BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP A. Kesimpulan"

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Jika membicarakan masalah korupsi, kolusi, nepotisme, gratifikasi dan segala persoalan terkait, baik dari penindakan hukum sampai upaya pencegahannya di negara Indonesia, maka tidaklah terlepas dari peranan sebuah lembaga indepeden negara yakni Komisi Pemberanyasan Korupsi (KPK). Salah satu upaya dalam melawan korupsi selain menghukum dan memiskinkan para pelaku korupsi, adalah dengan mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di masyarakat. Hal tersebut bukanlah tugas mudah. Sebab, ibarat penyakit, korupsi di Indonesia telah meradang di masyarakat, nyaris menjadi budaya di Indonesia. Korupsi tidak hanya menjadi masalah kaum elit saja, tapi juga di masyarakat umum. Segala bentuk tindakan korupsi pada dasarnya berakar dari sikap tidak jujur dan permisif terhadap kecurangan-kecurangan kecil di lingkungan sekitar. Maka, untuk mencegah korupsi sedini mungkin, KPK mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berani bersikap jujur dan melawan tegas segala bentuk kecurangan yang dimulai dari kehidupan sehari-hari. Untuk melakukan sosialiasi terkait hal tersebut, KPK mengemas sebuah kampanye masif bertajuk Berani Jujur, Hebat!. Kampanye Berani Jujur, Hebat! diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat. Berani Jujur, Hebat! diartikan sebagai sebuah ajakan dan seruan untuk senatiasa bersikap jujur dalam segala aktifitas. Artinya, segala sikap jujur yang dilakukan harus diapresiasi sebab apa yang terjadi di masyarakat saat ini adalah sikap permisif dalam melakukan kecurangan. Orangorang yang berani bersikap jujur & menentang kecurangan justru disingkirkan, tetapi orang-orang yang curang bersatu & semakin kuat. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk menyampaikan informasi dan edukasi tentang pencegahan serta pemberantasan tindak pidana korupsi kepada seluruh lapisan masyarakat melalui pesan dan nilai keberanian serta kejujuran 132

2 sehingga masyarakat dapat menyadari, memahami, dan menerapkan sikap antikorupsi di kehidupan sehari-hari. Kampanye komunikasi publik KPK yang bertajuk Kampanye Berani Jujur, Hebat! ini dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat serta dibantu oleh. Pihak-pihak tersebut antara lain agensi periklanan, LSM antikorupsi, dan lembaga pemerintah/kementrian. Agensi periklanan yang dimaksud adalah PT Harta Kharisma Wanapadu. Kerjasama dengan agensi periklanan tersebut dilakukan dalam rangka menyelenggarakan proses produksi dan penayangan iklan layanan masyarakat di televisi. Sebelumnya, PT Harta Kharisma Wanapadu telah ditetapkan sebagai pemenang dalam Pengadaan Placement Iklan Layanan Masyarakat Televisi melalui LPSE pada tanggal 10 September Hal ini tepat dilakukan untuk menjawab kelemahan pada situasi analisis yang telah dilakukan, yakni keterbatasan jumlah sumber daya manusia serta kreativitas dan capability sumber daya manusia yang dirasa masih kurang. Bersama lembaga pemerintah/kementrian, KPK bekerjasama dalam melaksanakan kampanye dengan strategi triger mechanism atau metode pelatuk. KPK mengajak seluruh lembaga/instansi tersebut untuk melaksanakan kampanye di internal lembaga mereka, dengan cara mereka sendiri. Kemenkominfo juga banyak membantu dalam pelaksanaan kampanye ini, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Strategi ini dinilai sangat efektif dan efisien, baik dari segi waktu maupun anggaran. Untuk LSM antikorupsi, mereka juga membantu KPK melaksanakan kampanye ini dengan strategi masing-masing. Selain itu, mereka membantu KPK melaksanakan beberapa kegiatan seperti pelaksanaan event secara sukarela. Kampanye Berani Jujur, Hebat! terdiri dari tiga tahap, yakni tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, langkah pertama yang dilakukan adalah analisis masalah. Dalam melakukan analisis masalah, Dikyanmas melakukan fact finding dengan cara melihat beberapa penelitian-penelitian dan pemberitaan yang ada di media. Dari hasil fact finding tersebut kemudian menyimpulkan permasalahan dari fakta-fakta yang telah ditemukan. Setelah fakta ditemukan kemudian dinyatakan dalam bentuk kalimat- 133

3 kalimat yang jelas atau problem statement, kemudian dilanjutkan dengan analisis situasi, yakni memaparkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Setelah analisis masalah dilakukan dilanjutkan dengan mengidentifikasi publik, menetapkan objektif, merencanakan strategi pesan dan strategi media, perencanaan kerja, dan merencanakan anggaran. Setelah tahap perencanaan dilakukan, kemudian pelaksanaan dilakukan. Tahap pelaksanaan kampanye Berani Jujur, Hebat! adalah realisasi unsur-unsur kampanye, seperti mempersiapkan personil-personil kampanye, pengkonstruksian pesan, menyeleksi penyampai pesan kampanye, dan menyeleksi saluran kampanye. Dalam pelaksanaan kampanye ini dilakukan pula pemantauan dan pembuatan laporan kemajuan terhadap jalannnya pelaksanaan kampanye Berani Jujur, Hebat!. Tahap selanjutnya ialah tahap evaluasi. Evaluasi yang digunakan dalam mengukur keberhasilan kampanye Berani Jujur, Hebat! adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses merupakan evaluasi terhadap bagaimana kampanye dilaksanakan sedangkan evaluasi hasil merupakan evaluasi terhadap apa hasil yang telah dicapai. Pada dasarnya, evaluasi proses tidak berbeda dengan kegiatan pemantauan pada tahap pelaksanaan. Ini berarti evaluasi proses telah dilakukan oleh Dikyanmas terhadap kampaye Berani Jujur, Hebat!. Evaluasi ini dilakukan dengan cara melihat hasil dari pemantauan dan laporan-laporan kemajuan yang telah ada. Untuk evaluasi hasil dilakukan dengan cara melihat hasil dari Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) sebagai bentuk evaluasi paleksanaan kampanye. Survei ini dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sesuai dengan Perpres No. 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) yang menugaskan BPS untuk melaksanakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) pada akhir tahun SPAK merupakan survei berskala nasional dan dirancang untuk dapat melihat pemahaman publik sasaran terhadap pesan antikorupsi dari keseluruhan program-program dan kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2012 termasuk kegiatan kampanye Berani Jujur, Hebat!. Evaluasi hasil yang telah dilakukan dalam melihat hasil yang dicapai dari kampanye Berani Jujur, Hebat! tersebut adalah evaluasi pada campaign level 134

4 dan attitude level. Campaign level dapat diketahui apakah khalayak sasaran terterpa kegiatan kampanye ini atau tidak. Sehingga fokus dari level ini adalah media exposure. Berapa persen publik sasaran yang menerima pesan kampanye melalui media x atau media y. Evaluasi pada attitude level hanya dilakukan pada aspek kognitif saja, yakni aspek pengetahuan yang dilakukan dengan survei-survei untuk melihat pengetahuan masyarakat mengenai korupsi, permisifitas dalam melihat tindak korupsi di sekitar, dan juga tentang sejauh mana masyarakat menyadari pentingnya melawan korupsi di lingkiungan sekitar. B. Saran 1. Bagi KPK dan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kampanye Berani Jujur, Hebat! : a. Perencanaan kampanye harus dilakukan lebih matang agar lebih efektif dan efisien. Artinya efektif dalam mencapai tujuan-tujuan dan efisien dalam menggunakan sumber daya baik biaya berkampanye ataupun sumber daya waktu. b. Dalam penentuan masalah, dilakukan penelitian formal secara khusus sebelum penyelenggaraan kampanye sehingga data-data dan informasi yang didapatkan lebih akurat. Dengan demikian dapat disusun suatu rencana kampanye yang lebih tepat sasaran. Selain itu, penelitian verifikasi juga harus dilakukan agar dalam mengidentifikasi publik lebih tersegmentasi, sehingga ketika merencanakan strategi media untuk berkampanye tidak terjadi pemborosan dan akan memudahkan jika hendak melakukan penelitian media habit (perilaku penggunaan media). c. Segmentasi publik dengan mengklasifikasi usia, latar belakang ekonomi, pendidikan, geografis, serta menidentifikasi karakteristik harus dilakukan. Sebab kampanye yang menyasar seluruh masyarakat hanya akan membuat kampanye menjadi sia-sia dan tak mampu diterima oleh publik. Sebuah kampanye harus menyasar publik sasaran yang spesifik sehingga strategi pesan dan strategi medianya tepat sasaran. d. Pengguanaan media baru secara lebih komprehensif juga harus dilakukan. Penggunaan media baru saat ini cenderung lebih banyak digunakan 135

5 terlebih lagi sosial media. Dalam melaksanakan kampanye Berani Jujur, Hebat!, sosial media tidak digunakan padahal biaya yang digunakan dalam menyebarkan pesan-pesan kampanye melalui sosial media cenderung lebih mudah dijangkau jika dibandingkan dengan menggunakan media massa atau media luar ruang. e. Penambahan personil pelaksana kampanye harus diperbanyak. Sebab, unit kerja yang harus dilakukan serta lokasi yang sangat banyak jelas akan membutuhkan personil lebih banyak agar tidak terjadi tumpangtindih dalam pembagian wewenang dan tugas. f. Cakupan kampanye KPK adalah seluruh Indonesia dengan target sasaran seluruh lapisan dan elemen masyarakat. Penambahan biaya anggaran akan sangat membantu dalam melaksanakan kampanye yang lebih efektif. g. Dalam melakukan kampanye Berani Jujur, Hebat!, Dikyanmas juga sebaiknya menyiapkan rencana evaluasi sehingga evaluasi yang komprehensif dapat dilakukan dan hasil kampanye dapat diketahui dengan lebih obyektif. 2. Bagi penelitian selanjutnya: Penelitian ini dapat dikembangkan lebih spesifik dengan mengulas tiaptiap tahapan dalam penyelenggaraan kampanye secara lebih mendalam. Dapat pula dikembangkan dengan melakukan penelitian tentang kampanye antikorupsi oleh KPK di tahun berikutnya. 136

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI STRATEGI KOMUNIKASI STRATEGI KOMUNIKASI B U DAYA PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ANTI KORUPSI KOMUNIKASI PENDIDIKAN STRATEGI

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI STRATEGI KOMUNIKASI STRATEGI KOMUNIKASI B U DAYA PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ANTI KORUPSI KOMUNIKASI PENDIDIKAN STRATEGI strategi komunikasi Pendidikan budaya anti korupsi; strategi komunikasi Pendidikan dan budaya anti korupsi; Pendidikan dan budaya anti korupsi; strategi komunikasi Pendidikan dan budaya anti korupsi; strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korupsi menjadi sebuah kata yang paling sering kita dengar saat ini. Lewat berita di televisi, surat kabar, bahkan melalui pembicaraan orang di sekitar kita.

Lebih terperinci

Perilaku Permisif Masyarakat Terhadap Korupsi di Indonesia

Perilaku Permisif Masyarakat Terhadap Korupsi di Indonesia Perilaku Permisif Masyarakat Terhadap Korupsi di Indonesia Akhir tahun 2012 lalu ditutup dengan sejumlah fenomena korupsi yang makin merajalela dan telah masuk ke berbagai sendi kehidupan masyarakat. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komisi Pemberantasan Korupsi adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi

Lebih terperinci

Peran Humas di Era Digitalisasi Informasi. Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK

Peran Humas di Era Digitalisasi Informasi. Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK Peran Humas di Era Digitalisasi Informasi Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK Dunia berubah, seorang Humas Latar Belakang juga harus beradaptasi Teknologi serba digital, Humas tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary crimes) akan tetapi sudah menjadi kejahatan yang luar biasa (extraordinary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Korupsi merupakan hal yang tidak asing lagi terdengar di telinga rakyat Indonesia. Sepuluh tahun belakangan ini korupsi menjadi isu yang selalu panas dan tidak

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Eko Widodo Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII. KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.3/07/2007 NOMOR: KEP- 071/A/JA/07/2007 TENTANG TINDAK LANJUT PENEGAKAN HUKUM TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berfungsi secara efektif sebagai salah satu alat penyebar informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berfungsi secara efektif sebagai salah satu alat penyebar informasi kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa disamping dijadikan sebagai referensi oleh masyarakat juga digunakan untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media massa telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan kecurangan di pemerintah Indonesia sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Berbagai usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme No.839, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPP-PA. LHKPN. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2010 KORUPSI. KOLUSI. NEPOTISME. Penyelenggaraan Negara. KPK. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5137) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dirumuskan sebagai proses perubahan yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nasional yang lain yang dinilai lebih tinggi (Katz, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

Lebih terperinci

Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi

Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi Prototipe Media Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi Prakata SALAM SEHAT TANPA KORUPSI, Korupsi merupakan perbuatan mengambil sesuatu yang sebenarnya bukan haknya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklan adalah bentuk komunikasi untuk memotivasi seseorang dan. membangun citra jangka panjang untuk suatu produk tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Iklan adalah bentuk komunikasi untuk memotivasi seseorang dan. membangun citra jangka panjang untuk suatu produk tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklan adalah bentuk komunikasi untuk memotivasi seseorang dan menjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik atau masyarakat, memenangkan dukungan

Lebih terperinci

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Komite Advokasi Nasional & Daerah BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitan : Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Desember 2010. 2. Tempat Penelitian : Penelitian ini

Lebih terperinci

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013 1 TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER Jakarta, 9 Juli 2013 SEKTOR KORUPSI KPK 1. Bansos 2. APBN-APBD (banggar, satuan tiga = belanja K/L) 3. Hutan 4. Pajak 5. Kebijakan publik 6. Izin importasi

Lebih terperinci

BAB I PENELITIAN KORUPSI

BAB I PENELITIAN KORUPSI BAB I PENELITIAN KORUPSI Lembaga perguruan tinggi berdasarkan tuntutan Tridharma Perguruan Tinggi harusnya menempatkan posisi terdepan dalam melakukan penelitian dan pengkajian tentang korupsi di daerah

Lebih terperinci

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat :

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat : No.1268, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-MARITIMAN. LHKPN. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Lahirnya kebijakan otonomi daerah di Indonesia yang ditandai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undangundang Nomor

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan No.1280, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. LHKPN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tindak korupsi merupakan salah satu masalah yang paling krusial yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah kegiatan yang menyimpang

Lebih terperinci

INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 Direktorat Litbang, Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi www.kpk.go.id Agenda 1. Latar Belakang 2. Definisi, Tujuan dan Metodologi 3. Fakta Hasil

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemunculan korupsi di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk ringan atau berat, terorganisasi atau tidak. Walaupun korupsi sering memudahkan kegiatan

Lebih terperinci

- 4 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 4 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - d. bahwa untuk memperkuat komitmen tersebut dalam pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme diperlukan kerjasama sinergis dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam hal kepatuhan pelaporan laporan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.919, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Zona Integritas. Birokrasi Bersih dan Melayani. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.806, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Informasi. Permintaan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-08/1.02/PPATK/05/2013

Lebih terperinci

KORUPSI MENGHAMBAT PEMBANGUNAN NASIONAL. Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil I-02 Medan

KORUPSI MENGHAMBAT PEMBANGUNAN NASIONAL. Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil I-02 Medan KORUPSI MENGHAMBAT PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil I-02 Medan Salah satu tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan kesejahteraan Rakyat yang adil dan makmur

Lebih terperinci

Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi

Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi Modul ke: Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Konsep Pemberantasan Korupsi Kebijakan penanggulangan kejahatan yang biasa dikenal dengan

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

Lebih terperinci

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI TANA TORAJA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BARRU NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN TATA KERJA PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2101, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Status Gratifikasi. Penetapan. Pelaporan. Pedoman. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK

PENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK PENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK KEMRISTEKDIKTI JAKARTA, 19 AGUSTUS 2015 Pemberantasan Korupsi

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan 1. Yayasan Advokasi Transformasi Masyarakat (ATMA) Surakarta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Struktur Organisasi pada Direktorat Operasi Sumber Daya terdiri atas:

BAB I PENDAHULUAN Struktur Organisasi pada Direktorat Operasi Sumber Daya terdiri atas: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sesuai dengan yang tertera pada website resmi Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI), www.postel.go.id (Akses: 12 Maret

Lebih terperinci

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini berfokus pada Strategi Komunikasi BP3AKB dalam mensosialisasikan perlindungan anak kepada masyarakat di Kota Bekasi, dan bertujuan untuk memberikan gambaran dan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi dengan ini menginstruksikan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan. pelaksana, baik itu secara formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan. pelaksana, baik itu secara formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aspek yang paling penting dalam tata pemerintahan yang baik (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan pengawasan yang memadai terhadap fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara lahiriah manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain. Mereka tidak

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN TRANPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH

LAPORAN KEGIATAN TRANPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH LAPORAN KEGIATAN TRANPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH BAB I PENDAHULUAN Sesuai ketentuan Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 14 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 14 SERI D BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 14 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 352 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KOORDINASI, MONITORING DAN EVALUASI (KORMONEV) PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 No.862, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Penyampaian dan Pengumuman LHKPN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN DAN PENGUMUMAN

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan salah satu penyebab semakin meratanya kasus korupsi dan buruknya tata kelola pemerintahan daerah. Hal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengungkapkan bagaimana persepsi masyarakat terhadap perilaku gratifikasi gratifikasi pada sektor pelayanan sipil, yang dalam pembahasannya juga

Lebih terperinci

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan BAB IV TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENGADAAN BARANG DAN JASA MELALUI SISTEM ELEKTRONIK PADA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.414, 2014 KEMEN BUMN. Pengendalian. Gratifikasi. Program. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER -05/MBU/2014 TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN GRATIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan usaha di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan hal yang positif terutama dalam sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Data Kementerian

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fokus penelitian ini adalah mengenai gambaran praktik-praktik tindak pidana korupsi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fokus penelitian ini adalah mengenai gambaran praktik-praktik tindak pidana korupsi 130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Fokus penelitian ini adalah mengenai gambaran praktik-praktik tindak pidana korupsi dan film ini sebagai media kampanye anti korupsi dengan sumber data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita sebagai fakta atau informasi yang ditulis oleh reporter atau wartawan mengenai kejahatan yang diperoleh dari pihak kepolisian dan dimuat di media massa baik itu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus yang dilakukan pada periode 1 Mei 15 Juni 2010 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa telah berfungsi sebagai alat propaganda paling efektif, di samping dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI SEKRETARIAT KABINET

KEPUTUSAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI SEKRETARIAT KABINET SALINAN KEPUTUSAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme No.985, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG TATA

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti No.1194, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. LHKN. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Proses pengadaan

BAB V PENUTUP. Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Proses pengadaan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada hal-hal yang sudah penulis paparkan dari Bab I hingga Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan

Lebih terperinci

BAPPENAS. Katalog BPS: Kerjasama Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional dengan Badan Pusat Statistik

BAPPENAS. Katalog BPS: Kerjasama Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional dengan Badan Pusat Statistik / KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS: 4407001 BAPPENAS Kerjasama Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional dengan Badan Pusat Statistik i / KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Siaran pers memiliki fungsi penting bagi setiap organisasi ataupun perusahaan

BAB I. Pendahuluan. Siaran pers memiliki fungsi penting bagi setiap organisasi ataupun perusahaan 1 BAB I Pendahuluan 1.1 latar belakang Siaran pers memiliki fungsi penting bagi setiap organisasi ataupun perusahaan manapun, yaitu untuk memberikan informasi yang penting menyangkut dengan publiknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memperhatikan adalah mengarah kepada dan mempersiapkan diri untuk melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu perbuatan. 1

Lebih terperinci

2011, No Menetapkan Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); 3. Peraturan Menteri

2011, No Menetapkan Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); 3. Peraturan Menteri No.726, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Informasi Publik. Pelayanan. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, keberadaan dan peran auditor yang sangat strategis dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan meningkatkan kompetisi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siapa pun itu, pasti pernah berbohong ataupun berlaku tidak jujur tanpa pandang usia. Bahkan, anak-anak sekolah dasar pun pun bisa melakukannya. Ada yang kedapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan berbagai tindakan agar kegiatan bisnisnya tetap bertahan. Mereka diharuskan untuk

Lebih terperinci

Tindak Pidana Korupsi

Tindak Pidana Korupsi Tindak Pidana Korupsi 1. Apa korupsi itu? Korupsi adalah semua perbuatan atau tindakan yang diancam dengan sanksi sebagaimana diatur di dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Lebih terperinci

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA 2016 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA B6 Tambahan Berita Negara R.I Tanggal 4 Nopember 2016 No. 88 Melalui Pengumuman ini maka Penyelenggara Negara telah memenuhi kewajiban mengumumkan harta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap instansi atau perusahaan membutuhkan seorang public relations karena peran dan fungsinya yang sangat penting dalam melakukan aktivitasnya tersebut. Dalam melakukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka praktik kampanye sosial dalam membangun kesadaran masyarakat peduli lingkungan oleh Dinas Cipkataru Kota Salatiga periode

Lebih terperinci

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN GUGUS TUGAS PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN PEMBERITAAN, PENYIARAN, DAN IKLAN KAMPANYE PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian

III. METODE PENELITIAN. Upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian III. METODE PENELITIAN Upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian dibutuhkan metode ilmiah yang merupakan suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian untuk

Lebih terperinci

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun No.729, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Konflik Kepentingan Pencegahan dan Penanganan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjelang Pemilihan Umum 2014, lahir gerakan-gerakan yang diinisiasi oleh masyarakat untuk mendukung jalannya pemilihan umum. Aktivitas gerakan-gerakan tersebut beragam, mulai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 18 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kejahatan yang paling sulit diberantas. Realitas ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kejahatan yang paling sulit diberantas. Realitas ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan dan pembentukan lembaga untuk pemberantasan korupsi sudah banyak terjadi, namun tindak pidana korupsi di Indonesia hingga hari ini masih merupakan

Lebih terperinci

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Pola Pemberantasan Korupsi Sistemik

Pola Pemberantasan Korupsi Sistemik Pola Pemberantasan Korupsi Sistemik Modul ke: Korupsi sistemik susah diberantas karena sudah menyebar kemana-mana Fakultas PSIKOLOGI Dra. Yuni Astuti, MS. Program Studi Psikologi S1 POLA PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas penayangan iklan melalui media televisi di Indonesia dalam perkembangannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan semakin sering munculnya

Lebih terperinci

Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi

Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi 2004-2007 Draft untuk mendapatkan masukan Daftar Isi Daftar Isi... 2 Pendekatan Perencanaan Stratejik... 3... 4... 4... 5... 6... 7... 8 Sumberdaya Yang Diperlukan...

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI (UPG) PADA SATUAN KERJA POLTEKKES KEMENKES RIAU TAHUN 2016

LAPORAN KEGIATAN UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI (UPG) PADA SATUAN KERJA POLTEKKES KEMENKES RIAU TAHUN 2016 LAPORAN KEGIATAN UNIT PENGENDALIAN GRATIFIKASI (UPG) PADA SATUAN KERJA POLTEKKES KEMENKES RIAU TAHUN 2016 KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU JL. MELUR NO. 103 PEKANBARU Telp. (0761)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PROBITY AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alasan mendasar terjadinya reformasi tahun 1998 karena pemerintahan waktu itu yaitu pada masa orde baru telah terjadi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pun sejajar dan bersifat

BAB III PENUTUP. maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pun sejajar dan bersifat 93 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Hubungan antara Pemerintah Daerah dan Dewan

Lebih terperinci

TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG

TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG Propaganda Pemberantasan Korupsi Di Indonesia KARYA ILMIAH Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2016 Oleh Cheryl Marlitta Stefia NIM 1102140004 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

2017, No tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republi

2017, No tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republi No.898, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. LHKPN BNPB. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Tim Pokja Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN WHISTLEBLOWER DAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci