BAB I PENDAHULUAN. Layanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan bagian yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah pengembangan model bimbingan kelompok berbasis islami yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan model pelayanan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan yang merupakan salah satu industri

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan global,

PERBEDAAN KUALITAS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN NGAWI. Indah Rahayu Maisyaroh Burhanuddin

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif yang merupakan pendekatan utama dan pendekatan kualitatif sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Afrilia Rahmani R, 2014

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013

Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Internal Locus Of Control Siswa dalam Belajar

Wistyan Okky Saputra dan Dr. Mukhamad Murdiono, M. Pd. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR K3 DI SMK COKROAMINOTO 2 BANJARNEGARA MENGGUNAKAN METODE TS-TS

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

KEBUTUHAN PESERTA DIDIK TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI 4 KERINCI. Oleh: Andre Setara Dinata

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan metode

Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Self-Esteem Siswa

Kata kunci: bimbingan kelompok, buzz group, komunikasi interpersonal.

EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN STUDI LANJUTAN SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri Pertanian Pembangunan Tanjungsari,

ABSTRAK. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar

FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI KOTA PADANG.

Jurnal Bimbingan Konseling

BAB III METODE PENELITIAN. keagamaan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis ibu. Komponen program

DAFTAR ISI Esya Anesty Mashudi, 2012

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam peneltian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

2015 KINERJA PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING ATAU KONSELOR DILIHAT DARI KUALITAS PRIBADI DAN FAKTOR BIOGRAFISNYA

HAMBATAN PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK OLEH GURU BK DI SMA NEGERI KOTA PADANG. Oleh: Nurlela* Azrul Said** Rahma Wira Nita**

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL STRATEGI INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN JURUSAN IPA, IPS DAN BAHASA

Kata Kunci: Kualitas Jasa, Perbaikan layanan, SERVQUAL, Importance Performance Analysis (IPA), Kano, Integrasi IPA-Kano. xvi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI GURU

Jurnal Bimbingan Konseling

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Kota Metro. Waktu penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

PENGARUH PENGGUNAAN KIT IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

Jurnal Bimbingan Konseling

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL PENELITIAN. Oleh : SOTRIADI NPM:

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBERIAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KESIAPAN KARIER MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

ULUL AZAM BK FKIP UNISRI ABSTRAK. Kata kunci: layanan penguasaan konten seting kelompok dengan media film, konsep diri positif, mahasiswa

MODEL LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SIMULASI BERTINGKAT UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN INTERPERSONAL SISWA SMK

PROFESIONALISME KONSELOR : EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI ERA DISRUPSI: PELUANG DAN TANTANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEPUASAN PENGGUNA JASA PELAYANAN PERIZINAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) ACEH

The Counselor Role in Developing the Talents of Students Through the Placement Services in the Fields SMP 27 By:

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam metodologi penelitian ini peneliti menguraikan suatu kajian sub-sub bahasan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

Fashion and Fashion Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama kalangan swasta bersama-sama telah dan terus berupaya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait dan berkepentingan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INFLUENCE OF GIVING INFORMATION SERVICE ABOUT RAISING SELF-CONFIDENT AT STUDENTS IN CLASS XI IPA STATED-OWNED SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKANBARU 2014/2015

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan bagian yang terintegral dari program pendidikan di sekolah. Bukti pengakuan tersebut dengan dicantumkannya layanan guidance and counseling pada kurikulum tahun 1975. Pengakuan tersebut mempertegas bahwa layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan yang harus diselenggarakan dalam rangka menunjang proses dan tujuan pendidikan yang harus diperoleh oleh semua peserta didik dalam rangka merencanakan masa depannya. Namun pada kenyataannya, posisi layanan BK masih berada di bawah layanan pendidikan lainnya. Hal ini menunjukan bahwa sampai saat ini layanan BK berada pada posisi tawar yang rendah. Keadaan ini disebabkan karena kegiatan layanan BK sangat khas, bersifat intangible, sehingga dampaknya dirasakan secara langsung oleh semua lapisan. Berbeda dengan hasil kegiatan layanan instruksional dan administratif yang saat itu juga dirasakan oleh semua masyarakat yang ada di dunia pendidikan. Kondisi lain dari hasil studi pendahuluan melalui wawancara di beberapa sekolah di Kota Bandung (pada bulan Maret 2010 dan Februari 2011), bahwa layanan BK dirasakan antara ada dan tiada. Artinya layanan BK memiliki ruangan untuk memberikan layanan, diberikan jam masuk kelas, bahkan personel yang banyak, namun siswa tidak merasakan adanya peran dan fungsi layanan BK itu sendiri. Terkadang layanan BK dilaksanakan sebagai pemenuh syarat pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah. Selain itu, personil yang kurang profesional 1

2 membuat layanan BK tidak tepat sasaran karena tidak memahami akan peran dan fungsi BK itu sendiri. Posisi layanan BK yang kurang menguntungkan ini bila dibiarkan akan membuat layanan BK terus terpuruk. Di satu sisi, eksistensi BK memiliki legalitas yang telah diakui secara formal, siswa memerlukan layanan BK untuk perencanaan masa depannya. Namun di sisi lain, secara nyata pengakuan seluruh lapisan masyarakat pendidikan dan pemanfaatan layanan oleh siswa belum dimanfaatkan seoptimal mungkin. Kondisi ini sejalan dengan hasil temuan penelitian yang dilakukan Kartadinata (1999: 415).... guidance and counseling in the school was implemented as merely administrative work; there were gaps beetween students aspiration or expectations and service provide by school conselor. Pernyataan temuan ini diperkuat oleh temuan Yusuf, et. al. (2008) tentang problematika layanan BK di SMA baik negeri maupun swasta di Kota Bandung yang menemukan terdapat lima kesenjangan anatara harapan dan kenyataan layanan yang dialami siswa. Kelima temuan tersersebut yaitu: (1) peralatan yang tidak menarik (85,36%); (2) ruang BK yang tidak nyaman (69,81%); (3) guru BK tidak memahami perasaan yang sedang dialami siswa (58,02%); (4) guru BK yang tidak memberikan pelayanan saat dirinya sedang sibuk (63,21%); (5) guru BK tidak memberikan jadwal pasti kapan layanan akan diberikan (72,64%). Kondisi kesenjangan antara kenyataan di lapangan dalam pelaksanaan layanan BK di SMA tersebut memerlukan sebuah upaya strategis untuk meningkatkan mutu serta citra layanan BK. Pada gilirannya, diharapkan BK

3 dapat memperoleh posisi yang sama bahkan lebih tinggi dibanding dua layanan pendidikan lainnya dan dampaknya dapat dirasakan secara nyata oleh siswa. Layanan BK merupakan salah satu bagian integral dari pendidikan itu sendiri. Dengan demikian perkembangan layanan BK dipengaruhi pula oleh perkembangan dunia pendidikan. Indonesia sebagai negara yang terus berkembang terus berupaya untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Direktur Prosesi Pendidikan Kemendiknas, Achmad Dasuki (Prihandiyoko, 2010) bahwa isu utama dalam pengembangan pendidikan berkelanjutan adalah kualitas pendidikan. Kualitas merupakan jantungnya pendidikan. Kualitas akan menunjukkan cara siswa belajar, sebaik apa mereka belajar, dan keuntungan apa yang akan mereka peroleh dari pendidikan. Salah satu upaya strategis yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan BK di sekolah antara lain dengan menganalisis kepuasan siswa (sebagai salah satu pengguna jasa) atas layanan yang diterimanya. Kondisi ini ditegaskan oleh Gaspersz (1997:16) bahwa...pemahaman terhadap suara pelanggan merupakan prasyarat untuk meningkatkan mutu terus-menerus guna mencapai kepuasan total pelanggan. Suara pelanggan itu antara lain tampak dalam kebutuhan, keinginan, ekspektasi, dan tingkat kepuasan pelanggan atas satu layanan. Merujuk pada pemikiran dan kondisi tersebut, karena produk layanan BK berupa jasa, maka untuk menganalisis kualitas layanan BK yaitu dengan menganalisis kepuasan siswa, karena siswa merupakan salah satu stakeholders yang mendapatkan jasa layanan BK.

4 Melihat kondisi yang telah dipaparkan, langkah pertama yang perlu ditempuh dalam rangka peningkatan mutu layanan BK yang berkelanjutan yaitu melalui pengembangan model Service Quality (ServQual) untuk meningkatkan kualitas layanan Bimbingan dan Konseling. Atas dasar kepentingan itu, melalui kajian penelitian ini diharapkan tersusunnya model service quality yang baku untuk meningkatkan kualitas layanan BK serta feasibilitas adaptasi model ServQual untuk keperluan pengukuran mutu layanan BK. B. Batasan dan Rumusan Masalah Perkembangan zaman yang semakin hari semakin pesat, khususnya perdagangan bebas di area Asia Tenggara dan Cina (ACFTA) yang telah di mulai pada awal tahun 2010 membuat produk (baik barang maupun jasa) yang ditawarkan pada pasar global dapat berasal dari mana saja tanpa mengenal hambatan yang berarti. Segala proteksi yang dapat menghambat mekanisme kerja pasar bebas kini telah dihapuskan. Kunci persaingan dalam pasar global adalah kualitas total yang mencakup kualitas produk, harga, pelayanan, ketepatan, dan moral guna memberikan kepuasan terus-menerus kepada pelanggan sehingga terciptanya loyalitas pelanggan (Gaspersz, 1997). Imbas pasar bebas beserta segala konsekuensinya juga akan merambah pada dunia pendidikan, termasuk di dalamnya layanan BK di SMA, yang berdasarkan penelitian terakhir Yusuf et. al. (2009) masih menghadapi berbagai permasalahan termasuk masalah utamanya yang terletak pada mutu layanan.

5 Untuk membangun kualitas total, berdasarkan berbagai studi pustaka yang mendalam, Gaspersz (1997) merumuskan tujuh kebiasaan pokok yang harus dibangun dalam diri setiap pelaku kegiatan yang selanjutnya ditransformasikan dalam praktik yang disebut dengan Total Quality Management (TQM). Ketujuh kebiasaan pokok yang dimaksud adalah: (1) memahami kebutuhan pelanggan melalui rangkaian rantai proses bernilai tambah; (2) menetapkan sistem pengukuran performasi kualitas; (3) menetapkan sistem pengendalian proses; (4) menetapkan sistem perbaikan yang berkelanjutan; (5) menetapkan sistem balajar terus menerus melalui pendidikan dan pelatihan; (6) membangun tim kerja sama dan partisipasi total; dan (7) menetapkan pengendalian manajemen yang mampu menciptakan sinergi dari keenam kebiasaan kualitas. Melihat batasan masalah yang berlandasan TQM, penelitian ini memfokuskan pada ketujuh kebiasaan pokok TQM. Salah satu metode ilmiah yang komprehensif dengan fokus utama pada pelayanan produk dan jasa adalah model Service Quality atau yang lebih dikenal dengan sebutan ServQual (Parasuraman, et. al., 1991). Selanjutnya Berry & Parasuraman (Parasuraman, et. al., 1993), mengungkapkan bahwa dalam ServQual terdapat lima faktor dominan atau penentu mutu layanan jasa, yang pada akhirnya menjadi penentu tingkat kepuasan. Berdasarkan banyak penelitian, model ServQual direkomendasikan dan terbukti secara ilmiah cocok untuk mengatur kualitas pelayanan jasa yang sekaligus penentu mutu pelayanan jasa (Shahin, 2007). Karena itu, penelitian ini menghasilkan model ServQual baku

6 untuk meningkatkan kualitas layanan BK dan alat ukur kualitas layanan BK berdasarkan ServQual. Merujuk pada uraian di atas, maka secara operasional, masalah penelitian dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran kualitas layanan BK di SMAN 18 Bandung melalui penggunaan alat ukur kualitas layanan BK berbasarkan Service Quality? 2. Bagaimana efektivitas model Service Quality untuk meningkatkan kualitas layanan BK di SMAN 18 Bandung? C. Tujuan Penelitian Terdapat dua tujuan umum penelitian, yaitu menghasilkan model Service Quality yang baku untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling serta tersusunnya alat ukur kualitas layanan BK berdasarkan ServQual untuk mengukur layanan bimbingan dan konseling. Secara khusus tujuan penelitian adalah menemukan hal-hal berikut: (1) memperoleh gambaran kualitas layanan BK di SMAN 18 Bandung melalui penggunaan alat ukur kualitas layanan BK berbasarkan Service Quality, dan (2) mengetahui keefektifan model Service Quality untuk meningkatkan kualitas layanan BK di SMAN 18 Bandung. D. Asumsi Penelitian didasari atas beberapa anggapan dasar sebagai berikut.

7 1. Pemahaman terhadap suara pelanggan merupakan prasyarat untuk peningkatan kualitas terus-menerus guna mencapai kepuasan total pelanggan (Gaspersz, 1997:16). 2. A comprehensive school counseling program will focus on that all students, helps all students achieve succes in school and develop into contributing members of our society. (Bowers & Hatch, 2002) 3. Kepuasan siswa merupakan perwujudan kualitas mutu pelayanan jasa BK. Kepuasan siswa dapat terwujud diawali dengan memahami aspirasi (keinginan) dan kebutuhan siswa secara objektif. 4. Layanan BK yang berkualitas adalah layanan yang mampu mewujudkan kualitas mutu dan kepuasan siswa guna membantu siswa dalam kesuksesan di sekolah dan pengembangan pribadi sebagai makhluk sosial. E. Hipotesis Berdasarkan tujuan dan asumsi penelitian, terdapat hipotesis utama dan hipotesis turunan yang akan diuji dalam penelitian ini. Hipotesis utama yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Model service quality dapat meningkatan kualitas layanan BK pada dimensi Expectation, Performance, dan Importance Hipotesis statistiknya sebagai berikut: Ho: µ 1 = µ 2 H 1: µ 1 µ 2 Sedangkan hipotesis turunan yang akan diuji adalah:

8 1. Model service quality dapat meningkatan kualitas layanan BK pada dimensi Expectation 2. Model service quality dapat meningkatan kualitas layanan BK pada dimensi Performance 3. Model service quality dapat meningkatan kualitas layanan BK pada dimensi Importance Sebagai bahan pertimbangan uji hipotesis, hipotesis utama diterima apabila seluruh hipotesis turunan diterima. Apabila salah satu hipotesis turunan ditolak, maka hipotesis utama ditolak. F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan kuantitatif dan kualitatif digunakan secara bersama-sama. Menurut Cresswell (2002), terdapat tiga model kualitatifkuantitatif, yaitu two-phase design, dominant-less dominant design, dan mixed method design sequence. Dalam penelitian ini dipilih mixed method design sequence karena pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif digunakan secara terpadu dan saling mendukung. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji dinamika kepuasan siswa terhadap layanan BK dan keefektifan model service quality dalam meningkatkan kualitas layanan BK. Sementara itu, pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui validitas rasional model Service Quality hipotetik. Pada tataran teknis dilakukan langkah sebagai berikut: metode analisis deskriptif, metode partisipatif kolaboratif, dan metode quasi eksperimen.

9 Sesuai dengan fokus, permasalahan, dan tujuan penelitian, metode penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasi experiment). Metode quasi eksperimen dengan pre-test and post-test control group design dilaksanakan dalam uji lapangan model hipotetik untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas model Service Quality dalam meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling (Sugiono, 2006: 118). Metode analisis deskriptif dilaksanakan untuk menjelaskan secara sistematis, faktual, akurat, tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terkait dengan substansi penelitian. Dalam hal ini dilakukan untuk menganalisis kecenderungan kepuasan siswa terhadap layanan BK, faktor penyebab kepuasan siswa atas pelayanan BK. Metode partisipatif kolaboratif dalam proses uji kelayakan model Service Quality hipotetik dalam meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling. Uji kelayakan model dilaksanakan dengan uji rasional, uji keterbacaan, uji kepraktisan, dan uji coba terbatas. Uji rasional melibatkan dua orang pakar bimbingan dan konseling, uji keterbacaan dan uji kepraktisan dilaksanakan dengan melibatkan beberapa orang konselor SMA. G. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini menguji efektivitas model Service Quality untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling. Lokasi penelitian dilakukan di SMAN 18 Bandung.

10 Pada tahap pengembangan dan validasi model hipotetik subjeknya adalah pakar bimbingan dan konseling berjumlah dua orang. Subjek penelitian adalah siswa kelas dua yang ditentukan secara random dengan teknik simple random sampling (penentuan sampel secara acak). Alasan memilih siswa kelas dua berdasarkan asumsi bahwa mereka telah memahami lingkungan sekolah dan pelayanan yang diberikan selama duduk di kelas satu. Sedangkan yang menjadi subjek intervensi model service quality adalah konselor/ guru BK yang dipilih berdasarkan latar belakang pendidikan.