BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan kondisi akut yang membutuhkan pertolongan segera (Ashour et al,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat. Pada era globalisasi sekarang ini, perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

HUBUNGAN KEGAWATDARURATAN PASIEN DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DI IGD RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

IGD RSUD CIBINONG MEMBERIKAN LAYANAN TRIASE SERDADU

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PANDUAN SKRINING PASIEN RSU BUNDA JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional. Rumah sakit sebagai salah satu sistem pelayanan, rehabilitasi medik, dan pelayanan perawatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan atau rumah sakit tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

Kesehatan (BPJS Kesehatan) dibentuk untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Permenkes RI No

BAB I PENDAHULUAN. pada kelompok umur tahun, dan nomor 2 pada kelompok usia 25 34

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Salah satu pelayanan kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecepatan pertolongan pada pasien dengan kasus kegawat daruratan menjadi elemen penting dalam penanganan pasien

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan mencegah penyakit dengan masyarakat sebagai sasaran utamanya. (1) Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam Pasal 28H Ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. jiwa sehingga dibutuhkan bantuan penanganan (CRED, 2014 ; WHO, 2013 ;

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya jumlah rumah sakit di Indonesia menjadikan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya


BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer, 2002) orang (39,9%), tahun 2004 terdapat orang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

LAPORAN INDIKATOR MUTU KUNCI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan tersebut dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas sehari-hari. Demi terpenuhinya. kesehatan. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB I PENDAHULUAN. Praktik klinik dalam keperawatanadalah kesempatan kepada semua. yang sesungguhnya(emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya

KUESIONER ANALISIS AUDIT KINERJA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

HUBUNGAN RESPONSE TIME PERAWAT DENGAN KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALANSI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Dimana MDGs adalah. Millenium Summit NewYork, September 2000 (DKK Padang, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine (ACEM) adalah unit klinis inti dalam rumah sakit yang menangani keadaan pasien di instalasi gawat darurat, pelayanan di IGD akan mempengaruhi kepuasan pasien secara signifikan dan mempengaruhi citra rumah sakit. Fungsi instalasi gawat darurat adalah untuk menerima pasien, triase, menstabilkan dan menyediakan manajemen darurat untuk pasien dengan keadaan kritis, mendesak (ACEM, 2014). Instalasi gawat darurat merupakan salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan pertama pada keadaan gawat darurat karena sakit atau cedera yang dapat mengancam keselamatan nyawa dan mencegah cedera lebih lanjut, pelayanan di instalasi gawat darurat harus memberikan pelayanan 24 jam perhari (UU No 36, 2009). Keadaaan gawat gawat darurat adalah sebuah kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medik. Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan untuk menyelamatkan nyawa pasien serta mencegah kecacatan lebih lanjut dan dilarang menolak pasien atau menerima uang muka (UU No 44, 2009). Pemberian pelayanan yang tepat dan cepat merupakan standar pelayanan yang dapat digunakan sebagai acuan pelayanan gawat darurat oleh tenaga medis dan pihak rumah sakit, untuk mendukung terwujudnya pelayanan yang 1

2 berkualitas, efektif, dan efisien. (Kepmenkes,856/SK/IX/2009). Pelayanan yang dilakukan IGD antara lain melakukan triase, melakukan pengkajian primer dan sekunder secara terfokus, sistematis, akurat. Pengkajian primer untuk melihat keadaan keadaan Airway, breathing, circulation, dissability, exposure. Pengkajian sekunder merupakan pengkajian head to toe yang dilakukan secara komperehensif sesuai keluhan utama pasien. Serta adanya pemeriksaan penunjang medik dan dokumentasi pasien. Apabila pelayanan mengalami keterlambatan maka akan berefek pada kondisi pasien (Standar pelayanan IGD, 2011). Efek lamanya pelayanan di instalasi gawat darurat akan memperparah kondisi pasien, memperburuk kondisi primer pasien sehingga terjadinya peningkatan mortalitas dan kecacatan lebih lanjut. Semakin parahnya kondisi pasien karena keterlambatan pelayanan akan meningkatnya biaya (cost) yang akan di tanggung oleh pasien dan dipertimbangkan secara total oleh rumah sakit (Nahab, 2012). Selain pelayanan medis di instalasi gawat darurat, IGD juga melakukan pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan radiologi emergensi. Pemeriksaan radiologi emergensi meliputi X-Ray mobile, USG mobile, apron timbal, CT-Scan, dan MRI. Tata ruang radiologi menurut kepmenkes, 2009 dapat digabung bersama IGD atau terpisah (standar pelayanan IGD, 2011). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor 410/Menkes/SK/III/2010 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di sarana pelayanan kesehatan. Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang medis yang

3 dapat mendeteksi berbagai jenis penyakit dan sebagai alat penentu tindakan medis selanjutnya yang akan dilakukan oleh petugas kesehatan (Kepmenkes, 2010). Kualitas pemeriksaan radiologi dapat menjadi pemicu lamanya pemeriksaan, diantaranya : Reliability (kehandalan), yaitu memberikan pelayanan yang terbaik dan mengikuti Standar Pelayanan Minimal (SPM) ± 2 jam, di mulai dari pendaftaran-pemeriksaan-hasil. Tangibles (bukti langsung) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, petugas dan sarana komunikasi. Responsiveness (daya tanggap) yaitu petugas dapat memberikan pelayanan kepada pasien dengan cepat dan tanggap. Assurance (jaminan) mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya (Suharyanto, 2012). Pasien yang memerlukan pemeriksaan radiologi, namun mengalami keterlambatan dalam pemeriksaannya akan menimbulkan rasa pusing, kelemahan secara menyeluruh pada tubuh, kejang, hipersensifitas, encepalon, perdarahan kepala, keadaan medis pasien yang akut (Nahab, 2012). Berdasarkan wawancara studi pendahuluan total kunjungan pasien di IGD RSUP Dr. Sardjito, 2013 sebanyak 34.284 pasien. Pasien instalasi gawat darurat dibedakan berdasarkan tingkat kegawatan, Bulan Januari hingga Desember dengan kategori pertama adalah gawat darurat sebanyak 8.595 pasien (25,07%), kategori 2 adalah gawat tidak darurat sebanyak 20.380 pasien (59,44%), kategori 3 tidak gawat darurat sebanyak 5.242 pasien (15,29%), kategori 4 Death of Arrival (DOA) 57 pasien (0.20%). Sedangkan, pasien yang dilakukan pemeriksaan radiologi yang berasal dari instalasi gawat darurat sebanyak 7.733 (22,55%) (buku laporan tahunan, 2013).

4 Laporan total lama waktu pemeriksaan IGD rumah sakit di United State (US) daerah pedesaan dan perkotaan dengan responden sebanyak 3,2 juta dengan waktu standar yang ditetapkan adalah 123 menit, saat dilakukan penelitian didapatkan hasil pemeriksaan lebih dari 124 menit hingga 247 menit, sehingga pemeriksaan tersebut mengalami keterlambatan antara 29 56 menit. Pada tahun 2012 ditemukan kasus sebanyak 54% pasien masuk IGD dengan kategori nonurgent dan pemeriksaannya melebihi 124 menit. Keterlambatan ini yang menjadi masalah bagi tenaga kesehatan dan pemerintah (Analytics, invantage. 2013). Lama waktu pemeriksaan radiologi yang dilakukan saat emergensi akan mempengaruhi lama waktu pelayanan di isntalasi gawat darurat. Faktanya terdapat 356 pasien yang melakukan pemeriksaan MRI dan CT scan pada penderita stroke ditetapkan onset selama 3 jam (180 menit), saat dilakukan pemeriksaan onset MRI rata-rata waktu yang dibutuhkan selama 367 menit dan onset CT scan selama 390 menit. menurut data tersebut, terdapat keterlambatan pemeriksaan berkisar antara 187 menit hingga 210 menit (Chalela, 2007). Keterlambatan pemeriksaan radiologi memiliki dampak berbahaya bagi pasien, seperti yang terjadi di Inggris, USA dan Kanada. kematian akibat trauma mayor pada usia dibawah 45 tahun yang berakibat pada semua kelompok usia, namun mayoritas terjadi pada usia muda. Trauma mayor lebih banyak terjadi di USA sekitar 20% dari, sednagkan trauma mayor di UK jarang terjadi sekitar 0.2%. Kasus trauma mayor yang terjadi tersebut adalah kasus terbanyak per bulannya, hal ini terjadi karena petugas kesehatan, sarana prasarana dan pengalaman manajemen yang kurang memadai. Lamanya penanganan trauma

5 mayor di Kanada akan meningkatkan mortalitas sebanyak 78% yang akan terjadi pada sore, malam dan weekend, (MTC). Pemeriksaan radiologi pada pasien dengan keadaan tidak stabil akan meningkatkan mortalitas 47% setiap 1 jam keterlambatan pemeriksaan, oleh karena itu Royal College of Radiology (RCR) memerlukan lama waktu pemeriksaan radiologi selama 30-60 menit, selanjutnya menghubungi pusat trauma mayor. Berdasarkan uraian diatas didapatkan bahwa lama waktu pemeriksaan radiologi dapat mempengaruhi lama waktu pelayanan pasien di IGD, akibat lamanya pemeriksaan radiologi akan berpengaruh pada kondisi klinis pasien, kepuasan dan meningkatnya biaya pelayanan di IGD. Hasil studi pendahuluan di IGD RSUP Dr. Sardjito terdapat 22,55% pasien dari IGD dilakukan pemeriksaan radiologi, namun belum pernah dilakukan pengukuran mengenai lama waktu pemeriksaan radiologi, sehingga peneliti tertarik meneliti mengenai hubungan lama waktu pemeriksaan radiologi dengan lama waktu pelayanan pasien di IGD RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan lama waktu pemeriksaan radiologi dengan lama waktu pelayanan pasien di Instalasi Gawat darurat Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara lama waktu pemeriksaan radiologi dengan lama waktu pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui lama waktu pelayanan Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. b. Mengetahui lama waktu pemeriksaan radiologi di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. c. Mengetahui seberapa erat hubungan antara pemeriksaan radiologi dengan lama waktu pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Sardjito. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan menjadi evidance based bidang kesehatan khususnya ilmu keperawatan mengenai lama waktu pemeriksaan radiologi serta lama waktu pelayanan pasien di IGD. 2. Manfaat Praktik Sebagai masukan tentang lama waktu pemeriksaan radiologi dan lama waktu pelayanan pasien di IGD, serta dapat menjadi bahan evaluasi pelayanan pasien di IGD dan dapat menjadi acuan layanan terbaik kepada pasien di IGD RSUP Dr. Sardjito maupun masyarakat.

7 E. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang sudah dilakukan mengenai waktu pelayanan dan waiting time di IGD antara lain : 1. Fitra Neza pada tahun 2008 dalam thesisnya dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi waiting time triase pasien Emergency Instalasi Gawat Darurat RSUD Sungai daerah kabupaten Dharmasraya. Peneliti membahas tentang hubungan kepuasan sumber daya manusia berkaitan, pengembangan dan fasilitas kerja, prosedur kerja dan karakteristik dengan waiting time triase. Waiting time triase rata-rata 12,09 menit, paling cepat 7,5 menit dan paling lama 22,50 menit. Hasil penelitian tersebut adalah prosedur kerja, fasilitas dan peralatan rendah mempunyai waktu tunggu yang paling lama dan waiting time di IGD RSUD tersebut belum sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu 10 menit. Persamaan yang dilakukan pada penelitian adalah menggunakan cross sectional. Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh fitra neza adalah waiting time triase dan banyaknya faktor yang mempengaruhi, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan adalah lama waktu pemeriksaan di instalasi gawat darurat dan waktu pemeriksaan di radiologi. 2. Agus Wijanarka dan Irwan Dwiphrahasto pada tahun 2005 dalam Jurnal yang bejudul Implemetasi Clinical Governance: Pengembangan Indikator Klinik Cedera Kepala di Instalasi Gawat Darurat.Menjelaskan bahwa penelitian dilakukan di RS Panti Nugroho Pakem Yogyakarta dengan insiden cidera kepala urutan 5 dari seluruh IGD dan kasus cedera kepala menjadi urutan 2

9 dari 10. Pada penelitian tersebut penelitian menggunakan study observasional dengan cara wawancara mendalam, konsultasi ahli, serial diskusi dan staff meeting IGD. Waiting time menjadi indikator pada penelitian tersebut, variabel tergantung pada morbiditas, mortalitas dan angka rujukan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah rata-rata waktu tunggu pasien cidera kepala berat 0,66 menit (standar <5 menit), cedera kepala sedang 3,2 menit (standar <10 menit) dan cedera kepala ringan 3,1 menit (standar < 15 menit). Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan study observasional dan perbedaan terletak pada variabel yang mempengaruhi kecepatan pelayanan di IGD, dalam penelitian yang akan dilakukan faktor yang mempengaruhi adalah lama waktu pemeriksaan radiologi.