Siti Rabiatul Fajri dan Sucika Armiani Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. adanya berbagai nama. Di Indonesia bagian timur kelelawar disebut dengan

Kelimpahan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera di Gua Wilayah Selatan Pulau Lombok NTB

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN PAKAN DALAM UPAYA KONSERVASI KELELAWAR PEMAKAN BUAH DAN NEKTAR DI DAERAH PERKOTAAN:

HUBUNGAN STRUKTUR KOMUNITAS SPESIES KELELAWAR DENGAN FAKTOR FISIK GUA: STUDI DI GUA WILAYAH SELATAN PULAU LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

*Diterima : 20 Januari 2010; Disetujui : 02 Agustus 2010

BAB I PENDAHULUAN. antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Karst merupakan. saluran bawah permukaan (Setiawan et al., 2008).

Kekayaan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera Di Gua Wilayah Selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

Karakteristik Tipe Pakan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan: Studi Kasus di Kebun Raya Bogor

PEMBAHASAN UMUM. Tabel 20 Status konservasi kelelawar berdasarkan Red List IUCN versi 3.1 (IUCN 2001) Status Konservasi

Gambar 29. Cynopterus brachyotis sunda Lineage

Kekayaan Jenis Kelelawar (Chiroptera) di Kawasan Gua Lawa Karst Dander Kabupaten Bojonegoro

I. PENDAHULUAN. secara lokal yang menyebabkan terbentuknya ruangan-ruangan dan lorong-lorong

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR Subordo Microchiroptera DI GUNUNGKIDUL BAGI SISWA SMA

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT AKBAR SUMIRTO

PENDAHULUAN. Fahma Wijayanti, Armaeni Dwi Humaerah*, Narti Fitriana, dan Ahmad Dardiri UIN Syarif hidayatullah Jakarta BIOMA 12 (1), 2016

KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA KECIL PADA TIGA HABITAT YANG BERBEDA DI LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PEMILIHAN JENIS PAKAN OLEH KELELAWAR MEGACHIROPTERA DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KAB. SUKABUMI AMALIA CHOIRUNNISA

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

BERSARANG DI GUA-GUA KARST GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH

Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK

OPTIMALISASI PERAN KELELAWAR MICROCHIROPTERA SEBAGAI BIOKONTROL SERANGGA TOMCAT (Paederus fuscipes) DAN ULAT BULU (Lymantriidae) DI PERKOTAAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

POLA PENGGUNAAN RUANG BERTENGGER KELELAWAR DI GUA PUTIH HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI JAWA BARAT RIYANDA YUSFIDIYAGA

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

ABSTRACT. Keywords: Pollen, food resources, fruit bats, Cengkareng.

Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar Berdasarkan Karakteristik Jenis Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia

KOMUNITAS KELELAWAR DI GUA PUTRI DAN GUA SELABE KAWASAN KARST DESA PADANG BINDU KECAMATAN SEMIDANG AJI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

Keyword : Local wisdom, diversity, nesting patterns,

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) PADA BEBERAPA TIPE EKOSISTEM DI CAMP LEAKEY

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelelawar

BAB III KERAGAMAN SPECIES SEMUT PADA EKOSISTEM TERGANGGU DI KAWASAN CAGAR ALAM TELAGA WARNA JAWA BARAT

DAFTAR PUSTAKA. Brower JE, Zar JH Field dan Laboratory Methods for General Ecology. Third Editon. Dubuque, Lowa: C. Brown Publisher.

BAB I PENDAHULUAN. Satwa dalam mencari makan tidak selalu memilih sumberdaya yang

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

BIODIVERSITAS DAN POLA PEMILIHAN SARANG KELELAWAR: STUDI KASUS DI KAWASAN KARST GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH

KOMUNITAS KELELAWAR MICROCHIROPTERA DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. KENCANAA SAWIT INDONESIA (KSI) SOLOK SELATAN TESIS.

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Catecholamine mesolimbic pathway (CMP) merupakan jalur dopamin

KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA KECIL PADA TIGA HABITAT YANG BERBEDA DI LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH

II. TINJAUAN PUSTAKA

IdentifikasiBerpikirKreatif Mahasiswa Melalui Metode Mind Mapping. Identification of Student's Creative Thinking trough Mind Mapping

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar adalah mamalia dari ordo Chiroptera dengan dua sub ordo yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

MATERI DAN METODE. Harpiocephalus harpia Serangga Rhinolophus keyensis Serangga Hipposideros cervinus Serangga

KERAGAMAN LEPIDOPTERA PADA DUKUH DAN KEBUN KARET DI DESA MANDIANGIN KABUPATEN BANJAR

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar termasuk ke dalam Ordo Chiroptera, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Karakteristik Populasi dan Habitat Kelelawar Hipposideros cervinus (Sub ordo Microchiroptera) di Gua Bratus Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelelawar menurut Corbet and Hill ( 1992) Kelelawar memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi dan menempati

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 di Stasiun Penelitian

Maryati 1), Agus Priyono Kartono 1) & Ibnu Maryanto 2)

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada bulan Desember Maret Penelitian dilaksanakan di

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Primak et al, tahun 1998 bahwa Indonesia merupakan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Macan tutul (Panthera pardus) adalah satwa yang mempunyai daya adaptasi

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB I PENDAHULUAN. rapat dan menutup areal yang cukup luas. Sesuai dengan UU No. 41 Tahun

BIOLOGI KONSERVASI EKOSISTEM PASCA TAMBANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kingston (2006) terdapat lebih dari 31 jenis tumbuhan di Malaysia yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Pteropus vampyrus merupakan kelelawar pemakan buah-buahan, yang

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

Mohammad Fahmi Nugraha Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

Keanekaragaman kelelawar (Mammalia: Chiroptera) Stasiun Penelitian Pungut dan kontribusinya terhadap keberadaan kelelawar Siberut

PENDAHULUAN Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS CAPUNG (ORDO : ODONATA) DI KEBUN RAYA BOGOR SITI NURUL INDAH HIDAYAH

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT KELELAWAR DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU BAGIAN BARAT (HBTBB), SUMATERA UTARA AJENG MIRANTI PUTRI

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

IDENTIFIKASI KELELAWAR (ORDO CHIROPTERA) DI GUA TOTO DAN LUWENG TOTO KABUPATEN GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA. Skripsi

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, November 2011

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota, berupa kawasan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

Transkripsi:

e-issn: 2442-7667 p-issn: 1412-6087 Analisis Pakan Kelelawar sebagai Polinator dan Pengendali Populasi Serangga Hama: Studi di Gua Gale-Gale Kawasan Karst Gunung Prabu Kuta Lombok Tengah Siti Rabiatul Fajri dan Sucika Armiani Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram Email: rabiatulfajri@gmail.com Abstract: this research aimed to analyze the feeding bats as pollinators and pest control insect populations in Gale-Gale Caves Karst region Prabu Kuta Mountain Central Lombok. The result of research based on PCA analysis showed that formed 3 groups based on sources and types of pollen which is eaten by bats. The first group consist of male Rousetus amplexicaudatus, female Rousetus amplexicaudatus and Macroglossus minimus which strongly influenced ate pollen oblate types. The second group consist of female Eonycteris spelaea and male Macroglossus minimus which strongly influenced ate three types of pollen namely prolate, prolate pheroidal and perprolate. And third group consist of male Eonycteris spelaea which strongly influenced choosed suboblate Pollen type as food sources. And the analysis result of insect populations which eaten by bats subordo Mircochiroptera showed that the bat species of female Hipposideros diadema which ate highest insect was 1390 individual every night. And lowest on the bat species of male and female Rhinolophus simplex was 585 individual every night. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pakan kelelawar sebagai polinator dan pengendali populasi serangga hama di Gua Gale-Gale kawasan Karst Gunung Prabu Kuta Lombok Tengah. Hasil penelitian berdasarkan analisis PCA menunjukkan bahwa terbentuk 3 kelompok berdasarkan sumber pakan dan tipe polen yang dimakan kelelawar. Kelompok pertama terdiri dari Rousetus amplexicaudatus jantan, Rousetus amplexicaudatus betina dan Macroglossus minimus betina yang dipengaruhi kuat memakan tipe polen jenis oblate. Kelompok kedua terdiri dari Eonycteris spelaea betina dan Macroglossus minimus jantan yang dipengaruhi kuat memakan tiga jenis tipe polen yaitu prolate, prolate pheroidal dan perprolate. Sedangkan kelompok ketiga terdiri dari Eonycteris spelaea jantan yang dipengaruhi kuat memilih tipe polen suboblate sebagai sumber pakan. Sedangkan hasil analisis populasi serangga hama yang termakan kelelawar subordo Mircochiroptera menunjukkan bahwa, kelelawar spesies Hipposideros diadema betina pemakan serangga tertinggi sebanyak 1390 individu setiap malam. Sedangkan terendah pada spesies kelelawar Rhinolophus simplex baik jantan atau betina masing-masing sebesar 585 individu setiap malam. Kata kunci: Megachiroptera, Microchiroptera, Polen dan Serangga Pendahuluan Kelelawar merupakan salah satu ordo dari kelas mamalia yang memiliki kemampuan berpindah dengan menggunakan sayap (terbang). Secara umum, kelelawar yang tergolong ke dalam Ordo Chiroptera dapat dikelompokkan ke dalam 2 sub ordo yaitu sub ordo Megachiroptera (Pemakan buahbuahan) dan sub ordo Microchiroptera (Pemakan serangga) (Suyanto, 2001). Rachmadi (2003) Peranan dan fungsi kelelawar sangat besar bagi ekosistem. Kelelawar dari sub ordo Megachiroptera berperan penting dalam pemencar biji buahbuahan dan membantu dalam proses penyerbukan. Kelelawar genus Macroglosus dan Cyanopterus diketahui memakan serbuk sari dan nectar tumbuhan tersebut sebagai sumber energinya. Hal ini akan membantu penyerbukan bunga (Altringham, 1996 dalam Wijayanti, 2011). Penelitian Tan, et al. (1998) membuktikan kelelawar Cynopterus brachyotis (Subordo Megachiroptera) di Bangi Malaysia memakan buah dan menyebarkan biji 17 Famili tumbuhan hutan dan tanaman perkebunan. Selain berperan dalam memencarkan biji-biji tumbuhan dan penyerbukan bunga, kelelawar juga berperan 2015 LPPM IKIP Mataram

Jurnal Kependidikan 14 (4): 405-412 sebagai pengendali serangga dan hama (terutama sub ordo Microchiroptera). Ketersediaan pakan menentukan kelimpahan dan keberadaan kelelawar disuatu habitat (Feeler & Pierson, 2002; Russsoet al. 2003) dalam (Prakarsa, 2012). Oleh karena itu, kelelawar cenderung memilih sarang yang dekat dengan sumber pakan atau memiliki akses pada sumber pakan. Hal ini dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian terdahulu. Menurut Law & Chidel (2002), Kerivoulapapuensis (Microchiroptera) bersarang pada jarak maksimum 2.1 km dari tempat pencarian makannya di hutan hujan di New South Wales. Hodgkison et al. (2003) membuktikan Balionycteris maculate mencari makan pada jarak satu kilometer di sekitar sarangnya. Penelitian Agosta (2002) membuktikan Eptesicus fuscus memilih sarang di dekat permukiman manusia, dan hasil analisis isi perut menunjukkan bahwa makanannya adalah serangga yang banyak terdapat di sekitar lampu penerangan permukiman tersebut. Demikian pula halnya dengan kelelawar yang bersarang di gua-gua karst. Menurut Furman & Ozgul (2002), selain memenuhi persyaratan fisik yang sesuai dengan tubuh kelelawar, gua yang dipilih oleh kelelawar harus memiliki akses pada sumber pakan. Gua Gale-gale merupakan salah satu gua yang berada di Karst Gunung Prabu Kuta Lombok Tengah yang memiliki kekayaan spesies dan kelimpahan spesies kelelawar yang cukup tinggi. Fajri., dkk (2014) menyebutkan terdapat 3 spesies yang menghuni gua tersebut diantaranya Hipposiderosater, Hipposideros bicolor dan Rhinolopus simplex. Sedangkan kelimpahan spesies kelelawar yang mendiami gua tersebut sebesar 25,3 Individu/trap/malam. Dengan demikian, terkait hal tersebut dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang Analisis Pakan Kelelawar Sebagai Polinator Dan Pengendali Populasi Serangga Hama: Studi Di Gua Gale-Gale Kawasan Karst Gunung Prabu Kuta Lombok Tengah. Metode Penelitian Pengamatan Polen Kelelawar subordo Megachiroptera yang telah berhasil diidentifikasi, selanjutnya di bedah dan diambil ususnya. Usus tersebut dibedah dan diambil isinya dan dimasukkan dalam tabung reaksi. Isi usus tersebut selanjutnya dicampurkan dengan alkohol 70% dan selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 30 menis. Selanjutnya sampel ditetesi gliserol dan diamati dibawah microskop. Identifikasi polen yang diperoleh mengacu pada kunci determinasi Erdmant (1952), Nayar (1999) dan Paldat (2005). Pengamatan Kelelawar Sebagai Pengendali Hama 1. Penangkapan pertama: Kelelawar Subordo Microchiroptera yang keluar dari dalam gua ditangkap selanjutnya diidentifikasi dan ditimbang berat masing-masing kelelawar. 2. Penangkapan kedua: Penangkapan Kelelawar Subordo Microchiroptera yang bertengger/baru kembali mencari makan dilakukan pada pukul 06.00 WITA. Kelelawar Subordo Microchiroptera selanjutnya diidentifikasi dan ditimbang berat masing-masing kelelawar. 406

Siti Rabiatul Fajri & Sucika Armiani, Analisis Pakan Kelelawar sebagai Polinator 3. Data biomassa serangga mangsa kelelawar dianalisis dengan asumsi dari Gould (1955) yang menyatakan bahwa 1 gram serangga yang dimangsa kelelawar setara dengan 500 individu serangga. Hasil identifikasi polen dan serangga, selanjutnya dilakukan analisis dengan PCA untuk mengetahui pengelompokan kelelawar berdasarkan sumber pakan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan terdapat 3 spesies anggota subordo Megachiroptera diantaranya Macroglossus minimus, Rousetus amplexicaudatus dan Eonycteris spelaea. Sedangkan anggota dari subordo Microchiroptera sebanyak 4 spesies diantaranya; Rhinolophus simplex, Hipposideros ater, Hipposideros bicolor dan Hipposideros diadema. Berikut rincian spesies kelelawar yang ditemukan pada Tabel 1. Tabel 1. Spesies Kelelawar N o Sub Ordo Famili Spesies Kelelawar 1 Macroglossu s minimus 2 Rousetus Megachirop Pteropodid amplexicaud tera ae atus 3 Eonycteris spelaea 4 Rhinolophi dae Rhinolophus simplex 5 Hipposidero Microchirop s ater 6 tera Hipposideri dae Hipposidero s bicolor 7 Hipposidero s diadema Jumlah spesies yang ditemukan penelitian ini bertambah dari penelitian Fajri (2013) yang menyebutkan bahwa hanya terdapat 1 subordo Michrochiroptera yakni spesies Hipposideros bicolor dan penelitian dilanjutkan kembali oleh Fajri (2014) menyebutkan bahwa koleksi kekayaan spesies di Gua Gale-gale bertambah menjadi 3 Spesies Subordo Michrochiroptera yakni Rhinolophus simplex, Hipposideros ater dan Hipposideros bicolor. Dalam penelitian ini juga menambah kembali koleksi kekayaan spesies di Gua Gale-gale yakni dengan ditemukan 4 spesies kelelawar dari kelompok subordo Microchiroptera dan 3 spesies kelompok subordo Megachiroptera (Tabel 1). Pada hasil penelitian juga menyebutkan bahwa anggota sub ordo Microchiroptera memiliki spesies terbanyak yang bertengger di dalam gua Gale-gale ialah anggota dari Famili Hipposideridae yakni 3 spesies. Sementara itu Famili yang lain hanya terdiri dari 1 spesies. Suyanto (2001) menyebutkan bahwa Famili Hipposideridae memiliki anggota spesies paling banyak dari pada marga lainnya dan umumnya bertengger di dalam gua. Beberapa penelitian yang pernah melaporkan keberadaan Famili tersebut diantaranya di Gua Karst Gembong Famili Hipposideridae sebanyak 6 spesies (Wijayanti, 2011), di Gua TNAP Famili Hipposideridae sebanyak 4 spesies (Riswandi, 2012) dan di Gua Malagasy Famili Hipposideridae sebanyak 9 spesies (Simmons, 2005). Bertambahnya spesies kelelawar yang ditemukan di gua gale-gale dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya, faktor utamanya ialah peneliti mencoba 407

Jurnal Kependidikan 14 (4): 405-412 No 1 memasang perangkap dari sudut atau ruang gua lainnya yang tidak dimasuki pada penelitian sebelumnnya. Dari ruang tersebut ditemukan anggota subordo Megachiroptera dan beberapa kumpulan wallet. Beberapa faktor lain juga diantaranya ialah kondisi lingkungan yang sesuai, makanan yang masih tersedia, jauh dari ancaman predator, sehingga masih banyak kelelawar yang masih hidup dan bertahan di tempat tersebut. Selain itu kondisi mikroklimat yang sesuai dengan kebutuhan kelelawar. Seckerdieck et al. (2005) membuktikan bahwa kelelawar mempunyai home instink yang kuat, tempat tinggal yang dipilih kelelawar dipertahankan sampai beberapa generasi. Namun demikian apabila tempat tinggal mendapat ganggguan dan kelelawar tidak nyaman dan aman, tempat tinggal ini akan ditinggalkan (Willis & Brigham, 2004). Berdasarkan hasil analisis polen pada kelelawar Megachiroptera diperoleh 9 spesies tanaman yang termakan oleh 3 spesies kelelawar subordo Megachiroptera. Berdasarkan 9 spesies tanaman yang termakan terdapat 5 tipe polen yang termakan oleh kelelawar. Rincian spesies kelelawar dan tanaman yang termakan serta persentase pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Polen Tanaman Pada Kelelawar Spesies Jenis Persentase Kelelawar Tanaman (%) Annacardium 11.07 sp Macroglossus Adenathera sp 6.16 minimus Ceiba sp 38.56 Convulvulaceae 7.54 Poaceae 11.39 2 3 Rousetus amplexicaudatus Eonycteris spelaea Syzygium sp 2.82 Musa sp 14.26 Muntingia sp 8.18 Musa sp 78.20 Muntingia sp 21.80 Adenathera sp 15.86 Poaceae 55.73 Musa sp 21.22 Annona sp 7.19 Sembilan spesies tanaman tersebut diantaranya Annacardium sp, Adenathera sp, Ceiba sp, Convulvulaceae, Poaceae, Syzygium sp, Musa sp, Muntingia sp, dan Annona sp. Spesies Macroglossus minimus terdapat 8 jenis polen yang termakan yaitu Annacardium sp, Adenathera sp, Ceiba sp, Convulvulaceae, Poaceae, Syzygium sp, Musa sp, dan Muntingia sp. Persentase polen tertinggi pada spesies tanaman Ceiba sp yaitu sebesar 38.56% dan terendah pada spesies tanaman Syzygium sp sebesar 2.82%. Selanjutnya pada Rousetus amplexicaudatus terdapat 2 tipe polen yaitu Musa sp dan Muntingia sp, dengan masing-masing persentase polen 78,20% dan 21,80%. Pada Eonycteris spelaea terdapat 3 jenis polen yaitu Poaceae, Musa sp dan Annona sp. Persentase polen tertinggi pada Poaceae sebesar 55,73% dan terendah polen Annona sp sebesar 7,19%. Analisis dilanjutkan dengan menghitung persentase polen berdasarkan tipe polen yang ditemukan pada masing-masing kelelawar. Berikut adalah rincian persentase tipe polen yang ditemukan pada masingmasing spesies kelelawar pada Tabel 3. 408

Siti Rabiatul Fajri & Sucika Armiani, Analisis Pakan Kelelawar sebagai Polinator Jenis Kelelawar Tabel 3. Tipe Polen dan Persentasenya Prolate Sex Perprolate Prolate pheroidal Oblate Suboblate MM 1 7.22 24.13 27,54 18.39 22.72 MM 2 0 23.29 0 56.89 19.82 RA 1 0 0 0 100 0 RA 2 0 0 0 79.68 20.32 ES 1 0 0 0 0 100 ES 2 5.39 8.76 23.67 49.4 12.78 Keterangan: MM 1 = Macroglossus minimus Jantan, MM 2 =Macroglossus minimus Betina, RA 1 = Rousetus amplexicaudatus Jantan, RA 2 =Rousetus amplexicaudatus Betina, ES 1 = Eonycteris spelaea Jantan, ES 2 = Eonycteris spelaea Betina Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh selanjutnya data dianalisis menggunakan PCA untuk mengetahui pengelompokan kelelawar berdasarkan sumber pakan yang dimakannya serta untuk mengetahui kecenderungan kelelawar terhadap sumber pakannya. Dengan demikian, pada penelitian ini memperoleh hasil PCA pada Gambar 1. Gambar 1. Hasil PCA Tipe Pollen 409

Jurnal Kependidikan 14 (4): 405-412 Berdasarkan Gambar 1, menyebutkan bahwa terbentuk 3 kelompok berdasarkan sumber pakan dan tipe polen yang dimakan kelelawar. Kelompok pertama terdiri dari RA1, RA2 dan MM2. Kelompok kedua terdiri dari ES2 dan MM1. Sedangkan kelompok ketiga terdiri dari ES1. Kelompok 1 dipengaruhi kuat memakan tipe polen jenis oblate. Pada kelompok kedua dipengaruhi kuat memakan tiga jenis tipe polen yaitu prolate, prolate pheroidal dan perprolate. Sedangkan pada kelompok ke tiga dipengaruhi kuat memilih tipe polen suboblate sebagai sumber pakan. Pada kelompok pertama yang terdiri dari spesies kelelawar Rousetus amplexicaudatus jantan, Rousetus amplexicaudatus betina dan Macroglossus minimus betina terdapat pada kelompok yang sama. Hal ini berarti spesies kelelawar tersebut cenderung memilih tipe makanan yang sama yakni memakan polen tipe oblate (0,50 0,75 μm). Tipe polen ini pernah juga dimakan oleh spesies kelelawar Cynopterus brachyotis jantan dan E. spelaea betina (Saridan, 2010). Tipe oblate sangat sering sekali ditemukan pada Genus Cynopterus seperti yang dilaporkan Kartono dan Soegiharto (2009) di kebun Raya Bogor yang menyebutkan bahwa spesies Cynopterus minutus jantan, C. brachyotis jantan dan C. titthaheileus jantan dipengaruhi kuat oleh tipe pollen oblate. Pada kelompok kedua spesies kelelawar dipengaruhi kuat memakan tiga jenis tipe polen yaitu prolate (1,33-2,00 μm), prolate spheroidal (1,00-1,14 μm) dan perprolate (>2,00 μm). Spesies kelelawar tersebut diantaranya E. spelaea betina dan Macroglossus minimus jantan. Hasil penelitian ini sependapat dengan Saridan (2010) yang menyebutkan bahwa E. spelaea betina dan Macroglossus minimus jantan lebih memilih tipe polen prolate, prolate spheroidal dan perprolate. Pada Kelompok ketiga yang hanya terdiri dari spesies kelelawar E. spelaea jantan dipengaruhi kuat memakan tipe polen Suboblate (0,75-0,88 μm) dengan persentase tipe polen sebesar 100%. Hal ini juga sependapat dengan penelitian Kartono dan Soegiharto (2009) dan Saridan (2010) yang menyebutkan bahwa spesies kelelawar E. spelaea jantan dipengaruhi kuat memakan tipe polen Suboblate dengan persentase tipe polen sebesar 100%. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis pakan subordo Mircochiroptera menyebutkan bahwa, kelelawar spesies H. diadema betina pemakan serangga tertinggi terlihat dari jumlah individu serangga yang termakan sebanyak 1390 individu setiap malam. Sedangkan terendah pada spesies kelelawar R. simplex baik jantan atau betina masing-masing sebesar 585 individu setiap malam. Berikut hasil analisis biomassa pakan Microchiroptera pada gambar 2. 410

Siti Rabiatul Fajri & Sucika Armiani, Analisis Pakan Kelelawar sebagai Polinator Gambar 2. Biomassa Pakan Microchiroptera Hipposederos diadema pernah dilaporkan oleh Falah dan Adiandi ( 2011) memiliki kemampuan makan hingga seperempat berat tubuhnya. Setiap malam diperkirakan mampu memakan serangga sebanya 800 sampai 1200 ekor serangga. Sebagian besar anggota Genus Hipposideros memiliki kemampuan makan minimal 500-1200 ekor serangga setiap malamnya. Prakarsa (2012) menyebutkan bahwa R. affinis menjadi spesies dengan kemampuan memangsa paling tinggi dibandingkan kemampuan spesies lainnya di dalam Gua Lawa Temandang. Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan kelelawar subordo Microchiroptera dapat dijadikan pengendali hama serangga terbukti dari banyaknya individu yang termakan setiap malamnya. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Kekayaan spesies di gua Gale-gale diantaranya terdapat 3 spesies anggota subordo Megachiroptera diantaranya Macroglossus minimus, Rousetus amplexicaudatus dan Eonycteris spelaea. Sedangkan anggota dari subordo Microchiroptera sebanyak 4 spesies diantaranya; Rhinolophus simplex, Hipposideros ater, Hipposideros bicolor dan Hipposideros diadema. 2. Terdapat 9 spesies tanaman yang termakan oleh kelelawar diantaranya Annacardium sp, Adenathera sp, Ceiba sp, Convulvulaceae, Poaceae, Syzygium sp, Musa sp, Muntingia sp, dan Annona sp. 3. Hasil analisis tipe polen dengan menggunakan PCA, terbentuk 3 kelompok berdasarkan sumber pakan dan tipe polen yang dimakan kelelawar. Kelompok pertama terdiri dari RA1, RA2 dan MM2. Kelompok kedua terdiri dari ES2 dan MM1. Sedangkan kelompok ketiga terdiri dari ES1. Kelompok 1 dipengaruhi kuat memakan tipe polen jenis 411

Jurnal Kependidikan 14 (4): 405-412 oblate. Pada kelompok kedua dipengaruhi kuat memakan tiga jenis tipe polen yaitu prolate, prolate pheroidal dan perprolate. Sedangkan pada kelompok ke tiga dipengaruhi kuat memilih tipe polen suboblate sebagai sumber pakan. 4. Hasil analisis pakan subordo Mircochiroptera menyebutkan bahwa, kelelawar spesies H. diadema betina pemakan serangga tertinggi sebanyak 1390 individu setiap malam. Sedangkan terendah pada spesies kelelawar R. simplex baik jantan atau betina masingmasing sebesar 585 individu setiap malam. Daftar Pustaka Altringham JD. 1996. BATS. Biologi and Behaviour. Oxford University Press. New York. Corbet GB & JE Hill. 1992. The mammal of the Indomalayan region. Asystematic review. Natural history museum publications. Oxford University Press. Fajri, SR, Agil dan Hadiprayitno. 2014. Kekayaan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera Penghuni Gua Di Wilayah Selatan Pulau Lombok NTB. J Biotropis Edisi September. Fajri, SR, Agil dan Hadiprayitno. 2014. Kelimpahan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera Penghuni Gua Di Wilayah Selatan Pulau Lombok NTB. J Bioedukasi Edisi September. Maryati, Agus Proyono Kartono, dan Ibnu Maryanto. 2008. Kelelawar Pemakan Buah Sebagai Polinator Yang Diidentifikasi Melalui Polen Yang Digunakan Sebagai Sumber Pakannya Di Kawasan Sektor Linggarjati, Taman Nasional Ciremai Jawa Barat. J. Biologi Indonesia 4 (5): 335-347 (2008) Prakarsa, TBP. 2012. Peranan kelelawar subordo microchiroptera penghuni gua Sebagai pengendali populasi serangga hama: Studi gua lawa temandang di kawasan karst tuban jawa timur. Universitas Negeri Yogyakarta Rachmadi. 2003. Keanekaragaman Arthropoda di gua Ngerong, Tuban, Jawa Timur, Zoo Indo. 29: 19-26. Soegiharto, Agus P. Kartono, dan Ibnu Maryanto. 2010. Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar Berdasarkan Karakteristik Jenis Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia. J. Biologi Indonesia 6 (2):225-235 (2010) Suyanto, A. 2001. Kelelawar Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI. Jakarta Saridan, Amiril. 2010. Jenis Dan Preferensi Polen Sebagai Pakan Kelelawar Pemakan Buah Dan Nektar. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Volume VII No 3: 241-256 Wijayanti, Fahma. 2011. Biodiversitas dan Pola Pemilihan Sarang Kelelawar: Studi Kasus di Kawasan Karst Gombong Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Institut Pertanian Bogor. Wijayanti, Fahma. 2011. Ekologi, relung, pakan, dan strategi adaptasi kelelawar penghuni gua di karst gembong jawa tengah. Disertasi S3. Institut Pertanian Bogor. 412