BAB III METODOLOGI. Proses produksi pada PT. PIN khususnya proses dari bagian upper (cutting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi, efektifitas dan produktifitas adalah kata-kata yang sering

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 GOLONGAN PETERNAKAN DAN NAMA JABATAN

BAB I PENDAHULUAN. (Factory) dan tahun 2007 (Workshop) silam. Perusahaan ini memproduksi sepatu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dunia industri yang secara langsung melibatkan perkembangan

THE FACTORY ORGANISATION

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

BAB IV PENGUMPUALAN DAN PENGOLAHAN DATA. beralamat di Jalan Raya Serpong KM. 7, Pakulonan Tangerang 4941.

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 358 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN)

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. kertas, dimana dapat diklarifikasikan dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu :

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PROYEK AKHIR SISTEM MANAJEMEN MUTU PERUSAHAAN SARI ROTI. PT NIPPON INDOSARI CORPINDO,Tbk.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih pesat lagi dengan harapan produk yang dihasilkan mempunyai kualitas maupun

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Jakarta pada tahun PT BBU merupakan perusahaan pabrikasi dengan

(penanaman modal dalam negeri) dengan akte notaries No. 53 dikeluarkan. dengan menggunakan tiga lme produksi dengan kapasitas produksi 3000

Aplikasi Sistem Informasi (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. PT. Nikki Super Tobacco merupakan salah satu perusahaan yang ada di kota

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT TMMIN

RIWAYAT HIDUP PENULIS. Alamat : Kp. Cisitu no.66. Padalarang Bandung.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 Perancangan Input Output

BAB I PENDAHULUAN. elektronik dengan menggunakan tiga jenis mesin injeksi. Dua tahun

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 354 TAHUN 2013 TENTANG

Introduction to. Chapter 9. Production Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB. langsung. Wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing jabatan pada PT.

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI INVENTORY DI ASTI OFFSET

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV PENUTUP. di Perusahaan Korea, pada Divisi Gudang, PT. Komitrando Emporio, ini disusun

Universitas Sumatera Utara

I.3 Tujuan Penulisan. I.1 Latar Blkg Masalah. I.2 Pembatasan Masalah. I.4 Sistematika Penulisan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

BAB 3 TINJAUAN SISTEM INFORMASI YANG BERJALAN

WAREHOUSE & INVENTORY MANAGEMENT PT. REGENESIS INDONESIA. Consultancy by :

BAB 3 DESKRIPSI UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia yang semakin pesat, mendorong setiap

BAB II GAMBARAN UMUM. PT Lotus Indah Textile Industries, Human Resource Department

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah PT. Nikkatsu Electric Works

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Week 11 SIA SIKLUS PRODUKSI. Awalludiyah Ambarwati

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tahun 2003 sebagai perusahaan joint venture antara Indonesia Belanda.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkembangan dunia industri saat ini, setiap industri atau perusahaan

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. perusahaan manufaktur Indonesia dan Belanda yang didirikan pada tahun PT.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik,

BAB 1 PENDAHULUAN. makin banyaknya perusahaan yang menjalani proses produksi di Indonesia. Makin

Sistem IT Inventory Tempat Penimbunan Berikat

L A M P I R A N UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga

BAB 1 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Apa itu Lean Manufacturing dan Bagaimana Cara Penerapannya?

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba atau menambah nilainya sendiri. Kualitas dari SDM akan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jalan Raya Pasar Rebo No. 72 Bekasi. Perusahaan ini merupakan logistic partner. berupa angka angka / bilangan bilangan.

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

Sehingga pada tahun 1999 PT. Euro Star Indonesia mendirikan pabrik

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia

Penyebab. Pembangunan Pabrik Baru Perubahan Kapasitas Perubahan Design Produk Produk Baru Dll

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan persaingan yang semakin ketat. Persaingan bukan hanya mengenai seberapa

BAB 3 Objek Dan Metode Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner SWOT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. SENTRA MAHAKARYA INTEGRA merupakan perusahaan yang bergerak di

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN

PT. TRISULA GARMINDO MANUFACTURING ORGANIZATION CHART Board of DIRECTOR FACTORY MANAGER PPIC EXIM PRODUCTION EXPORT IMPORT

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penurunan nilai pertumbuhan industry pada setiap tahunnya. Pada 2004

BAB III METODOLOGI. lama. Sistem lama ini kemudian direkayasa ulang sehingga menciptakan alternatif

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Proses produksi pada PT. PIN khususnya proses dari bagian upper (cutting dan sewing) sampai pada bagian assembly akan diubah menjadi suatu sistem produksi yang benar-benar baru dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada pada rekayasa ulang proses bisnis. Penelitian ini juga akan berpengaruh kepada manajemen sistem informasi, pengolahan data pada proses produksi, kebijakan yang ada dalam perusahaan serta akan merubah struktur organisasinya, dimana tidak mungkin untuk melakukan rekayasa ulang proses produksi tanpa berdampak kepada ketiganya. Sebelum melakukan perubahan pada sistem produksi perlu ditetapkan dahulu tujuan untuk melakukan rekayasa ulang, setelah itu akan dilakukan penggambaran proses produksi yang ada sekarang secara terperinci, selanjutnya mengidentifikasi dan menganalisa masalah yang ada, selanjutnya adalah tahapan dalam membuat sistem produksi yang baru dengan menggunakan masukan dari proses yang ada dan industri terkait, setelah itu dibuat model dari sistem baru tersebut untuk menguji peningkatan efisiensi dari segi WIP, dan waktu produksi yang dihasilkan oleh rekayasa ulang ini dengan menggunakan software simulasi Process 2000, yang terakhir dilakukan adalah melakukan perbandingan antara proses yang baru dengan proses yang lama serta dibuat kesimpulan dari proses rekayasa ulang produksi ini. 17

18 Berikut akan digambarkan kerangka pikir yang akan digunakan dalam melakukan rekayasa ulang ini. Sistem Pendukung Proses produksi Lama Rekayasa ulang proses produksi Proses Produksi Baru Feed back Software simulasi Process 2000 Proses simulasi Gambar 3.1. kerangka pikir rekayasa ulang di PT. PIN 3.2. Tahapan Analisis Analisa akan dilakukan dengan menggunakan metode Rapid dengan alasan jelasnya langkah-langkah yang harus dikerjakan sehingga menyebabkan kemudahan dalam melakukan rekayasa ulang. Metode ini juga dapat menganalisa pengaruh non teknis terutama sumberdaya manusia yang secara langsung atau pun tidak langsung akan terpengaruh dengan adanya rekayasa ulang ini. Metode Rapid Re yang digunakan akan mengalami modifikasi dalam beberapa tahapnya yang disesuaikan

19 dengan kondisi dan keadaan yang dihadapi pada PT. PIN. Tahapan analisis tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini : 1. Menetapkan tujuan Pada tahapan ini dilakukan penetapan tujuan dari dibuatnya sistem baru yang merupakan hasil dari rekayasa ulang. Isinya adalah tentang apa yang ingin dicapai dari adanya sistem yang baru dan apa pengaruh sistem baru ini terhadap perusahaan. Biasanya yang dicari adalah keuntungan dari sistem baru ini jika dibandingkan dengan sistem lama. Sesuai dengan kebutuhan perusahaan, sistem baru diharapkan dapat mempercepat waktu produksi serta persediaan barang setengah jadi (WIP) yang akhirnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja. Pada tahap ini juga dilakukan penetapan terhadap komitmen dari manajemen perusahaan khususnya General Manager Operational untuk menjalankan rekayasa ulang serta sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam kegiatan perusahaan sehari-hari pada bagian produksi. Komitmen juga perlu disetujui oleh pemilik perusahaan dan Presiden Direktur, karena harus bias melihat nilai dari dilakukannya rekayasa ulang pada perusahaan yang mereka miliki dan yang menjadi tanggung jawab mereka. 2. Menyusun model proses produksi yang sekarang Penyusunan model proses produksi yang dipakai sekarang akan dilakukan pada tahap kedua ini. Penyusunan ini diambil dari data yang telah ada pada bagian I.E (Industrial Engineering) pada perusahaan tersebut. Penyusunan ini termasuk untuk pengambilan lay out keseluruhan pabrik, peta proses operasi

20 pada semua bagian, kebijakan-kebijakan perusahaan dalam hal proses produksi, waktu bau dan waktu siklus untuk tiap proses produksi, penggunaan jumlah tenaga manusia yang ada dalam tiap proses, DTD yang dibutuhkan serta jumlah WIP yang ada saat ini untuk tiga departemen terkait; cutting, sewing dan assembly. 3. Identifikasi dan analisa masalah Identifikasi dan analisa masalah akan dilakukan pada tahapan ketiga ini. Proses produksi mana yang menyebabkan lamanya waktu produksi, bagaimana terjadinya penumpukan WIP, dimana saja WIP tersebut mengalami penghambatan proses, dimana dan kapan terjadinya bottle neck dalam proses produksi dan mengurangi proses produksi yang tidak memiliki nilai tambah bagi pembeli. Masalah yang mungkin dan akan diselesikan adalah: a. Mengurangi proses yang dianggap tidak memiliki nilai tambah bagi pembeli. Proses ini harus dikurangi dengan alasan untuk mengurangi biaya untuk memproduksi satu pasang sepatu. Proses yang dianggap tidak memiliki nilai tambah adalah proses yang dilakukan hanya karena adanya kesalahan dari proses sebelumnya ataupun karena adanya kelalaian dari proses sebelumnya dan proses itu tidak memiliki hasil yang nyata (tidak dapat terlihat denganjelas) didalam proses. b. Merubah kebijakan yang ada dalam proses produksi. Perubahan ini berkaitan dengan jumlah pasang sepatu dalam tiap box yang digunakan sebagai alat transportasi antar proses serta bagaimana cara meberlakukan

21 sistem buffer yang benar dalam keseluruhan proses produksi, mulai dari bagian upper sampai pada assembly. Kebijakan ini hanya sebatas pada kebijakan yang ada di proses produksi. 4. Menyusun sistem proses produksi yang baru Pada tahap ke empat ini akan ditentukan proses produksi seperti apa yang akan digunakan selanjutnya (yang baru). Perancangan sistem proses produksi yang baru ini termasuk didalamnya adalah penyusunan layout yang baru, perhitungan waktu proses yang baru, kebijakan penggunaan box yang baru, serta penetapan pengunaan buffer yang bagaimana yang optimal. Tahap ini juga memungkinkan terjadinya perubahan pada struktur organisasi yang ada. Dimana akan dilakukan penggabungan tugas dan pekerjaan yang sekiranya terkait satu sama lain atau berhubungan sangat dekat sehingga akan lebih efektif jika pengerjaannya digabung atau didekatkan. Pada tahap ini juga di gunakan prinsip-prinsip Lean Manufacturing yang memiliki prinsip hampir sama dengan rekayasa ulang proses bisnis. 5. Simulasi proses produksi baru Pada tahap kelima ini akan dilakukan simulasi terhadap rancangan proses produksi yang baru dari hasil rekayasa ulang. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software dari Micrografx yaitu Process 2000. Dalam simulasi ini waktu proses yang digunakan adalah waktu proses dari proses produksi yang lama; khusus untuk proses yang memang sama. Alat ini digunakan untuk menjalankan rancangan proses produksi yang baru serta melihat kemungkinan masalah yang akan timbul jika proses produksi yang baru ini dijalankan. Alat

22 ini juga dapat menghitung waktu perkiraan yang dibutuhkan untuk proses yang baru serta mengukur tingkat keberhasilan dari sistem yang baru tersebut jika dibandingkan dengan sistem yang lama. 6. Kesimpulan dan perbandingan Pada tahap keenam ini akan dilakukan pengambilan kesimpulan terhadap perancangan sistem proses produksi yang baru berdasarkan hasil perhitungan dan kalkulasi yang didapat dari tahap ke-lima. Komponen yang akan dibandingkan disini adalah layout yang lama dengan yang baru, penggunaan waktu produksi antara sistem lama dengan sistem yang baru, penggunaan buffer antara sistem lama dengan yang baru, jumlah WIP sistem lama dengan sistem baru, kebijakan yang digunakan antara sistem lama dengan yang baru, biaya yang digunakan untuk membuat satu pasang sepatu pada bagian upper dan assembly dari sistem lama dan baru serta hasil produksi harian antara sistem lama dengan sistem yang baru. 3.3. Organisasi Perusahaan PT. Prima Inreksa Industries (PT. PIN) berdiri sejak tahun 1990. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pembuatan sepatu khususnya sepatu olah raga. Sudah banyak jenis sepatu olah raga yang pernah di produksi oleh perusahaan ini seperti sepatu tennis, lari, jalan santai, basket, klasik, serta sepatu mendaki gunung. Sejak awal berdiri sampai sekarang PT. PIN telah memproduksi banyak merek sepatu seperti FILA, LAGEARS, NIKE, AIRWALK, dan ADIDAS. Perusahaan ini

23 memproduksi sepatu hanya berdasarkan order yang didapatkan dari perusahaan besar tersebut diatas. Untuk lima tahun terakhir ini PT. PIN hanya memproduksi sepatu dengan merek Adidas, karena Adidas berjanji akan memberikan order yang banyak kepada perusahaan dan akan berlanjut lama jika perusahaan tersebut tidak menerima order dari perusahaan lain. Perusahaan ini berorientasi eksport atau bergantung dari order yang diturunkan oleh Adidas. Lead time untuk melakukan proses order mulai dari penerimaan order sampai dengan eksport adalah 60 hari. Kebijakan ini baru diterapkan oleh Adidas mengingat sebelumnya adalah 90 hari yang dirasakan terlalu lama oleh counter Adidas di seluruh dunia yang akan menerima langsung dari pabrik pembuat sepatu seperti PT. PIN. Kantor dan pabrik PT. PIN terletak di daerah Tangerang - Banten dan memiliki kantor representatif di Busan - Korea untuk menangani pembelian material yang sebagian besar berasal dari korea. Perusahaan ini secara keseluruhan terbagi manjadi dua sisi organisasi yaitu operational dan accounting finance. Operational berada dibawah pengawasan Presiden Direktur secara langsung sedangkan accounting finance berada dibawah pengawasan Wakil Presiden Direktur. Pada saat ini akan lebih difokuskan kepada bagian operational yang akan lebih banyak berpengaruh kepada penulisan thesis ini. Bagian operational dijabat oleh seorang General Manager Operational yang membawahi divisi Industrial Engineering, Factory (production), Management Information System, Human Resources, General Affair, Marketing, Export - Import, dan Development. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan struktur organisasi perusahaan yang ada dan yang sedang

24 digunakan pada saat ini dan dapat dilihat juga bagian bagian yang ada dibawahnya dengan lebih jelas. Pres. Director Vice Pres. Dir Fin. & Acc. Div. Operational Div Finance Factory Industrial Eng. Import & Purchasing MIS HRD GA Maketing & Export Maintenance Development Payroll PPIC Production System Lokal Purchasing LAN & Hardware Training SOE Marketing Carpenter Bottom Accounting Raw Mtrl. W/H Office Admin Direct Purchasing Automation Personel Legal Costing Electrical Sample 1 Laboratorium Management System Import Facility Export Mechanic Sample 2 Cutting Operation Transport Sample 3 Sewing Sample 4 Rolling & Press Production Grinding PDM C.S. Assembly & Packing Admin Office Vulc. Assy & Packing Finish Good W/H Quality Control Gambar 3.2. Struktur Organisasi PT. Prima Inreksa Industries

25 Saat ini yang akan dijelaskan lebih detail adalah bagian factory yang membawahi keseluruhan bagian produksi mulai dari perencanaan sampai pada gudang barang jadi (finish goods w/h). 1. Bagian PPIC Bagian ini terbagi lagi menjadi tiga sub bagian yang keseluruhannya memiliki tugas untuk melakukukan pengawasan terhadap bagian produksi, bagian ini juga kerap sekali menjadi tangan kanan dari Factory manager, sub-bagian tersebut adalah Upper part, Bottom & Assembly dan Material, Schedule & Tooling. a. Upper part bertanggung jawab atas keseluruhan kesiapan material, jadwal produksi dan hasil produksi sehari-hari untuk bagian Cutting Sewing dan Cribshoe. b. Bottom & Assembly bertanggung jawab atas kesiapan material, jadwal produksi dan hasil produksi setiap hari untuk bagian Rolling, Press, Grinding, C.S. Assembly dan Vulc. Assembly. c. Material, schedule & tooling bertanggung jawab atas perhitungan kapasitas produksi hari per bulan dan per tahun, perhitungan kecukupan peralatan terhadap order, perhitungan kesiapan material terhadap jadwal, pembuatan jadwal produksi secara keseluruhan selama satu bulan penuh dan penjadwalan ekspor barang setiap bulannya.

26 2. Raw Material Warehouse Bagian ini bertanggung jawab atas penyimpanan bahan-bahan mentah yang akan diproses ke bagian selanjutnya. Bagian ini terbagi menjadi tiga yaitu : a. Chemical dalam gudang ini berisi bahan bahan kimia yang nantinya akan diproses untuk menjadi bentuk rubber, pholon ataupun lem serta bahan-bahan kimia lainnya yang diperlukan. b. Leather dalam gudang ini berisi semua bahan yang berjenis kulit, baik itu kulit, sapi, kuda ataupun kanguru. c. Acessories & Fabrique dalam gudang ini berisi bahan-bahan yang terbuat dari tekstil, metal, dan barang lainnya yang bukan termasuk kedalam category kulit atau kima. Gudang ini adalah gudang terbesar di dalam perusahaan karena menampung hampir seluruh barang yang dibutuhkan dalam perusahaan. 3. Laboratorium Bagian ini bertanggung jawab dalam kesiapan bahan kimia campuran seperti lem, primer, campuran outsole, campuran phylon dan lain sebagainya yang sifatnya mendukung kelancaran produksi. Bahan kimia campuran ini harus di konfirmasi terlebih dahulu oleh Inspector Adidas. 4. Cutting Bagian ini bertugas untuk memotong bahan mentah seperti kulit, tekstil, tekson dan lain sebagainya yang bersifat lembaran dan perlu di potong terlebih dahulu untuk mengikuti cetakan yang dibuat sesuai dengan jenis sepatu yang dibutuhkan. Bagian ini terdiri dari 10 line produksi yang setiap

27 line produksinya memiliki mesin cutting, buffing, skiving, gauge, dan tongue sew. 5. Sewing Bagian ini terdiri dari 38 line produksi yang bertugas untuk menyatukan bagian-bagian yang telah dipotong sesuai dengan cetakan dan model sepatu yang diinginkan, sampai bentuk sepatu sudah dapat terlihat dan siap dilanjutkan ke proses selanjutnya. 6. Rolling & Press Bagian ini bertanggung jawab untuk memproduksi bagian bawah dari sepatu yaitu Outsole dan Phylon. Outsole terbentuk dari penggabungan beberapa unsur kimia dan karet, begitu juga dengan phylon yang membedakan meraka adalah proses dan kadar karetnya. Dalam bagian ini terdapat mesin kneader, calendar, rolling cold press, cutting press, hot press dan trimming. Bagian ini mengerjakan order sangat tergantung dari jumlah mould yang diberikan oleh Adidas. Jika mould yang ada tidak sesuai dengan jumlah order maka dilakukan penyesuaian jumlahnya, dengan konfirmasi pihak Adidas tentunya. 7. Grinding Bagian ini bertugas untuk melakukan proses buffing dan grinding terhadap outsole dan phylon sebelum keduanya digabungkan. Bahkan proses penggabungan dua komponen ini dilakukan pada bagian grinding ini. Proses dalam bagian ini cenderung mudah untuk dilakukan karena mesin yang tersedia cukup banyak dan proses ini tidak berlaku untuk beberapa model sepatu seperti Vulcanize.

28 8. Cold Cement Assembly and Packing Bagian ini bertanggung jawab atas penggabungan komponen outsole yang sudah di proses pada bagian grinding dengan komponen upper yang telah diproses pada bagian sewing. Mereka juga bertugas untuk melakukan proses pengepakan barang kedalam boks karton. Bagian ini memiliki 8 line produksi. 9. Vulcanize Assembly & Packing Bagian ini bertugas hampir sama dengan bagian no 8, yang membedakan antara kedua bagian ini adalah proses pengerjaan dan model sepatu yang dikerjakannya. Pada bagian vulcanize ini penggabungan sepatu dilakukan seperti pada proses cold cement tetapi setelah itu sepatu jenis ini harus di panaskan lagi dan dimasukkan kedalam sebuah oven yang besar selama 1 jam, setelah itu dilakukan proses pengepakan yang sama dengan cold cement. Bagian ini memiliki 2 line produksi. 10. Finish Goods Warehouse Sesuai dengan namanya bagian ini adalah tempat penyimpanan barang jadi yang siap di eksport. Bagian ini terdiri dari dua sub-bagian yaitu; a. A-Grade yaitu barang yang berkualitas bagus dan dapat langsung di eksport. b. B-Grade yaitu barang yang kualitasnya kurang bagus tapi masih bias dieksport dengan harga jual yang akan dikurangi sesuai dengan mutu barang tersebut.

29 11. Quality Control Bagian ini bertanggung jawab terhadap kualitas barang mulai dari datangnya material sampai pada sepatu yang sudah siap di ekspor. Bagian ini adalah bagian yang akan sangat sering berhubungan dengan buyer Adidas dan Inspector Adidas.