BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi merupakan integrasi dari tenaga kerja, bahan baku,

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. solusi untuk menanggulangi kekurangan pakan ternak. Pelepah sawit selama ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

USULAN RANCANGAN PERBAIKAN METODE KERJA DAN ALAT BANTU PADA BAGIAN PENGISIAN BANTAL DI CV. WOLKEN

Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) Chandra S.

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap produktivitas kerja manusia. Perancangan atau redesain

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah bagi produk sehingga dapat dijual dengan harga kompetitif di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN FASILITAS KERJA DALAM PEMBUATAN DANDANG DI UD. KARYA DARMA

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

USULAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMNET (REBA) DI PT Z

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Industri garmen merupakan salah satu industri kerajinan. Industri ini,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RANCANGAN ERGONOMIS FASILITAS KERJA DI STASIUN PENGEMASAN PADA PT. FLORINDO MAKMUR UNTUK MEREDUKSI MUSCULOSKELTAL DISORDERS (MSDs)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi per Kapita Seminggu pada Makanan Tahu dan Tempe Jenin Bahan Makanan

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

Prosiding Teknik Industri ISSN:

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (STUDI KASUS DI PT. MARTINA BERTO. TBK)

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

Usulan Perbaikan Stasiun Kerja pada PT. Sinar Advertama Servicindo (SAS) Berdasarkan Hasil Evaluasi Menggunakan Metode Quick Exposure Check (QEC) *

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tabel 1.1 Gambar 1.1.

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKLETAL DI CV. KOMPAKI AMIN BJAYA TENGKU FUAD MAULANA

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, diantaranya yaitu membuat sistem kerja menjadi lebih baik. Pada dasarnya

PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI JENDELA NAKO DAN POSISI KERJA OPERATOR DI PT. DICKY METALS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Penyebab Buncis Ditolak Eksportir

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Pendekatan Metode Rapid Upper Limb Assesment

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang nyaman, peralatan ataupun fasilitas kerja yang kurang memadai sehingga menimbulkan metode kerja yang kurang baik, efektif dan efisien. (Tarwaka, dkk. 2004). Postur kerja yang tidak baik bila berlangsung terus menerus dapat menyebabkan keluhan pada bagian-bagian tubuh tertentu maupun menimbulkan penyakit. Kondisi stasiun kerja yang tidak baik dapat menurunkan performansi operator, hal tersebut dikarenakan operator akan bekerja dengan kondisi yang tidak nyaman dan juga hal ini akan menimbulkan risiko cedera dan penyakit dalam jangka waktu tertentu. CV. Wolken adalah sebuah UKM yang berdiri tahun 2010 bergerak di bidang produksi bantal. Bahan baku yang digunakan ialah dacron kasar dan halus. Dalam aktivitas produksi CV. Wolken terbagi menjadi enam stasiun kerja, di antaranya stasiun kerja pembentukan pola, cutting, sewing, dacron carding, pengisian dacron, penimbangan, dan packaging. Pada proses produksi ditemukan adanya fasilitas di stasiun pencacahan dacron (dacron carding) yang perlu dirancang dan diperbaiki. Dacron dimasukkan operator ke dalam mesin pencacah berbentuk lembaran padat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1. Mesin pencacah berfungsi membuat dacron berukuran lebih kecil, sehingga dacron yang I-1

I-2 keluar dari mesin berupa dacron halus yang siap untuk dimasukkan ke dalam sarung bantal. Gambar 1.1 Operator Memasukkan Lembaran Dacron Operator yang bekerja pada stasiun kerja yang kurang ergonomis dan dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama dan postur tubuh yang tidak baik serta penggunaan kekuatan secara berlebihan akan dapat menimbulkan cidera atau penyakit. Aktivitas kerja yang berlangsung selama lebih kurang 8 jam kerja/hari dan berulang-ulang tanpa disadari kurang memperhatikan faktor kenyamanan karena tidak adanya fasilitas kerja dan postur kerja yang baik. Untuk itu, perlu dilakukan penilaian postur kerja terhadap operator di bagian stasiun kerja dacron carding yaitu dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Postur kerja pada proses pemasukan lembaran padat dacron ke dalam mesin pencacah dacron dilakukan dengan kondisi sikap kerja

I-3 berdiri secara terus-menerus tidak adanya fasilitas kerja fisik kursi yang ergonomis (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.2), sehingga bila dibiarkan terlalu lama operator akan mengalami pegal-pegal pada kaki, pinggang dan cepat merasa lelah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penilaian kuisioner SNQ (Standard Nordic Questionnaire) yang diisi oleh operator pencacahan dacron seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.3. Dalam hal ini, maka diberi usulan rancangan fasilitas kerja yang akan digunakan oleh operator yaitu berupa kursi. Gambar 1.2 Operator Memasukkan Bahan Baku dalam Posisi Kerja Berdiri

I-4 Lampiran 1 KUISIONER STANDAR NORDIC QUISTIONER (SNQ) Nama Umur Jenis Kelamin Status keluarga Pengalaman Kerja Pekerjaan : Ibu Boris : 48 tahun : Pria/wanita : Kawin / Belum Kawin : 15 tahun : Operator Pencacahan Dacron Apa yang anda rasakan sakit / lelah / keluhan ketika : 8 jam kerja No Jenis Keluhan Tidak Sakit Tingkat Keluhan Agak Sakit Sakit Sangat Sakit 0 Sakit kaku di leher bagian atas 1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan Gambar 1.3 Penilaian Kuisioner SNQ oleh Operator Pencacahan Dacron

I-5 Dacron yang keluar dari mesin pencacah berterbangan dan langsung jatuh berserakan di lantai ataupun menempel di dinding area pencacahan. Adapun dacron yang keluar dari mesin pencacah tersebut akan berserakan di lantai sehingga pekerja mengumpulkan dacron yang berserakan tersebut menggunakan sapu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.4. Gambar 1.4 Kondisi Kerja di Stasiun Pencacahan Dacron Kondisi kerja di stasiun pencacahan ini menghabiskan banyak waktu untuk mengumpulkan dacron yang berserakan di lantai dan di dinding area kerja. Selain itu, dacron halus yang sudah tertampung akan dibawa ke stasiun pengisian bantal dengan menggunakan sapu. Kondisi kerja ini menimbulkan keluhan rasa sakit dan pegal-pegal pada tangan, kaki, punggung, pinggang dan tubuh cepat merasa lelah akibat fasilitas kerja yang tidak ergonomis dan sikap kerja yang salah yang akan berpengaruh pada jumlah produk yang dihasilkan.

I-6 Penelitian tentang postur kerja pernah dilakukan Didik Priyadi, (2011) di CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo yaitu perusahaan garmen. Penelitian difokuskan pada permasalahan di stasiun kerja cutting kain dimana operator memotong kain dengan sikap kerja berdiri secara terus menerus sehingga kalau dibiarkan terlalu lama operator dapat mengalami resiko cidera/penyakit. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan pemecahan masalah antara lain SNQ, data fisiologi, REBA, dan pendekatan anthropometri. Dari hasil penelitian dan analisis perhitungan REBA dan energy expenditure, maka usulan perbaikan sikap kerja disini adalah kursi. Penelitian sejenis pernah dilakukan Ezi Rezia Adha, (2014) di PT. Sinar Advertama Servicindo (SAS) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang advertising dimana perusahaan ini kurang memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bagi karyawannya. Berdasarkan hasil dari analisis, untuk meminimasi cidera otot rangka pada operator di stasiun kerja jahit/obras maka dibutuhkan perbaikan sistem kerja secepatnya yaitu dengan melakukan perancangan ulang terhadap stasiun kerja jahit/obras yang ada di PT. SAS ini. Hal ini berdasarkan paparan risiko yang dihasilkan, sehingga usulan perbaikan yang diberikan yaitu dengan merancang ulang stasiun kerja berupa rancangan kursi dan meja sehingga posisi tubuh operator pada saat bekerja akan lebih nyaman dan diharapkan dapat meminimasi risiko cidera terutama pada bagian leher, punggung, bahu/lengan, dan pergelangan tangan. Pada perancangan stasiun kerja ini, dibutuhkan data antropometri untuk dapat menentukan ukuran dimensi dari rancangan stasiun kerja yang akan dirancang.

I-7 Dari gambaran hasil penelitian di atas menjadi alasan perlu dilakukan analisa dan perbaikan pada postur kerja operator dan fasilitas kerja di CV. Wolken dengan menggunakan metode yang sama. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan pokok pada penelitian ini adalah tidak ada fasilitas kerja yang ergonomis pada stasiun pencacahan dacron. Proses pencacahan dacron dilakukan dengan posisi kerja berdiri dalam jangka waktu yang lama karena tidak adanya fasilitas kerja atau alat bantu kerja sehingga menyebabkan keluhan rasa sakit pada operator sehingga menyebabkan keluhan rasa sakit pada operator dan menghabiskan banyak waktu kerja yang dapat mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan di CV. Wolken. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah mendapatkan rancangan fasilitas kerja atau alat bantu kerja yang ergonomis pada bagian stasiun kerja dacron carding (penggilingan dacron) sehingga dapat mengurangi keluhan musculoskeletal pada operator dan dapat meningkatkan jumlah produk yang dihasilkan. Tujuan khusus penelitian adalah: 1. Mengidentifikasi keluhan musculoskeletal yang dirasakan oleh operator pada saat bekerja. 2. Menganalisa postur kerja operator dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment).

I-8 3. Mengukur dimensi tubuh (antropometri) sebagai dasar perancangan fasilitas kerja. 4. Merancang fasilitas kerja berupa alat bantu untuk mereduksi keluhan musculoskeletal operator dan mendapatkan metode kerja yang lebih ergonomis. 5. Menganalisa metode kerja sebagai dasar peningkatan jumlah produk yang dihasilkan. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah: a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori dalam bidang Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja yang telah diperoleh selama kuliah ke dalam lingkungan industri secara nyata, khususnya dalam penilaian postur kerja dan perancangan fasilitas kerja berdasarkan dimensi dan prinsip antropometri. b. Menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk menggunakan fasilitas kerja yang ergonomis dalam usaha untuk mereduksi keluhan muskoloskeletal. c. Mempererat hubungan kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik. 1.5. Batasan dan Asumsi Masalah Batasan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian hanya dilakukan di stasiun pencacahan dacron (dacron carding).

I-9 2. Pengukuran hanya dilakukan pada operator yang bertugas pada stasiun pencacahan dacron (dacron carding). 3. Metode yang digunakan dalam penilaian postur kerja adalah metode REBA (Rapid Entire Body Assesment). 4. Hasil perancangan fasilitas dilakukan tanpa mempertimbangkan faktor biaya yang dikeluarkan untuk implementasi usulan ergonomi yang diberikan. Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Operator berada dalam kondisi sehat saat dilakukan penelitian. 2. Operator tidak mengalami pergantian selama penelitian. 3. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik dan sesuai standar. 4. Proses produksi tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung. 1.6. Sistematika Penulisan Laporan Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN menguraikan latar belakang permasalahan mengenai ketidaknyamanan operator pada stasiun pencacahan dacron (dacron carding) di CV. Wolken, rumusan permasalahan yang terjadi, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.

I-10 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN berisi mengenai sejarah perusahaan, kegiatan operasional perusahaan, visi misi perusahaan, struktur organisasi, deskripsi tugas dan tanggung jawab pekerja CV. Wolken. BAB III LANDASAN TEORI menguraikan mengenai tinjauan pustaka sebagai landasan utama dalam melakukan analisa dan pembahasan penelitian yang berisi teori-teori Ergonomi, Postur Kerja, Nordic Body Map (SNQ), REBA (Rapid Entire Body Assesment), Beban Kerja dan Antropometri. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA berisi tentang pengumpulan data, yaitu data keluhan muscoluskeletal dengan menggunakan SNQ, data penilaian elemen gerakan kerja dengan menggunakan metode REBA dan dimensi antropometri. Sedangkan pengolahan data yang dilakukan adalah identifikasi keluhan muscoluskeletal dengan menggunakan SNQ, penentuan level tindakan postur kerja dengan metode REBA, dan perhitungan persentil data antropometri untuk merancang perbaikan fasilitas kerja. BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH diuraikan mengenai analisis SNQ, postur kerja, antropometri dan pembahasan rancangan alat bantu untuk mereduksi risiko muscoluskeletal. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN berisi rangkuman hasil yang didapat dari penelitian dan saran-saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan.