BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makna merupakan salah satu unsur bahasa yang dapat mengalami perubahan. Pateda (2010:158-159) mengatakan perubahan makna bisa saja terjadi dikarenakan beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. Masuknya bahasa asing tersebut diakibatkan terjadinya kontak bahasa yang dapat menimbulkan penyerapan budaya maupun bahasa, sehingga sebuah bahasa pastinya memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka. Peminjaman kata dari satu bahasa ke bahasa yang lain telah menjadi topik menarik yang banyak diteliti dalam dunia linguistik. Peminjaman kata dalam setiap bahasa merupakan fenomena yang wajar saja ditemui mengingat kontak antarbahasa saat ini sudah tidak dapat dihindarkan lagi karena derasnya arus informasi dan globalisasi. Fenomena ini pun dapat ditemukan dalam bahasa Jepang yang memiliki banyak kata pinjaman dalam kosakatanya. Kata-kata pinjaman tersebut dikenal dengan istilah gairaigo. Masami dan Masako (1982:26) menyatakan pengertian gairaigo sebagai berikut: 外国のことばが 日本語の中に取り入れられて使われているものを 外来語 といいます 中国も 日本からいえば外国ですが その中国から来たことば ( 漢語 ) は 外来語 の仲間に入 1
2 れていません ですから おもにヨーロッパの国々のことばから取り入れたものを 外来語 といっています gaikoku no kotoba ga, nihongo no naka ni toriirerarete tsukawareteiru mono wo [gairaigo] to iimasu. chugoku mo, nihon kara ieba gaikoku desuga, sono chugoku kara kita kotoba (kango) wa, {gairaigo} no nakama ni ireteimasen. Desukara, omoni yōroppa no kuniguni no kotoba kara toriireta mono wo, [gairaigo] to itteimasu Yang artinya: Kosakata luar negeri yang dijadikan kosakata dalam bahasa Jepang disebut dengan gairaigo. Cina juga termasuk luar negeri bagi Jepang, namun kosakata yang berasal dari Cina (kango) tidak termasuk dalam gairaigo. Karena itu, sebagian besar kosakata yang berasal dari negaranegara Eropa lah yang disebut dengan gairaigo Olah (2007:177) menyatakan peminjaman kata oleh bahasa Jepang dimulai pada pertengahan tahun 1500-an ketika Jepang mulai berinteraksi dengan Eropa. Awalnya, kata serapan dalam bahasa Jepang berasal dari bahasa Portugis, setelah pedagang dan misionaris dari Portugal mulai datang ke Jepang pada abad ke-16. Setelah itu, kata-kata dari bahasa Belanda mulai ikut masuk ke Jepang ketika pedagang dari Belanda tiba pada awal 1600-an. Berikutnya kata-kata asing yang datang dari Jerman dan Perancis, sejak abad ke-19 kata serapan didominasi oleh kata-kata yang berasal dari bahasa Inggris. Meskipun kosakata pinjaman bahasa Jepang berasal dari berbagai negara, namun bahasa Inggris menjadi sumber yang paling banyak. Saat ini Jepang lebih banyak mengambil kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris-Amerika, hal ini terjadi sebagai akibat dari pengaruh budaya Amerika di
3 Jepang sejak akhir Perang Dunia II dan menjadi kosakata bahasa Jepang yang banyak ditemukan dalam percakapan sehari-hari dan dalam hal surat-menyurat. Seperti yang diungkapkan The Japanese National Language Research Institute pada tahun 1964 menemukan bahwa dari semua kata serapan yang berasal dari Barat, 80,8% adalah dari bahasa Inggris (Olah, 2007:178) Loveday (1996:103) mengatakan bahwa media massa, copy-writers, jurnalistik, translator dan para akademika menjadi pelopor peminjaman kata yang paling aktif dan paling berpengaruh di Jepang. Oleh karena itu, biasanya sumber kontak sosial kultural dengan bahasa Inggris di Jepang adalah media masa, sebagai contoh, majalah fashion dan iklan komersial dari teknologi modern. Begitu pula yang dikemukakan Yamada (dalam Tomoda 2005, 29) bahwa majalah fashion lebih banyak menggunakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris dibandingkan dengan koran dan media masa lainnya. Penggunaan bahasa Inggris di Jepang telah menjadi topik penelitian di berbagai bidang linguistik, baik oleh orang Jepang maupun orang yang berasal dari luar Jepang yaitu para pelajar asing. Beberapa diantaranya tertarik meneliti proses asimilasi dari gairaigo, perubahan makna maupun kajian sosiolinguistik. Penelitian ini difokuskan pada kesan makna yang ditimbulkan dan perubahan makna yang terjadi pada gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris, mengingat gairaigo merupakan kata serapan dari bahasa asing yang pastinya mengalami proses penyesuaian sebelum menjadi kosakata bahasa Jepang. Penyesuaian tersebut
4 menyebabkan perubahan pada kosakata yang bersangkutan baik dari segi fonologi, morfologi maupun semantik. Dari segi semantik, gairaigo tidaklah memiliki kesan makna yang sama persis seperti kata asalnya, oleh karena itu pasti terjadi sebuah perubahan makna akibat adanya penyesuaian. Sebagai contoh kata ケーキ (kēki) yang berasal dari kata cake, dalam bahasa Inggris cake memiliki arti makanan manis yang terbuat dari campuran tepung, telur, mentega dan lain-lain serta dipanggang dalam oven. Berbeda dengan kēki yang memiliki arti kue yang bergaya barat (Miura, 1979:83). Kata kēki di atas menimbulkan kesan makna sebuah kue yang bergaya kebarat-baratan. Dari contoh tersebut dapat kita lihat perluasan makna yang terjadi pada gairaigo kēki. Kemudian, contoh lainnya yaitu kata マンション (manshon) yang berasal dari kata mansion dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris mansion memiliki makna sebuah rumah yang besar dan mengesankan (Oxford, 2008:269). Setelah diserap ke dalam bahasa Jepang, kata manshon bermakna menjadi kumpulan tempat tinggal yang tinggi atau dapat juga disebut apartemen kelas atas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kata manshon telah mengalami perubahan makna total jika dibandingkan dengan kata asalnya dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan pemaparan makna tersebut, maka kesan makna yang timbul dari gairaigo manshon ialah sebuah apartemen mewah. Dari pemaparan contoh sebelumnya, terdapat perbedaan kesan makna serta pergeseran makna gairaigo dengan kata asalnya. Oleh karena itu, dengan adanya fenomena tersebut maka dirasa perlu untuk dilakukan penelitian.
5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, masalah yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kesan makna yang ditimbulkan gairaigo dalam rubrik fashion majalah Seventeen edisi Desember 2014? 2. Bagaimanakah pergesaran makna yang terjadi pada gairaigo dalam rubrik fashion majalah Seventeen edisi Desember 2014? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus : 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menambah khasanah penelitian kajian semantik dalam linguistik Jepang. Selain itu, menambah wawasan pembaca mengenai kosakata serapan yang terdapat dalam bahasa Jepang atau yang dalam istilah Jepangnya ialah gairaigo. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini ialah menjawab pertanyaan dari rumusan masalah, yaitu: 1. Memahami kesan makna yang ditimbulkan gairaigo dalam rubrik fashion majalah Seventeen edisi Desember 2014
6 2. Memahami pergesaran makna yang terjadi pada gairaigo dalam rubrik fashion majalah Seventeen edisi Desember 2014 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan linguistik, khususnya mengenai kesan makna serta perubahan makna dari gairaigo, sehingga mampu menjadi refrensi bagi para pembelajar bahasa Jepang. Selain itu, diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan dalam penulisan karya ilmiah bagi pembaca. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembelajar bahasa Jepang dalam memahami kesan makna serta perubahan makna dari gairaigo, sehingga pembelajar bahasa Jepang tidak mengalami kesulitan ketika menggunakan gairaigo baik dalam sebuah karya tulis maupun dalam berkomunikasi dengan orang Jepang secara langsung. 1.5 Ruang Lingkup
7 Ruang lingkup penelitian ini hanya mencakup pada kesan makna serta perubahan makna gairaigo yang terdapat dalam majalah Seventeen. Gairaigo yang diteliti ialah gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris. Sedangkan data yang digunakan ialah gairaigo yang terdapat dalam rubrik fashion majalah Seventeen. 1.6 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah majalah Seventeen edisi 1522 Desember 2014. Seventeen atau yang dalam bahasa Jepangnya セブンティーン (sebuntīn) adalah majalah mode bulanan Jepang yang terbit setiap tanggal satu. Majalah yang diperuntukan remaja perempuan ini diterbitkan oleh Shueisha, memuat tentang fashion, fashion uniform, percintaan, permasalahan seputar remaja serta infoinfo yang ingin diketahui remaja. 1.7 Metode dan Teknik Penelitian Dalam suatu penelitian penggunaan metode dan teknik yang tepat merupakan hal yang penting untuk menunjang keberhasilan penelitian itu sendiri, dengan metode dan teknik juga dapat memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode dan teknik penelitian yang diungkapkan oleh Sudaryanto (1993) dan Mahsun (2005). Terdapat tiga metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
8 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak yaitu dengan menyimak penggunaan bahasa baik penggunaan bahasa secara lisan maupun penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005:90). Data dalam penilitian ini ialah penggunaan bahasa secara tertulis, yaitu gairaigo yang terdapat dalam majalah Seventeen. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat tulis tertentu dan kemudian dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 1993:135). Pada tahap pengumpulan data ini gairago yang terdapat dalam majalah Seventeen ditandai kemudian dicatat untuk selanjutnya dianalisis. 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Metode dan teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode deskriptif analisis. Menurut Sudaryanto (1993:62) metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan fakta yang ada. Sifat penelitian deskriptif yaitu menjabarkan, memotret segala permasalahan yang dijadikan pusat perhatian peneliti, kemudian dipaparkan apa adanya. Pada tahapan analisis data, metode ini digunakan untuk memaparkan makna dari gairaigo, sehingga memudahkan untuk mengklasifikasikan kesan makna serta jenis perubahan makna dari gairaigo tersebut. 1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
9 Tahap penyajian hasil analisis data pada penelitian ini menggunakan metode informal. Mahsun (2005:123) mengatakan metode informal merupakan metode yang menyajikan hasil analisis dengan kata-kata atau kalimat, bukan lambang dalam bentuk angka, tabel atau tanda. Metode informal dalam penelitian ini digunakan untuk menyajikan hasil analisis kesan makna serta perubahan makna gairaigo yang terdapat dalam majalah Seventeen dengan memaparkan makna gairaigo dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Kemudian, kata-kata dalam bahasa Jepang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan disajikan dalam huruf kanji, hiragana, katakana, dan romaji beserta terjemahannya.