Kita tengah berkejaran, korupsi dan kolusi dalam berbagai bentuk, sifat, dan karakternya terus bermetamorfosa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahkan diruang remang-remang, antara gelap dan terang 1. Pesan-pesan yang. pesan tersebut akan membentuk karakter penonton 2.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Peran Humas di Era Digitalisasi Informasi. Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fokus penelitian ini adalah mengenai gambaran praktik-praktik tindak pidana korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sudah semakin berkembang, ditandai dengan era teknologi saat ini. Dapat

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini.

BAB IV ANALISA DATA. I. Nasionalisme TKI dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park

Penulisan Naskah Non Berita

BAB V KESIMPULAN & SARAN. penelitian ini. Pertama, bagaimana praktik pembajakan digital dalam budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

Our Mobile Planet: Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 METODE PERANCANGAN Masalah yang akan dikomunikasikan

KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. : (diisi oleh peneliti)

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media

BAB 1 PENDAHULUAN. kertas. Seperti Koran, majalah, tabloid, dll. Media Massa Elektronik (Electronic Media).

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PADA PERINGATAN HARI GURU NASIONAL 2014 TANGGAL 25 NOVEMBER 2014

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENELITIAN KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya Information Communication

Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan Teknologi diiringi dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. stasiun televisi lokal maupun luar negeri. Setiap harinya stasiun televisi

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film sudah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

PENDIDIKAN PEMBUATAN FILM PADA REMAJA YANG BERUSIA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III Analisa Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin canggih. Sehingga pemasar harus memiliki kreatifitas yang

Promosi Program TV. Andi Fachrudin, M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Broadcasting.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perintah ke setiap kementerian/lembaga berperang

ETIK UMB STUDI KASUS : PERAN MAHASISWA & MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551);

BAB I Pendahuluan Latar Belakang Struktur yang Koruptif 1

Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada titik berjaya di sekitar tahun Pada saat itu layar tancap

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kotak yang bernama televisi, seseorang dapat melihat peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. mempublikasikan setiap ada agenda yang diadakan oleh perusahaan.

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana bagi perekonomian global khususnya melanda negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. ataupun muda, bahkan anak-anak pun hampir menghabiskan masa. tetapi dengan kehadiran televisi yang merupakan alat ini, maka impian

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. program berita dan hiburan. Televisi menjadi media massa elektronik pilihan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

BAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Iklan adalah bentuk komunikasi untuk memotivasi seseorang dan. membangun citra jangka panjang untuk suatu produk tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mempengaruhi kompleksitas sistem sosial budaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG

BAB IV ANALISIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi di segala

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

adalah sebesar 1,628 milyar US dollar (naik 15% dari tahun sebelumnya), untuk beriklan di koran sebesar 501 juta US dollar (naik 8,5%), di internet 14

Membangun Komunikasi yang Mencerdaskan Untuk Kemajuan Indonesia. Suryopratomo, News Director MetroTV

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis, dan mengevaluasi media massa. Pada dasarnya media literasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

Transkripsi:

Kita tengah berkejaran, korupsi dan kolusi dalam berbagai bentuk, sifat, dan karakternya terus bermetamorfosa dan mereproduksi diri. Ada sebagian kalangan yang sudah sampai pada kesimpulan, korupsi kian mendekati kesempurnaannya dan kuasa kegelapan nyaris tak terbendung lagi. Coba perhatikan dan fokus-kan pada pemberitaan media cetak maupun online atas kasus-kasus korupsi, kita akan mendapatkan, quantum kejahatan korupsi yang kian menakutkan dan menimbulkan kekhawatiran yang luar biasa. Pelakunya tidak hanya lelaki, tapi juga perempuan, bahkan kini, bapak dan anak, suami dan istri, keluarga besar,

atau sering disebut sebagai dinasti, mereka secara bersama melakukan tindak korupsi. Tidak hanya itu, pengusaha, politisi, kalangan profesional lain, penegak hukum, serta ustad sekalipun juga terlibat dalam kejahatan itu. Di tengah kedahsyatan perkembangan pelaku kejahatan, KPK bersinergi dan meng-endorse film layar lebar yang berjudul "Sebelum Pagi Terulang Kembali". Film layar lebar yang didukung artis dan aktor berkarakter yang progerakan antikorupsi serta bersinergi dengan komunitas antikorupsi di mana KPK berada di dalamnya adalah upaya sadar dan sengaja untuk keluar dari kejumuaan strategi pemberantasan korupsi yang biasanya hanya bersifat hukum dalam perspektif penindakan semata.

Film ini bukan yang pertama karena sebelumnya ada empat omnibus film cerita pendek yang diberjudul "Kita versus Korupsi" yang berkisah fakta sikap koruptif dalam berbagai segmen kehidupan masyarakat, juga didukung sepenuh-penuhnya oleh KPK. Film ini sudah dilihat oleh sekitar sembilan juta penonton begitu menurut pernyataan Transparansi Internasional Indonesia. Film Sebelum Pagi Terulang Kembali mengonstruksi alur cerita melalui kehidupan keluarga yang berupaya membangun "keguyupannya", kebersahajaan, dan nilai kejujuran. Di sisi lain, sistem sosial yang berkembang di masyarakat memiliki "kekuatan" memaksakan kehendaknya yang bertumpu pada pragmatisme, materialisme, dan konsumerisme yang sebagiannya dengan alasan survival.

Ada "perjumpaan dan pertarungan" nilai,diantara keluarga dan masyarakat serta diantara kehendak dan fakta sosial. Ini semua dapat menempatkan keluarga dalam posisi yang dilematis, sulit, dan menakutkan. Keluarga guyup yang sederhana, bersahaya, dan sebisa mungkin terus merawat kejujuran, bisa saja "takluk dan tak berdaya" berhadapan dengan kekuatan koruptif dan kolusif yang bersemayam di jantung kekuasaan, namun kini sudah merambah menjadi perilaku permisif dalam kehidupan sosial masyarakat. Film ini juga bisa menjadi salah satu potret realitas kontemporer yang kini sedang dihadapi seluruh keluarga di Indonesia. Temyata menjadi keluarga baik yang harmonis saj a tidak cukup pada era korupsi dan kolusi sudah begitu sistematis berkelindan dalam sistem kemasyarakatan dan kekuasaan. Kini diperlukan upaya yang lebih

strategis untuk membangun budaya antikorupsi yang berbasis pada keluarga sebagai sokoguru kehidupan struktur sosial di masyarakat. Mengapa harus film? Saat ini tidak ada yang dapat menyangkal, seluruh aktivitas kita dikepung oleh screen culture. Film bukan hanya ada di bioskop, melainkan juga menjadi bagian tak terpisahkan dari "budaya pop" dan kini juga telah menjelajah pada TV dan bahkan bisa diakses melalui gadget. Ada beberapa media seperti TV, internet, dan gadget seolah sudah menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari seluruh aktivitas masyarakat. Belum lagi dengan billboard dan TV iklan yang kini meningkat jumlah dan menyerbu ruang publik secara masif. KPK harus masuk dan menggunakan budaya pop untuk mengintensifkan kampanye pemberantasan korupsi.

Lihat saja, jumlah jam, rata-rata orang yang menonton TV. Seolah TV sudah menj adi kebutuhan tak terpisahkan dari masyarakat. Film menjadi salah satu program unggulan di banyak TV. Survei pada 2011 oleh AC Nielsen menyatakan, orang Indonesia menghabiskan waktu sebanyak 20 jam 15 menit seminggu untuk menonton televisi tetapi pada 2013 terjadi peningkatan karena rata-rata waktu orang Indonesia yang menonton TV menjadi 28 jam per minggu atau lebih dari empat jam setiap hari atau dua bulan nonstop menonton TV selama setahun. Waktu yang dihabiskan untuk menonton TVberbeda dengan waktu online di internet. Penduduk Indonesia menghabiskan rata-rata 14 jam per minggu untuk online di internet atau rata-rata dua jam sehari. Ada sekitar 55% pengguna bisa sekaligus mengonsumsi (multi tasking) internet dan televisi dan 45 % hanya mengakses

masing-masing internet dan TV. Selain itu, secara umum, mereka yang berada diusia 12 sampai 17 tahun menghabiskan waktu sebanyak tujuh jam dan 48 menit per bulan untuk rata-rata menonton video pada ponsel. Jumlahnya, 18% lebih banyak dari orang-orang usia 18 sampai 24 tahun dan lebih besar 46% dibanding pada usia 25 sampai 34 tahun. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk menonton film melalui internet jauh lebih banyak lagi. Semoga saja film Sebelum Pagi Terulang Kembali akan menjadi media yang baik, bukan sekadar untuk ditonton, tetapi juga dapat menjadi media pembelajaran. Lebih jauh dari itu, film pada dasarnya dapat menjadi tuntunan karena dapat digunakan untuk mencerdaskan dan mencerahkan dengan mentransformasikan nilai-nilai baik antara

lain antikoruptif, kolusif, dan nepotistik yang ditujukan untuk membangun watak, harkat, dan martabat masyarakat. Film ini diharapkan dapat mengombinasikan unsur hiburan dan sekaligus menyampaikan nilai spiritualitas serta bahkan medium refleksi, selain mengajukan alternatif pandangan dan kritik sosial. Film ini dijadikan KPK sebagai salah satu strategi untuk menyebarluaskan dan membangun vaksin berupa budaya antikorupsi dalam keluarga serta diharapkan akan melengkapi film lain yang telah pernah dibuat di Indonesia. Salah satunya film yang berjudul Lewat Djam Malam yang diproduksi pada 1954 melalui karya Asrul Sani. Kritikus film menilai film tersebut sebagai salah satu film terbaik, tidak hanya dari segi sinematografi, tetapi juga sebagai kritik sosial karena mengangkat tema korupsi setelah perang revolusi usai.

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Semoga saja, keluarga Indonesia dan para kawula mudanya akan memiliki vaksin antikorupsi setelah menonton film Sebelum Pagi Terulang Kembali serta mendapatkan inspirasi terbaiknya untuk bersama-sama memerangi virus-virus koruptif dan kolusif yang bersemayam pada diri kita sendiri, keluarga, serta sistem sosial, khususnya dalam struktur kekuasaan. Sumber: Koran Sindo, 3 Juni 2014