TANGGUNG JAWAB BIRO PERJALANAN WISATA TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI OLEH KONSUMEN PENGGUNA JASA

dokumen-dokumen yang mirip
STANDARISASI KEAMANAN DAN KESELAMATAN WISATAWAN YANG WAJIB DIPENUHI OLEH BIRO PERJALANAN WISATA

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN

Oleh : Putu Ayu Satya Mahayani I Ketut Sujana Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berbagai informasi, hal tersebut telah membawa dampak yang. signifikan dalam merencanakan sebuah perjalanan wisata.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. Ida Bagus Wyasa Putra, et.al., 2003, Hukum Bisnis Pariwisata, Refika Aditama, Bandung, h.1.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN APABILA TERJADI KECELAKAAN AKIBAT PILOT MEMAKAI OBAT TERLARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN GUBERNUR NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA TANPA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KONSUMEN DAN PT. PARADISE BALI TOUR AND TRAVEL SEBAGAI PELAKU USAHA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

PERAN UNDANG UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DALAM PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN OBJEK WISATA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG PADA TRANSPORTASI UDARA NIAGA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

PERLINDUNGAN KONSUMEN SEBAGAI PENGGUNA JASA PENERBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

BAB II URAIAN TEORITIS. wisatawan yang datang pada setiap tahunnya memperlihatkan kecendrungan yang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi sebagai salah satu sarana yang diperlukan dalam efisiensi

LEGAL MEMORANDUM TENTANG KEABSAHAN BIDANG USAHA PENGINAPAN DALAM APLIKASI DUNIA MAYA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Dalam menjalani kehidupan, manusia pun dimotivasi oleh kebutuhankebutuhan

UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA

DAFTAR ISI. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... i. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA SIDANG... iii. KATA PENGANTAR...

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

FUNGSI MANAJEMEN DALAM RANGKA KEGIATAN PARIWISATA DI TINJAU DARI ASPEK TRANSPORTASI, HOTEL, MAKAN DAN OBYEK WISATA (SUATU TINJAUAN PUSTAKA)

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

WANPRESTASI DALAM PELAKSANAAN KONTRAK BISNIS ANTARA BIRO PERJALANAN WISATA GOH DENGAN JAYAKARTA HOTEL DI LEGIAN

PENGAWASAN TERHADAP BIRO PERJALANAN WISATA ONLINE YANG TIDAK MEMILIKI IZIN DI PROVINSI BALI

BAB III DINAMIKA KONDISI PARIWISATA SRI LANKA

HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan

Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

ABSTRAK. Kata Kunci: Pertanggungjawaban, kargo pusat, agen. Universitas Kristen Maranatha

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENGGUNAAN KLAUSULA BAKU DALAM TRANSAKSI PENYEDIA JASA PENGIRIMAN YANG DILAKUKAN PT. CITRA VAN

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP INTERNATIONAL CONVENTION ON TRAVEL CONTRACTS DALAM TRANSAKSI JASA PERJALANAN WISATA

ROYAL TOUR & TRAVEL Jl. Barata Raya No. 56 A Karang Tengah, Ciledug Tangerang Phone :

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dalam rutinitasnya membuat kegiatan berwisata menjadi kebutuhan yang penting

PENGATURAN MENGENAI PRAMUWISATA ASING DI BALI

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pariwisata di Indonesia saat ini telah berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan untuk liburan, bersenang-senang ataupun dengan tujuan lain yang bersifat

Kuesioner untuk Pelanggan PT Kuwera Jaya Tour and Travel. 1. Latar belakang pendidikan Anda adalah :

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. internasional. Dengan adanya event seperti ini pastinya membuat komponen

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. hayati yang tinggi yaitu berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daya tarik wisata, serta usaha terkait lainnya. Pembangunan kepariwisataan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI WISATAWAN ASING DALAM PERJANJIAN ASURANSI KECELAKAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

TESIS PENERAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CSR) TERHADAP PT YANG BERGERAK DALAM BIDANG USAHA PERHOTELAN (STUDI PADA HOTEL BERBENTUK PT DI BALI)

PEMBENTUKAN KONTRAK MANAJEMEN HOTEL JARINGAN INTERNASIONAL DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN MENURUT PP NO. 47 TAHUN 2012 DI KOTA DENPASAR

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA PT (PERSERO) BANK TABUNGAN NEGARA, Tbk. DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. transportasi sebagai salah satu sarana yang diperlukan dalam efisiensi waktu

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism

BAB I PENDAHULUAN. wisata seperti ini dengan tujuan yang bermacam-macam. mereka bermacam-macam, seperti ingin berwisata ke lokasi pengambilan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN BERKAITAN DENGAN KENYAMANAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI

PENJABARAN ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (AFAS) DALAM PENGATURAN LIBERALISASI JASA AKOMODASI WISATA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi manusia dewasa ini tidak bisa lepas dari konsep leisure (waktu

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG DALAM MENGENDALIKAN PEMBANGUNAN VILLA

BAB I PENDAHULUAN. suatu bukti keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Ini juga

can have a positive impact Jambuluwuk Malioboro Boutique Hotel in the increasing number of visitors.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: Rekan Katarda Tour & Travel : Penawaran Paket Perjalanan Wisata. Salam Pariwisata,

Oleh : Ni Putu Lisna Yunita I Gede Putra Ariana. Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN TICKETING TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN DOMESTIK PADA BIRO PERJALANAN WISATA DI TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor

BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. wisata, atau yang kini populer lazim disebut pariwisata atau Tour (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN BERKAITAN DENGAN USAHA JASA RESTORAN DI DESA PADANG BAI KARANGASEM

1. Angkutan Darat. 1. Land Transportation

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

EKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA INDONESIA

Kata kunci: GO-JEK, angkutan umum, perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya seperti usaha perhotelan usaha

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

BAB II PROFIL BISNIS. Asal mula sang pendiri mendirikan bisnis tour and travel ini dikarenakan melihat

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH PADA SATUAN RUMAH SUSUN

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM MINORITAS PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Transkripsi:

TANGGUNG JAWAB BIRO PERJALANAN WISATA TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI OLEH KONSUMEN PENGGUNA JASA Oleh : Ida Bagus Yogi Puspakanta A.A Ngurah Gede Dirksen A.A G.A Dharma Kusuma Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT In performing its role, tourism industry must apply concept, regulation, and reference which are valid in tourism development in order to be able to maintain and enhancet the number of touristvisit that will end at the economic advantages for tourism industry and local people. In the relation with the formation of management, performance, change and dismissial of tourism buisness, there is a law stipulatiom for companies in general. The constitution, the Undang-Undang number 10 Year 2009 does not specifically rule the tourism business organiztions, and there should be a section, Pasal 14, the constitucion, the undang-undang Number 10 Year 2009 on tourism, meanwhile oard the exsistence and the form of the tourism travel bureau is ruled in the constitucion, the Undang-Undang Number 40 Year 2007 on the Limited Company because based on the regulation of Government of the Republic of Indonesian Number 67 Year 1996 on the Tourism Performance. Paragraph 1 section 10 on Travel Bureau Service mentions that tourism travel bureau must vbe in the form of limited companies. Keywords : Tourism Travel Bureau ABSTRAK Dalam menjalankan perannya, industri pariwisata harus menerapkan konsep dan peraturan serta panduan yang berlaku dalam pengembangan pariwisata agar mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya bermuara pada pemberian manfaat ekonomi bagi industri pariwisata dan masyarakat lokal. Terhadap pembentukan pengelolaan, penyelenggaraan, pengalihan dan pembubaran perusahaan bisnis pariwisata berlaku ketentuan hukum perusahaan pada umumnya. Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tidak mengatur secara khusus keorganisasian kelembagaan usaha pariwisata namun demikian perlu diperhatikan pasal 14 Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan sedangkan terhadap keberadaan dan bentuk badan usaha dari biro perjalanan wisata diatur dalam Undangundang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas karena Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan Paragraf 1 Pasal 10 tentang Usaha Jasa Biro Perjalanan Wisata menyebutkan bahwa biro perjalanan wisata wajib dalam bentuk Perseroan Terbatas. Kata Kunci : Biro Perjalanan Wisata 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di daerah tujuan wisata hingga kembali ke negara asalnya yang melibatkan berbagai hal seperti : transportasi, penginapan, restoran, pemandu wisata, dan lain-lain. Oleh karena itu, industri pariwisata memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata. Dalam menjalankan perannya, industri pariwisata harus menerapkan konsep dan peraturan serta panduan yang berlaku dalam pengembangan pariwisata agar mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya bermuara pada pemberian manfaat ekonomi bagi industri pariwisata dan masyarakat lokal Industri-industri pariwisata yang sangat berperan dalam pengembangan pariwisata adalah: biro perjalanan wisata, hotel dan restoran. 1 Selain itu juga didukung oleh industri-industri pendukung pariwisata lainnya.disini peran yang paling utama dalam pengembangan pariwisata adalah Biro perjalanan wisata karena merupakan jembatan penghubung antara wisatawan dengan penyedia jasa akomodasi, restoran, operator adventure tour, operator pariwisata dan lainlain. 2 Secara umum pengertian Biro Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. 1.2. Tujuan Untuk mengetahui pengaturan biro perjalanan wisata dalam kerangka hokum perusahaan dan hokum perlindungan konsumendan tanggung jawab pihak pelaku usaha perjalanan bila terjadi kesalahan pelaku usaha tersebut kepada para wisatawan yang menggunakan jasa usaha perjalanan wisata serta tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian apabila terjadi wanprestasi. 1 I Putu Gelgel,2006, Industri Pariwisata Indonesia, Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS-WTO) Implikasi Hukum dan Antisipasinya, (Refika Aditama, Bandung,) hal 23 2 Ibid 2

II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif yaitu dengan mengkaji norma pengaturan biro perjalana wisata dalam kerangka hukum kepariwisataan di Indonesia dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual melalui bahan-bahan hukum yang diperoleh baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier dalam industri pariwisata khususnya pengaturan biro perjalanan wisata. 2.2 Hasil dan Pembahasan Pada dasarnya jasa adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan out put selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambahan dan secara prinsip tidak berjudul bagi pembeli pertamanya. Sifat global bisnis pariwisata mengakibatkan persentuhan berbagai ragam subyek dan obyek transaksi yang tunduk pada berbagai tradisi hukum yang berbeda, termasuk keorganisasian bisnis. Perilaku-perilaku dan harapan bisnis para pelaku bisnis pariwisata sangat dipengaruhi oleh tradisi-tradisi bisnis negara asal masing-masing. Tidak terdapat karakteristik tertentu yang membedakan organisasi biro perjalanan wisata dengan organisasi usaha bisnis pada um,umnya kecuali dari sisi obyek yang berimplikasi terhadap struktur organisasi perusahaan. Terhadap pembentukan pengelolaan, penyelenggaraan, pengalihan dan pembubaran perusahaan bisnis pariwisata berlaku ketentuan hukum perusahaan pada umumnya. Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tidak mengatur secara khusus keorganisasian kelembagaan usaha pariwisata namun demikian perlu diperhatikan pasal 14 Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan sedangkan terhadap keberadaan dan bentuk badan usaha dari biro perjalanan wisata diatur dalam Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas karena Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan Paragraf 1 Pasal 3

10 tentang Usaha Jasa Biro Perjalanan Wisata menyebutkan bahwa biro perjalanan wisata wajib dalam bentuk Perseroan Terbatas. Masalah-masalah yang sering timbul dalam transaksi jasa perjalanan wisata yang berpotensi menimbulkan wan prestasi dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Adanya kesalahan pengisian itinerary (rincian lembaran tiket). Dalam hal ini kesalahan pengisian baik tiket pesawat udara, kapal laut, maupun ferry tidak sesuai dengan yang dimintakan dan di sepakati penumpang sebelum pengisian (issued) tiket menyangkut nama penumpang nama penumpang, waktu keberangkatan, maupun maskapai atau armada yang digunakan. 2. Adanya ketidaksesuaian rincian (itenarary) paket tour yang disepakati dan dibayar sebelum keberangkatan tour. III. KESIMPULAN Pengaturan tentang biro perjalanan wisata dalam rangka perlindungan terhadap konsumen jasa biro perjalanan wisata ditentukan bahwa perusahaan biro perjalanan merupakan badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas dan tanggung jawab perusahaan biro perjalanan wisata terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen jasa biro perjalanan wisata adalah didasarkan pada prinsip dimana biro perjalanan wisata bertanggung jawab atas keselamatan wisatawan yang melakukan perjalanan wisata berdasarkan paket wisata yang dijualnya sehingga apabila terjadi kerugian pada pihak pengguna jasa akibat kesalahan maupun kelalaian perusahaan maka wajib mengganti kerugian sebagaimana prinsip-prinsip pertanggung jawaban yang diatur dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen 4

DAFTAR PUSTAKA I Putu Gelgel,2006, Industri Pariwisata Indonesia, Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS-WTO) Implikasi Hukum dan Antisipasinya, (Refika Aditama, Bandung,) J. Satrio, Hukum Pejanjian Menurut KUHPerdata Indonesia Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 1987 5