BAB II METODOLOGI TAFSIR, TEORI ASBABUN NUZUL, DAN TEORI MUNASABAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS KOMPARATIF AL-QURT{UBI< DAN SAYYID QUT{B TELAAH AYAT-AYAT SAJDAH

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah

TUGAS MATA KULIAH STUDI AL QUR AN MAKALAH dan PRESENTASI ASBABUN NUZUL

BAB III METODE PENELITIAN. perspektif Al-Qur an ini termasuk penelitian kepustakaan (library research).

BAB I PENDAHULUAN. Tafsir menurut bahasa berasal dari kata Al-Fasr yang berarti menjelaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

Minggu 1 DPQS TAFSIR AL-QURAN 1

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

PENDAHULUAN II. RUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

Fidyah. "Dan orang-orang yang tidak mampu berpuasa hendaknya membayar fidyah, dengan memberi makanan seorang miskin." (Al Baqarah : 184)

BAB VIII LATAR BELAKANG TURUNNYA AL-QUR AN, SABAB AL-NUZUL

I Perdebatan mengenai suatu masalah merupakan hal lumrah yang sering dijumpai dalam setiap perkumpulan. Perdebatan seputar soal duniawi hingga yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran)

BAB III METODOLOGI TAFSIR

BAB VI PENUTUP. Allah dalam juz amma dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Menurut pemikiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam kitabnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB I PENDAHULUAN. Tidak diragukan lagi bahwa al-qur`an merupakan kitab suci dan. pedoman bagi manusia dan orang-orang yang bertaqwa kapanpun dan

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sebaik-baiknya. Di samping itu juga Al-Quran tidak hanya diturunkan

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Ali Al-Salibiy, Pengantar Studi al-qur an, Terj. Moch. Mukhdlori dkk, al-ma arif, Bandung, 1987, hlm. 18.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB II METODE MUQARIN DAN TEORI TAFSIR

QIRA AT AL-QUR AN (Makna dan Latar Belakang Timbulnya Perbedaan Qira at)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW

HIERARKI PRIORITAS PENDIDIKAN PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN (SEBUAH KAJIAN TAFSIR TAHLILI QS. LUQMAN AYAT 12-15)

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kalam atau firman Allah SWT, yang di turunkan kepada. Nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan suatu ibadah.

BAB I PENDAHULUAN. kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari al-qur a>n, telah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

PENGGUNAAN KATA TANYA/ ISTIFHANIAH DALAM ALQUR AN (SUATU KAJIAN TAFSIR TEMATIK DALAM TAFSIR AL MISHBAH PADA SURAT AL BAQARAH, ALI IMRAN, AN NISA )

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Bahan penelitian berhadapan langsung dengan (nash) atau data angka dan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

Allah berfirman. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang bergejolak di dalam dada.

MUTLAK DAN MUQAYYAD DALAM AL-QURAN

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) ", 25

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN Abdul Aziz Zarkoni, Manahilul Irfan fi Ulum Al-Quran, Darul Ihya Kitab Al-

BAB I PENDAHULUAN. perilakunya terhadap Tuhan dan implikasinya dalam interaksi sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. Surat al-baqarah ayat 2 yang artinya: Kitab (al-quran) ini tidak ada keraguan. padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.

Written by Andi Rahmanto Wednesday, 29 October :49 - Last Updated Wednesday, 29 October :29

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan pemeliharaan dari Allah atas keotentikannya.

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang, 2009), hlm. 1. Rosdakary a, 2008), hlm.

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

TAFSIR BI AL-RA YI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENAFSIRAN ALQURAN. Oleh Moh. Arsyad Ba asiyen STAIN Datokarama Palu, Jurusan Ushuluddin

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

SEJARAH, METODE DAN CORAK PENAFSIRAN

mengorbankan nyawa seminimal mungkin.2

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB IV PENERJEMAHAN PENAFSIRAN

UNTUK KALANGAN SENDIRI

UMMI> DALAM AL-QUR AN

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian.

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

Definisi Khutbah Jumat

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an merupakan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, sehingga tidak berlebihan, jika Alquran diibaratkan sebagai lautan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

: :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tafsir Al-Qur an akan berlangsung hingga akhir zaman. Masa yang

BAB V ANALISIS PERBANDINGAN. Dalam pandangan umat islam yang menjadi pengertian sumpah Allah

Dua Kelompok Penyebar Hadis Palsu

BAB II DINAMIKA TAFSIR DI INDONESIA. sangat terkait dengan kegigihan para penyebar Islam, baik dari Gujarat, Persia,

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mitra wahyu, terj. Sahid HM, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1996), hlm. 41.

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

ILMU TAUHID. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Dr. Syafi i M.Ag

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril (ruh al-amin). Al-Qur an. menata kehidupan di dunia dan di akhirat. Dalam memperkenalkan dirinyaal-

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan,

POLA HUBUNGAN GURU-MURID DALAM SURAT AL-KAHFI AYAT 65 SAMPAI 70 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

Menggapai Kejayaan Islam

Transkripsi:

BAB II METODOLOGI TAFSIR, TEORI ASBABUN NUZUL, DAN TEORI MUNASABAH A. Metode dan Corak-corak Tafsir Menurut Nashiruddin Baidan, metode penafsiran al-qur an terbagi menjadi empat macam, yaitu: 1. Metode Ijmali (global) Metode ijmali ialah metode dalam menjelaskan ayat-ayat al-qur an secara ringkas tetapi mencakup, dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti, dan enak dibaca. Sistematika penulisannya menuruti susunan ayat-ayat di dalam mushaf. Di samping itu, penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-qur an, sehingga pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap mendengar al-qur an, padahal yang didengar adalah tafsirnya. 2. Metode Tahlili (analitis) Metode tahlili ialah metode dalam menjelaskan al-qur an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu, serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Sistematika penulisannya menuruti susunan ayat-ayat dan surat-surat di dalam mushaf. Tafsir dengan metode tahlili tersebut menguraikan berbagai aspek yang terkandung di dalam 13

14 ayat-ayat yang ditafsirkan, seperti pengertian kosa kata, konotasi kalimatnya, latar belakang turunnya ayat, keterkaitan dengan ayat lain (munasabah), dan pendapat-pendapat yang telah ada berkenaan dengan penafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi, sahabat, tabi in, maupun ahli tafsir lainnya. 3. Metode Muqarin (komparatif) Metode muqarin ialah membandingkan teks (nash) ayat-ayat al-qur an yang memiliki kesamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama. Istilah lain ialah membandingkan ayat-ayat al-qur an dengan Hadis yang pada lahirnya terlihat bertentangan, atau juga diartikan dengan membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan al- Qur an. 4. Metode Maudhu i (tematik) Metode maudhu i ialah membahas ayat-ayat al-qur an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan, dihimpun, kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya seperti asbab al-nuzul, kosakata, dan lain sebagainya. 5. Corak Tafsir Corak penafsiran dalam literatur sejarah tafsir biasanya diistilahkan dalam bahasa Arab yaitu laun yang arti dasarnya warna. Corak penafsiran yang

15 dimaksud di sini ialah nuansa khusus atau sifat khusus yang memberikan warna tersendiri pada tafsir. 1 berikut: Selanjutnya, corak penafsiran al-qur an dapat dikelompokkan sebagai 1. Tafsir bercorak sufi Tafsir berorak sufi ialah tafsir dengan kecenderungan men-ta wil-kan al- Qur an selain dari apa yang tersirat, dengan berdasar pada isyarat-isyarat yang nampak pada ahli ibadah. 2. Tafsir bercorak lughawi (adabi) Tafsir bercorak lughawi ialah kecenderungan tafsir dengan memfokuskan penafsiran pada bidang bahasa. Penafsirannya meliputi segi i rab, harakat, bacaan, pembentukan kata, susunan kalimat dan kesusastraannya. Tafsir semacam ini selain menjelaskan maksud-maksud ayat-ayat al-qur an juga menjelaskan segi-segi kemu jizatannya. 3. Tafsir bercorak ijtima i (sosial masyarakat) Tafsir ini memiliki kecenderungan kepada persoalan sosial kemasyarakatan. Tafsir jenis ini lebih banyak mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan kebudayaan masyarakat yang sedang berlangsung. 4. Tafsir bercorak fiqih 1 Taufik Adnan Amal dan Syamsu Rizal Panggabean, Tafsir Kontekstual al-qur an, (Bandung: MIzan, 1990), 24.

16 Tafsir bercorak fiqih ialah kecenderungan tafsir dengan metode fiqih sebagai basisnya, atau dengan kata lain, tafsir yang berada di bawah pengaruh ilmu fiqih, karena fiqih sudah menjadi minat dasar mufasirnya sebelum dia melakukan usaha penafsiran. Tafsir semacam ini seakan-akan melihat al-qur an sebagai kitab suci yang berisi ketentuan perundangundangan, atau menganggap al-qur an sebagai kitab hukum. 5. Tafsir bercorak filsafat Tafsir bercorak filsafat ialah kecenderungan tafsir dengan menggunakan teori-teori filsafat, atau tafsir dengan dominasi filsafat sebagai pisau bedahnya. Tafsir semacam ini pada akhirnya tidak lebih dari deskripsi tentang teori-teori filsafat. 6. Tafsir bercorak ilmiah Tafsir bercorak ilmiah adalah kecenderungan menafsirkan al-qur an dengan memfokuskan penafsiran pada kajian bidang ilmiah, yakni untuk menjelaskan ayat-ayat yang berkaitan dengan alam. Atau tafsir yang memberikan hukum terhadap istilah alamiah dalam ibarat al-qur an. 7. Tafsir bercorak kalam (teologi) Tafsir bercorak kalam ialah tafsir dengan kecenderungan pemikiran kalam, atau tafsir yang memiliki warna pemikiran kalam. Tafsir semacam ini merupakan salah satu bentuk penafsiran al-qur an yang tidak hanya ditulis oleh simpatisan kelompok teologis tertentu, tetapi lebih jauh lagi merupakan tafsir yang dimanfaatkan untuk membela sudut pandang teologi tertentu. Paling tidak tafsir model ini akan lebih banyak

17 membicarakan tema-tema teologis dibanding mengedepankan pesan-pesan pokok al-qur an. 2 B. Teori Asbabun Nuzul Asbab al-nuzul pada mulanya merupakan gabungan dua kalimat atau dalam bahasa arab disebutnya kalimat idhafah yakni dari kalimat Asbab dan Nuzul. Asbab adalah bentuk jamak dari sabab, yang artinya sebab, alasan, motif dan latar belakang. Sementara Nuzul dalam bahasa arab berarti turun. Yang jika dipandang secara etimologi maka Asbab al-nuzul didefinisikan sebagai sebabsebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Asbab al-nuzul yang dimaksudkan di sini adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat atau beberapa ayat al-quran. 3 1. Secara Terminologi Definisi Asbab al-nuzul menurut istilah atau terminologi dapat dilihat dari pengertian yang disampaikan beberapa ulama. Mana al-qathan mendefinisikan Asbab al-nuzul sebagai berikut: سو ال او كحادثة وقوعھ وقت بشا نھ قرآن مانزل peristiwa yang menyebabkan turunnya al-qur an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi. Sedangkan menurut Subhi Shalih: 2 Abd al-hary al-farmawi, Metode Tafsir Maudhu i, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 11. 3 Anwar, Rosihon, Ulumul Qur an, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 32.

18 Asbab al-nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat al-qur an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi. Sementara itu, Hasbi ash-shiddieqy berpendapat bahwa Asbab al-nuzul ialah sesuatu yang dengan sebabnyalah turun satu atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya peristiwa tersebut. Dalam pandangan Nurcholis Madjid biasa disapa Cak Nur-, Asbab al- Nuzul adalah konsep, teori atau berita tentang adanya sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari al-qur an kepada Nabi saw baik berupa satu ayat, satu rangkaian ayat maupun satu surat. Pengertian sebab di sini bukanlah makna kausalitas (sebab-akibat), artinya turunnya ayat-ayat al-quran tidak berdasarkan peristiwa yang terjadi melainkan sudah kehendak Allah SWT. Sedangkan peristiwa yang terjadi hanya memperjelas maksud yang terkandung di dalam pesan yang turun tersebut. Dari beberapa pemaparan definisi di atas, secara substansial dapat dikatakan tidak jauh berbeda. Jadi Asbab al-nuzul dapat diartikan sebagai sebabsebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat al-quran kepada Nabi

19 Muhammad SAW karena ada suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban. 4 2. Macam-macam Asbab al-nuzul Dari segi bentuknya, Asbab al-nuzul dapatdibagi menjadi dua macam yaitu berbentuk peristiwa dan berbentuk pertanyaan. Adapun Asbab al-nuzul yang berbentuk peristiwa dibagi menjadi tiga macam: a. Sebab-sebab turunnya ayat dalam bentuk peristiwa ada tiga macam yaitu: 1. Peristiwa berupa pertengkaran, contohnya perselisihan antara Suku Aus dan Suku Khazraj, perselisihan itu timbul dari intrik-intrik yang ditiupkan orang-orang Yahudi sehingga mereka berteriak-teriak: senjata, senjata. peristiwa tersebut menyebabkan turunnya beberapa ayat Surah Al-Imran diantaranya adalah ayat 100 yaitu: Hai orangorang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. 2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius, contohnya peristiwa seorang yang mengimani shalat ketika sedang mabuk sehingga salah dalam membaca surah Al-Kafirun. 5 b. Sebab-sebab turunnya ayat yang dalam bentuk pertanyaan ada tiga macam yaitu: 4 Baidan, Nashruddin, Metode Penafsiran al-quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002). 5 Abdul Wahid, Ramli, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), 34.

20 1. Pertanyaan tentang masa lalu seperti ketika ada yang bertanya tentang cerita Dzulkarnain maka turunlah ayat: Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya.(qs. Al-Kahfi: 83) 2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu. Sebagai contoh, menurut salah satu riwayat dari Ikrimah yang diterima dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah sedang berjalan di Madinah, beberapa orang Quraisy meminta materi pertanyaan kepada orang Yahudi yang akan ditanyakan kepada Rasulullah. 3. Pertanyaan tentang masa yang akan datang, seperti pertanyaan orang kafir Quraisy tentang hari kiamat. 6 Karena Asbab al-nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah saw masih hidup, maka tidak ada jalan lain untuk mengetahui kebenarannya selain berdasarkan periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql as-shalih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung turunnya ayat al-qur an. Berdasarkan keterangan di atas, maka sebab an-nuzul yang diriwayatkan dari seorang sahabat diterima sekalipun tidak dikuatkan dan didukung riwayat lain. Adapun asbab al-nuzul dengan hadits mursal (hadits yang gugur dari sanadnya seorang sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada 6 Ahmadehirjin, Moh., Al-Qur an dan Ulumul Qur an, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1998.

21 seorang tabi in), riwayat seperti ini tidak diterima kecuali sanadnya sahih dan dikuatkan hadits mursal lainnya. 7 C. Teori Munasabah 1. Secara Etimologi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Munasabah berarti cocok, sesuai, tepat benar, kesesuaian, kesamaan. Adapun Menurut Imam Al-Zarkasi kata munasabah menurut bahasa adalah mukorobah [mendekati], seperti dalam contoh kalimat : Fulan yunasibu fulan (fulan mendekati / menyerupai fulan). Kata nasib adalah kerabat dekat, seperti dua saudara saudara sepupu, dan semacamnya. Jika keduanya munasabah dalam pengertian saling terkait, maka dinamakan qarabah (kerabat). 2. Secara Terminologi Munasabah merupakan satu disiplin ilmu yg membicarakan tentang pertautan antara ayat-ayat Al-Qur an atau antara surah-surahnya berdasarkan penyusunan dalam mushaf. Imam Al-Zarkasi sendiri memaknai munasabah sebagai ilmu yang mengaitkan pada bagian-bagian permulaan ayat dan akhirnya. Pendapat lain mengatakan bahwa munasabah merupakan sebuah ilmu yang digunakan untuk mengetahui alasan-alasan penertiban bagian-bagian dari al- Qur an. Istilah lain yang digunakan ulama untuk munasabah sangat banyak, antara 7 Muhammad bin Alawi al-maliky al-hasany, Al Sayid, Kaidah-kaidah Ulumul Quran, (Pekalongan: Al-Asri, 2008), 34.

22 lain Irthibath, Ittishal, Ta li,l Ta alul, dan Tartib. Istilah tersebut memiliki kesamaan pengertian yaitu hubungan, relevansi dan kaitan. 8 8 Hartono Ahmad Jaiz, Tasawuf Belitan Iblis, Darul Falah, Jakarta Cet.4, 2002 / 1423.