BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Edi Supriadi, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tanah Gayo meliputi pusat pegunungan Bukit Barisan bagian Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. dan situs sejarah adalah Situ Lengkong yang berada di desa Panjalu, Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan dan perubahan secara terus-menerus sebagai akumulasi

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan motivasi pemerintah untuk selalu memperbaiki sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum dari kurikulum yang sudah ada sebelumnya sehingga melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat telah menyebabkan berbagai perubahan pada semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan. masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan biodiversitas yang sangat tinggi. Menurut Sarwono. buku The Ecology of Kalimantan-Indonesia Borneo, menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

Apakah Kurikulum itu?

BAB I Pengembangan Museum Kereta Api di Ambarawa Penekanan pada fasilitas museum yang Variatif dan atraktif

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Tanjung Bira terletak di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpublikasi. Hal tersebut terbukti ketika penulis ingin mengakses informasi atas

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana, manajemen dan lingkungan sudah memadai (Widyastono,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Melalui pendidikan akan melahirkan generasi-generasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan ilmu pendidikan dan sesuai dengan pokok bahasan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam diunduh tanggal 23

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1435 H

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman manusia juga perlu mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan martabat dan kualitas bangsa. Pendidikan adalah investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. rangka memenangkan persaingan tersebut. Dengan globalisasi disemua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

SILABUS MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber. dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI MTs SHABILUL HUDA KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam mengajar. Ketersediaan bahan ajar pada setiap satuan pendidikan diatur

BAB I PENDAHULUAN. (involution), yaitu keadaan di mana kualitas akan makin menurun karena

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

SILABUS OLIMPIADE SAINS NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN Milik Negara Tidak Diperdagangkan KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1"Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. konvensional ke media digital online. Teknologi memiliki internet sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan, tantangan masa depan, kemajuan teknologi dan seni maka diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

BAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PEDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kabupaten Ciamis sebagai daerah di mana penulis berada memiliki kekayaan sejarah yang dikenal dengan kerajaan Galuh sejak jaman prasejarah sampai zaman sejarah mulai zaman Hindu- Budha, zaman kolonial Belanda, zaman Islam dan zaman Jepang. Ini semua dibuktikan dengan banyaknya situs sejarah antara lain Situs Ciungwanara, Astana Gede Kawali, Situs Jambansari Ciamis dan lain-lain yang tersebar di berbagai daerah Kabupaten Ciamis. Banyaknya situs sejarah di Kabupaten Ciamis ini menjadi modal dalam pengembangan pendidikan khususnya bagi pembelajaran peserta didik di sekolah, karena situs sejarah menjadi bagian dari lingkungan. Sudah menjadi prinsip pendidikan bahwa pendidikan harus dimulai dari lingkungan terdekat dan berkembang ke lingkungan terjauh. Lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan budaya, lingkungan sosial, lingkungan ekonomi, lingkungan fisik beserta keseluruhan asfek yang ada di dalamnya seperti ilmu, teknologi, dan kekayaan lainnya (Hasan, S.H.2012:172). Pembelajaran sejarah di sekolah pada umumnya masih mengandalkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar, sedangkan lingkungan sekitar masih belum oftimal dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah. Dengan demikian proses pembelajaran sejarah masih berkutat di dalam kelas dan peserta didik tidak dikenalkan dengan lingkungan sekitarnya sehingga pembelajaran sejarah makin menjauhkan peserta didik dengan lingkungannya.. Dengan demikian pembelajaran sejarah terkesan menjemukan dan kurang bermakna. Hal ini terjadi di sekolahsekolah sekitar Ciamis mulai tingkat pendidikan dasar maupun pada tingkat menengah. Kalaupun ada menggunakan sumber lain itu pun masih sangat minim, padahal tidak semua siswa dapat memiliki buku teks karena harganya tidak terjangkau. Kemajuan teknologi dan informasi saat ini sudah banyak membantu 1

mengatasi keterbatasan sumber belajar yaitu melalui jasa internet, tetapi itu juga memerlukan dana yang tidak sedikit, belum lagi sumber daya manusia yang akhli di bidang ICT masih sangat terbatas. Masyarakat pada umumnya masih menganggap terhadap keberadaan situssitus sejarah sebagai tempat atau benda-benda mati yang tidak terkait dengan kehidupan masa kini apalagi terhadap pembelajaran. Mereka pada umumnya datang mengunjungi situs sejarah hanya untuk melihat makam leluhurnya atau berwisata yang maknanya hanya bersenang-senang. Demikian pula para siswa tidak tahu bahwa situs sejarah terkait dengan kehidupan saat ini, di mana pada situs ada tokoh yang pernah berperan di daerah tersebut. Akibatnya generasi muda sekarang tidak mengenal tokoh yang pernah berkuasa di daerahnya. Para siswa tidak mengenal budaya daerahnya, sehingga jati dirinya makin terkikis oleh arus globalisasi. Oleh karena itu diperlukan inovasi pembelajaran sejarah yang bisa memanfaatkan potensi lingkungannya diantaranya situs sejarah yang ada di sekitarnya dalam pembelajaran bagi peserta didiknya. Melalui pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan situs sejarah, peserta didik diharapkan bisa lebih mengenal secara factual sebuah kekuasaan dan tokoh di daerahnya secara komprehensif. (Zahroh, 2012). Pembelajaran sejarah yang kaku, statis yang hanya terpaku pada faktafakta dan abstrak itu dikatakan masih konvensional (old history), sehingga perlu dikembangkan pembelajaran sejarah yang baru (new history) yang mulai dikenalkan atau dikaitkan pada hal-hal yang lebih nyata dan berprinsip pada lingkungan terdekat, mudah dilaksanakan dan lebih mengembangkan potensi belajar siswa. Untuk itu pembelajaran sejarah di sekolah tidak lagi dominan berdasarkan landasan filosofis perenialis dan essensialis yang tidak terjadi interaksi dengan kenyatan yang dialami dan kebutuhan siswa. Tetapi berubah dengan filosofis progresifisme atau rekonstruksi sosial yang bersifat eklektif yang sudah saatnya untuk dikembangkan dalam pembelajaran sejarah termasuk dalam 2

persfeltif lokal sehingga rasa memiliki atas kelokalnnya tumbuh (Supardan,D. 2012:33) Sejarah lokal adalah sejarah dari suatu tempat, suatu lokality yang batasannya ditentukan oleh perjanjian yang diajukan penulis sejarah (Mulyana, 2007:2). Dari aspek keruangan lokal bisa bermakna suatu kabupaten atau propinsi. Keberadaan situs sejarah terkait dengan suatu tempat di mana situs tersebut berada. Dengan demikian pembelajaran sejarah yang mengakomodir pada pemanfaatan situs sejarah sebagai media atau sumber belajar tiada lain adalah sejarah lokal. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau dikenal dengan kurikulum 2006 memberikan peluang yang begitu luas untuk mengembangkan sejarah lokal dalam pembelajaran di sekolah termasuk di jenjang pendidikan dasar (SMP) yang menempatkan sejarah sebagai bagian dari IPS. Namun demikian peluang ini masih belum bisa dimanfaatkan oleh guru sejarah. Hal ini didasarkan materi pelajaran sejarah yang dikembangkannya pada silabus dan rencana pembelajaran sejarah khususnya di sekolah-sekolah jenjang SMP, masih belum terkait dengan lokal setempat misalnya Ciamis sebagai daerah yang punya latar belakang. Hal ini terkendala dengan keterbatasan dari guru sejarah itu sendiri dan kurangnya motivasi baik dari dalam dirinya maupun dari luar. Oleh karena penelitian dan pengembangan pembelajaran sejarah lokal sangat dibutuhkan khususnya bagi guru sejarah di sekolah. Kenyataan lain menunjukkan bahwa banyak tokoh-tokoh daerah yang belum terangkat atau belum terpublikasikan. Selama ini hanya tokohtokoh/pahlawan nasional yang yang menjadi bahan dalam pembelajaran, sehingga tokoh-tokoh didaerah yang begitu banyak tidak dikenal oleh masyarakat daerahnya. Apalagi di luar Pulau Jawa yang gigih memperjuangkan daerahnya di masa kolonial banyak yang tidak terungkap, padahal di masa otonomi daerah sekarang ini tokoh lokal menjadi penting sesuai kondisi daerah. Ini semua menjadi tantangan bagi guru sejarah/sejarawan untuk mengungkap tokoh-tokoh lokal 3

sebanding dengan keberagaman bangsa Indonesia, walaupun tidak mudah karena terkendala sumber data. Melalui pembelajaran sejarah lokal peserta didik dikenalkan dengan sejarah lingkungan sekitarnya, kemudian meluas ke lingkungan yang lebih besar dalam lingkup nasinal, sehingga rasa kebangsaan peserta didik tumbuh. Karena itu melalui pembelajaran sejarah lokal pengembangan collective memory sebagai bangsa dapat dilaksanakan. Untuk pengembangan sejarah lokal dalam pembelajaran dengan berbasis lingkungan fisik yakni situs sejarah atau museum diperlukan desain pembelajaran yang dibuat oleh guru sejarah sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah di sekolah. 4 Kemampuan mendesain pembelajaran sejarah lokal merupakan professional guru sejarah. Walaupun kenyataannya kemampuan mendesain pembelajaran sejarah lokal belum merata dimiliki oleh guru-guru sejarah.oleh karena itu diperlukan kemauan yang kuat dari guru sejarah dalam mengembangkan sejarah lokal di sekolah. Pembelajaran sejarah di sekolah jenjang SMP dengan memanfaatkan situs sejarah ataupun museum sering dilaksanakan, tetapi belum diteliti khususnya di SMP Negeri 2 Ciamis yang rutin setahun sekali membawa siswanya berkunjung ke Situs Ciung Wanara di Ciamis dan Candi/museum Borobudur di Yogyakarta atau Museum Linggajati di Kuningan. Namun demikian gambaran pemanfaatan situs sejarah /museum tersebut dalam pembelajaran sejarah lokal tidak terekam termasuk epeknya bagi peningkatan kualitas pembelajaran sejarah juga tidak terlihat. Oleh karena itu penelitian dalam konteks pemanfaatan situs sejarah dalam pembelajaran sejarah lokal ini penting dilakukan. Salah satu situs sejarah yang sarat dengan sejarah Galuh / Ciamis adalah Situs Jambansari Ciamis. Pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis menjadi pilihan untuk dijadikan judul penelitian ini dengan pertimbangan : Pertama, lokasi Situs Jambansari jaraknya tidak jauh dari sekolah kurang lebih berjarak 2 km, sehingga untuk sampai ke lokasi tidak memerlukan waktu yang lama. Kedua, lokasi situs

ini strategis di pinggir jalan raya dan dilalui angkutan umum mulai dari angkot dan bis antar kota, sehingga memudahkan bagi peserta didik, guru dan peneliti untuk menuju lokasi situs ini. Ketiga, dari aspek kemudahan data, benda-benda sejarah di situs sudah tersimpan dengan aman pada sebuah museum yang dibangun di sekitar situs ini, sehingga memudahkan bagi siapa saja yang memerlukannya sebagai sumber. Keempat, pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan situs sejarah atau museum sering dilakukan oleh guru sejarah di sekolah ini, tetapi belum dilakukan penelitian. Kelima, dari segi konten (isi) situs sejarah Jambansari Ciamis terkait dengan kurikulum pembelajaran sejarah di jenjang SMP yaitu perkembangan kehidupan masyarakat dan pemerintahan pada masa kolonial Belanda. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis terdorong dan berketetapan hati untuk melakukan penelitian ini dengan judul : Pemanfaatan Situs Sejarah Jambansari Ciamis Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal (Penelitian Naturalistic Inquiry di SMP Negeri 2 Ciamis). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut di atas maka fokus penelitiannya adalah bagaimana pemanfaatan situs Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal. Dengan demikian rumusan masalah dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian berikut ini : 1. Bagaimana mendesain rancangan pembelajaran dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis? 2. Bagaimana tahapan pengembangan pembelajaran dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis? 5

3. Bagaimana hasil pembelajaran dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis? 4. Bagaimana solusi yang dilakukan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dalam pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pemanfaatan Situs Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : a. Mendapatkan gambaran mengenai desain rancangan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal. b. Mendapatkan gambaran tentang tahapan pengembangan pembelajaran melalui pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis. c. Mendapatkan gambaran tentang hasil pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis. d. Mendapatkan gambaran tentang solusi yang dilakukan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dalam pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ciamis. D. Manfaat Penelitian 6

1. Manfaat Teoritis a. Memberikan kontribusi bagi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran sejarah lokal melalui pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis sebagai sumber belajar. b. Memberikan pengayaan kepada peserta didik khususnya kelas VII SMP Negeri 2 Ciamis tentang perkembangan masyarakat Ciamis pada masa Kolonial Belanda melalui pemanfaatan situs sejarah Jambansari Ciamis. 2. Manfaat Praktis a. Menjadi masukan bagi guru IPS-sejarah yang tergabung dalam MGMP IPS se-kabupaten Ciamis dalam mengembangkan sejarah lokal melalui pemanfaatan situs sejarah Jambansari atau situs sejarah lainnya yang terkait sebagai sumber belajar. b. Mendorong Pemerintah Kabupaten Ciamis melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis melalui kebijakannya agar dapat menyusun buku panduan sejarah lokal berbasis situs sejarah di sekitar Ciamis termasuk diantaranya Situs Jambansari. c. Menjadi referensi bagi sekolah jenjang SMP dalam mengembangkan sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah atau IPS. 7

8