BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres kerja merupakan situasi ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan sangat besar, hambatan-hambatan dan adanya kesempatan yang sangat penting dapat mempengaruhi emosi, pikiran dan kondisi fisik seseorang (Hariandja, 2007 dalam Martina, 2012). Profesi perawat rentan terhadap stres (Frasser, 1997 dalam Priharti, 2007) survey di Prancis ditemukan bahwa kejadian stres sekitar 74% dialami perawat, mereka mengeluh terhadap lingkungan kerjanya yang menuntut kekuatan fisik dan keterampilan. Penelitian dilakukan oleh Mc.Garth et al. (1989) di Inggris menemukan persentase tentang stres kerja dalam bidang keperawatan yakni : 67% responden menyatakan waktu tidak mencukupi untuk melakukan tugas secara memuaskan, 54% menyatakan rasio antara pelayanan dan sumber-sumber, 46% batas waktu ditentukan orang lain. Di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2006) terdapat 50,9% perawat mengalami stres kerja, mengatakan sering pusing, lelah, tidak ada istirahat, karena beban kerja yang terlalu tinggi. Situasi-situasi yang dapat mencetuskan kondisi stres diantaranya beban kerja perawat yang tinggi, resiko terkena infeksi, shift kerja, faktor keluarga, tempat tinggal yang jauh dari rumah sakit, kemacetan lalu lintas dan fasilitas dirumah sakit yang dirasa masih kurang memadai (Martina, 2012). Menurut Rumaningsih (2011) salah satu penghambat kinerja perawat adalah stres dalam pekerjaan, dimana stres kerja dapat berpengaruh terhadap kinerja perawat dimana kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam 1

2 2 melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Akibat pengaruh stres tersebut akan membuat kinerja perawat mengalami perubahan. Menurut Kirkcaldy dalam Kurniawati dan Solikhah (2012) stres kerja dapat mempengaruhi penurunan kinerja perawat, Semakin tinggi stres kerja maka semakin rendah kinerja yang dialami perawat. Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan adalah dengan menggunakan standar praktek keperawatan. Tenaga perawat merupakan tenaga yang paling banyak dan paling lama kontak dengan pasien, maka kinerja perawat harus selalu ditingkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan (Indriyani, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti di ruang rawat inap kelas III RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014, memiliki tenaga keperawatan berjumlah 50 orang yaitu di ruang Tanjung 1 sebanyak 14 perawat, Asoka I sebanyak 18 perawat dan Asoka II sebanyak 18 perawat. Berikut adalah rata-rata jumlah BOR di Ruang Tanjung I, Asoka I dan Asoka II antara lain : Tabel 1.1 Rata-rata jumlah BOR (Bed Occupation Rate) KELAS Apr Mei Jun Jul Agust Septe Okt Nop Des Kls III R IV OBGYN/ Tanjung 1 KlsIII R XIV/Asoka 2 Kls III R XXI/Asoka Berdasarkan rata-rata jumlah BOR diatas yaitu 91,43% artinya BOR cenderung meningkat dimana parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005 dalam Triwibowo, 2013). Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian jumlah

3 3 perawat shift pagi, sore dan malam. jumlah perawat pada shift pagi sebanyak 12 perawat, shift sore 3 perawat dan shift malam 3 perawat dengan total 18 perawat. jumlah pasien rata-rata 28 pasien dengan jumlah tempat tidur 29, setiap satu perawat shift sore dan malam harus menangani 8 atau 9 pasien. Untuk menghitung normal jumlah perawat menggunakan BOR yang seharusnya normal jumlah perawat sebanyak 23 perawat sudah termasuk kepala ruangan. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien di kelas III yaitu : Total care : tidak ada, Partial care : 17 dan Minimal care : 11, metode yang digunakan yaitu metode fungsional dimana tugas masing-masing perawat hanya berfokuskan pada keahlian masing-masing. Berdasarkan rumus perhitungan tenaga keperawatan (Ratna Sitorus, 2002 dalam Nursalam, 2002) untuk Minimal care dan partial care yang shift pagi yaitu 7 orang perawat, untuk dinas sore 4 orang perawat dan untuk dinas malam 3 orang perawat. Hal ini menyebabkan overload pada dinas pagi sehingga untuk dinas sore dan malam pekerjaannya lebih terbebani, jika semakin tinggi beban kerja maka akan terjadi stres pada pekerjaan yang berdampak pada kinerja dari perawat itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di ruang rawat inap kelas III di ruang Tanjung I 3 perawat mengatakan bahwa perawat merasa beban kerja yang sangat banyak diantaranya perawat harus melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien, melakukan pencatatan dan dokumentasi asuhan keperawatan pasien, mengurus administrasi pasien. Sedangkan hasil wawancara di ruang Asoka I 3 perawat mengatakan mengalami kelelahan saat menjalani shift malam, perawat mengatakan kurang baiknya hubungan dengan teman sekerja serta bekerja dengan sistem shift dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di ruang Asoka II 4 perawat mengatakan beban kerja sangat banyak yaitu perawat harus membawa pasien untuk tindakan operasi, bekerja di tempat dengan penularan infeksi yang sangat tinggi, tempat tinggal yang terlalu jauh dari rumah sakit, masalah-masalah dalam keluarga. kondisi tersebut dapat memicu terjadinya stres kerja yang akan mengakibatkan penurunan kinerja.

4 4 Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada kepala ruangan di ruang rawat inap kelas III RSUD Dr.Pirngadi Medan mengatakan kinerja perawat cenderung menurun hal ini terbukti dengan seringnya perawat mengeluh kelelahan saat mengerjakan tugas-tugas keperawatan, kepala ruangan juga mengatakan perawat sering tidak tepat waktu saat mengerjakan tugas-tugas keperawatan yang diberikan kepada perawat tersebut hal ini disebabkan banyaknya beban kerja yang harus dilakukan perawat sehingga akan mempengaruhi kinerja perawat tersebut. Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan stres kerja dengan kinerja perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat di ruang rawat inap kelas III (Tanjung I, Asoka I dan Asoka II) RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat stres kerja perawat di ruang rawat inap kelas III (Tanjung I, Asoka I dan Asoka II) RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun b. Untuk mengetahui kinerja perawat di ruang rawat inap kelas III (Tanjung I, Asoka I dan Asoka II) RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014.

5 5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan bagi maneger rumah sakit untuk lebih memperhatikan sejauh mana kemampuan perawat untuk melakukan tindakan. 2. Bagi Perawat Sebagai informasi dan sarana evaluasi untuk memperoleh informasi dari penelitian ini dan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan manajemen stres kerja yang efektif bagi perawat. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Diharapkan melalui penelitian dapat menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya tentang hubungan stres kerja dengan kinerja perawat.