rate (BOR) 3 Length of Stay 30,79 33,62 36,44 32,73 Hari 6 9 hari (LOS) 4 Turn of Interval 12,81 7,28 10,42 9,20 Hari 1 3 hari (TOI) 5 Bed Turn Over (BTO) 8,49 8,65 7,35 8,53 Kali 40 50 x 6 Gross Death 0,0006 0 0,0013 0,0012 Permil 2,5 Rate (GDR) Sumber: Rekam Medik RSJ Provinsi Jawa Barat Pada Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa kapasitas rumah sakit selalu penuh, dilihat pada persentase BOR tahun 2010 sampai tahun 2013. Dengan

5 tingginya tingkat BOR (Bed Occupancy Rate) rumah sakit maka beban kerja yang harus ditanggung perawat semakin banyak, tentu dengan adanya beban kerja yang tinggi akan menimbulkan kelelahan pada diri karyawan, secara fisik, mental, atau emosional. Mengingat jumlah pasien yang selalu datang bertambah, maka karyawan harus lebih cekatan dan tepat waktu dalam kerjanya. Kejenuhan kerja pada perawat ditandai pula dengan terlambatnya karyawan saat hadir di tempat kerja. Apabila jumlah karyawan yang terlambat masuk kerja ini tidak segera diatasi maka akan berdampak pada penyelesaian pekerjaan. Karena banyaknya waktu yang terbuang membuat jam kerja karyawan untuk bekerja menjadi kurang efisien, maka hal ini akan mempengaruhi kegiatan di rumah sakit. Dampak tersebut dirasakan oleh penerima pelayanan dan keluarga. Selanjutnya dampak bagi organisasi adalah meningkatnya frekuensi terlambat, tidak masuk kerja, bahkan memilih berhenti dari pekerjaan. Adanya ketidakpuasan kerja dapat merugikan pihak rumah sakit yang berpengaruh pada efektivitas dan efisiensi, seperti terjadinya penurunan kualitas pemberian pelayanan kepada pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bagian Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yaitu Ibu Metty Yuliani menyebutkan bahwa kepuasan kerja karyawan belum optimal, hal ini terlihat dari adanya keluhan-keluhan yang terlontar dari para perawat yang jenuh dan lelah akan pekerjaannya, akibatnya sering terlihat beberapa perawat yang berleha-leha pada saat jam kerja dan hal ini berakibat pada target pekerjaan yang tidak selesai tepat pada waktunya.

6 Strauss dan Sayles (dalam Sondang P.S, 2013:301) mengemukakan bahwa karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi, sering melamun, mempunyai semangat kerja yang rendah, cepat lelah dan bosan, emosi tidak stabil, sering terlambat dan bahkan akan memilih untuk berhenti atau keluar dari pekerjaannya. Gibson (2012:206) berpendapat bahwa kejenuhan kerja yang tinggi menimbulkan tingkat kepuasan kerja karyawan rendah. Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam judul: PENGARUH KEJENUHAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PERAWAT PELAKSANA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT. 1.2 Identifikasi Masalah Provinsi Jawa Barat adalah provinsi dengan indikator rasio perawat terendah karena belum mencapai target indikator Indonesia Sehat tahun 2013. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menunjukkan sekitar 50,9% perawat sering mengalami pusing, bosan bekerja, lelah, tidak bisa istirahat karena beban kerja yang tinggi. Kejenuhan kerja (burnout) merupakan gejala yang lebih banyak ditemukan pada profesi perawat khususnya perawat kesehatan jiwa, karena berinteraksi langsung dengan pasien gangguan jiwa. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka yang menjadi masalah penelitian yaitu:

7 Fenomena yang terjadi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa barat ini mengalami permasalahan yaitu menurunnya kepuasan kerja perawat yang disebabkan oleh tingginya kejenuhan kerja (burnout). Kepuasan kerja menurun yang dialami oleh perawat dilihat masih terjadi keterlambatan, tingginya beban kerja, perawat cenderung melakukan tugas di luar tupoksinya, serta masih terdapatnya perawat yang datang terlambat ke tempat kerjanya. Sehingga permasalahan tersebut perlu segera diminimalisir, karena situasi ini mengakibatkan turunnya kinerja pada rumah sakit. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kejenuhan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. 2. Bagaimana gambaran kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat 3. Bagaimana pengaruh kejenuhan kerja terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di. 1.4 Tujuan Penelitian Setelah mengetahui masalah yang ada, maka penulis mempunyai tujuan untuk memperoleh temuan mengenai: 1. Gambaran kejenuhan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. 2. Gambaran kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat 3. Pengaruh kejenuhan kerja terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di.

8 1.5 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut mengenai pengaruh kejenuhan kerja serta kepuasan kerja perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. 2. Secara empiris, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi rumah sakit jiwa provinsi jawa barat dalam mengelola manajemen sumber daya manusia dan semua yang membutuhkan informasi menyangkut pengaruh kejenuhan kerja terhadap kepuasan kerja perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.