BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
|
|
- Hadi Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Jika membicarakan masalah korupsi, kolusi, nepotisme, gratifikasi dan segala persoalan terkait, baik dari penindakan hukum sampai upaya pencegahannya di negara Indonesia, maka tidaklah terlepas dari peranan sebuah lembaga indepeden negara yakni Komisi Pemberanyasan Korupsi (KPK). Salah satu upaya dalam melawan korupsi selain menghukum dan memiskinkan para pelaku korupsi, adalah dengan mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di masyarakat. Hal tersebut bukanlah tugas mudah. Sebab, ibarat penyakit, korupsi di Indonesia telah meradang di masyarakat, nyaris menjadi budaya di Indonesia. Korupsi tidak hanya menjadi masalah kaum elit saja, tapi juga di masyarakat umum. Segala bentuk tindakan korupsi pada dasarnya berakar dari sikap tidak jujur dan permisif terhadap kecurangan-kecurangan kecil di lingkungan sekitar. Maka, untuk mencegah korupsi sedini mungkin, KPK mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berani bersikap jujur dan melawan tegas segala bentuk kecurangan yang dimulai dari kehidupan sehari-hari. Untuk melakukan sosialiasi terkait hal tersebut, KPK mengemas sebuah kampanye masif bertajuk Berani Jujur, Hebat!. Kampanye Berani Jujur, Hebat! diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat. Berani Jujur, Hebat! diartikan sebagai sebuah ajakan dan seruan untuk senatiasa bersikap jujur dalam segala aktifitas. Artinya, segala sikap jujur yang dilakukan harus diapresiasi sebab apa yang terjadi di masyarakat saat ini adalah sikap permisif dalam melakukan kecurangan. Orangorang yang berani bersikap jujur & menentang kecurangan justru disingkirkan, tetapi orang-orang yang curang bersatu & semakin kuat. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk menyampaikan informasi dan edukasi tentang pencegahan serta pemberantasan tindak pidana korupsi kepada seluruh lapisan masyarakat melalui pesan dan nilai keberanian serta kejujuran 132
2 sehingga masyarakat dapat menyadari, memahami, dan menerapkan sikap antikorupsi di kehidupan sehari-hari. Kampanye komunikasi publik KPK yang bertajuk Kampanye Berani Jujur, Hebat! ini dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat serta dibantu oleh. Pihak-pihak tersebut antara lain agensi periklanan, LSM antikorupsi, dan lembaga pemerintah/kementrian. Agensi periklanan yang dimaksud adalah PT Harta Kharisma Wanapadu. Kerjasama dengan agensi periklanan tersebut dilakukan dalam rangka menyelenggarakan proses produksi dan penayangan iklan layanan masyarakat di televisi. Sebelumnya, PT Harta Kharisma Wanapadu telah ditetapkan sebagai pemenang dalam Pengadaan Placement Iklan Layanan Masyarakat Televisi melalui LPSE pada tanggal 10 September Hal ini tepat dilakukan untuk menjawab kelemahan pada situasi analisis yang telah dilakukan, yakni keterbatasan jumlah sumber daya manusia serta kreativitas dan capability sumber daya manusia yang dirasa masih kurang. Bersama lembaga pemerintah/kementrian, KPK bekerjasama dalam melaksanakan kampanye dengan strategi triger mechanism atau metode pelatuk. KPK mengajak seluruh lembaga/instansi tersebut untuk melaksanakan kampanye di internal lembaga mereka, dengan cara mereka sendiri. Kemenkominfo juga banyak membantu dalam pelaksanaan kampanye ini, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Strategi ini dinilai sangat efektif dan efisien, baik dari segi waktu maupun anggaran. Untuk LSM antikorupsi, mereka juga membantu KPK melaksanakan kampanye ini dengan strategi masing-masing. Selain itu, mereka membantu KPK melaksanakan beberapa kegiatan seperti pelaksanaan event secara sukarela. Kampanye Berani Jujur, Hebat! terdiri dari tiga tahap, yakni tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, langkah pertama yang dilakukan adalah analisis masalah. Dalam melakukan analisis masalah, Dikyanmas melakukan fact finding dengan cara melihat beberapa penelitian-penelitian dan pemberitaan yang ada di media. Dari hasil fact finding tersebut kemudian menyimpulkan permasalahan dari fakta-fakta yang telah ditemukan. Setelah fakta ditemukan kemudian dinyatakan dalam bentuk kalimat- 133
3 kalimat yang jelas atau problem statement, kemudian dilanjutkan dengan analisis situasi, yakni memaparkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Setelah analisis masalah dilakukan dilanjutkan dengan mengidentifikasi publik, menetapkan objektif, merencanakan strategi pesan dan strategi media, perencanaan kerja, dan merencanakan anggaran. Setelah tahap perencanaan dilakukan, kemudian pelaksanaan dilakukan. Tahap pelaksanaan kampanye Berani Jujur, Hebat! adalah realisasi unsur-unsur kampanye, seperti mempersiapkan personil-personil kampanye, pengkonstruksian pesan, menyeleksi penyampai pesan kampanye, dan menyeleksi saluran kampanye. Dalam pelaksanaan kampanye ini dilakukan pula pemantauan dan pembuatan laporan kemajuan terhadap jalannnya pelaksanaan kampanye Berani Jujur, Hebat!. Tahap selanjutnya ialah tahap evaluasi. Evaluasi yang digunakan dalam mengukur keberhasilan kampanye Berani Jujur, Hebat! adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses merupakan evaluasi terhadap bagaimana kampanye dilaksanakan sedangkan evaluasi hasil merupakan evaluasi terhadap apa hasil yang telah dicapai. Pada dasarnya, evaluasi proses tidak berbeda dengan kegiatan pemantauan pada tahap pelaksanaan. Ini berarti evaluasi proses telah dilakukan oleh Dikyanmas terhadap kampaye Berani Jujur, Hebat!. Evaluasi ini dilakukan dengan cara melihat hasil dari pemantauan dan laporan-laporan kemajuan yang telah ada. Untuk evaluasi hasil dilakukan dengan cara melihat hasil dari Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) sebagai bentuk evaluasi paleksanaan kampanye. Survei ini dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sesuai dengan Perpres No. 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) yang menugaskan BPS untuk melaksanakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) pada akhir tahun SPAK merupakan survei berskala nasional dan dirancang untuk dapat melihat pemahaman publik sasaran terhadap pesan antikorupsi dari keseluruhan program-program dan kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2012 termasuk kegiatan kampanye Berani Jujur, Hebat!. Evaluasi hasil yang telah dilakukan dalam melihat hasil yang dicapai dari kampanye Berani Jujur, Hebat! tersebut adalah evaluasi pada campaign level 134
4 dan attitude level. Campaign level dapat diketahui apakah khalayak sasaran terterpa kegiatan kampanye ini atau tidak. Sehingga fokus dari level ini adalah media exposure. Berapa persen publik sasaran yang menerima pesan kampanye melalui media x atau media y. Evaluasi pada attitude level hanya dilakukan pada aspek kognitif saja, yakni aspek pengetahuan yang dilakukan dengan survei-survei untuk melihat pengetahuan masyarakat mengenai korupsi, permisifitas dalam melihat tindak korupsi di sekitar, dan juga tentang sejauh mana masyarakat menyadari pentingnya melawan korupsi di lingkiungan sekitar. B. Saran 1. Bagi KPK dan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kampanye Berani Jujur, Hebat! : a. Perencanaan kampanye harus dilakukan lebih matang agar lebih efektif dan efisien. Artinya efektif dalam mencapai tujuan-tujuan dan efisien dalam menggunakan sumber daya baik biaya berkampanye ataupun sumber daya waktu. b. Dalam penentuan masalah, dilakukan penelitian formal secara khusus sebelum penyelenggaraan kampanye sehingga data-data dan informasi yang didapatkan lebih akurat. Dengan demikian dapat disusun suatu rencana kampanye yang lebih tepat sasaran. Selain itu, penelitian verifikasi juga harus dilakukan agar dalam mengidentifikasi publik lebih tersegmentasi, sehingga ketika merencanakan strategi media untuk berkampanye tidak terjadi pemborosan dan akan memudahkan jika hendak melakukan penelitian media habit (perilaku penggunaan media). c. Segmentasi publik dengan mengklasifikasi usia, latar belakang ekonomi, pendidikan, geografis, serta menidentifikasi karakteristik harus dilakukan. Sebab kampanye yang menyasar seluruh masyarakat hanya akan membuat kampanye menjadi sia-sia dan tak mampu diterima oleh publik. Sebuah kampanye harus menyasar publik sasaran yang spesifik sehingga strategi pesan dan strategi medianya tepat sasaran. d. Pengguanaan media baru secara lebih komprehensif juga harus dilakukan. Penggunaan media baru saat ini cenderung lebih banyak digunakan 135
5 terlebih lagi sosial media. Dalam melaksanakan kampanye Berani Jujur, Hebat!, sosial media tidak digunakan padahal biaya yang digunakan dalam menyebarkan pesan-pesan kampanye melalui sosial media cenderung lebih mudah dijangkau jika dibandingkan dengan menggunakan media massa atau media luar ruang. e. Penambahan personil pelaksana kampanye harus diperbanyak. Sebab, unit kerja yang harus dilakukan serta lokasi yang sangat banyak jelas akan membutuhkan personil lebih banyak agar tidak terjadi tumpangtindih dalam pembagian wewenang dan tugas. f. Cakupan kampanye KPK adalah seluruh Indonesia dengan target sasaran seluruh lapisan dan elemen masyarakat. Penambahan biaya anggaran akan sangat membantu dalam melaksanakan kampanye yang lebih efektif. g. Dalam melakukan kampanye Berani Jujur, Hebat!, Dikyanmas juga sebaiknya menyiapkan rencana evaluasi sehingga evaluasi yang komprehensif dapat dilakukan dan hasil kampanye dapat diketahui dengan lebih obyektif. 2. Bagi penelitian selanjutnya: Penelitian ini dapat dikembangkan lebih spesifik dengan mengulas tiaptiap tahapan dalam penyelenggaraan kampanye secara lebih mendalam. Dapat pula dikembangkan dengan melakukan penelitian tentang kampanye antikorupsi oleh KPK di tahun berikutnya. 136
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan
Lebih terperinciPENDIDIKAN ANTI KORUPSI STRATEGI KOMUNIKASI STRATEGI KOMUNIKASI B U DAYA PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ANTI KORUPSI KOMUNIKASI PENDIDIKAN STRATEGI
strategi komunikasi Pendidikan budaya anti korupsi; strategi komunikasi Pendidikan dan budaya anti korupsi; Pendidikan dan budaya anti korupsi; strategi komunikasi Pendidikan dan budaya anti korupsi; strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korupsi menjadi sebuah kata yang paling sering kita dengar saat ini. Lewat berita di televisi, surat kabar, bahkan melalui pembicaraan orang di sekitar kita.
Lebih terperinciPerilaku Permisif Masyarakat Terhadap Korupsi di Indonesia
Perilaku Permisif Masyarakat Terhadap Korupsi di Indonesia Akhir tahun 2012 lalu ditutup dengan sejumlah fenomena korupsi yang makin merajalela dan telah masuk ke berbagai sendi kehidupan masyarakat. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komisi Pemberantasan Korupsi adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi
Lebih terperinciPeran Humas di Era Digitalisasi Informasi. Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK
Peran Humas di Era Digitalisasi Informasi Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK Dunia berubah, seorang Humas Latar Belakang juga harus beradaptasi Teknologi serba digital, Humas tidak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary crimes) akan tetapi sudah menjadi kejahatan yang luar biasa (extraordinary
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Korupsi merupakan hal yang tidak asing lagi terdengar di telinga rakyat Indonesia. Sepuluh tahun belakangan ini korupsi menjadi isu yang selalu panas dan tidak
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN
Lebih terperinciNILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Eko Widodo Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciKESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.
KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.3/07/2007 NOMOR: KEP- 071/A/JA/07/2007 TENTANG TINDAK LANJUT PENEGAKAN HUKUM TERHADAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berfungsi secara efektif sebagai salah satu alat penyebar informasi kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa disamping dijadikan sebagai referensi oleh masyarakat juga digunakan untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media massa telah berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan kecurangan di pemerintah Indonesia sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Berbagai usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
No.839, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPP-PA. LHKPN. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2010 KORUPSI. KOLUSI. NEPOTISME. Penyelenggaraan Negara. KPK. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5137) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dirumuskan sebagai proses perubahan yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nasional yang lain yang dinilai lebih tinggi (Katz, dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Lebih terperinciPendidikan dan Budaya Anti Korupsi
Prototipe Media Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi Prakata SALAM SEHAT TANPA KORUPSI, Korupsi merupakan perbuatan mengambil sesuatu yang sebenarnya bukan haknya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iklan adalah bentuk komunikasi untuk memotivasi seseorang dan. membangun citra jangka panjang untuk suatu produk tertentu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklan adalah bentuk komunikasi untuk memotivasi seseorang dan menjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik atau masyarakat, memenangkan dukungan
Lebih terperinciKomite Advokasi Nasional & Daerah
BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitan : Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Desember 2010. 2. Tempat Penelitian : Penelitian ini
Lebih terperinciTANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013
1 TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER Jakarta, 9 Juli 2013 SEKTOR KORUPSI KPK 1. Bansos 2. APBN-APBD (banggar, satuan tiga = belanja K/L) 3. Hutan 4. Pajak 5. Kebijakan publik 6. Izin importasi
Lebih terperinciBAB I PENELITIAN KORUPSI
BAB I PENELITIAN KORUPSI Lembaga perguruan tinggi berdasarkan tuntutan Tridharma Perguruan Tinggi harusnya menempatkan posisi terdepan dalam melakukan penelitian dan pengkajian tentang korupsi di daerah
Lebih terperinci2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat :
No.1268, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-MARITIMAN. LHKPN. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undangundang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Lahirnya kebijakan otonomi daerah di Indonesia yang ditandai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undangundang Nomor
Lebih terperinci2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan
No.1280, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. LHKPN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tindak korupsi merupakan salah satu masalah yang paling krusial yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah kegiatan yang menyimpang
Lebih terperinciINTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 Direktorat Litbang, Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi www.kpk.go.id Agenda 1. Latar Belakang 2. Definisi, Tujuan dan Metodologi 3. Fakta Hasil
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemunculan korupsi di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk ringan atau berat, terorganisasi atau tidak. Walaupun korupsi sering memudahkan kegiatan
Lebih terperinci- 4 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - d. bahwa untuk memperkuat komitmen tersebut dalam pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme diperlukan kerjasama sinergis dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam hal kepatuhan pelaporan laporan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.919, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Zona Integritas. Birokrasi Bersih dan Melayani. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.806, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi. Permintaan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-08/1.02/PPATK/05/2013
Lebih terperinciKORUPSI MENGHAMBAT PEMBANGUNAN NASIONAL. Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil I-02 Medan
KORUPSI MENGHAMBAT PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil I-02 Medan Salah satu tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan kesejahteraan Rakyat yang adil dan makmur
Lebih terperinciPencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi
Modul ke: Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Konsep Pemberantasan Korupsi Kebijakan penanggulangan kejahatan yang biasa dikenal dengan
Lebih terperinciPROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG
PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,
Lebih terperinciBUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI TANA TORAJA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BARRU NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN TATA KERJA PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.2101, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Status Gratifikasi. Penetapan. Pelaporan. Pedoman. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN
Lebih terperinciPENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK
PENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK KEMRISTEKDIKTI JAKARTA, 19 AGUSTUS 2015 Pemberantasan Korupsi
Lebih terperinciBAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan
BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan 1. Yayasan Advokasi Transformasi Masyarakat (ATMA) Surakarta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Struktur Organisasi pada Direktorat Operasi Sumber Daya terdiri atas:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sesuai dengan yang tertera pada website resmi Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI), www.postel.go.id (Akses: 12 Maret
Lebih terperinciMENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini berfokus pada Strategi Komunikasi BP3AKB dalam mensosialisasikan perlindungan anak kepada masyarakat di Kota Bekasi, dan bertujuan untuk memberikan gambaran dan
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi dengan ini menginstruksikan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan. pelaksana, baik itu secara formal maupun informal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aspek yang paling penting dalam tata pemerintahan yang baik (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan pengawasan yang memadai terhadap fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara lahiriah manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain. Mereka tidak
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN TRANPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH
LAPORAN KEGIATAN TRANPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH BAB I PENDAHULUAN Sesuai ketentuan Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 14 SERI D
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 14 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 352 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KOORDINASI, MONITORING DAN EVALUASI (KORMONEV) PELAKSANAAN
Lebih terperinci2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
No.862, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Penyampaian dan Pengumuman LHKPN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN DAN PENGUMUMAN
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan salah satu penyebab semakin meratanya kasus korupsi dan buruknya tata kelola pemerintahan daerah. Hal
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengungkapkan bagaimana persepsi masyarakat terhadap perilaku gratifikasi gratifikasi pada sektor pelayanan sipil, yang dalam pembahasannya juga
Lebih terperincibarang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan
BAB IV TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENGADAAN BARANG DAN JASA MELALUI SISTEM ELEKTRONIK PADA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.414, 2014 KEMEN BUMN. Pengendalian. Gratifikasi. Program. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER -05/MBU/2014 TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN GRATIFIKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan usaha di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan hal yang positif terutama dalam sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Data Kementerian
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fokus penelitian ini adalah mengenai gambaran praktik-praktik tindak pidana korupsi
130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Fokus penelitian ini adalah mengenai gambaran praktik-praktik tindak pidana korupsi dan film ini sebagai media kampanye anti korupsi dengan sumber data yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita sebagai fakta atau informasi yang ditulis oleh reporter atau wartawan mengenai kejahatan yang diperoleh dari pihak kepolisian dan dimuat di media massa baik itu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus yang dilakukan pada periode 1 Mei 15 Juni 2010 adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa telah berfungsi sebagai alat propaganda paling efektif, di samping dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media
Lebih terperinciKEPUTUSAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI SEKRETARIAT KABINET
SALINAN KEPUTUSAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
No.985, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG TATA
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti
No.1194, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. LHKN. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Proses pengadaan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada hal-hal yang sudah penulis paparkan dari Bab I hingga Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan
Lebih terperinciBAPPENAS. Katalog BPS: Kerjasama Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional dengan Badan Pusat Statistik
/ KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS: 4407001 BAPPENAS Kerjasama Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional dengan Badan Pusat Statistik i / KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Siaran pers memiliki fungsi penting bagi setiap organisasi ataupun perusahaan
1 BAB I Pendahuluan 1.1 latar belakang Siaran pers memiliki fungsi penting bagi setiap organisasi ataupun perusahaan manapun, yaitu untuk memberikan informasi yang penting menyangkut dengan publiknya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memperhatikan adalah mengarah kepada dan mempersiapkan diri untuk melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu perbuatan. 1
Lebih terperinci2011, No Menetapkan Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); 3. Peraturan Menteri
No.726, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Informasi Publik. Pelayanan. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, keberadaan dan peran auditor yang sangat strategis dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan meningkatkan kompetisi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siapa pun itu, pasti pernah berbohong ataupun berlaku tidak jujur tanpa pandang usia. Bahkan, anak-anak sekolah dasar pun pun bisa melakukannya. Ada yang kedapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan berbagai tindakan agar kegiatan bisnisnya tetap bertahan. Mereka diharuskan untuk
Lebih terperinciTindak Pidana Korupsi
Tindak Pidana Korupsi 1. Apa korupsi itu? Korupsi adalah semua perbuatan atau tindakan yang diancam dengan sanksi sebagaimana diatur di dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Lebih terperinciKOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA
2016 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA B6 Tambahan Berita Negara R.I Tanggal 4 Nopember 2016 No. 88 Melalui Pengumuman ini maka Penyelenggara Negara telah memenuhi kewajiban mengumumkan harta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap instansi atau perusahaan membutuhkan seorang public relations karena peran dan fungsinya yang sangat penting dalam melakukan aktivitasnya tersebut. Dalam melakukan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka praktik kampanye sosial dalam membangun kesadaran masyarakat peduli lingkungan oleh Dinas Cipkataru Kota Salatiga periode
Lebih terperinciKomisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN
Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN GUGUS TUGAS PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN PEMBERITAAN, PENYIARAN, DAN IKLAN KAMPANYE PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian
III. METODE PENELITIAN Upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian dibutuhkan metode ilmiah yang merupakan suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian untuk
Lebih terperinci2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
No.729, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Konflik Kepentingan Pencegahan dan Penanganan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjelang Pemilihan Umum 2014, lahir gerakan-gerakan yang diinisiasi oleh masyarakat untuk mendukung jalannya pemilihan umum. Aktivitas gerakan-gerakan tersebut beragam, mulai
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 18 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kejahatan yang paling sulit diberantas. Realitas ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan dan pembentukan lembaga untuk pemberantasan korupsi sudah banyak terjadi, namun tindak pidana korupsi di Indonesia hingga hari ini masih merupakan
Lebih terperinciKEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciPola Pemberantasan Korupsi Sistemik
Pola Pemberantasan Korupsi Sistemik Modul ke: Korupsi sistemik susah diberantas karena sudah menyebar kemana-mana Fakultas PSIKOLOGI Dra. Yuni Astuti, MS. Program Studi Psikologi S1 POLA PEMBERANTASAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas penayangan iklan melalui media televisi di Indonesia dalam perkembangannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan semakin sering munculnya
Lebih terperinciRencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi
Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi 2004-2007 Draft untuk mendapatkan masukan Daftar Isi Daftar Isi... 2 Pendekatan Perencanaan Stratejik... 3... 4... 4... 5... 6... 7... 8 Sumberdaya Yang Diperlukan...
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI (UPG) PADA SATUAN KERJA POLTEKKES KEMENKES RIAU TAHUN 2016
LAPORAN KEGIATAN UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI (UPG) PADA SATUAN KERJA POLTEKKES KEMENKES RIAU TAHUN 2016 KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU JL. MELUR NO. 103 PEKANBARU Telp. (0761)
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK
SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PROBITY AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alasan mendasar terjadinya reformasi tahun 1998 karena pemerintahan waktu itu yaitu pada masa orde baru telah terjadi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pun sejajar dan bersifat
93 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Hubungan antara Pemerintah Daerah dan Dewan
Lebih terperinciTEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG
Propaganda Pemberantasan Korupsi Di Indonesia KARYA ILMIAH Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2016 Oleh Cheryl Marlitta Stefia NIM 1102140004 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN
Lebih terperinci2017, No tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republi
No.898, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. LHKPN BNPB. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
-1- PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciForum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Tim Pokja Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN WHISTLEBLOWER DAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinci