BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bahasa Jerman di Indonesia semakin berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

KLATJSA RELATIF BAHASA JERMAN : KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIS

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE

KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF BAHASA JERMAN: KAJIAN TATA BAHASA TRANSFORMASI. Abd. Kasim Achmad Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai dari tingkat SMA sampai tingkat Universitas. Pembelajaran

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

Tipologi Klausa Relatif Bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB V P E N U T UP. adverbia dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab berdasarkan pada tinjauan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KREISLAUF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. (follow up) dari hasil penelitian analisis kontrastif ini.

LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN DAN HADIS

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari sebuah bahasa, termasuk bahasa Jerman, pembelajar

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83).

2015 PENGGUAAN MEDIA BOARDGAME GERMAN TRIP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI ADJEKTIVDEKLINATION PADA SISWA SMA

STRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan media yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. novel. Novel menggunakan beragam jenis kata dengan kategori dan fungsinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1).

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

SATUAN LINGUAL PENANDA GENDER DALAM BAHASA JERMAN DAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan

BAB I PENDAHULUAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

ABSTRAK. Kata Kunci: analisis kontrastif, kalimat aktif, kalimat pasif

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa, karena bahasa merupakan suatu alat untuk menjalin komunikasi dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

FRASA DALAM BAHASA INDONESIA. Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa

Bab 1. Pendahuluan. Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pada pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer 1. Menurut pendapat lain

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai

KONSTRUKSI INFINITIF BAHASA JERMAN DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

5 Universitas Indonesia

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

Transkripsi:

BAB V PENUTUP Pada bagian ini dipaparkan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan analisis data berikut persamaan dan perbedaan struktur klausa relatif bahasa Jerman dan bahasa indonesia, berikut implikasinya dalam pengajaran kedua bahasa sebagai bahasa asing sebagai jawaban atas permasalahan penelitian. 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka di bawah ini dapat disampaikan beberapa simpulan sebagai jawaban atas permasalahan penelitian. 5.1.1 Jenis-jenis Konjungsi Relatif Bahasa Jerman dan Bahasa Indonesia Jenis-jenis konjungsi relatif bahasa Jerman bisa dipilah menjadi dua kelompok utama, yaitu kelompok artikel penanda jenis nomina atau determinan dan kelompok kata tanya (Fragewort) yang terdiri atas bentuk deklinatif dan tak deklinatif. Jenis-jenis konjungsi relatif yang berupa penanda jenis sebuah nomina berdasarkan hirarki kasusnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Hirarki Kasus Tunggal Jamak Maskulin Netral Feminim Feminim Nominatif Der Das Die Die Genitif Dessen Dessen Deren Deren Akusatif Den Das Die Die Datif Dem Dem Der Denen 114

115 Tabel 8: Konjungsi Relatif Bahasa Jerman Berupa Determinan Sedangkan jenis-jenis klausa relatif yang berupa kata tanya bisa disimak pada tabel di bawah ini: Hirarki Kasus Deklinatif (Deklinierbar) Feminim Maskulin Netral Tunggal Jamak Tak Deklinatif (Undeklinierbar) Nominatif Welcher Welches Welche Welche Genitif [dessen] [dessen] Deren Deren Akusatif Welchen Welches Welche Welche Was dan Wo Datif Welchem Welchem Welcher Welchen Tabel 9: jenis Konjungsi Relatif Bahasa Jerman Berupa kata Tanya Selain jenis konjungsi relatif yang berupa kata tanya deklinatif dan tak deklinatif pada tabel di atas, juga terdapat dalam bahasa Jerman konjungsi relatif yang berupa kata tanya orang dan bersifat deklinatif sebagaiman tampak pada tabel di bawah ini: Hirarki Kasus Maskulin Netral Feminim Nominatif Wer Was Wer Wer Genitif Wessen Wessen Wessen Wessen Akusatif Wen Was Wen Wen Datif Wem Was Wem Wem Tabel 10: Jenis Konjungsi Relatif Bahasa Jerman Berupa Pronomina Berbeda dengan jenis-jenis konjungsi relatif bahasa Jerman, konjungsi relaif bahasa Indonesia hanya terdiri atas dua jenis yang sesuai dengan standar baku tata bahasa Indonesia, yaitu yang dan tempat. Namun demikian, tidak sedikit jenis-jenis konjungsi relatif bahasa Indonesi yang merupakan interferensi dari bahasa Jerman, misalnya yang mana dari

116 konjungsi welch-, di mana dari konjungsi wo, dan yang dalam mana dari konjungsi in welch-. Dua jenis konjungsi relatif bahasa Indonesia ini mampu menfasilitasi bermacam-macam konteks relasi semantis antara anteseden dalam klausa induk dengan nomina yang direlatifkan dalam klausa anakan tanpa harus melakukan tindak interferensi dari bahasa Jerman atau bahasa asing yang lain. 5.1.2 Distribusi Konjungsi Relatif Bahasa Jerman dan Bahasa Indonesia Distribusi konjungsi relatif bahasa Jerman bisa dirunut berdasarkan jenis-jenis relasi semantis antara anteseden pada klausa induk dengan nomina yang direlatifkan dalam klausa anakan yang menjadi acuan dalam penentuan jenis dan proses deklinasinya. Masing-masing distribusi tersebut bisa dipetakan sebagai berikut: a. Jenis konjungsi relatif berupa determinan berdistribusi dalam merelatifkan anteseden yang berfungsi sebagai subjek, pelengkap, objek langsung, dan objek tidak langsung. Adapun determinan atau artikel penanda jenis ini juga bisa menjadi konjungsi relatif bersamaan dengan sebuah preposisi yang mengandung sifat semantis verba yang bersangkutan; entah menyatakan sebuah instrumen seperti mit der, mit dem, dan mit denen, atau menyatakan sebuah keterangan tujuan in die, in das, dan in den, serta menyatakan sebuah keterangan letak atau keterangan tempat seperti in der, in dem, dan in denen. b. Konjungsi relatif yang berupa kata tanya berdistribusi pada anteseden yang berfungsi sebagai adverbia menyatakan sebuah keterangan letak digunakan konjungsi wo, menyatakan sebuah persona menggunakan jenis konjungsi berupa kata tanya orang wer, wen, dan wem, serta yang menyatakan sebuah kriteria atau identitas digunakan was.

117 c. Distribusi setiap konjungsi relatif bahasa Jerman pada posisi setelah tanda koma menyebabkan terjadinya sebuah tuntutan gramatikal, yakni predikat harus berdistribusi pada bagian paling akhir klausa. Begitu juga jenis klausa relatif bahasa Indonesia juga berdistribusi berdasarkan pada relasi semantis yang dimiliki oleh anteseden pada sebuah klausa induk dengan nomina yang direlatifkan dalam klausa anakan. Dengan demikian, kriteria distribusi konjungsi relatif bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: a. Konjungsi relatif yang berdistribusi pada anteseden sebagai yang direlatifkan yang hanya berfungsi sebagai subjek dalam sebuah klausa anakan. b. Konjungsi relatif tempat berdistribusi pada anteseden yang berfungsi sebagai adverbia atau keterangan. 5.1.3 Perbedaan dan Persamaan Struktur Klausa Relatif Bahasa Jerman dan bahasa Indonesia Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perbedaan struktur klausa relatif bahasa Jerman dan bahasa Indonesia meliputi beberapa hal sebagai berikut: a. Penentuan jenis konjungsi relatif bahasa Jerman pertama mengacu pada relasi semantis anteseden dengan nomina yang direlatifkan, kemudian mengalami proses deklinasi yang didasarkan pada jenis, jumlah, dan hirarki kasus yang dialami oleh nomina yang bersangkutan sebagai ciri sifat gramatikal dari sebuah bahasa fleksi. Misalnya konjungsi der, das, die, den, dem, denen, dessen, deren, welche, welcher, welchen, welchem, welches, wer, wen, wem, dan wessen; sedangkan konjungsi relatif bahasa Indonesia hanya mengacu pada relasi semantis yang dimiliki oleh anteseden

118 dengan nomina yang direlatifkan tanpa melalui proses deklinasi terkait karakteristik gramatikalnya yang bersifat aglutinatif. Misalnya beberapa kalimat di bawah ini: (106) Die Bibliothek, deren Räume renoviert werden, ist zur Zeit geschloßen. Det S det.rel.gen S P2 Aux Aux Prep Adv P1 Perpustakaan, yang miliknya ruangan direnovasi, saat ini ditutup Perpustakaan, yang ruangannya direnovasi, saat ini ditutup. Perelatif deren dalam kalimat (106) merupakan bentuk deklinatif dalam kasus genitif yang berasal dari relasi gramatikal antara anteseden Die Bibliothek yang menyatakan kepemilikan atau posesif dengan nomina yang direlatifkan Räume. Jenis feminim dan jumlah tunggal dari anteseden Die Bibliothek membuat bentuk deklinatif artikel dasar die menjadi deren. Namun demikian, bila kalimat (106) dipadankan dengan klausa relatif bahasa Indonesia, maka untuk relasi gramatikal posesif yang dimiliki oleh anteseden Die Bibliothek dan nomina yang direlatifkan Räume akan mengharuskan pemakaian perelatif yang dan sufiks nya pada yang direlatifkan, sehingga akan menjadi kalimat dalam bahasa Indonesia seperti di bawah ini: (107) Perpustakaan, yang ruangannya direnovasi, saat ini ditutup. b. Anteseden sebagai yang direlatifkan dalam bahasa Jerman bisa menduduki semua fungsi sintaksis, yaitu subjek, pelengkap, objek, dan keterangan; sedangkan klausa relatif bahasa Indonesia hanya merelatifkan anteseden yang berfungsi sebagai subjek, dan keterangan atau adverbia. Adapun anteseden yang berfungsi sebagai objek dalam sebuah klausa induk harus dijadikan subjek terlebih dahulu dengan menjadikan klausa tersebut menjadi pasif. c. Sifat sebuah klausa relatif bahasa Indonesia terdiri atas dua macam, yaitu restriktif yang ditandai dengan tanpa pemerian tanda koma antara klausa induk dengan klausa anakan, dan bersifat tak restriktif yang ditandai dengan pemerian tanda koma antara klausa induk dengan klausa anakan; sedangkan dalam bahasa Jerman tidak terdapat

119 pembagian sifat sebuah klausa relatif terhadap sebuah anteseden sebagaimana dalam bahasa Indonesia, sehingga semua jenis klausa relatif dipisahkan oleh sebuah tanda koma dengan klausa induknya. Adapun persamaan sistem gramatikal yang dimiliki oleh bahasa Jerman dan bahasa Indonesia tentang struktur klausa relatif hanya mencakup hal-hal yang mengacu pada beberapa hal berikut ini: a. Penentuan jenis konjungsi relatif bahasa Jerman dan bahasa Indonesia samasama mengacu pada relasi semantis yang dimiliki oleh anteseden yang berada pada sebuah klausa induk dengan nomina yang direlatifkan dalam sebuah klausa anakan. b. Sifat semantis verba dalam klausa anakan yang turut menentukan peran semantis (semantic roles) nomina yang direlatifkan dalam rangka penentuan hirarki kasus yang berlaku pada nomina tersebut, yang pada dasarnya juga mempengaruhi pada relasi semantis yang dimiliki oleh nomina ini dengan anteseden dalam klausa induk. c. Sangat jarang dijumpai struktur kalimat majemuk subordinatif bahasa Jerman dan bahasa Indonesia yang klausa relatifnya berada pada posisi sebelum klausa induknya. 5.1.4 Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pengajaran Bahasa Jerman dan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Asing Berbicara masalah implikasi hasil penelitian ini terhadap pengajaran bahasa Jerman dan bahasa Indonesia sebagaimana telah dipaparkan secara menyeluruh dalam bab IV, yaitu berkenaan dengan sistematika materi ajar klausa relatif bahasa Jerman dan bahasa Indonesia yang harus disusun oleh pengajar sesuai dengan kadar kompleksitas sistem gramatikalnya, maka dapat disampaikan beberapa kesimpulan terkait hal itu sebagai berikut:

120 a. Pentingnya materi pengayaan tentang karakteristik sifat semantis verba yang pada dasarnya kategori verba ini hanya satu-satunya kategori kata yang bisa berlaku sebagai predikat dalam sebuah klausa atau kalimat bahasa Jerman, sedangkan dalam pengajaran bahasa Indonesia sangat penting diketahui pelajar tentang tidak perlunya pengalihan posisi verba atau predikat berada pada posisi akhir, serta kelas kata yang dapat mengisi fungsi predikat dalam bahasa Indonesia tidak hanya kategori verba, tetapi juga bisa nomina, frasa nomina, ajektiva, frasa ajektiva, dan numeralia. Hal itu akan sangat penting karena dalam aktifitas penyusunan sebuah kalimat relatif yang di dalam terdapat predikat ajektiva, diprediksi kuat pelajar asing akan cenderung untuk memberikan verba kopula sebagai predikatnya. Seperti dalam beberapa kalimat di bawah ini. (108) a. Rumah yang sangat besar adalah itu tidak berpenghuni. b. Rumah yang sangat besar itu tidak berpenghuni. Kategori kata pengisi predikat selain verba dalam bahasa Indonesia jika tidak ditanamkan dengan baik kepada pelajar Jerman, maka akan terjadi kesalahan seperti kalimat (108a), yaitu akan memunculkan verba kopulatif untuk menghubungkan sebuah adjektiva dengan subjeknya sebagaimana dalam bahasa Jerman. Kemudian pelajar Jerman masih terbiasa dengan peletakan predikat pada posisi akhir klausa relatif sebagaimana kalimat (108a), yaitu verba kopula adalah berada pada posisi akhir klausa. Adapun konstruksi yang berterima adalah (108b) b. Pembiasaan proses deklinasi dalam pengajaran bahasa Jerman dengan didasarkan pada jenis, jumlah, dan kasus nomina yang direlatifkan terkait relasi semantisnya dengan anteseden, yang proses ini tidak diperlukan dalam bahasa Indonesia; sedangkan dalam pengajaran bahasa Indonesia konjungsi relatif yang ditekankan hanya yang dan tempat. Kedua konjungsi tersebut sudah bisa mewakili variasi

121 konteks yang dimiliki oleh sekian banyak konjungsi relatif bahasa Jerman, sehingga tidak terjadi interferensi besar-besaran seperti penggunaan konjungsi relatif yang mana dari konjungsi welch-, di mana dari konjungsi wo, yang dalam mana dari konjungsi in welche-, siapa dari konjungsi wer dan wen, untuk siapa dari konjungsi wem. (109) Die Raupe, welcher der Magen knurrte, suchte saftige Blӓtter. Det.Nom.S Det.W-Frage.Rel Det. S P2 P1 Adj O Ulat, yang mana perutnya geram mencari bersari daun-daun Ulat yang perutnya geram mencari daun-daun yang bersari Konjungsi relatif welcher dalam kalimat (109) bila dipadankan dengan bahasa Indonesia tidak boleh dengan perelatif yang mana karena tidak berterima, melainkan dengan yang yang masih bisa mengisi konteks kalimat tersebut, sehingga bisa menjadi kalimat (110) berikut. (110) Ulat yang perutnya geram mencari dedaunan yang bersari. c. Penekanan kepada pelajar tentang perlu tidaknya penanda koma dalam sifat restriktif dan takrestriktifnya klausa relatif bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Misalnya dalam beberapa kalimat berikut: (111) Saya sangat tertarik pada masalah tata bahasa dan sintaksis bahasa, yang biasanya dibenci banyak orang. (112) Orang yang sedang antre minyak tanah itu bukan kakak saya. (113) Eine Raupe, die stachelige Haare hatte, krabbelte auf das Blatt. Det.Nom. S Det.Nom.Rel Adj O P2 P1 Prep. Det. Adv Ulat, yang berduri bulu mempunyai, merangkak di atas daun Ulat yang berbulu duri itu merangkak di atas kertas d. Pentingnya pemahaman padanan relasi semantis posesif anteseden dengan nomina yang direlatifkan antara klausa relatif bahasa Jerman dan bahasa Indonesia, yaitu

122 deren dan dessen dalam bahasa Jerman, dan yang diikuti sufiks nya dalam nomina yang direlatifkan dalam bahasa Indonesia. Misalnya dalam kalimat berikut: (114) Heizungen, deren Abgase zu viele Schadstoffe Det.S.Nom Det.Gen.Rel S Prep. Adj. O Pemanas-pemanas, yang Asap kotor terlalu banyak bahan-bahan berbahaya enthalten, müssen umgebaut werden. P2 Aux. P1 Aux. mengandung, harus mengubah menjadi Pemanas-pemanas yang asapnya mengandung banyak bahan berbahaya harus diubah Sering terjadi kendala bahkan kesalahan dalam penyusunan klausa relatif bahasa Indonesia, sehingga banyak melakukan interferensi gramatikal dari bahasa Jerman. Kalimat (111) akan menjadi sebuah konstruksi yang tidak berterima seperti kalimat di bawah ini. (115) Pemanas-pemanas yang miliknya asap mengandung banyak bahan berbahaya harus diubah. Dalam bahasa Indonesia harus dipadankan dengan konjungsi relatif yang dengan sufiks nya pada nomina yang direlatifkan sebagaimana kalimat di bawah ini. (116) Pemanas-pemanas yang asapnya mengandung banyak bahan berbahaya harus diubah.

123 5.2 Saran Berdasarkan analisis data secara keseluruhan dan pembahasan tentang semua permasalahan penelitian ini, terdapat beberapa saran yang konstruktif dari peneliti sebagai wujud tindak lanjut dari hasil penelitian ini, antara lain: a. Pertama, hendaknya pengajar bahasa Jerman dan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing menguasai isu-isu linguistis dan lebih produktif dalam pelaksanaan penelitian tentang Applied Linguitic, khususnya yang berkenaan dengan linguistik edukasional, yaitu linguistik kontrastif. b. Penelititan ini hendaknya mendorong peneliti-peneliti lain untuk melakukan penelitian terkait tentang bandingan kontrastif bahasa Jerman dan bahasa Indonesia, mengingat perbedaan sistem gramatikal kedua bahasa ini sangat besar.