Katalog BPS :

dokumen-dokumen yang mirip
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009

2.1. Konsep dan Definisi

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Bupati Kepulauan Anambas

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang



Katalog BPS:

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KUDUS 2011

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2010

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Indeks Pembangunan Manusia

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau


DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PAREPARE TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 KERJASAMA:



KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2012

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA PAREPARE 2012

Katalog BPS :

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PIDIE JAYA


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL (HUMAN DEVELOPMENT INDEX)

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

1.1 LATAR BELAKANG. I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

Katalog BPS :

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

Kata Sambutan. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

Transkripsi:

Katalog BPS : 4102002.3523

Katalog BPS: 4102002.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TUBAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2011 No. Publikasi : 35230.0310 Katalog BPS : 4102002.3523 Ukuran Buku : 21 cm x 29,6 cm Jumlah Halaman : 40 halaman + iv Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-nya buku Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 dapat dipublikasikan. Indeks Pembangunan manusia (IPM) merupakan alat ukur kinerja pembangunan, khususnya pembangunan manusia yang dilakukan di suatu wilayah pada waktu tertentu atau secara lebih spesifik IPM merupakan alat ukur kinerja mengenai pembangunan manusia dari pemerintahan suatu wilayah. Sebagai alat ukur, IPM memfokuskan pada tiga dimensi yang dianggap esensial bagi kehidupan manusia, yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living standard). Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dalam kesempurnaan penerbitan publikasi ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi ini, terutama kepada BPS Propinsi Jawa Timur serta kontributor data sekunder dari Instansi Pemerintah. Semoga publikasi ini bermanfaat. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Tuban, Oktober 2012 Kepala BPS Kabupaten Tuban ABDUL JAMIL, S.E, M.Si NIP.19610102 198203 1 001 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 ii

Daftar Isi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI...... DAFTAR TABEL......... DAFTAR GRAFIK... I. PENDAHULUAN......... II. METODOLOGI..... 2.1 Metode Penghitungan... 2.2 Indikator Komposit Pembangunan Manusia.... 2.3 Metode Analisis........ 2.4 Sumber Data...... III. GAMBARAN UMUM WILAYAH...... 3.1. Kondisi Geografis...... 3.2. Kependudukan... 3.3. Pendidikan...... 3.3.1. Partisipasi Sekolah... 3.3.2. Angka Melek Huruf... 3.3.3. Rata-rata Lama Sekolah... 3.3.4. Tingkat Pendidikan Ditamatkan... 3.3.5. Fasilitas Pendidikan... 3.4. Kesehatan... 3.4.1. Penolong Kesehatan Balita... 3.4.2. Angka Kematian Bayi... 3.4.3. Angka Harapan Hidup... 3.4.4. Fasilitas Kesehatan...... 3.4.5. Tingkat Akses ke Fasilitas Kesehatan... 3.5. Ketenagakerjaan... 3.5.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)... 3.5.2. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK)... 3.5.3. Angka Pengangguran... 3.6. Potensi Ekonomi Daerah... 3.6.1. Struktur Ekonomi... 3.6.2. Pendapatan Perkapita... ii iii iv v 1 5 6 14 15 15 16 17 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 26 27 27 28 28 29 30 30 30 31 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 iii

Daftar Isi IV. HASIL PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN.. 4.1. IPM Kabupaten Tuban... 4.1.1. Indeks Harapan Hidup... 4.1.2. Indeks Pendidikan... 4.1.3. Paritas Daya Beli... 4.2. IPM Antar Wilayah... V. KESIMPULAN DAN SARAN...... LAMPIRAN... 34 34 36 36 38 39 42 46 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 iv

I. Pendahuluan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 1 1

I. Pendahuluan erubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi atau yang lebih populer dengan nama otonomi daerah, telah memotivasi daerahdaerah tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota untuk lebih mempersiapkan diri, utamanya mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal. Dalam rangka mempersiapkan SDM yang handal, Pemerintah Kabupaten Tuban telah mengambil berbagai langkah strategis agar tidak tertinggal dengan daerah lain. Berbagai program yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tuban memerlukan pantauan untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai terutama dalam hal pembangunan sumber daya manusia, juga agar setiap perencanaan dan kebijakan pembangunan yang diambil dapat lebih tepat sasaran. Bidang kehidupan pembangunan manusia yang perlu dipantau mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan individu yaitu hal kelangsungan hidup (kesehatan, KB), tumbuh kembangnya individu (pendidikan, gizi), dan kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar (daya beli). Dengan demikian diperlukan suatu alat ukur yang biasa disebut indikator sosial, yang dapat memberikan gambaran menyeluruh (indikator komposit) mengenai pembangunan manusia tersebut. Berbagai indikator komposit telah diperkenalkan oleh UNDP seperti Human Development Index-HDI (Indeks Pembangunan Manusia-IPM), Human Poverty Index-HPI (Indeks Kemiskinan Manusia-IKM), Gender-related Development Index-GDI (Indeks Pembangunan Jender-IPJ) dan lain sebagainya. Dari berbagai indikator komposit tersebut IPM merupakan indikator utama karena memberikan gambaran paling menyeluruh tentang pembangunan manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi bahan diskusi yang menarik dan menjadi perhatian banyak pihak sejak diterbitkan dan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 2 2

I. Pendahuluan dipublikasikan oleh BPS dan UNDP pada tahun 1997. Sebagai alat ukur yang tunggal dan sederhana, IPM sangat cocok sebagai alat ukur kinerja pembangunan, khususnya pembangunan manusia yang dilakukan di suatu wilayah pada waktu tertentu atau secara lebih spesifik IPM merupakan alat ukur kinerja dari pemerintahan suatu wilayah. Istilah pembangunan manusia (human development) pada skala internasional diperkenalkan pertama kali oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 melalui laporan tahunan pembangunan dunia yang diterbitkan oleh lembaga internasional tersebut dalam publikasi yang berjudul Human Development Report. UNDP (United Nations Development Programme) menformulasikan bahwa pembangunan manusia adalah usaha peningkatan produktifitas dan pemberdayaan penduduk secara merata dan berkesinambungan melalui investasi di bidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial lainnya, penciptaan peluang kerja melalui pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan memberikan peluang luas pada penduduk untuk berpartispasi dalam proses penetapan kebijakan-kebijakan pembangunan. Jadi konsep pembangunan manusia yang dilontarkan oleh UNDP tersebut merefleksikan keinginan bahwa pembangunan tidak boleh lagi menempatkan penduduk lainnya sebagai obyek tetapi juga harus menempatkan penduduk sebagai subyek pembangunan. UNDP merekomendesakan tingkat keberhasilan pembangunan suatu negara secara minimal dapat direfleksikan dengan tingkat pemenuhan tiga unsur, yaitu : peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dan peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Oleh karena itu, UNDP menyusun suatu indeks komposit berdasarkan pada 3 (tiga) kriteria Yaitu : 1) Angka Harapan hidup (life expectancy at age 0: e 0 ) untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat, 2) Angka melek huruf dewasa (adult literacy rate : Lit) dan rata-rata Lama Sekolah (mean years of schooling: MYS) untuk mengukur tingkat pendidikan sekaligus ketrampilan, dan 3) Purchasing Power Parity (merupakan ukuran pendapatan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 3 3

I. Pendahuluan yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli) untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Indeks komposit tersebut diberi nama dengan Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berbeda dengan Indikator-indikator lainnya yang hanya mengukur sisi sosial atau ekonominya saja, IPM mengukur dari sisi sosial dan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 4 4

II. Metodologi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 5

II. Metodologi ndeks Pembangunan Manusia merupakan suatu konsep pengukuran status pembangunan manusia. Konsep pembangunan manusia itu sendiri sebenarnya mencakup banyak dimensi sehingga idealnya pengukurannya menggunakan banyak variabel atau indikator untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh. Akan tetapi di sisi lain, terlalu banyak indikator tidak saja akan membingungkan para pengambil kebijakan dalam menginterpretasikan hasil penghitungannya tetapi juga akan menyulitkan sehubungan dengan masalah ketersediaan data. Atas dasar pertimbangan itu maka pengukuran pembangunan manusia difokuskan pada tiga dimensi yang dianggap esensial bagi kehidupan manusia yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup layak (decent living standards). 2.1. Metode Penghitungan Secara umum, metode penghitungan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti metode yang telah diterapkan oleh UNDP dalam menyusun Human Development Index (HDI) tahun 1994, yang juga telah diterapkan oleh BPS. Untuk mengukur usia hidup BPS menggunakan indikator angka harapan hidup waktu lahir atau life expectancy at age 0 (e o ). Untuk mengukur dimensi pengetahuan, digunakan dua indikator yaitu Angka Melek Huruf adult literacy rate (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS : Mean Years of Schooling) yang digabung menjadi Indeks Pendidikan (IP). Untuk mengukur dimensi standar hidup layak digunakan Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas (kemampuan) daya beli yang telah disesuaikan. Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik) untuk memudahkan dalam analisa biasanya indeks ini dikalikan 100. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut : Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 6

II. Metodologi IPM = 3 1 3 i i=1 I dimana I i Xi Min Xi Max (X ) Min (X ) i i Dimana I i : Indeks komponen IPM ke i dimana i =1,2,3 X i Max.(X i ) Min.(X i ) : Nilai indikator komponen IPM ke i : Nilai maksimum X i (lihat tabel di bawah) : Nilai minimum X i (lihat tabel di bawah) Nilai maksimum dan minimum yang digunakan dalam penghitungan IPM menurut UNDP, sebagai berikut : Tabel 2.1.1. Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM Indikator Komponen IPM Nilai Minimum Nilai Maksimum Angka Harapan Hidup (e o ) Angka Melek Huruf (Lit) Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Purchasing Power Parity 25,0 0 0 990.152 85,0 100 15 1.372.872 Sedangkan untuk penghitungan masing-masing komponen adalah sebagai berikut : a. Angka Harapan Hidup Angka ini menunjukkan jumlah tahun yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun variabel e 0 diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat. Sebenarnya dalam hal ini angka morbiditas (kesakitan) lebih valid akan tetapi karena keterbatasan data, maka yang digunakan adalah angka harapan hidup. Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi orang yang meninggal pada kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel). Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 7

II. Metodologi rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin pada kelompok umur 15-49 tahun. Secara singkat, proses penghitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpak. b. Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Sebagaimana disebutkan di awal bab ini, penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka melek huruf (Lit) dan ratarata lama sekolah (MYS). Populasi yang digunakan UNDP dalam penghitungan MYS dibatasi pada penduduk berumur 25 tahun ke atas, dengan alasan penduduk yang berusia kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga angkanya lebih mencerminkan pada kondisi yang sebenarnya. Namun populasi yang digunakan oleh BPS adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum pantas untuk ditanyakan rata-rata lama sekolahnya. Kedua indikator pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka Lit), dimana Lit merupakan proporsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap ketrampilan yang dimiliki penduduk. MYS dihitung secara tidak langsung, pertama-tama dengan memberikan bobot atau skor pada variabel Pendidikan yang Ditamatkan sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini : Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 8

II. Metodologi Tabel 2.1.2. Jenjang Pendidikan dan Skor yang Digunakan untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Jenjang Pendidikan Skor 1. Tidak/Belum Pernah Sekolah 0 2. Belum Tamat SD 3 3. Tamat SD 6 4. Tamat SLTP 9 5. Tamat SLTA 12 6. Tamat DI 13 7. Tamat DII 14 8. Tamat DIII/Sarjana Muda/Akademi 15 9. Tamat DIV / Sarjana 16 10. Tamat S2 18 11. Tamat S3 21 Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobotnya. MYS = fi x si fi Dimana : MYS = rata-rata lama sekolah f i S i = frekuensi penduduk berumur 10 tahun ke atas pada jenjang pendidikan i, i = 1,2,, 11 = skor masing-masing jenjang pendidikan Angka melek huruf, pengertiannya tidak berbeda dengan definisi yang telah dikenal masyarakat luas, yaitu kemampuan membaca dan menulis. Sedangkan rata-rata lama sekolah, secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut: misal di Kabupaten Tuban ada 5 orang tamatan SD, 5 orang tamatan SMP, 5 orang tamatan SMA, 5 orang tidak sekolah sama sekali, maka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Tuban adalah { 5 (6) + 5 (9) + 5 (12) + 5 (0) } : 20 = 6,25 tahun. Setelah mendapatkan nilai Lit dan MYS, dilakukan penyesuaian sehingga kedua nilai ini berada pada skala yang sama yaitu antara 0 dan 1. Cara penyesuaian ini bisa dilihat pada halaman sebelumnya. Selanjutnya kedua nilai yang telah disesuaikan ini disatukan untuk mendapatkan indeks pendidikan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 9

II. Metodologi dengan perbandingan bobot 2 untuk Lit dan 1 untuk MYS. Dengan demikian untuk menghitung indeks pendidikan digunakan rumus : 2 1 IP = Indeks Lit + Indeks MYS 3 3 c. Purchasing Power Parity (PPP atau Paritas Daya Beli) Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (umumnya daya beli) UNDP menggunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP adjusted BPS. Untuk penghitungan IPM sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai PDRB perkapita yang kurang lebih setara dengan ukuran yang digunakan UNDP. Alasannya karena PDRB perkapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan concern IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP dengan tahapan sebagai berikut : 1. Menghitung rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per tahun untuk 27 komoditi dari SUSENAS Kor yang telah disesuaikan (=A). 2. Menghitung nilai pengeluaran riil (=B) yaitu dengan membagi rata-rata pengeluaran (A) dengan IHK tahun yang bersangkutan. Catatan: Mulai tahun 2003 BPS Kabupaten Tuban sudah melakukan survei dan pengolahan angka inflasi sendiri berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dilakukan secara rutin dengan periode bulanan. 3. Agar indikator yang diperoleh nantinya dapat menjamin keterbandingan antar daerah, diperlukan indeks kemahalan wilayah yang biasa disebut dengan daya beli per unit (=PPP/unit). Metode penghitungannya disesuaikan dengan metode yang dipakai International Comparison Project (ICP) dalam menstandarkan GNP per kapita suatu negara. Data yang digunakan adalah data kuantum per kapita per tahun dari suatu basket komoditi yang terdiri Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 10

II. Metodologi dari nilai 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul. Kriteria pemilihan 27 jenis komoditi tersebut adalah sebagai berikut: a. Termasuk sebagai komoditi penting (esensial) dalam struktur konsumsi masyarakat. b. Mempunyai kualitas, karena akan digunakan sebagai penimbang. c. Memperhatikan sebaran menurut kelompok/subkelompok. d. Konsumsi komoditi tersebut tercatat di semua Provinsi/Kabupaten/Kota. Adapun 27 jenis komoditi standar dapat dilihat pada daftar di bawah ini: Tabel 2.1.3. Komoditi yang Digunakan dalam Penghitungan Indeks Daya Beli Komoditi 1. Beras lokal 2. Tepung terigu 3. Ketela pohon 4. Ikan tongkol 5. Ikan teri 6. Daging sapi 7. Daging ayam kampung 8. Telur ayam 9. Susu kental manis 10. Bayam 11. Kacang panjang 12. Kacang tanah 13. Tempe 14. Jeruk 15. Pepaya 16. Kelapa 17. Gula pasir 18. Kopi bubuk 19. Garam 20. Merica/lada 21. Mie instant 22. Rokok kretek filter 23. listrik 24. Air minum 25. Bensin 26. Minyak tanah 27. Sewa rumah Unit Kg Kg Kg Kg Ons Kg Kg Butir 397 gram Kg Kg Kg Kg Kg Kg Butir Ons Ons Ons Ons 80 gram 10 batang Kwh M3 Liter Liter Unit Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 11

II. Metodologi Penghitungan PPP/unit dilaksanakan dengan rumus di bawah ini: dimana, PPP/unit = Ri = 27 E(i,j) j=1 27 P(i,j) Q(i,j) j=1 E(i,j) = Pengeluaran untuk komoditi j di Kabupaten Tuban ke-i P(i,j) = Harga komoditi j di Kabupaten Tuban Q(i,j) = Jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Kabupaten Tuban ke-i Unit (kuantitas) sewa rumah ditentukan berdasarkan Indeks Kualitas Rumah yang dihitung berdasarkan kualitas dan fasilitas rumah tinggal dari 7 (tujuh) jenis yang diperoleh dari daftar isian SUSENAS KOR. Kualitas dan fasilitas tersebut diberi skor sebagai berikut: - Lantai: keramik, marmer, atau granit = 1, lainnya = 0 - Luas lantai perkapita: 10 m2 = 1, lainnya = 0 - Dinding: tembok = 1, lainnya = 0 - Atap: kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0 - Fasilitas penerangan: Listrik = 1, lainnya = 0 - Fasilitas air minum: Ledeng = 1, lainnya = 0 - Jamban: Milik sendiri = 0, lainnya = 0 - Skor awal untuk setiap rumah = 1 Indeks Kualitas Rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah tinggal dan bernilai antara 1 s/d 8. Kualitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu rumahtangga adalah Indeks Kualitas Rumah dibagi 8. Sebagai contoh, jika suatu rumahtangga menempati suatu rumah tinggal yang mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kualitas rumah yang dikonsumsi oleh rumahtangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit. 4. Untuk mendapatkan nilai pengeluaran riil yang dapat dibandingkan antar waktu dan antar daerah maka nilai B dibagi dengan PPP/unit (=C). Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 12

II. Metodologi 5. Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C (=D). D = C jika C Z = Z + 2(C-Z) (1/2) jika Z C 2Z = Z + 2Z (1/2) + 3(C 2Z) (1/3) jika 2Z C 3Z = Z + 2Z (1/2) + 3Z (1/3) + 4(C 3Z) (1/4) jika 3Z C 4Z dimana : C = nilai PPP dalam rupiah Z = threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan (biasanya menggunakan garis kemiskinan). Pengertian paritas daya beli secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : misalkan ada 3 orang Kabupaten Tuban (A,B,C) yang berasal dari 3 Kecamatan yang berbeda (D,E,F). Tiga orang tersebut mempunyai penghasilan bulanan, yang kalau diukur dengan rupiah, sama persis. Namun, penghasilan A di kecamatan D apabila seluruh penghasilan sebulan dibelikan beras, dapat diperoleh 5 kwintal; dengan penghasilan yang sama B di kecamatan E dapat membeli 4 kwintal; dan C di kecamatan F dapat membeli 10 kwintal. Paritas daya beli masing-masing - A,B, dan C menggambarkan daya beli riil, yaitu 5,4, dan 10 kwintal beras. Berdasarkan persamaan indeks yang telah ditulis sebelumnya, maka persamaan IPM dapat ditulis sebagai berikut: IPM = X 1 + X 2 + X 3 3 dimana : X 1 = Indeks Angka Harapan Hidup X 2 = Indeks Pendidikan X 3 = Indeks Daya Beli Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 13

II. Metodologi 2.2. Indikator Komposit Pembangunan Manusia Sebagai indikator komposit, IPM mempunyai manfaat terbatas, terutama kalau disajikan tersendiri hanya dapat menunjukkan status pembangunan manusia suatu wilayah. Namun demikian manfaat yang terbatas tersebut dapat diperluas kalau dilakukan perbandingan antar waktu dan antar wilayah, sehingga posisi relatif suatu wilayah terhadap wilayah yang lain dapat diketahui serta kemajuan atau pencapaian antar waktu di suatu wilayah dan perbandingannya dengan pencapaian dengan wilayah lain juga dapat dibahas. Secara umum indikator tersebut bermanfaat sebagai alat advokasi terhadap perumus dan penentu kebijakan di setiap wilayah khususnya berkaitan dengan kebijakan publik yang dipilih dan ditetapkan. Pencapaian pembangunan manusia dilihat dari dua segi: pertama, terjadi kenaikan IPM secara nilai absolut yang diukur dengan nilai positif dari reduksi shortfall tahunan (annual reduction in shortfall). Reduksi shortfall adalah peningkatan nilai IPM dalam suatu periode relatif terhadap jarak nilai IPM awal periode ke IPM sasaran (=100). Secara formula reduksi shortfall (r) setahun adalah : IPM t + n - IPM t 1/n r = x 100 IPM ideal - IPM t dimana : IPM t = IPM pada tahun t IPM t+n = IPM pada tahun t + n IPM ideal = 100 Kedua, adalah meningkatnya status pembangunan manusia berdasarkan klasifikasi berikut : Nilai IPM Status Pembangunan Manusia < 50 Rendah 50 IPM 66 Menengah Bawah 66 IPM < 80 Menengah Atas 80 Tinggi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 14

II. Metodologi 2.3. Metode Analisis Kesimpulan yang dihasilkan dari sebuah penelitian akan akurat, dapat dipercaya (reliable), tepat waktu (up to date) dan dapat diperhitungkan (accountable), salah satunya tergantung dari ketepatan dalam memilih dan menggunakan metode analisis. Kesalahan dalam memilih dan menggunakan metode analisis akan berakibat fatal sehingga kesimpulan yang dihasilkan tidak tepat, yang pada akhirnya menyebabkan salah dalam pengambilan kebijakan. Pada dasarnya metode analisis statistik dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu statistik deskriptif dan inferensia statistik. Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian data yang memberikan informasi yang berguna. Inferensia statistik mencakup semua metode analisis data dengan menggunakan berbagai macam prosedur pengujian secara statistik. Dalam penyusunan laporan ini metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif karena tidak ada pengujian secara statistik di dalamnya. 2.4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penyusunan IPM ini adalah data sekunder yang berasal dari BPS Kabupaten Tuban. Data sekunder meliputi data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban. Data lain yang dipakai adalah hasil pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang merupakan sumber data utama untuk mengetahui kondisi kesejahteraan masyarakat seperti kesehatan, pendidikan, dan konsumsi masyarakat. Disamping itu digunakan juga sumber-sumber lainnya (data sekunder) yang berkaitan dengan analisis ini. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 15

III. Gambaran Umum Wilayah Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 16

III. Gambaran Umum Wilayah 3.1 Kondisi Geografis abupaten Tuban terletak antara 111 0 30-112 0 35 Bujur Timur dan 6 0 40-7º18 Lintang Selatan.. Secara administrasi, wilayah Kabupaten Bojonegoro mempunyai batas-batas : - Bagian Selatan : Kabupaten Bojonegoro - Bagian Barat : Propinsi Jawa Tengah - Bagian Utara : Laut Jawa - Bagian Timur : Kabupaten Lamongan Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten yang terletak di jalur pantai utara jawa dengan luas wilayah mencapai 1.839,94 Km2, dengan panjang pantai 65 Km dan luas lautan 22.608 Km. Secara Administrasi Kabupaten Tuban terbagi menjadi 20 kecamatan dan 328 desa. Lima kecamatan terletak di wilayah pantai dan sisanya terletak di daerah dataran dan perbukitan. 3.2 Kependudukan Posisi penduduk didalam mekanisme pembangunan bukanlah semata-mata hanya sebagai sasaran (object), tetapi lebih dari itu adalah sebagai pelaksana pembangunan. Berdasarkan pemikiran tersebut, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dijadikan titik berat pada pembangunan nasional sejalan dengan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu data kependudukan menjadi sangat vital dalam penentuan kebijakan pembangunan yang berorientasi pada manusia. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 17

III. Gambaran Umum Wilayah Jumlah penduduk pertengahan tahun Kabupaten Tuban dari Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 1.119.311 jiwa dan pada tahun 2011 sebesar 1.124.757 jiwa, atau mengalami perkembangan sebesar 0,49 persen. Jumlah penduduk sebesar 1.124.757 terdiri dari laki-laki sebanyak 549.163 jiwa dan perempuan sebanyak 575.594 jiwa. Sex rasio sebesar 97,65 menunjukkan bahwa perbandingan untuk penduduk perempuan sebanyak 100 jiwa maka terdapat jumlah penduduk laki-laki sebanyak 98 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata sebesar 611 jiwa/km 2. Gambar 3.2 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011 80 70 69.1770.29 69.73 60 50 L 40 30 20 10 25.4 23.4 24.43 5.4 6.3 5.85 P L+P 0 0-14 15-64 65 + Sumber : Susenas Kabupaten Tuban, 2011 Struktur umur penduduk Kabupaten Tuban masuk kategori penduduk muda artinya penduduk usia muda mendominasi jumlah penduduk. Penduduk usia muda ini mempunyai banyak kelebihan baik dari segi ide-ide segar, berbagai inovasi baru yang bisa dilakukan maupun kemauan dan kemampuan bila dibandingkan dengan penduduk usia lanjut. perbandingan kelompok umur dapat dilihat pada gambar 3.2 diatas. Adapun 3.3 Pendidikan Peningkatan kualitas sumber daya manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan bidang pendidikan. Pelaksanaan program wajib belajar 6 tahun telah meningkatkan partisipasi sekolah anak, khususnya Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 18

III. Gambaran Umum Wilayah anak usia sekolah, untuk mendapatkan pendidikan dasar. Dengan diperluasnya jangkauan wajib belajar pendidikan menjadi 9 tahun diharapkan hampir seluruh penduduk usia 7 15 tahun mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, sehingga kualitas SDM akan meningkat. Dalam perencanaan pembangunan bidang pendidikan, diperlukan data yang akurat untuk memberikan informasi mengenai berbagai macam keadaan yang mendasari perencanaan, pelaksanaan sekaligus pemantauan terhadap program pendidikan. Data dimaksud diantaranya adalah angka partisipasi sekolah, angka melek huruf, tingkat pendidikan yang ditamatkan dan fasilitas pendidikan yang tersedia. 3.3.1 Partisipasi Sekolah Pembangunan bidang pendidikan ditujukan untuk meningkatkan akses penduduk pada fasilitas pendidikan, agar semakin banyak penduduk yang dapat bersekolah. Angka partisipasi sekolah diartikan sebagai perbandingan antara banyaknya penduduk yang masih bersekolah pada kelompok usia sekolah tertentu dibagi dengan jumlah penduduk yang seharusnya masih sekolah pada kelompok usia yang sama. Tabel 3.3.1. APS Menurut Kelompok Usia Sekolah Di Kabupaten Tuban Tahun 2007 2011 KELOMPOK UMUR 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (3) (4) (5) (6) (6) 7-12 98.38 98.71 98.91 98.32 97.04 13-15 82.12 86.09 85.42 87.30 90.95 16-18 47.32 47.47 52.35 43.92 55.65 Sumber : Susenas Kabupaten Tuban, 2007-2011 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 19

III. Gambaran Umum Wilayah Pada tabel diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, angka partisipasi sekolah semakin kecil. Pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar, hampir semua penduduk (97,04 %) usia 7-12 tahun telah bersekolah pada tahun 2011. Sedangkan untuk tingkat SLTP sebanyak 90,95 % anak usia 13-15 tahun telah bersekolah, dan untuk usia 16-18 tahun yang sedang bersekolah sebanyak 55,65 %. Bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2010, angka partisipasi sekolah pada semua tingkat pendidikan mengalami peningkatan. 3.3.2. Angka Melek Huruf Angka melek huruf dapat dijadikan sebagai indikator tingkat pendidikan penduduk karena dengan kemampuan tersebut seseorang dapat mempelajari dan menyerap ilmu pengetahuan. Seseorang dikatakan melek huruf apabila memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf latin atau lainnya. Tabel 3.3.2. Persentase Penduduk 15 Tahun ke atas yang Buta Huruf Tahun 2010 2011 KRITERIA 2010 2011 Perubahan (Persen Poin) (1) (2) (3) (4) Melek Huruf 85.79 85.93 0.14 Buta Huruf 14.21 14.07-0.14 Sumber : Susenas Kabupaten Tuban, 2010 2011 Di Kabupaten Tuban, pada tahun 2011 penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis (melek huruf) sebanyak 85,93 % atau dapat dikatakan masih terdapat penduduk yang buta huruf Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 20

III. Gambaran Umum Wilayah sebanyak 14,07 %. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 ada sedikit penurunan penduduk buta huruf yaitu dari 14,21 % menjadi 14,07 %. 3.3.3. Rata-rata Lama Sekolah Selain angka melek huruf, komponen pendidikan lain yang perlu dilihat adalah rata-rata lama sekolah (tahun). Indikator ini menunjukkan sampai jenjang pendidikan apa tingkat pendidikan penduduk dewasa. Tabel 3.3.3. Rata-rata Lama Sekolah penduduk 15 tahun ke atas Dibeberapa Kabupaten/Kota Tahun 2007 2011 KABUPATEN 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (6) (7) Bojonegoro 6.4 6.4 6.5 6.7 6.8 Tuban 6.1 6.1 6.2 6.4 6.6 Lamongan 6.8 6.8 7 7.2 7.2 Jawa Timur 6.9 7 7.2 7.2 7.4 Sumber : Susenas Kabupaten Tuban, 2007 2011 Dari tabel, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Tuban pada tahun 2011 mencapai 6,6 tahun yang berarti penduduk usia 15 tahun keatas di Kabupaten Tuban bersekolah hingga tingkat SLTP kelas 1 semester 1 (6 tahun 6 bulan atau baru masuk ke kelas 1 SLTP). Untuk Jawa Timur rata-rata lama sekolahnya adalah 7, 4 tahun, artinya apabila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Jawa Timur kondisi Kabupaten Tuban masih dibawah rata-rata. Bila dibandingkan dengan daerah sekitar, yaitu Bojonegoro dan Lamongan, Kabupaten Tuban termasuk paling rendah. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Tuban mencapai 6,6 tahun pada tahun 2011. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 21

III. Gambaran Umum Wilayah penduduk di Kabupaten Tuban masih pada taraf tamat Sekolah Dasar. Bila dibandingkan dengan tahun 2007, rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan dari 6,1 tahun pada 2007 menjadi 6,6 tahun pada 2011. Untuk mencapai target wajib belajar 9 tahun, maka diperlukan kerja keras dari Pemerintah Daerah untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. 3.3.4. Tingkat Pendidikan Ditamatkan Kualitas sumber daya manusia secara spesifik dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang dicapai penduduk. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan memberi gambaran tentang keadaan sumber daya manusia. Tabel 3.3.4. Persentase Penduduk usia 15 tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Yang Ditamatkan Tahun 2007-2011 KABUPATEN 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (6) (7) * Tidak/belum pernah sekolah 29.69 28.79 29.15 27.25 27.34 & tidak/belum tamat SD * Tamat SD 38.26 40.38 35.21 38.43 34.93 * Tamat SLTP 17.57 16.90 16.55 17.47 21.79 * Tamat SLTA 11.29 11.39 16.11 13.65 13.71 * Tamat Perguriuan Tinggi 3.20 2.55 2.98 3.20 2.22 Sumber : Susenas Kabupaten Tuban, 2007 2011 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Tuban taraf pendidikannya masih rendah yaitu sebanyak 62,27% merupakan tamatan SD kebawah yang terdiri dari mereka yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD sebesar 27,34% dan yang tamat SD sebesar 34,93%. tamat SLTP keatas sebesar 21,79%. Sedangkan yang Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 22

III. Gambaran Umum Wilayah 3.3.5. Fasilitas Pendidikan Keberadaan serta kemudahan akses terhadap fasilitas pendidikan berperan penting dalam peningkatan hasil pembangunan di bidang pendidikan. Salah satu sarana yang penting adalah sekolah yang merupakan wahana penyelenggaraan kegiatan pendidikan formal. Fasilitas pendidikan yang memadai sangat diperlukan untuk mendukung visi dan misi pembangunan pendidikan, yaitu memperluas kesempatan belajar bagi semua penduduk serta sekaligus terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan demikian pemerintah perlu menyediakan sarana belajar antara lain dengan mendirikan sekolahsekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi serta penambahan jumlah pendidik yang berkualitas. Tabel 3.3.5. Banyaknya Sekolah dan Rasio Murid-Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Tuban Tahun Ajaran 2011/2012 RASIO MURID RASIO MURID JENJANG SEKOLAH MURID GURU SEKOLAH GURU (1) (2) (3) (4) (6) (7) SD/MI 793 108.654 8.240 137 13 SLTP/MTS 169 47.789 3.683 283 13 SLTA/MA 72 18.715 1.634 260 11 SMK 26 12.105 945 466 13 Sumber: Dinas Pendidikan,Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Tuban, diolah Rasio murid-sekolah menunjukkan perbandingan jumlah murid dengan jumlah sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu. Dengan kata lain, angka ini menggambarkan jumlah rata-rata murid yang menjadi beban di setiap sekolah. Rasio murid-sekolah SD/MI di Kabupaten Tuban adalah 137, artinya bahwa tiap SD/MI di Kabupaten Tuban rata-rata menampung 137 orang. Dan, apabila angka ini Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 23

III. Gambaran Umum Wilayah diperluas analisisnya maka ada ketimpangan penerimaan murid baru di masing-masing SD/MI, dengan rata-rata per kelas 30 murid (ada 6 kelas, kelas 1 sampai kelas 6). Kenyataannya ada sekolah SD/MI yang menerima murid baru (kelas I) dibawah 30 anak sedangkan di sekolah SD/MI yang lain malah menerima murid baru dua kali dari rata-rata. Tingginya minat orangtua untuk menyekolahkan anaknya di Kota (anggapan sekolah tersebut lebih maju atau favorit) cukup berpengaruh pada ketimpangan penerimaan jumlah murid per sekolah, selain itu adanya perbedaan fasilitas-fasilitas yang dimiliki antar sekolah meskipun sama-sama dalam naungan Pemerintah (sekolah negeri). Dari Tabel 3.3.5. diatas terlihat bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar rasio murid-sekolah yang dimiliki yang artinya makin banyak jumlah murid yang menjadi beban sekolah. Untuk tingkat SLTP/MTs rasio murid-sekolah mencapai 283, untuk tingkat SLTA/MA rasio murid-sekolah mencapai 260, dan untuk tingkat SMK rasio muridsekolah mencapai 466. Dari tabel di atas terlihat bahwa rasio murid-sekolah antara SLTA/MA dan SMK terdapat perbedaan yang cukup besar. Fenomena ini menggambarkan kecenderungan masyarakat untuk menjalani jenjang pendidikan SMK dibanding SLTA/MA. Nampaknya semakin beragamnya pilihan jurusan pada SMK membuat masyarakat tidak ragu untuk memilih SMK, ditambah lagi jaminan keterampilan yang akan mereka miliki untuk siap bekerja. Jumlah sarana dan prasarana di setiap sekolah berbeda, karena itu rasio murid-sekolah saja kurang memadai untuk menggambarkan ketersediaan fasilitas pendidikan bagi masyarakat. Tabel 3.3.5. akan memberi gambaran perbandingan jumlah murid dengan jumlah guru untuk jenjang SD sampai SLTA. Rasio murid-guru menunjukkan rata-rata jumlah murid yang menjadi tanggung jawab setiap guru pada masingmasing jenjang pendidikan. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 24

III. Gambaran Umum Wilayah Dari nilai-nilai rasio tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah murid untuk setiap guru masih cukup ideal. Rasio murid-guru yang terlalu besar akan menyulitkan bagi guru untuk membagi perhatian pada murid-muridnya dengan baik sedangkan kelas yang menampung murid terlalu banyak akan membuat murid sendiri kesulitan berkonsentrasi pada pelajaran akibat terlalu ramainya kelas. 3.4 Kesehatan Kualitas penduduk secara fisik dapat diketahui dari derajat kesehatan penduduk secara keseluruhan. Peningkatan kualitas kesehatan penduduk merupakan salah satu aspek dalam upaya peningkatan pembangunan manusia. Ada beberapa indikator yang dapat dipakai untuk melihat derajat kesehatan, diantaranya adalah penolong persalinan balita, ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang memadai serta tingkat akses penduduk ke fasilitas kesehatan. 3.4.1 Penolong Persalinan Balita Pemanfaatan pelayanan persalinan dengan tenaga medis profesional sangat penting untuk menjamin p ersalinan yang aman Gambar 3.4.1. Persentase Penolong Persalinan Terakhir Balita Kabupaten Tuban Tahun 2011 Bidan 81% Other 8% Dukun Terlatih 8% Dokter 10% Tenaga Medis Lainnya 1% Sumber : Susenas Kabupaten Tuban, 2011 baik untuk bayi maupun ibunya. Persalinan yang aman dapat dilakukan oleh tenaga medis yaitu dokter dan bidan. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 25

III. Gambaran Umum Wilayah Persentase penduduk Kabupaten Tuban yang memanfaatkan jasa dokter dalam proses persalinan sebesar 10,29%, bidan sebesar 81,14 %, Tenaga medis lainnya sebesar 0-69 % dan yang masih memakai jasa dukun bersalin sebesar 8,56%. 3.4.2 Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk menilai derajat kesehatan penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Tuban dari tahun 2007-2011 menunjukkan penurunan. Pada tahun 2007 AKB Kabupaten Tuban sekitar 40.34 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2011 AKB telah turun menjadi sekitar 34.84 per 1000 kelahiran hidup. Penurunan AKB ini menunjukkan salah satu keberhasilan pemerintah di bidang kesehatan serta meningkatnya kesadaran masyarakat dalam memperhatikan dan memperlakukan bayinya. 3.5.3. Angka Harapan Hidup Indikator lain yang juga digunakan untuk menilai derajat kesehatan penduduk adalah Angka Harapan Hidup (AHH). Angka Harapan Hidup selain berfungsi sebagai indikator keberhasilan program kesehatan juga berfungsi sebagai indikator pembangunan ekonomi. Bila pembangunan sosial ekonomi di suatu wilayah semakin baik, maka AHH juga semakin tinggi. Tabel 3.4.3. Angka Harapan Hidup dan Angka kematian Bayi Kabupaten Tuban Tahun 2007-2011 INDIKATOR 2007 2008 2009 2010* 2011** (1) (2) (3) (4) (5) (6) Angka Harapan Hidup 67.17 67.34 67.56 67.78 67.78 Angka Kematian Bayi 40.34 38.7 38.22 36.96 34.84 * Angka diperbaiki ** Angka sementara Sumber : Susenas Kabupaten Tuban, 2007 2011 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 26

III. Gambaran Umum Wilayah AHH di Kabupaten Tuban pada periode 2007-2011 mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 AHH Kabupaten Tuban mencapai 67,17 tahun dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 68,11 tahun. Peningkatan AHH ini menunjukkan kualitas kesehatan penduduk Kabupaten Tuban yang semakin baik. 3.5.4. Fasilitas Kesehatan Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk adalah dengan menyediakan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan. Untuk memudahkan akses ke fasilitas kesehatan dan memperluas pelayanan kesehatan kepada masyarakat maka penyediaan sarana kesehatan diperluas sampai ke pelosok desa. Tabel 3.4.4. Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Medis/Non Medis Kabupaten Tuban Tahun 2009-2011 FASILITAS/TENAGA 2009 2010 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, 2009-2011 3.5.5. Tingkat Akses ke Fasilitas Kesehatan (1) (2) (3) (4) Puskesmas 33 33 33 Puskesmas Pembantu 54 54 54 Puskesmas Keliling 63 63 59 Posyandu 1.409 1.414 1.421 Dokter Umum 30 31 33 Dokter Gigi 15 17 15 Bidan 277 264 290 Perawat 121 113 131 Perawat Gigi 13 13 16 Dukun Terlatih 429 420 388 Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah upaya kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat jika mengalami sakit. Gambar 3.4.5 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Tuban jika sakit lebih memilih mendatangi fasilitas kesehatan modern Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 27

III. Gambaran Umum Wilayah ataupun tenaga medis daripada berobat ke tempat praktek pengobatan tradisional (Praktek Batra) ataupun dukun. Masyarakat yang datang ke praktek pengobatan tradisional atau dukun masingmasing hanya 1,41% dan 1,89%. Gambar 3.4.5. Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan dan Cara Berobat Jalan Kabupaten Tuban Tahun 2011 1.54 1.16 2.31 1.64 54.77 23.8 28.04 Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta Praktek Dokter/Poliklinik Puskesmas/Pustu Praktek Nakes Praktek Pengobatan Tradisional Dukun Bersalin & Lainnya Sumber : Susenas Kabupaten Tuban, 2011 3.5 Ketenagakerjaan 3.5.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan salah satu indikator ketenagakerjaan yang menggambarkan perbandingan antara angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Dari TPAK dapat dilihat perbandingan persentase penduduk yang telah dan siap masuk pasar kerja. TPAK di Kabupaten Tuban pada tahun 2011 sebesar 70,36 % yang berarti dari 100 penduduk usia kerja terdapat 70 orang yang aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja dan pengangguran). Dibandingkan dengan TPAK pada tahun 2007 sebesar 66,65 % berarti terjadi kenaikan sebesar 5,57 persen poin. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 28

III. Gambaran Umum Wilayah Tabel 3.5.1. Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Tuban Tahun 2007-2011 INDIKATOR 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Angkatan Kerja 575,255 590,750 601,727 599,175 605,606 Penduduk Yang Bekerja 539,387 556,834 576,331 582,059 583,508 Pengangguran 35,868 33,916 25,396 17,116 25,118 TPAK 66.65 68.70 69.55 69.96 69.96 TKK 93.76 94.26 95.78 97.14 95,85 TPT 6.24 5.74 4.22 2.86 4,15 Sumber : Sakernas Kabupaten Tuban, 2007 2011 3.5.2. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) Menurut konsep Labour Force, kegiatan bekerja didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar/pekerja keluarga yang membantu dalam usaha kegiatan ekonomi orang tua/saudara/orang lain. Indikator TKK merupakan salah satu indikator ketenagakerjaan yang memberikan informasi mengenai jumlah tenaga kerja yang terserap dalam lapangan kerja. Pada tahun 2011, TKK di Kabupaten Tuban mencapai 97,85 %. bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 97,14 % berarti terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,71 persen poin. Peningkatan penyerapan tenaga kerja ini diduga sebagai akibat adanya industrialisasi di Kabupaten Tuban berdampak pada peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya mengakibatkan meningkatnya tingkat kesempatan kerja. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 29

III. Gambaran Umum Wilayah 3.5.3. Angka Pengangguran Indikator ketenagakerjaan yang sering digunakan untuk melihat keberhasilan Pemerintah dalam pembangunan adalah besaran data penganggur (TPT/Tingkat Pengangguran Terbuka). Indikator TPT memberikan gambaran tentang seberapa besar angkatan kerja yang tidak terserap ke dalam kegiatan perekonomian. Pada tahun 2011, angka pengangguran (TPT) di Kabupaten Tuban sebesar 4,15 sedang pada tahun 2007 sebesar 6,24 yang berarti terjadi penurunan angka pengangguran. Menurunnya angka pengangguran ini diakibatkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja. 3.6.1. Potensi Ekonomi Daerah 3.6.1. Struktur Ekonomi Untuk mengamati kondisi perekonomian Kabupaten Tuban, salah satunya dapat dilihat dari sisi struktur ekonominya. Dengan melihat angka-angka distribusi persentase, bisa dikatakan perekonomian Kabupaten Tuban bertumpu pada s ektor primer. Gambar 3.6.1. Struktur Ekonomi Kabupaten Tuban Tahun 2007-2011 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 2007 2008 2009 2010 2011 Primer Tersier Primer Sekunder Tersier Sumber : PDRB Kabupaten Tuban, 2007 2011 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 30

III. Gambaran Umum Wilayah Kelompok sektor primer (sektor pertanian dan pertambangan & penggalian) memberikan kontribusi sebesar 41,35% terhadap PDRB Kabupaten Tuban, meskipun persentasenya cenderung menurun dari tahun ke tahun, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang peranannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sektor sekunder (sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor bangunan), perananannya dalam perekonomian juga semakin meningkat sejalan dengan peningkatan Kabupaten Tuban sebagai kota Industri. Kontribusi sektor ini pada kurun 2007-2011 selalu mengalami peningkatan, berturut-turut sebesar 28,88 persen, 29,12 persen, 29,28 persen, 29,13 persen dan 28,34 persen. Sementara peranan kelompok sektor tersier dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tuban sebesar 30 %. Selama lima tahun terakhir (tahun 2007-2011) andil kelompok sektor ini mengalami peningkatan, yaitu 28,68 persen pada tahun 2007, naik menjadi 29,20 persen pada 2008, tahun 2009 naik menjadi 29,39 persen, tahun 2010 naik lagi sebesar 29,96 persen dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi 30,30 persen. 3.6.2. Pendapatan Perkapita Pendapatan per kapita merupakan sebuah indikator yang sangat dikenal, terutama oleh para birokrat yang berkecimpung dalam penanganan peningkatan kemakmuran masyarakat. Oleh karena itu, indikator ini menjadi salah satu yang sangat penting dalam publikasi ini. Pada umumnya, indikator ini disajikan dari angka atas dasar harga berlaku, walaupun sebetulnya masih mengandung perubahan harga barang dan jasa. Selama lima tahun terakhir, pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Tuban mengalami peningkatan. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 31

III. Gambaran Umum Wilayah Pada tahun 2007, pendapatan perkapita masyarakat Tuban sebesar Rp. 11.634.545, meningkat menjadi Rp. 13.639.505 pada tahun 2008, tahun 2009 sebesar Rp. 15.288.660, tahun 2010 sebesar Rp. 16.557.391 dan tahun 2011 sebesar Rp. 18.522.248. Gambar 3.6.2. Pendapatan Perkapita Kabupaten Tuban Tahun 2007 2011 100% 80% 60% 40% 12,859,333 15,110,534 16,977,900 19,040,920 21,430,705 20% 0% 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : PDRB Kabupaten Tuban, 2007 2011 Kenaikan pendapatan perkapita ini penting kaitannya dengan pembangunan manusia karena dengan pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 32

IV. Hasil Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 33

IV. Hasil Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban ebagai suatu alat ukur untuk konsep pembangunan manusia yang memiliki banyak dimensi, IPM dibatasi pada tiga dimensi yang dianggap sangat mendasar bagi kehidupan manusia yaitu harapan hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. Empat komponen yang terpilih untuk mewakili ketiga dimensi tersebut adalah angka harapan hidup (e o ), angka melek huruf orang dewasa (Lit), rata-rata lama sekolah (MYS) dan paritas daya beli (PPP). Suatu uji validitas internal menunjukkan bahwa ketiga komponen tersebut mendukung IPM ke arah yang sama dan ternyata ketiganya mempunyai interrelasi atau hubungan yang cukup erat satu sama lain walaupun tidak dapat saling menggantikan. 4.1. IPM Kabupaten Tuban Seperti telah dikemukakan didepan bahwa IPM disusun dari 3 komponen yaitu : lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf (dengan bobot 2/3) dan rata-rata lamanya sekolah (dengan bobot 1/3); dan tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (Purchasing Power Parity/PPP). Dalam pembahasan tidak hanya dilakukan secara gradual terhadap skor IPM secara total, tetapi juga perlu melihat komponenkomponen pendukung terjadinya skor IPM tersebut. Antara ketiga komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain. Orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung mempunyai pengetahuan dan kesadaran yang lebih tinggi terhadap kesehatan diri dan keluarganya. Orang dengan pendidikan tinggi juga mempunyai kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi pula yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup dalam Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 34

arti hidup layak. IV. Hasil Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Orang dengan penghasilan tinggi mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi dan cenderung lebih bisa memperhatikan kesehatannya. Sementara tubuh yang sehat merupakan modal dalam melakukan aktifitas, baik aktifitas dalam belajar maupun aktifitas dalam bekerja. Adapun hasil penghitungan IPM Kabupaten Tuban dapat dilihat pada tabel 4.1. IPM Kabupaten Tuban mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dari 63,63 pada tahun 2004 menjadi 64,21 pada tahun 2005, tahun 2006 sebesar 66,46, menjadi 66,61 pada tahun 2007, tahun 2008 sebesar meningkat lagi menjadi 67,02 dan tahun 2009 meningkat sebesar 67,68. Pada tahun 2010 IPM Kabupaten Tuban naik menjadi 68,31, serta meningkat lagi pada tahun 2011 sebesar 68,71. Peningkatan ini diakibatkan adanya peningkatan komponen-komponen pembentuk IPM, walaupun demikian bila dibandingkan dengan pencapaian IPM kabupaten tetangga (Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro), IPM Kabupaten Tuban berada diantara IPM Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Tuban. Tabel 4.1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2004-2011 TAHUN INDEKS HARAPA N HIDUP Sumber :IPM Kabupaten Tuban, 2004-2011 INDEKS PENDIDI KAN INDEKS PPP IPM (1) (2) (3) (4) (5) 2004 68.50 64.69 57.61 63.63 2005 69.17 65.38 58.06 64.21 2006 69.83 70.17 59.38 66.46 2007 70.28 70.17 59.38 66.61 2008 70.57 70.17 60.33 67.02 2009 70.94 70.86 61.25 67.68 2010 71.31 71.44 62.19 68.31 2011 71.67 71.65 62.82 68.71 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 35

IV. Hasil Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban 4.1.1. Indeks Harapan Hidup Komponen harapan hidup mencerminkan lama hidup sekaligus hidup sehat suatu masyarakat. Angka harapan hidup suatu masyarakat salah satu diantaranya dipengaruhi oleh tingkat perekonomian daerah tersebut. Berbagai bukti secara demografis dan epidemiologis memberi dukungan adanya keterkaitan antara perkembangan ekonomi suatu wilayah dengan tinggi rendahnya harapan hidup. Indeks harapan hidup di Kabupaten Tuban mengalami peningkatan dari 68,50 pada tahun 2004 menjadi 69,17 pada tahun 2005, meningkat lagi pada tahun 2006 sebesar 69,83, berturut turut 70,28 pada tahun 2007, 70,57 pada tahun 2008, 70,90 pada tahun 2009 dan meningkat lagi pada tahun 2010 sebesar 71,31, serta meningkat menjadi 71,67 pada tahun 2011. Peningkatan indeks harapan hidup ini mencerminkan kesehatan ibu dan keluarga yang semakin membaik. Hal ini dipengaruhi banyak faktor seperti kesadaran menjaga kesehatan, kondisi sanitasi yang baik serta akses ke fasilitas kesehatan yang semakin mudah dijangkau oleh masyarakat. Keberhasilan pembangunan manusia pada suatu tahun adalah hasil akumulasi dari intervensi program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pada tahun-tahun sebelumnya. 4.1.2. Indeks Pendidikan Telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk memperoleh manusia yang berkualitas tidak dapat diperoleh secara instant, artinya perhatian Pemerintah dengan kebijakannya dalam rangka meningkatkan kualitas di bidang pendidikan pada suatu tahun tertentu tidak dapat langsung diperoleh hasil yang lebih baik pada tahun tersebut, akan tetapi butuh beberapa tahun untuk memperoleh kualitas pendidikan yang lebih baik. Dengan kata lain Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tuban Tahun 2011 36