BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PETA LOKASI PENELITIAN 105

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

BAB III BAHAN DAN METODE

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

LAPORAN TAHUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PANCING ULUR (Hand Line) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Tangkap

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

BAB III BAHAN DAN METODE

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK DI DESA BLIMBING KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

Lampiran 1 Layout PPN Prigi

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA POLA PEMBIAYAAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP JARING INSANG (GILL NET) NELAYAN BULAK KOTA SURABAYA

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

IV. KEADAAN UMUM PENELITIAN. Kecamatan Labuhan Haji merupakan Kecamatan induk dari pemekaran

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal sebagai penghasil utama perikanan laut di Kabupaten Sukabumi. Luas daerah Kecamatan Palabuhanratu adalah 10.287 Ha dengan kondisi alam berupa pegunungan, perkebunan, lahan pertanian, ladang dan pertambangan. Kecamatan Palabuhanratu terbagi menjadi 10 desa/kelurahan yaitu Palabuhanratu, Citepus, Citarik, Cibodas, Buniwangi, Cikadu, Tonjong, Pasir Suren, Jayanti dan Cimanggu. Secara administratif, Kecamatan Palabuhanratu berbatasan langsung dengan Kecamatan Cikidang di sebelah utara, Kecamatan Simpenan di sebelah selatan, Kecamatan Cikakak di sebelah Barat dan Kecamatan Bantar Gadung di sebelah timur (Lampiran 1). Palabuhanratu merupakan teluk yang sekelilingnya merupakan daerah pegunungan yang diikuti oleh daratan pantai dan selanjutnya pantai terjal yang berkelanjutan di bawah laut. 4.2 Keadaan Iklim dan Musim Terdapat dua musim utama di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu yaitu musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat dan musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup dari bulan Desember sampai bulan Februari, Sedangkan musim angin timur berlangsung antara bulan Juli sampai bulan September. Dari kedua musim tersebut terdapat musim peralihan dari musim barat ke timur dan juga sebaliknya.musim peralihan ini terjadi antara bulan Maret sampai dengan bulan Juni dan bulan Oktober sampai dengan bulan November. Perbedaan musim sangat mempengaruhi hasil dan operasi penangkapan ikan. Pada musim barat (Desember-Februari) angin sangat kencang, ombak sangat besar dan juga naiknya volume air laut menyebabkan sebagian nelayan enggan 22

23 melaut karena hasil tangkapannya juga biasanya sedikit atau sering disebut musim paceklik. Namun, akan terjadi sebaliknya jika musim timur (Juli-September). 4.3. Karakteristik Responden 4.3.1 Umur Nelayan Nelayan buruh merupakan mata pencaharian yang memerlukan kondisi fisik yang baik. Pada umumnya nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu berusia relatif muda sehingga memiliki kemampuan fisik dan kondisi kesehatan yang masih baik. Berdasarkan umurnya, penduduk yang berusia 0-14 tahun merupakan penduduk yang belum produktif, penduduk yang berusia 15-64 tahun merupakan penduduk dengan usia produktif, sedangkan penduduk yang berusia 65 tahun ke atas merupakan penduduk dengan usia kurang produktif (Kusumowidho 2000). Komposisi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 15-24 3 3,49 2 25-34 23 26,74 3 35-44 34 39,53 4 45-54 22 25,58 5 55-64 4 4,65 JUMLAH 86 100 Sumber: Hasil olahan data primer (2013) Tabel 1memperlihatkan bahwa keseluruhan responden termasuk kedalam usia yang produktif. Responden yang berusia antara 35 44 tahun sebanyak 34 orang (39,53%) merupakan responden dengan kelompok umur terbanyak, pada umur tersebut sudah memiliki banyak pengalaman yang telah dimiliki dan masih dalam umur produktif untuk bekerja, sedangkan responden dengan kelompok

24 umur paling sedikit adalah yang berusia antara 15-24 tahun sebanyak 3 orang (3,49%) (Lampiran 3). 4.3.2 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tabel 2,secara umum tingkat pendidikan nelayan buruh alat tangkap pancing ulur di Kecamatan Palabuhanratu adalah Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Nelayan Buruh pancing ulur yang berpendidikan paling banyak adalah SD yang berjumlah 70 orang (81,40%), sedangkan yang paling sedikit adalah SMA yaitu sebanyak 2 orang (2,33%). Rendahnya tingkat pendidikan nelayan tersebut disebabkan oleh beberapa alasan, seperti mereka lebih menyukai untuk melakukan penangkapan ikan dibandingkan dengan melanjutkan sekolah, karena dipengaruhi oleh lingkungan dan juga kehidupan orang tua mereka yang sebelumnya melakukan kegiatan penangkapan ikan.besarnya potensi ikan di teluk Palabuhanratu pada saat itu merupakan salah satu alasan mereka lebih memilih melaut daripada melanjutkan sekolah. Tabel 2. Tingkat Pendidikan Nelayan Buruh Pancing Ulur No Tingkatan Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 SD 70 81,40 2 SMP 14 16,28 3 SMA 2 2,33 4 Perguruan Tinggi 0 0,00 JUMLAH 86 100 Sumber : Hasil olahan data primer (2013)

25 4.3.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga pada umumnya akan berhubungan dengan pengeluaran rumah tangga. Tanggungan keluarga merupakan beban yang harus dipenuhi kebutuhannya setiap harinya. Oleh karena itu, semakin banyak tanggungan keluarga maka semakin besar beban ekonomi yang harus dipenuhi dalam keluarga tersebut, sehingga alokasi pendapatan akan semakin besar untuk memenuhi kebutuhan beban tersebut.namun, dalam keluarga nelayan buruh pancing ulur di Kecamatan Palabuhanratu, jumlah tanggungan yang banyak tidak secara langsung akan berhubungan dengan besarnya pengeluaran dan rendahnya pendapatan keluarga nelayan tersebut. Hal ini disebabkan oleh ikut berkontribusinya anak nelayan yang sudah usia produktif ataupun yang sudah tamat Sekolah Dasartetapi belum usia produktif yang lebih memilih untuk ikut melakukan penangkapan ikan, sehingga mereka ikut membantu terhadap pendapatan rumah tangga nelayan tersebut. Berdasarkan Tabel 3, nelayan buruh yang menggunakan alat tangkap pancing ulur mayoritas mempunyai tanggungan keluarga 2-3 orang, yaitu sebanyak 70 responden (81,40%) dan nelayan buruh pancing ulur yang memiliki jumlah tanggungan paling sedikit yaitu sebanyak 1 orang, yaitu sebanyak 2 responden (2,33%). No Tanggungan Keluarga (Orang) Tabel 3. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 0-1 2 2,33 2 2-3 70 81,40 3 4-5 9 10,47 4 6-7 5 5,81 JUMLAH 86 100 Sumber: Hasil olahan data primer (2013)

26 4.3.4 Pengalaman Usaha Nelayan Pengalaman melaut merupakan modal dasar bagi nelayan untuk mengembangkan usaha dalam menangkap ikan. Semakin lama pengalaman yang dimiliki oleh nelayan dalam melaut, maka akan semakin besar kemampuan bagi nelayan tersebut untuk lebih mengetahui mengenai teknik penangkapan ikan, seperti letak fishing ground, penggunaan alat tangkap yang lebih terampil.komposisi responden berdasarkan pengalaman usaha sebagai nelayan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengalaman Usaha Nelayan No Pengalaman Usaha Jumlah (Tahun) (Orang) Persentase (%) 1 5-10 10 11,63 2 11-15 18 20,93 3 16-20 14 16,28 4 21-25 22 25,58 5 26-30 9 10,47 6 31-35 6 6,98 7 36-40 4 4,65 8 41-45 3 3,49 JUMLAH 86 100,00 Sumber : Hasil olahan data primer (2013) Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki pengalaman usaha paling lama sebagai nelayan buruh pancing ulur adalah selama 21-25 tahun, dengan jumlah responden sebanyak 22 orang (25,58%). Sedangkan jumlah responden yang memiliki pengalaman paling sedikit adalah 41-45 tahun dengan jumlah 3 orang (3,49%). Pengalaman usahasebagai nelayan pancing ulur yang beragam dikarenakan jumlah alat tangkap pancing ulur yang digunakan di Palabuhanratu merupakan yang terbanyak diantara alat tangkap yang lainnya, sehingga banyak anak nelayan atau keturunan dari nelayan pancing ulur

27 lebih memilih melaut daripada melanjutkan pendidikan untuk membantu perekonomian keluarganya. Selain itu, pancing ulur juga merupakan alat tangkap yang yang sudah ada sejak lama yang digunakan oleh nelayan tradisional dengan menggunakan perahu kincang 11pk dan 15pk. 4.4 Kegiatan Penangkapan Ikan Nelayan Pancing ulur di Palabuhanratu melakukan penangkapan ikan selama 10 bulan dalam satu tahun. Secara umum musim penangkapan ikan di Palabuhanratu dibagi menjadi dua musim yaitu musim panen dan musim paceklik. Musim panen ikan di Palabuhanratu biasanya terjadi pada bulan Februari sampai bulan Juli, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Agustus sampai dengan bulan Januari. Pada musim paceklik, sebagian dari nelayan pancing buruh ulur tetap melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, meskipun hasilnya sedikit. Daerah penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing ulur berada di sekitar teluk Palabuhanratu sampai dengan Pantai Ujung Genteng. Nelayan pancing ulur merupakan nelayan semi tradisional yang hanya menggunakan motor dan perahu serta alat tangkap pancing dalam kegiatan menangkap ikannya. Waktu yang diperlukan oleh nelayan dari fishing base sampai ke daerah penangkapan ikan sekitar 2-4 jam perjalanan. Penentuan daerah penangkapan dilakukan oleh nelayan tanpa menggunakan alat seperti Global Positioning System (GPS), Fish finder, dan lain-lain, sehingga dalam melakukan penangkapan ikan nelayan lebih bergantung pada pengalaman melaut dan faktor alam untuk melihat ada tidaknya ikan dalam melakukan kegiatan penangkapan tersebut. Nelayan Pancing ulur yang beroperasi di Palabuhanratu pada umumnya memiliki target penangkapan ikan layur(trichiurus savala) dan tongkol(euthynnus affinis). Namun dalam kondisi tertentu ketika ikan layur sedang paceklik, nelayan akan menangkap ikan dalam seperti ikan kakap merah(lutjanus argentimaculatus), kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus), ikan layang anggur (Decapterus kurroides)dan lain-lain.ikan hasil tangkapan dari nelayan pancing ulur di Palabuhanratu umumnya dijual langsung kepada

28 pengumpul. Biasanya pengumpul membeli ikan tersebut lebih murah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh perusahaan pengumpul ikan yang ada di Palabuhanratu. Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan pancing ulur di Palabuhanratu pada umumnya berupa kerja sama antara nelayan buruh dan nelayan pemilik. Nelayan buruh yang tidak memilik faktor produksi seperti perahu dan alat tangkap akan bekerja untuk memperoleh pendapatan kepada nelayan pemilik. Sistem bagi hasil yang dibagi rata setelah dikurangi biaya operasional dari nilai penangkapan dalam satu kali trip antara nelayan buruh dengan pemilik merupakan hubungan kerjasama yang paling tepat yang dilakukan oleh nelayan pancing ulur di Palabuhanratu. Misalnya uang hasil penjualan ikan Rp. 2.000.000,- maka uang tersebut dikurangi dengan biaya operasional yang mencakup BBM, makanan, umpan dan es. Sebagai contoh, biaya operasional dalam satu kali trip Rp.500.000, maka Rp. 2.000.000 Rp. 500.000 = Rp. 1.500.000,-. Apabila jumlah Nelayan buruh dalam satu perahu tersebut ada 3 orang, maka nilai hasil tangkapan bersih tersebut dibagi 4 (ditambah pemilik 1 orang), sehingga Rp. 1.500.000 : 4 = Rp.375.000. Jadi masing-masing nelayan buruh akan mendapatkan Rp. 375.000,-. Pada musim panen, biasanya nilai hasil tangkapan nelayan buruh akan dikurangi dengan biaya saving oleh pemilik perahu. Biaya saving tersebut akan dikurangi dari nilai tangkapan tiap kilogram ikan yaitu Rp. 3000/kg. Biaya Saving ini akan diberikan kepada nelayan buruh oleh pemilik perahu pada musim paceklik. Nelayan pemilik membiayai operasional melaut sedangkan nelayan buruh hanya melakukan penangkapan ikan dan menerima upah dari nelayan pemilik. Apabila hasil tangkapannya sedikit, pemilik tidak mendapat bagian apapun dari hasil tangkapannya. Penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu adalah dengan penangkapan one day fishing. Nelayan pancing ulur di Palabuhanratu pada umumnya berangkat dari Palabuhanratu pukul 22.00-04.00 dan berlabuh mendaratkan ikan pada pukul 10.00-14.00, tergantung dari ada tidaknya ikan yang ditangkap. Sebelum berangkat, nelayan pancing ulur

29 mempersiapkan alat tangkap pancing yang harus diberi umpan terlebih dahulu, mempersiapkan makanan, es dan bensin. Perbekalan makanan, es dan bensin dibiayai oleh pemilik perahu. Dalam satu kali trip umumnya membutuhkan 1 sampai 2 balok es dan 40 sampai 60 liter bensin premium, dengan total biaya dalam satu kali trip antara Rp. 400.000 Rp. 700.000. Biaya operasional unit penangkapan dengan menggunakan pancing ulur dalam satu kali trip di Palabuhanratu terdiri dari biaya BBM (bensin) dan oli, perbekalan makanan, umpan dan es. Bensin digunakan sebagai bahan bakar pengoperasian mesin perahu selama melakukan penangkapan. Oli digunakan sebagai pelumas dalam mendukung operasi perahu menuju dan kembali dari lokasi penangkapan ikan. Es digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan dengan suhu rendah sehingga ikan hasil tangkapan tersebut bisa terjaga kesegarannya. Umpan yang digunakan dalam operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur pada umumnya menggunakan ikan tembang(sardinella gibbosa)(tabel 5). Semua biaya operasional penangkapan merupakan tanggung jawab dari pemilik perahu. Tabel 5. Biaya Operasional Penangkapan. No Biaya Operasional Penangkapan Biaya (Rp) 1 Bensin dan Oli 185.000 2 Es Balok 45.000 3 Perbekalan Makanan 70.000 4 Umpan (ikan tembang) 200.000 Total 500.000 Sumber: Hasil olahan data primer (2013)

30 4.5 Kegiatan Nonpenangkapan Ikan Berdasarkan hasil wawancara, Nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu pada umumnya hanya memiliki satu usaha yaitu menangkap ikan. Hanya beberapa orang yang memiliki usaha lain diluar penangkapan ikan, misalnya berdagang, bertani, menjahit dan menjadi Sopir. Meskipun Palabuhanratu merupakan salah satu tempat wisata, tetapi nelayan buruh pancing ulur tidak ada yang terlibat dalam kegiatan wisata seperti sewa perahu, restoran, jualan cindramata dan lain-lain. 4.6 Curahan Kerja 4.6.1 Curahan Kerja Kegiatan Penangkapan Curahan kerja nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu umumnya beroperasi setiap hari, kecuali hari Jumat nelayan libur tidak pergi melaut. Namun, hari Jumat sore biasanya nelayan buruh mempersiapkan alat tangkap dengan memasangkan umpan pada pancing yang jumlahnya 700 sampai 1000 mata pancing. Waktu yang dibutuhkan nelayan buruh pancing ulur dalam satu kali trip pada umumnya selama 12 jam atau 50% curahan kerja dalam sehari, dengan waktu pemberangkatan antara pukul 22.00-04.00 dan waktu kembali ke fishing base pukul 10.00-14.00. Dalam satu tahun nelayan pancing ulur biasanya melakukan penangkapan ikan selama 10 bulan. Nelayan tidak pergi melaut pada bulan puasa dan pada saat peluang mendapatkan ikan sangat sulit di laut. 4.6.2 Curahan Kerja Kegiatan Non penangkapan Selain melakukan penangkapan ikan, ada beberapa nelayan buruh yang melakukan usaha lain, seperti bertani, berdagang dan menjadi sopir. Tetapi hampir semua nelayan buruh pancing ulur hanya melakukan penangkapan ikan di laut untuk memperoleh pendapatannya.

31 4.6.3 Curahan Kerja Rumah Tangga Nelayan Dalam kegiatan untuk memperoleh pendapatan pada rumah tangga nelayan pancing ulur diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan di laut, beberapa pendapatan diperoleh dari istri nelayan dan juga dari anak nelayan yang ikut berkontribusi terhadap jumlah pendapatan rumah tangga nelayan pancing ulur di Palabuhanratu. 4.7 Analisis Pendapatan Usaha 4.7.1 Biaya Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur Biaya produksi adalah nilai dari faktor produksi yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan untuk proses penangkapan ikan dalam satu kali trip yang meliputi biaya bahan bakar, perbekalan makanan, pembelian umpan pancing dan pembelian es, sedangkan untuk biaya tetap terdiri dari biaya perawatan dan biaya penyusutan. a. Biaya yang dikeluarkan oleh Pemilik Perahu Biaya perawatan dan biaya operasional merupakan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik kapal. Biaya yang dikeluarkan dalam satu kali trip oleh pemilik perahu berkisar antara Rp. 400.000 Rp. 700.000/trip yang digunakan untuk biaya bahan bakar, perbekalan makanan, es balok dan juga umpan, sedangkan biaya perawatan perawatan alat tangkap, perahu dan mesin tergantung dari tingkat kerusakannya. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa total rata-rata biaya perikanan tangkap nelayan pancing ulur di Palabuhanratu dalam kurun waktu satu tahun adalah Rp.142.228.571, sedangkan total penerimaan usahanya rata-rata Rp.233.584.000, sehingga keuntungan yang didapat dalam kurun waktu satu tahun adalah Rp.91.355.429 dengan B/C rasio sebesar 1,64 artinya usaha ini layak dijalankan karena hasil dari B/C lebih dari satu (Lampiran 4). b. Biaya yang dikeluarkan oleh Nelayan Buruh Pancing ulur. Biaya yang dikeluarkan oleh nelayan buruh dalam satu kali trip berkisar antara Rp.10.000 Rp. 20.000 yang digunakan untuk ongkos ke dermaga dan

32 juga perbekalan sebelum melakukan penangkapan. Waktu yang digunakan untuk melakukan penangkapan dengan pancing ulur hanya satu hari, maka perbekalan yang dibutuhkan tidak banyak (Lampiran 5). 4.7.2 Pendapatan Nelayan Pancing ulur Pendapatan bersih yang didapatkan oleh nelayan buruh pancing ulur di Kecamatan Palabuhanratu diperoleh dari nilai produksi yang dikurangi dengan biaya operasional (Bensin, perbekalan makanan, umpan pancing dan es balok), sehingga dari hasil analisis data diperoleh rata-rata pendapatan bersih dari hasil kegiatan penangkapan ikan yang didapatkan oleh nelayan buruh pancing ulur adalah Rp. 23.892.674 per tahun (Lampiran 5). 4.8 Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hampir seluruh Rumah Tangga Nelayan buruh pancing ulur memperoleh pendapatan dari hasil kegiatan penangkapan ikan, namun ada beberapa pendapatan nelayan yang diperoleh dari kegiatan yang dilakukan oleh istri nelayan buruh misalnya berdagang dan menjahit. Dari hasil wawancara, hanya dua orang responden yang menyatakan bahwa istri membantu dalam usaha tersebut (Lampiran 6). Selain istri, anak dari nelayan buruh pancing ulur juga berperan dalam pendapatan Rumah Tangga Nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu. Terdapat 21 responden yang menyatakan bahwa anak dan istrinya membantu pendapatan Rumah Tangga Nelayan seperti anak nelayan yang ikut melakukan penangkapan ikan (melaut), berdagang dan menjahit (Lampiran 6). 4.9. Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Pancing ulur di Palabuhanratu secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pengeluaran pangan (Sembako) dan pengeluaran non pangan. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan pangan adalah Rp.15.744.800 per tahun dan pengeluaran non pangan sebesar Rp.6.736.100 per tahun. Persentase pengeluaran rumah tangga nelayan disajikan pada Gambar 2.

33 Persentase Pola Pengeluaran RTN 30% 70% Pengeluaran Pangan Pengeluaran Nonpangan Gambar 2. Persentase Pola Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Gambar 2. dapat dilihat bahwa pengeluaran untuk pangan sebesar 70% dari total pengeluaran rumah tangga, sedangkan untuk pengeluaran non pangan yaitu sebesar 30%. Rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan buruh pancing ulur untuk kebutuhan pangan menghabiskan Rp. 41.000 per hari. Jumlah tersebut dibagi kedalam beberapa kebutuhan pokok pangan seperti beras, minyak, gula, lauk pauk, sayuran dan lain-lain, sedangkan rata-rata kebutuhan minyak tanah atau gas yaitu sebesar Rp.63.200 per bulan. Pengeluaran dasar non pangan merupakan pengeluaran untuk kebutuhan pakaian, pendidikan, kesehatan dan perumahan yang terdiri dari biaya listrik dan air. Persentase pengeluaran non pangan dapat dilihat pada Gambar 3.

34 Pengeluaran Non pangan 16% 8% 9% 67% Pakaian/thn Pendidikan/bln Kesehatan Perumahan (Listrik&Air) Gambar 3. Persentase Pengeluaran Non pangan Dari Gambar 3. dapat dilihat bahwa pengeluaran dasar non pangan yang paling besar untuk pendidikan yaitu dengan rata-rata pengeluaran Rp.4.479.300 per tahun atau 67% dari total pengeluaran non pangan, sedangkan pengeluaran non pangan terkecil yaitu untuk pakaian sebesar Rp.558.700 per tahun atau 8% dari total pengeluaran non pangan. Pendidikan merupakan pengeluaran non pangan tertinggi nelayan buruh pancing ulur karena pengeluaran tersebut digunakan untuk keperluan biaya sekolah anak. Sebagian besar anak nelayan menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), meskipun ada beberapa anak nelayan yang melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan. Pengeluaran rata-rata kebutuhan pendidikan digunakan untuk keperluan sekolah dan juga biaya untuk transportasi, uang saku, dan juga untuk seragam dan keperluan sekolah lainnya. Pengeluaran untuk kesehatan merupakan kebutuhan pangan yang berikutnya. Dengan persentase 9% atau rata-rata sekitar Rp.607.600 per tahun. Biasanya Rumah Tangga Nelayan di Palabuhanratu ketika sakit mereka hanya

35 membeli obat di warung atau pergi ke Puskesmas terdekat. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk berobat lebih murah. 4.10. Selisih Pendapatan dan Pengeluaran Berdasarkan hasil penelitian, selisih antara pendapatan dengan pengeluaran Rumah Tangga Nelayan (RTN) buruh pancing ulur di Palabuhanratu dimaksudkan untuk melihat seberapa besar pendapatan yang diperoleh yang dialokasikan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga nelayan. Kebutuhan tersebut mencakup keutuhan pokok pangan (Sembako) dan juga untuk kebutuhan pokok non pangan (Pakaian, Pendidikan, Kesehatan dan Perumahan). Berdasarkan hasil analisis, rasio pendapatan terhadap total pengeluaran dasar rumah tangga nelayan di Palabuhanratu bernilai positif. Rata-rata pendapatan rumah tangga nelayanburuh pancing ulur di Palabuhanratu yang bersumber dari kegiatan penangkapan dan dari kegiatan non penangkapan adalah Rp.30.061.300 per tahun (Lampiran 7), sedangkan rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan buruh adalah Rp.24.331.300 per tahun yang terdiri dari pengeluaran pangan dan non pangan. Berdasarkan hasil analisis, jumlah pendapatan rumah tangga nelayan lebih besar dari pengeluaran rumah tangga nelayan dengan selisih antara pendapatan dan pengeluaran sebesar Rp.5.730.000 per tahun.biasanya pendapatan yang diperoleh pada musim panen dipergunakan oleh nelayan untuk membeli perhiasan atau barang elektronik, hal tersebut mereka lakukan untuk saving pada musim paceklik. 4.11 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Kesejahteraan merupakan suatu kondisi telah terpenuhinya kebutuhan dasar hidupnya. Kebutuhan tersebut bisa mencakup kebutuhan pangan (Sembako) dan juga non pangan (Pakaian, Pendidikan, Kesehatan, dan Perumahan). Tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan buruh Pancing ulur di Palabuhanratu dilakukan dengan membandingkan pendapatan rata-rata rumah tangga nelayan berdasarkan standar Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu.

36 Hasil Penelitian bahwa tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu yang bersumber dari kegiatan penangkapan ikan dan non penangkapan ikan berada diatas Kebutuhan Fisik Minimum yang berjumlah Rp. 1.873.000 per RTN per bulan. Berdasarkan hasil analisis, hanya 8 orang responden (9 %) yang memiliki pendapatan RTN per bulan dibawah KFM, sedangkan sebanyak 78 orang (91 %) (Gambar 4) dinyatakan sejahtera karena pendapatan RTN per bulan diatas KFM (Lampiran 8). Persentase Tingkat Kesejahteraan RTN 9% Kurang Sejahtera Sejahtera 91% Gambar 4. Persentase Tingkat Kesejahteraan RTN

37 4.12 Kontribusi Kegiatan Penangkapan Ikan Kegiatan perikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas yang sangat penting untuk menunjang kehidupan ekonomi nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu. Kegiatan menangkap ikan merupakan kegiatan utama nelayan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Rumah tangga nelayan buruh pancing ulur di Palabuhanratu pada umumnya memperoleh pendapatan dari kegiatan penangkapan dan kegiatan lain dengan dibantu oleh anak dan istri nelayan, kegiatan tersebut diantaranya berdagang, menjahit, sopir, dan melaut yang dilakukan oleh anak nelayan. Kontribusi dari kegiatan penangkapan ikan pada rumah tangga nelayan (RTN) buruh pancing ulur mencapai 92,74% dari total pendapatan rumah tangga nelayan (Lampiran 9). Kontribusi kegiatan penangkapan ikan terhadap pendapatan RTN dapat dilihat pada Gambar 5. Kontribusi Penangkapan Ikan 7,26% Penangkapan Non penangkapan 92,74% Gambar 5. Kontribusi Penangkapan Ikan terhadap Pendapatan RTN