KECENDERUNGAN SWING VOTER MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2009

dokumen-dokumen yang mirip
RASIONALITAS PEMILIH: KONTESTASI PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK

Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009

EFEK CALON TERHADAP PEROLEHAN SUARA PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

ISU KEBANGKITAN PKI SEBUAH PENILAIAN PUBLIK NASIONAL. Temuan Survei September 2017

Tiga Tahun Partai Politik : Masalah Representasi Aspirasi Pemilih

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH DALAM PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA. Temuan Survei Juli 2007

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

TREND ORIENTASI NILAI-NILAI POLITIK ISLAMIS VS NILAI-NILAI POLITIK SEKULER DAN KEKUATAN ISLAM POLITIK

Menurunnya Kinerja Pemerintah dan Disilusi terhadap Partai Politik

SILENT REVOLUTION : KAMPANYE, KOMPETISI CALEG, DAN KEKUATAN PARTAI MENJELANG PEMILU Lembaga Survei Indonesia (LSI) Oktober 2008

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014

KONTROVERSI PUBLIK TENTANG LGBT DI INDONESIA

PREDIKSI PEROLEHAN SUARA PEMILIH PADA PILKADA DKI JAKARTA 2007

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF

DEBAT CAPRES-CAWAPRES DAN KECENDERUNGAN SIKAP PEMILIH

LEGITIMASI DEMOKRATIK WAKIL RAKYAT: PARTAI, DPR DAN DPD

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK

KUALITAS PERSONAL DAN ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN DI MATA PEMILIH

KEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK

PROSPEK KEPEMIMPINAN NASIONAL EVALUASI PUBLIK TIGA TAHUN PRESIDEN

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG

KESENJANGAN PENDAPATAN: Harapan Publik terhadap Pemerintahan Jokowi-JK SURVEI NASIONAL

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

ISU-ISU PUBLIK DAN PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA 2007

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014

MEDIA MASSA DAN SENTIMEN TERHADAP PARTAI POLITIK MENJELANG PEMILU 2014

AKUNTABILITAS POLITIK: EVALUASI PUBLIK ATAS PEMERINTAHAN. Temuan Survei Nasional

ISU-ISU PALING MENDESAK DAN POSITIONING CITRA CAPRES-CAWAPRES

Refleksi dan Harapan Ekonomi-Politik Evaluasi Publik Nasional. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

EFEK KAMPANYE DAN EFEK JOKOWI: ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU LEGISLATIF 2014

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

KOMUNALISME DAN POPULISME MASYARAKAT INDONESIA

PRO-KONTRA PILKADA LANGSUNG. Temuan Survei: 25 Oktober 3 November 2014

KEMUNGKINAN GOLPUT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA

KASUS BANK CENTURY DI MATA PUBLIK

Kedaerahan dan Kebangsaan dalam Demokrasi Sebuah Perspektif Ekonomi-Politik. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 20 Maret 2007

PROTES MASSA DAN KEPEMIMPINAN NASIONAL SEBUAH EVALUASI PUBLIK

Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia

KECENDERUNGAN SIKAP & PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014

EVALUASI PUBLIK TERHADAP DPR DAN KETUA DPR PILIHAN MASYARAKAT

PROSPEK ISLAM POLITIK

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

KINERJA PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO SEBUAH EVALUASI PUBLIK

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

PROSPEK KEPEMIMPINAN NASIONAL EVALUASI PUBLIK ATAS KINERJA PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Jokowi Pasca Naiknya BBM. LSI DENNY JA November 2014

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

BRR Gagal, Aceh Hilang dari Peta NKRI Evaluasi Publik Aceh dan Nias Setahun Pasca Tsunami

Mencari Calon Presiden 2014

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

Laporan Survei PREFERENSI POLITIK MASYARAKAT Menuju Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2017

BERITA RESMI STATISTIK

RILIS SURVEI NASIONAL 2012 STAGNASI PERILAKU PEMILIH: FENOMENA PARTAI POLITIK MATI SURI

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

SPLIT-TICKET VOTING, KARAKTERISTIK PERSONAL, DAN ELEKTABILITAS BAKAL CALON PRESIDEN

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

Pertarungan Wilayah Strategis Dan Efek Cawapres

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INTERNET, APATISME, DAN ALIENASI POLITIK

PELUANG CALON-CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI JAWA BARAT

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

TERORISME, PESANTREN, DAN TOLERANSI AGAMA: PERSPEKTIF KAUM MUSLIM INDONESIA

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

Flow chart penarikan sampel exit poll

Paska PAN Gabung Pemerintah LSI DENNY JA SEPTEMBER 2015

POPULARITAS DAN PELUANG TOKOH LOKAL

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

Metodologi Quick Count

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

KECENDERUNGAN SENTIMEN EKONOMI- POLITIK 2008

ISU AGAMA KALAHKAN AHOK?

POLITIK KEBIJAKAN BBM, BLSM & EFEK ELEKTORALNYA. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2013

KEPERCAYAAN TERHADAP DPR DI TITIK TERENDAH. LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Desember 2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

CEDERA. Website:

Temuan Survei: Januari 2015

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017

MEDIA SURVEI NASIONAL

Transkripsi:

KECENDERUNGAN SWING VOTER MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2009 Trend Opini Publik LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) Jakarta, November 2008 www.lsi.or.id

IHTISAR Swing voter adalah sikap dan perilaku pemilih yang tidak terikat oleh sebuah partai politik dalam kurun waktu yang cukup lama. Dalam pemilih Indonesia kekuatan swing voter sangat besar, sekitar 47% kalau dilihat dari perginya rata-rata pemilih 2004 sebuah partai ke partai lain atau menjadi belum tahu memilih partai apa bila pemilu diadakan sekarang. Jumlah ini cukup untuk merontokan partai papan atas, dan untuk memunculkan partai baru. Swing voter yang besar ini menuntut partai bekerja sangat keras untuk meyakinkan mereka. Tapi tidak banyak partai yang melakukannya hingga hari ini sehingga banyak partai yang ditinggalkan pemilihnya. Untuk sementara hanya Demokrat dan Gerindra yang terlihat lebih keras meyakinkan pemilih. Karena itu, Demokrat mengancam dominasi Golkar dan PDIP di papan atas, dan Gerindra mengancam partai-partai lapisan tengah seperti PKB, PPP, PKS, dan PAN. Bila Golkar dan PDIP tidak mampu mengimbangi mobilisasi pemilih oleh Demokrat dan Gerindra, dan bila krisis keuangan global tidak menerpa terlalu dalam perekonomian kita dalam empat bulan ke depan, maka kendali dua partai ini atas kekuatan partai secara nasional akan berakhir pasca pemilu 2009. Sumber dari swing ini adalah buruknya citra partai di mata pemilih, tapi pemilih masih punya harapan sehingga lebih memilih untuk swing dari pada Golput. Namun demikian, dalam jangka panjang, citra partai yang buruk bukan hanya mempebesar swing tapi juga memperbesar jumlah Golput.

Pendahuluan Swing voter dalam pemilu legislatif adalah pemilih yang punya sikap dan kecenderungan tidak punya hubungan cukup kuat dengan sebuah partai politik sehingga pilihannnya mudah berubah dari waktu ke waktu, dan sangat tergantung pada banyak faktor terakhir dalam menentukan pilihan pada sebuah partai politik. Swing voter menunjukan bahwa pemilih partai sangat cair, dan menuntut partai bekerja lebih keras untuk meyakinkan mereka. Yang mengarahkan swing voter akan memilih partai apa adalah keunggulan partai atas partai lainnya dalam mobilisasi pemilih. Swing voter membuat sulit memperkirakan pemenang pemilu, dan dapat membuka ruang bagi perubahan besar dalam peta kekuatan partai politik. Sistem kepartaian akan menjadi kurang stabil: Mudah berubah partai mana yang unggul, dan berapa banyak partai yang akan duduk di parlemen. Swing voter terutama menjadi ancaman atau tantangan bagi partai-partai papan atas, tapi sebaliknya akan menjadi peluang bagi partai menengah dan bagi partai baru untuk meningkatkan perolehan suara mereka. Pertanyaannya, berapa besar potensi swing voter dalam pemilih Indonesia? Partai mana yang cenderung ditinngalkan, dan partai mana yang cenderung mampu mengakomodasi swing voter? Mengapa sebuah partai cenderung ditinngalkan, dan sebaliknya cenderung didukung pemilih? Secara umum mengapa swing voter terjadi?

Pengukuran Potensi swing voter dapat diperkirakan dari: kecenderungan tingkat perubahan sikap elektoral pemilih dibanding hasil pemilu sebelumnya, 1999 dan 2004; kecenderungan perpindahan pilihan pemilih satu partai dalam pemilu 2004 ke partai lain atau mengambang sekarang; kecenderungan tidak mengidentifikasi diri dengan partai politik tertentu.

METODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Jumlah sampel sebesar 2.197 responden, dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 2% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Penarikan sample dilakukan dengan Metode Multistage Random Sampling. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti. Wawancara terakhir dilakukan 26 Oktober - 5 November 2008.

Methodologi Survei Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional Prop.1 Ds 1 Ds n RT1 RT2 RT3. Prop.k Ds 1 Ds m RT5 Desa/kelurahan di tingkat Propinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random KK1 KK2 Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK Laki-laki Perempuan Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan

DEMOGRAFI KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS JENIS KELAMIN KELOMPOK PENDIDIKAN LAKI-LAKI 49.8 50.0 <= SD 55.9 60.0 PEREMPUAN 50.2 50.0 SLTP 16.6 19.0 DESA-KOTA SLTA 20.4 18.0 DESA 59.0 59.0 Universitas 7.0 4.0 KOTA 41.0 41.0 AGAMA PENDAPATAN Islam 88.6 87.0 < 400 ribu 38.0 42.0 Kristen 9.8 10.0 400-999 ribu 35.3 38.0 Hindu 1.1 2.0 >= 1juta 26.7 20.0 Lainnya 0.5 1 ETNIS Jawa 42.7 41.6 Sunda 17.0 15.4 Melayu 3.9 3.4 Madura 3.9 3.4 Bugis 4.1 2.5 Betawi 2.0 2.5 Minang 2.9 2.7 Lainnya 23.6 28.5

DEMOGRAFI KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS PROPINSI PROPINSI NAD 1.8 1.9 BALI 1.4 1.5 SUMUT 5.5 5.3 NTB 1.8 2.0 SUMBAR 2.3 2.1 NTT 1.8 2.0 RIAU 2.3 2.2 KALBAR 1.8 1.9 JAMBI 1.4 1.3 KALTENG 0.9 0.9 SUMSEL 3.2 3.2 KALSEL 1.4 1.5 BENGKULU 0.9 0.8 KALTIM 1.4 1.4 LAMPUNG 3.2 3.4 SULUT 0.9 1.0 BABEL 0.5 0.5 SULTENG 0.9 1.1 KEPRI 0.5 0.6 SULSEL 3.6 3.5 DKI 3.6 3.5 SULTRA 0.9 0.9 JABAR 17.3 17.4 GORONTALO 0.5 0.4 JATENG 15.0 15.2 SULBAR 0.5 0.5 DIY 1.8 1.6 MALUKU 0.5 0.6 JATIM 16.8 16.7 MALUKU UTARA 0.5 0.4 BANTEN 4.1 4.1 PUPUA 0.9 0.9 IRJABAR 0.3 0.3

TEMUAN SURVEI

SIKAP ELEKTORAL

Swing pada partai papan tengah dan atas, 1999-2004 (%) 40 34 1999 2004 Swing 37 30 20 18.5 23 22 10 13 10 11 8 7 6 7 6 7 7 0-10 -1 PDIP Golkar PKB PPP PAN PKS Demokrat Total -3-3 absolut swing -1 1 0-20 -15.5

TEMUAN Swing voter pada dua pemilu dari 7 partai besar cukup besar, yakni sekitar 37% secara absolut. Pemilih PDIP pada pemilu 1999 sebanyak 34%, dan dalam pemilu 2004 menurun menjadi 18,5%. Swing voter PDIP bersifat negatif, yakni pemilih meninggalkannya. Swing voter negatif 1999-2004 juga diamali dengan kuantitas yang cukup besar oleh PKB dan PPP, masing-masing 3%. Sementara pada Golkar dan PAN swing voter negatif relatif lebih kecil, masingmasing 1%. Swing voter positif terjadi pada Demokrat dan pada PK yang kemudian menjadi PKS. Demokrat, dari tidak ada atau nol, mendapat limpahan suara sekitar 7% dalam pemilu 2004, dan PKS sebanyak 6% menjadi sekitar 7% dari 1% suara PK 1999. Swing voter membuat partai yang tidak ada menjadi ada, dan yang ada menjadi melemah, atau menguat secara signifkan..

2004 dan kecenderungan menjelang 2009

Partai yang dipilih bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang (%) (Survei : 26 Okt - 5 November 2008) Demokrat Golkar PDIP PKS PKB Gerindra PAN PPP PPDK Hanura PBR PKNU PDS PMB 1.2 1.1 0.9 0.8 0.7 0.7 3.2 3.1 3.7 4.9 4.6 14.2 15.9 16.8 Belum memutuskan: 25% ; Partai-partai lain: <1%.

Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%) 25 20 15 10 22 19 12 13 24 16 15 14 13 11 11 19 18 18 18 14 13 14 14 12 12 12 11 13 21 20 18 17 16 16 15 14 20 18 17 15 13 10 18 20 17 16 12 10 21 21 20 18 18 14 13 24.2 19.7 18 9 9 19 12 17 16 14 PD Golkar PDIP 7 5 Apr'04 Feb' 05 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Agus' 06 Okt' 06 Nov' 06 Des' 06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jul' 07 Sept' 07 Jan' 08 Apr' 08 Jun' 08 Sep' 08 Nov'08

Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%) 12 11 10 9 8 6 4 7 7 6 6 6 6 4 7 3 7 5 7 5 5 4 4 7 6 7 6 6 6 5 4 4 4 7 4 8 7 5 7.6 5 6 5 PKB PKS 2 2 3 2 0 Apr'04 Feb' 05 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Agus' 06 Okt' 06 Nov' 06 Des' 06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jul' 07 Sept' 07 Jan' 08 Apr' 08 Jun' 08 Sep' 08 Nov'08

Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%) 9 8 8 7 6 6 5 4 3 2 1 6 2 3 3 2 4 3 3 2 4 3 4 3 4 4 4 5 3 3 3 4 4 Aliran? 4 4 3 3 3 3 3 4 3 5 4 4 5.1 4.5 3 2 3 PPP PAN 0 Apr'04 Feb' 05 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Agus' 06 Okt' 06 Nov' 06 Des' 06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jul' 07 Sept' 07 Jan' 08 Apr' 08 Jun' 08 Sep' 08 Nov'08

Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%) 4.5 4 4 3.5 Gerindra 3 3 2.5 2 1.5 Hanura 1 0.5 1 1 1 1 1 1 0 Apr'04 Feb' 05 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Agus' 06 Okt' 06 Nov' 06 Des' 06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jul' 07 Sept' 07 Jan' 08 Apr' 08 Jun' 08 Sep' 08 Nov'08

TEMUAN Dalam survei Nov 2008, terjadi perubahan kecenderungan pilihan pada partai politik secara berarti, terutama pada partai-partai papan atas: PDI Perjuangan dan Golkar mengalami kemerosotan dukungan secara berarti. Dalam survei November 2008, Golkar mendapat 16%, PDIP 14%. Kalau dibandingkan dengan hasil survei 5 bulan yang lalu (Juni 2008), PDIP mengalami penurunan sebesar 10%, Golkar sebesar 4%. Kalau dibandingkan hasil survei november 2008 dengan perolehan suara 2004, PDIP mengalami penurunan sebesar 4,5%, dan Golkar sebesar 6%. Partai-partai lain juga mengalami penurunan, kecuali Partai Demokrat. Kalau dibandingkan survei Nov 2008 dengan hasil survei 5 bulan yang lalu (Juni 2008), Demokrat mengalami kenaikan 8%. Kalau survei November 2008 dibandingkan dengan hasil pemilu 2004, Demokrat mengalami kenaikan sebesar 10%. Pada November 2008, telah terjadi perubahan sentimen politik pemilih pada partai politik di papan atas akibat dari kecenderungan swing voter. Dalam tiga tahun terakhir, perubahan seperti ini telah terjadi sebanyak empat kali. Golkar tidak lagi memimpin. Fluktuasi dukungan ini menunjukan swing voter sangat besar menjelang pemilu 2008, dan partai papan atas mendapat tantangan paling keras.

DINAMIKA SWING VOTER DI MASING- MASING PARTAI POSITIF DAN NEGATIF

Kecenderungan Swing Voter dalam 3 tahun terakhir dibanding hasil pemilu 2004 (%) 25 Golkar PDIP PD 20 17 15 10 5 0-5 -10-9 Jan'05-6 9 8 7 6 6 Jan' 06-8 -8-8 -8-7 -7-10 -4-4 -4-5 -8 12 11 9 9-1 -2-2 -6-5 -7-5 -1 6 Jan'07-7 3 2-5 -1 5 3-2-3-5 2 7 10 6 6 5.0 3 22 2 0.0-2 -3.0-4 -4 Jan' 08 Nov'08-5 -6-15

Kecenderungan Swing Voter (%) 3 2 1 0 2 PKB PKS 0 1-1 -2-3 -4-5 -6-7 -8 Feb' 05-4 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06-3 -3-5 -5-5 -5-5 -5 Mar' 06 Agus' 06-2 -4-4 -4 Okt' 06-4 -6 Nov' 06-6 -3 Des' 06-3 -4 Feb' 07-4 -2 Mar'07-5 -1 Mei' 07-4 -2 Jul' 07 Sept' 07 Jan' 08-3 -3-3 -4-5 -7 Apr' 08-3 Jun' 08-6 Sep' 08-1.0 Nov'08-2 -6-6

Kecenderungan Swing Voter (%) 0-1 Feb' 05 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Agus' 06 Okt' 06 Nov' 06 Des' 06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jul' 07 Sept' 07 Jan' 08 Apr' 08 Jun' 08 Sep' 08 Nov'08-2 -3-4 -5-3 -5-4 -4-3 -5-2 -4-4 -2-2 -2-3 -4-4 -3-3 -4-5 -4-3 -5-2 -3-3 -3-3 -4-5 -5-3 -4-2 -3-2 -3.0-5 -3-6 -7-6 PPP PAN -6.0

Statistik dinamika swing voter pada 7 partai besar, 2005-2008 dibanding 2004 N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Golkar 20-10.00-1.00-5.0000 2.51312 PDIP 20-7.50 5.50-2.6000 4.00526 PD 20 2.00 17.00 7.1500 3.67459 PKB 20-7.00-3.00-4.9500.99868 PKS 20-5.00 2.00-2.3000 1.80933 PPP 20-6.00-2.00-4.3500.98809 PAN 20-4.00-2.00-2.8000.61559 Valid N (listwise) 20

TEMUAN Kecenderungan swing voter bersifat negatif terjadi pada semua partai besar hasil pemilu 2004 kecuali pada Demokrat. Kecenderungan swing voter rata-rata paling besar sepanjang tiga tahun terakhir ditemukan pada Partai Golkar, rata-rata (minus) -5%, PKB juga -5%, PPP -4%, PAN -3%, PDIP -3%, dan PKS 2%. Kecenderungan swing voter positif hanya terjadi pada Partai Demokrat, +7%. Swing voter negatif pada 6 partai diatas membuka peluang bagi Gerinda, dari tidak ada menjadi 4%. Total swing voter negatif rata-rata dalam tiga tahun terakhir sebesar 22%, dan swing positif sebesar 11%. Jadi swing voter absolut rata-rata 33%. Ini hanya untuk 7 partai besar. Belum untuk partai-partai yang lain. Kalau dihitung semuanya dapat mencapai 45%. Ini tidak jauh berbeda dengan swing voter dari 1999 ke 2004, yang telah merubah kekuatan partai Papan atas, di mana PDIP tidak lagi menjadi nomor satu. Dengan jumlah swing voter yang cenderung sama besar menjelang pemilu 2009, maka terbuka kemungkinan perubahan peta kekuatan partai di papan atas nanti. Terbuka kemungkinan Golkar tidak lagi menjadi nomor satu, dan PDIP tidak lagi nomor 2. Peluang Demokrat menjadi nomor satu dan nomor dua sama terbukanya dengan peluang Golkar dan PDIP.

Pemilih Partai 2004 pada November 2008: Tetap atau Pergi ke (%) 57 51 4 9 21 18 8 6 5 5 4 5 3 2 2 1 2 1 2 2 2 48 5 5 5 6 18 Golkar PDIP PKB PPP PD PPDK PKS PAN Gerindra Partai lain Belum tahu Golkar PDIP PD

Pemilih Partai 2004 pada November 2008: Tetap atau Pergi ke (%) 2 41.5 2 3 6 2 2 12 29 49 41 19 19 11 10 9 7 7 5 5 3 3 3 3 3 2 2 19 10 38 3 6 14 Golkar PDIP PKB PPP PD PPDK PKS PAN Gerindra Partai lain Belum tahu PKB PPP PKS PAN

TEMUAN Di antara partai-partai besar itu, rata-rata sebagian besar pemilihnya pada pemilu 2004 sudah pergi ke partai lain atau menjadi ragu hingga belum mengambil keputusan. Sebagian besar partai besar mengalami defisit pemilih akibat swing voter tersebut: Yang meninggalkan lebih banyak dari yang datang. Sebaliknya dialami oleh Demokrat di mana yang datang ke partai tersebut lebih banyak dari yang pergi.

Mengapa Swing Voter? Identifikasi diri dengan partai sangat lemah? Citra Partai yang buruk? Sosialisasi mandeg dan tdak seimbang?

IDENTIFIKASI DIRI DENGAN PARTAI Merasa dekat dengan partai politik tertentu

Merasa dekat dengan partai politik tertentu (Survei Nov 2008 (%) ) Tidak tahu, 3 Ya, 15 Tidak, 82

Identifikasi diri dengan partai politik/merasa dekat dengan partai politik tertentu (Party ID) (%) 70 KAMPANYE 60 50 40 30 20 10 0 49 Nov'03 Ma'04 50 55 51 58 54 50 50 50 39 34 Apr'04 Mei'04 Juni'04 Juli'04 Agus'04 Sept'04 Okt'04 Nov'04 Des'04 30 30 26 24 27 25.5 25 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Agus' 06 Okt' 06 26 23 23 19 20 20 Nov'06 Des'06 Feb' 07 Mar' 07 Juli' 07 Sep' 07 25 22 26 24 Jan' 08 Mei' 08 Jun' 08 Sep'08 Nov'08 Dalam setahun terakhir hanya sekitar 25% pemilih loyal, selebihnya kurang loyal, dan ini mengindikasikan bahwa hubungan psikologis antara partai dan massa pemilih kurang stabil. 15

TEMUAN Identifikasi diri dengan partai politik di kalangan pemilih sangat lemah. Dalam survei terakhir hanya 15% dari total pemilih yang merasa sebagai orang partai tertentu. Selebihnya tidak punya perasaan positif apa-apa terhadap partai. Keadaan pemilih yang tidak partisan tersebut, yang jumlahnya sangat besar merupakan sumber utama dari swing voter, dan bagi perubahan peta kekuatan partai politik secara cepat. Mengapa pemilih Indonesia cenderung tidak atau kurang partisan? Apakah karena buruknya citra partai? Tapi kalau citra buruk penyebabnya, tapi mengapa masih ada partai yang mengalami kemajuan? Apakah karena sosialisasi yang tidak seimbang antara partai di tengah-tengah pemilih yang tidak partisan tersebut sehingga tidak sepenuhnya Golput yang terjadi tapi swing voter?

CITRA PARTAI Partai yang punya program-program yang bagus untuk rakyat. Partai yang perhatian pada keinginan rakyat. Partai yang pemimpin-pemimpinnya mampu. mengatasi masalahmasalah bangsa. Partai yang bersih dari korupsi.

Partai yang paling (%) Bersih dari korupsi Pemimpinya mampu Programnya bagus Perhatian pada rakyat 3 2 6 4 2 3 2 3 4 2 3 5 9 11 11 14 16 11 12 15 12 11 15 38 40 43 58 PAN PPP PKB PKS PDIP Golkar Demokrat Tidak ada

Indeks Citra Partai Skala 0-100 Tidak ada 45 Demokrat 14 Golkar 10 PDIP 10 PKS 5 PKB 3 PPP 2 PAN 2 Persentase rata-rata dari empat item citra partai

TEMUAN Dari empat indikator citra partai - partai yang paling bersih dari korupsi, paling punya program bagus untuk rakyat, paling perhatian pada keinginan rakyat, dan paling punya banyak pemimpin yang mampu mengatasi masalah-masalah bangsa hampir separuh dari pemilih nasional tidak mampu menunjuk satupun dari semua partai nasional, yang lama maupun baru. Dengan kata lain, hampir sebagian dari pemilih menyatakan tidak ada partai yang punya citra tersebut. Secara lebih khusus, mayoritas pemilih menyatakan tidak ada satupun partai yang bersih dari korupsi. Hampir separuh dari pemilih menyatakan tidak ada partai yang punya pemimpin yang mampu mengatasi berbagai persoalan bangsa, yang punya program bagus untuk rakyat, dan yang peduli pada aspirasi rakyat. Semua citra ini konsisten dengan besarnya swing voter. Swing voter adalah fenomena yang lebih baik dari kaca mata penguatan sistem demokrasi dari pada Golput. Masih beruntung pemilih masih cenderung swing ketimbang Golput, sebab swing masih mengindikasikan bahwa pemilih masih ingin mencoba, masih membuka diri pada kemungkinan-kemungkinan, bukan menolak partai.

KAMPANYE DAN SOSIALISASI

Sering melihat spanduk, baliho, stiker, poster dari partai (%) GOLKAR 66 PDIP 62 DEMOKRAT 52 PAN PPP 49 49 PKB 43 PKS 36 GERINDRA 31 HANURA 21

Melihat iklan dari partai dan tokohnya di TV dan suka dengan iklan tersebut (%) GERINDRA 62 64 DEMOKRAT 61 68 GOLKAR 46 57 Sering PAN 35 52 Suka HANURA 33 47

TEMUAN Salah satu cara untuk mendekatkan partai dengan pemilih adalah lewat sosialisasi partai atau mobilisasi pemilih. Ini menjadi cara strategis untuk mengatasi pemilih yang tidak partisan, yang mengambang, yang tidak mampu melihat alasan mengapa harus memilih partai tertentu. Setelah empat bulan masa kampanye resmi dibuka, dan setelah sebulan daftar pemilih diumumkan, tidak banyak partai yang mampu melakukan sosialisasi secara optimal. Kalaupun ada, maka sosialisasi konvensional seperti spanduk, poster, dll, yang cukup banyak. Sosialisasi konvensional ini didominasi oleh partai-partai besar, terutama Golkar dan PDIP. Tapi kekuatan sosialisasi secara konvensional ini nampaknya tidak cukup efektif, terlihat dari menurunnya dukungan pada dua partai ini dalam tiga bulan terakhir, di saat kampanye partai mulai gencar. Sosialisasi lewat iklan di media massa, terutama TV, belum digunakan oleh banyak partai. Partai yang konsisten dan massif melakukan kampanye lewat media massa ini hanya Gerindra dan Demokrat dalam tiga bulan terakhir. Dan hanya dua partai ini yang mengalami kemajuan dalam menaikan suara dalam kurun waktu yang sama. Kampanye partai lewat media massa TV cukup mampu menarik massa pemilih yang kurang partisan dan mengarahkan swing voter ke partai bersangkutan.

TEMUAN Secara umum iklan-iklan itu dinilai positif oleh pemilih. Demokar lewat iklan itu secara leluasa bercerita tentang sejumlah program populer pemerintah dan partai ini mendukungnya seperti BLT, Bos, dan PNPM Mandiri. Juga iklan tentang capaian pemberantasan korupsi. Semua program populer itu dinilai positif oleh hampir semua warga.

INCUMBENCY Partai pemerintah terkait dengan preferensi atas calon presiden, kinerja pemerintah, terutama Presiden, dan kinerja pemerintah untuk sejumlah isu krusial: penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, pendidikan dan kesehatan, pemberantasan korupsi, program-program sosial, dan evaluasi atas upaya pemerintah mencegah efek negatif krisis keuangan global. Secara umum, kinerja pemerintah berkaitan dengan eveluasi atas kondisi ekonomi nasional.

Evaluasi atas kinerja Presiden: Puas dengan kinerja Presiden dan Wakil Presiden (%) 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 Nov'04 Des'004 80 77 69 64 65 59 71 65 63 58 56 56 55 58 52 53 50 54 Mar'05 Jun'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Jun'06 Sep'06 Nov' 06 Des'06 Feb' 07 67 67 63 64 61 62 54 58 54.5 55.5 56 49 50 49 51 Mar'07 Mei' 07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun'08 SBY JK 53 54 51 48 45 39 Sep'08 Nov'08 56 49 62.5 54

Kerja pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah berikut Baik atau Sangat Baik, Okt. 05 Okt. 07 (%) 45 40 35 30 25 20 15 40 33 27 29 37 32 24 20 24 30 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Nov'08 10 5 0 Mengurangi kemiskinan Mengurangi pengangguran

Kinerja pemerintah dalam menggulangi masalah : Baik atau sangat baik (%) 70 60 50 40 65 58 62 55 57 58 45 56 63 61 Konflik di daerah 30 Korupsi 20 10 0 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Nov'08

Kinerja pemrintah di sektor pendidikan dan kesehatan: Baik atau sangat baik (%) 85 80 75 70 65 60 55 75 79 80 76 77 74 69 70 70 67 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Nov'08 50 45 40 Pendidikan Kesehatan

Tahu ada krisis keuangan global (%) 43 57 Tahu Tidak tahu

Mulai merasa pengaruh negatif krisis itu pada ekonomi nasional (%) 19 Ya Tidak 81

Melihat pemerintah bekerja keras mencegah pengaruh negatif krisis itu (%) 19 Ya Tidak 81

Benar atau tidak benar bagaimana langkah-langkah pemerintah mencegah pengaruh negatif krisis itu (%) 17 Benar Tidak benar 83

Yakin atau tidak yakin pemerintah akan mampu mengatasi pengaruh negatif tersebut (%) 22 Yakin Tidak yakin 78

Bila tidak yakin mampu bisa dimaklumi atau tidak bisa dimaklumi karena pengaruh dari luar bukan karena pemerintah sendiri (%) 21 Bisa dimaklumi Tidak bisa dimaklumi 79

Kondisi ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu (%) 70 60 50 40 30 20 10 0 Sep'03 41 38 31 32 29 36 35 37 2328 29 26 0 Okt' 04 5 5 5 7 5 Des'04 Apr' 05 Jun'05 53 50 47 43 32 38 37 33 24 22 29 24 22 23 23 22 24 Sept' 05 Des'05 15 10 Sept' 06 Des'06 42 28 25 31 33 32 45 27 22 7 6 5 5 4 6 8 Apr' 07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Apr'08 49 58 24 19 21 17 Jun'08 44 41 30 25 26 24 4 5 5 Sep' 08 Nov'08 Lebih baik Sama Lebih buruk Tidak tahu

Kondisi ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu (%) 70 60 50 40 30 20 10 41 29 2328 31 29 26 37 32 37 53 47 24 22 43 29 38 33 50 23 42 28 31 32 45 27 49 24 58 17 44 25 41 30 0 Sep'03 Okt' 04 Des'04 Apr' 05 Jun'05 Sept' 05 Des'05 Sept' 06 Des'06 Apr' 07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Apr'08 Jun'08 Sep' 08 Nov'08 Lebih baik Lebih buruk

Awareness, Sikap, dan Penerima prgram sosial pemerintah (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 95 85 34 78 92 92 58 BLT BOS PNPM Penerima: Responden mengaku penerima BLT, sekolah anggota keluarga menerima bantuan BOS, daerah (desa, kelurahan, kecamatan) responden penerima PNPM, 53 48 Tahu Positif Penerima

Korelasi komponen-komponen ekonomi-politik (r-pearson) Pilih SBY Pilih Demokrat Kinerja SBY Ekonomi Nasional Pilih SBY 1.63.69.68 Pilih Demokrat 1.87.86 Kinerja SBY 1.92 Ekonomi nasional 1

TEMUAN Umumnya pemilih puas dengan kinerja Presiden. Survei terakhir menunjukan tingkat kepuasan pada inerja SBY kembali ke posisi normal setelah merosot tajam pada buan juni 2008. Pemilih umumnya menilai buruk kinerja pemerintah dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran. Penilaian buruk ini paling dalam tahun 2007, tapi pada 2008 menjadi lebih baik. Tapi kinerja pemerintah dinilai baik dalam penyediaan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terjangkau. Pemerintah juga dinilai berkinerja baik dalam pemberantasan korupsi dan dalam penanggulangan berbagai konflik sosialpolitik di daerah.

TEMUAN Pemilih umumnya sudah aware dengan terjadinya krisis keungan global. Sebagian besar dari mereka sudah melihat efek negatif dari krisis tersebut terhadap ekonomi nasional. Tapi pemilih umumnya melihat apa yang dilakukan pemerintah sejauh ini benar dalam menghadapi efek krisis itu. Pemilih juga umumnya percaya bahwa pemerintah akan mampu menanggulangi efek krisis tersebut. Kalaupun pemerintah tidak mampu pemilih umumnya memaklumi karena efek negatif itu bukan akibat kesalahan kebijakan pemerintah sendiri tapi pengaruh dari luar. Sampai survei November 2008, pemilih belum menyalahkan pemerintah atas efek negatif krisis global itu. Sampai kapan sikap ini dapat bertahan?

TEMUAN Penilian pemilih terhadap kondisi ekonomi nasional secara umum masih negatif: Yang mengatakan bahwa kondisi ekonomi nasional sekarang lebih baik dibanding tahun lalu lebih sedikit jumlahnya dari pada yang menyatakan sebaliknya. Tapi dalam 5 bulan terakhir, sentimen enagtif itu menurun, dan sentimen positif menaik. Sentimen pemilih pada kondisi ekonomi nasional pada Okt- Nov 2008 sama dengan Oktober 2004 ketika SBY baru dilantik, dan lebih baik dibanding Oktober 2003 ketika Megawti Presiden. Dalam keadaan ekonomi yang kurang baik, pemerintah membuat kebijakan sosial-ekonomi untuk pengaman: BLT, BOS, dan PNPM Mandiri

TEMUAN Hampir semua pemilih aware dengan program BLT, dan hampir semua warga memandang BLT positif, yakni sangat atau cukup berarti bagi masyarakat. Hampir semua warga juga aware dengan program BOS, dan hampir semua warga menilai program BOS positif. Tapi yang aware dengan PNPM Mandiri belum optimal, baru sebagian. Yang aware dengan PNPM hampir semuanya menilai positif.

TEMUAN Pemilih yang merasakan kondisi ekonomi nasional membaik cenderung merasa puas dengan kinerja Presiden SBY, dan kemudian cenderung memilih Partai Demokrat. Incumbent dan kinerjanya cukup mampu menarik swing voter untuk Demokrat. Golkar dan partai-partai lain tidak men-share capaian incumbent.

WILAYAH SWING VOTER

Swing Voter menurut Wilayah: Sumatra (%) 25 20 22 22 21 20 Demokrat 15 10 13 15 11 Golkar 5 7 6 PDIP 0 2004 Jun'08 Nov'08 Swing voter absolut: 2 + 6+ 5 = 13

Swing Voter menurut Wilayah: DKI dan Banten (%) 25 20 15 10 16 15 14 20 16 12 18 14 Demokrat Golkar 5 PDIP 0 2004 Jun'08 Nov'08 Swing voter absolut: 14

Swing Voter menurut Wilayah: Jabar (%) 30 28 28 25 20 15 18 21 19 18 14 Demokrat Golkar 10 5 0 8 6 2004 Jun'08 Nov'08 PDIP Swing voter absolut: 29

Swing Voter menurut Wilayah: Jateng dan Yogya (%) 35 30 25 29 32 Demokrat 20 15 10 5 0 16 18 11 12 7 9 5 2004 Jun'08 Nov'08 Golkar PDIP Swing voter absolut: 23

Swing Voter menurut Wilayah: Jatim (%) 35 30 25 31 32 22 Demokrat 20 15 21 16 20 18 PDIP 10 8 PKB 5 8 0 2004 Jun'08 Nov'08 Swing voter absolut: 24

Swing Voter menurut Wilayah: Indonesia Tengah dan Timur (%) 40 35 30 32 35 Demokrat 25 20 15 10 5 14 5 20 12 22 16 10 Golkar PDIP 0 2004 Jun'08 Nov'08 Swing voter absolut: 27

Tingkat Swing Voter 3 Partai Besar Juni-November 2008 di Sejumlah Wilayah (%) Jabar 29 Indonesia Tengah dan Timur 27 Jatim 24 Jateng dan Yogya 23 DKI dan Banten Sumatra 13 14

TEMUAN Menarik memperhatikan persaingan antara tiga partai papan atas dalam lima bulan terakhir (Juni-Nov 2008) menurut wilayah. Kalau Indonesia dibagi ke dalam beberapa wilayah, sesuai dengan kecukupan sampel dalam survei, Jabar adalah wilayah swing voter paling besar. Secara historis, Jabar memang wilayah swing voter paling kuat: Tahun 1955 Masyumi paling kuat; sepanjang Orba menjadi basis utama Golkar; 1999 PDI Perjuangan menjadi partai paling kuat; dan 2004 Golkar mengambil alih kepemimpinan dalam perolehan suara. Yang mengejutkan Swing di Indonesia Tengah dan Timur juga kuat. Golkar yang sangat dominan menurun cukup tajam, dan disaingi Demokrat. Di Jatim, PKB yang selalu dominan, merosot tajam, diambil banyak oleh PDIP, tapi belakangan PDIP juga dihadang Demokrat. Jateng juga menarik. Dalam survei terakhir PDIP mengalami penurunan cukup tajam, meskipun masih memimpin. Di Sumtara yang merupakan salah satu basis utama Golkar sekarang sudah mulai ditantang secara keras oleh Demokrat.

KESIMPULAN Dalam survei November 2008, terjadi swing voter cukup besar dalam sentimen pemilih terhadap partai politik. Akibatnya, terjadi kecenderungan perubahan peta kekuatan partai di lapisan atas. Golkar dan PDI Perjuangan mengalami penurunan secara signifikan dalam 5 bulan terakhir, dan kalau dibandingkan dengan perolehan suara pemilu 2004. Partai yang potensial merubah peta kekuatan partai papan atas adalah Partai Demokrat. Di lapisan tengah, guncangan juga terjadi. Tiga partai papan tengah, yakni PKB, PPP, dan PAN cenderung mengalami kemunduran, sedangkan PKS cenderung stagnan. Kalau dilhat dalam kuraun waktu yang cukup panjang, misalnya dari pemilu 1999, swing voter dalam populasi pemilih kita memang cukup besar. Dalam pemilu 1999, PDI Perjuangan memimpin perolehan suara cukup jauh di atas partaipartai lain. Sejumlah partai baru muncul (PKB dan PAN), dan perolehan suara Golkar merosot tajam bila dibanding hasil-hasil pemilu Orde Baru. Dalam pemilu 2004, dukungan pada PDI Perjuangan menurun tajam, 15,5%. Partai-partai lainnya menurun, tapi PKS dan Demokrat muncul sebagai kekuatan baru dengan perolehan suara cukup besar (masing-masing 7%).

KESIMPULAN Kalau sentimen elektoral pemilih dicermati dalam tiga tahun terakhir, swing voter mencapai sekitar 34%. Jumlah ini cukup besar untuk merubah peta kekuatan partai dalam 2009 mendatang bila partai-partai papan atas tidak mampu mengimbangi kekuatan mobilisasi pemilih oleh partai-partai papan tengah, terutama Demokrat dan Gerindra. Swing voter bukan saja menjadi sumber bagi perubahan kekuatan partai di papan atas, tapi juga peluang bagi partai yang lebih bekerja keras dan bagi partai-partai baru. Sumber utama dari swing voter ini adalah lemahnya ikatan psikologis atau identifikasi diri pemilih dengan partai politik tertentu. Secara umum, hanya 15% dari pemilih Indonesia yang merasa sebagai orang partai tertentu. Selebihnya mengambang. Tidak punya identitas partai atau identitas politik. Sumber dari tidak adanya identitas partai ini terkait dengan pandangan publik tentang partai secara umum. Hampir sebagian dari pemilih (44%) tidak melihat satupun partai secara positif: tidak korup, punya program yang bagus untuk rakyat, peduli pada rakyat, dan punya pemimpin yang kompeten. Secara lebih khusus, mayoritas pemilih menilai tidak ada partai yang tidak korup. Semuanya korup!

KESIMPULAN Namun demikian, kita beruntung bahwa mayoritas pemilih masih mau memilih, meskipun pilihannya berubah-ubah sesuai dengan keunggulan mobilisasi oleh sebuah partai dibanding partai lainnya. Kemungkinan Golput membesar masih terbuka, tapi yang mau memilih masih lebih besar. Swing voter adalah peluang dan tantangan bagi semua partai untuk bekerja keras untuk meyakinkan pemilih, termasuk dalam kampanye. Di antara partai-partai yang ada, hanya Demokrat dan Gerindra yang terlihat mampu kampanye secara lebih masif, jauh di atas lawan-lawannya. Inilah yang menjelaskan mengapa untuk sementara dalam lima bulan terakhir ini dua partai ini lebih mampu menarik swing voter hingga mengalami kemajuan cukup pesat, dan potensial merubah peta kekuatan partai dalam pemilu 2009 bila partai-partai lain tidak mampu mengimbanginya. Di samping itu Demokrat sangat dibantu oleh faktor incumbent yang sejauh ini dinilai positif oleh pemilih. Nilai positif incumbent di-share secara ekslusif oleh Demokrat meskipun incumbent didukung juga oleh partai-partai lain sepeti Golkar, PKS, PKB, PPP, dan PAN. Efeks positif incumbent tidak punya nilai apa-apa bagi partai-partai pendukung pemerintah selain Demokrat. Inilah yag membuat Demokrat makin mengancam partai-partai papan atas.