BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata. Karbonat dan zat lain yang cocok.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berikut gejalanya. Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

PENETAPAN KADAR TABLET ANTALGIN SECARA TITRASI IODIMETRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN TUGAS AKHIR. Oleh: MEI KRISTIAN ZEGA

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA OCH2CHCH2 OCH3. 3-(o-Metoksifenoksi)-1,2-propanadiol [ ] : Larut dalam air, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

UJI KEKERASAN, KEREGASAN, DAN WAKTU HANCUR BEBERAPA TABLET RANITIDIN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

PEMERIKSAAN KALSIUM DARAH (Metode CPC Photometric)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. HCl. Tablet piridoksin mengandung piridoksin hidroklorida, C 8 H 11 NO 3.HCl tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ASAM, BASA, DAN GARAM

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I TABLET ZETAMOL

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai: a. Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet. Biasanya yang digunakan Amilum Manihot, Kalsium Fosfat, Kalsium Karbonat dan zat lain yang cocok. b. Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah Musilago 10-20%, larutan Metil-cellulosum 5%. c. Zat penghancur, yaitu agar tablet dapat hancur dalam saluran percernaan. Biasanya yang digunakan Amilum Manihot kering, Gelatin, Natrium Alginat. d. Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak melekat pada cetakan. Biasanya yang digunakan Talkum 5%, Magnesium stearat,acidum Stearinicum. (Anief, 1993).

Menurut Ansel, (1989) berdasarkan penggunaanya tablet diklasifikasikan sebagai berikut; a. Tablet Kunyah Tablet ini harus lembut(segera hancur ketika dikunyah) atau mudah melarut dalam mulut. Pengunyahan dapat mempercepat penghancuran tablet dan memberikan keadaan basauntuk garam-garam logam yang digunakan dalam tabletantasida.tablet kunyah diberikan pada pasien yang mengalami gangguan menelan tablet.tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak-anak (dalam sediaan multivitamin). Penggunaan lain tablet ini adalah untuk tablet antasida dan antibiotik. b. Tablet sublingual Tablet yang disisipkan di bawah lidah.biasanya berbentuk datar, ditujukan untuk obat-obat yang diabsorpsi melalui mukosa oral. Cara ini berguna untuk penyerapan obat yang rusak oleh cairan lambung dansedikit sekali diabsorpsi oleh saluran pencernaan.tablet ini dibuat segera melarut untuk memberikan efek yang cepat. c. Tablet salut selaput Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak larut dalam air, biasanya lapisan ini berwarna.kelebihannya dari penyalutan dengan gula ialah lebih tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikit untuk penggunaanya.selaput ini pecah dalam saluran pencernaan, lambung atau usus.

d. Tablet salut Enterik Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur dilambung tapi diusus dengan tujuan supaya tablet melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi diusus. e. Tablet salut gula Tablet ini diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan dapat cepat terurai begitu ditelan.gunanya melindungi obat dari udara dan kelembapan serta memberi rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat. f. Tablet Triturat Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, biasanya mengandung sejumlah kecil obat keras.tablet triturate harus cepat dan mudah larut seluruhnya dalam air. 2.2 Evaluasi tablet Untuk menjamin mutu tablet maka dilakukan beberapa pengujian yaitu sebagai berikut: a. Uji keseragaman bobot Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet-tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet.

Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet pun bobotnya menyimpang dari rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B. (Dirjen POM, 1984) b. Uji kekerasan Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan gaya kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang.selain itu metode granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang di gunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet. (Lachman, 1994) c. Uji keregasan Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet

digunakan alat Roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan ke alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudian tablet dimasukan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama empat menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula.selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari 0,8 %. (Ansel, 1989). d. Uji waktu hancur Peralatan uji waku hancur terdiri dari rak keranjang yang mempunyai enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10 selama percobahan, tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang. kemudiaan keranjang tersebut bergerak naik turun pada larutan transparan dengan kecepatan 29-32 putaran per menit. Interval waktu hancur adalah 5-30 menit. Tablet dikatakan hancur bila bentuk sisa tablet (kecuali bagian penyalut) merupakan massa dengan inti yang tidak jelas. (Ansel, 1989) e. Uji penetapan kadar zat berkhasiat Uji penetapan kadar berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak dikonsumsi. Uji

penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope Indonesia. f. Uji disolusi Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur, keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus dilakukan pada setiap produksi tablet. Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu medium. Disolusi menunjukkan jumlah bahan obat yang terlarut dalam waktu tertentu. Disolusi menggambarkan efek obat secara invitro, jika disolusi memenuhhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat secara invivo. 2.3 Kalsium laktat 2.3.1 Tinjauan umum tentang Kalsium laktat Rumus bangun : [ H 3 C C C ] Ca. x H2O Nama kimia : Kalsium laktat hidrat Sinonim : Kalsium Laktat Pentahidrat Kalsium Laktat Anhidrat Rumus molekul : C 6 H 10 CaO 6.xH 2 O Berat molekul : 308.30 dan 218.22 H OH

Pemerian : Serbuk atau granul putih; praktis tidak berbau; bentuk pentahidrat sedikit mekar pada suhu 120 menjadi bentuk anhidrat Susut pengeringan : Pentahidrat antara 22.0 % dan 27.0%; trihidrat antara 15.0 % dan20% ; Monohidrat anta 5.0% dan 8.0 %dan untuk bentuk anhidrat tidak lebih 3.0%. lakuakn penetapan menggunakan 1g sampai g zat dengan ketebalan tidak lebih dari 3 mm, dipanaskan pada suhu 120 selama 4 jam. Kelarutan : Kalsium laktat pentahidrat larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol Kalsium laktat mengandung tidak kurang dari 98.0% dan tidak lebih dari 101,0% C 6 H 10 CaO 6.xH 2 O, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 2.3.2 Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak didapatkan didalam tubuh.untuk absorpsinya diperlukan vitamin D. Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan, selama laktasi dan pada wanita pascamenopause, selain itu asupan kalsium juga perlu ditingkatkan bila makanan banyak mengandung protein dan/atau fosfor. ( Sulistia, 2007)

2.3.3 Farmakologi Kalsium Ion kalsium mengatur sejumlah proses fisiologik dan biokimia yang penting. Proses ini mencakup eksitabilitas neuromuscular, koagulasi darah, proses sekresi, integritas membran serta transpor membrane plasma, reaksi enzim, pelepasan hormon dan neurotransmitter, dan kerja intraseluler sejumlah hormon. Selain itu, diperlihatkan konsentrasi Ca 2+ dan PO 4 3- di dalam periousteum serta cairan ekstrasel (ECF) yang tepat bagi proses mineralisasi tulang. Kalsium terutama terdapat di dalam tulang mamalia, tetapi dalam persentase yang sangat kecil dari jumlah keseluruhan kalsium ditemukan didalam cairan ekstrasel. Kalsium dalam cairan ekstrasel terbagi dalam bagian yang kurang lebih sama antara bentuk yang terikat protein dan bentuk yang bebas atau yang terionisasi ( Ca 2+ ). Bentuk yang belakangan ini merupakan bentuk yang biologisaktif terdapat pada sebagian besar spesies. Pengendalian yang kaku ini dipertahankan oleh (hati, kulit, ginjal, tulang, usus, dan paratiroid), dan system multihormon (hormon paratiroid [ PTH], 1,25 (OH) 2 -D 3 serta kalsitonin). 2.3.3.1 Kepentingan Biomedis Kalsium Penyimpangan dari kisaran nilai normal kalsium terionisasi akan menimbulkan banyak gangguan dan bisa mengancam jiwa. Sebanyak 3 % dari pasien-pasien yang dirawat dari rumah sakit mungkin menderita kelainan pada homeostatis kalsium. Tulang merupakan jaringan yang dinamis dan terus menjalani remodeling ketika tekanan tekanan berubah ; pada kondisi yang stabil (steady state )

terdapat keseimbangan antara pembentukan tulang yang baru dan resorpsi tulang. Sebagian besar kalsium dalam tulang tidak bias dipertukarkan secara bebas dengan kalsium cairan ekstrasel. Jadi di samping peranan mekanisnya, tulang juga berfungsi sebahgai tempat cadangan kalsium yang besar. ( Robert dkk, 2003) 2.3.4 Efek Samping Kalsium Laktat. Pusing, nyeri kepala, rasa panas dimuka (flushing) dan terutama pada derivate piridin tachycardia dan udema pergelangan kaki ( akibat vasodilatasi perifer umumnya, efek ini bersifat sementara. 2.4 Tablet Kalsium Laktat 500 mg Tablet kalsium laktat 500 mg mengandung Kalsium Laktat, C 6 H 10 CaO 6.5H 2 O, tidak kurang dari 94,0 % dan tidak lebih dari 106,0 % yang tertera pada etiket. 2.5 Metode penetapan kadar kalsium laktat 2.5.1 Titrasi Kompleksometri Penetapan kadar kalsium laktat adalah dengan cara titrasi kompleksometri, cara titrimetri ini didasarkan pada kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks yang mantap dan larut dalam air. Pereaksi yang dipakai adalah ligan bergigi banyak, salah satu diantaranya yaitu asam etilen diamin tetraasetat (EDTA). (Rivai, 1995)

2.5.2 Prinsip Titrasi Kompleksometri Larutan yang mengandung ion logam dititrasi dengan zat pembentuk kompleks ( EDTA) menghasilkan kompleks yang stabil dan larut dalam air. Titik akhir titrasi ditunjukan dengan indikator logam. 2.5.3 Macam-macam Titrasi Kompleksometri Ada berbagai macam titrasi kompleksometri yaitu : a. Titrasi Langsung Titasi langsung merupakan metode yang paling sederhana. Larutan ion yang ditetapkan ditambah dengan buffer, misalnyabuffer ph 10 lalu ditambah indikator logam yangsesuai dan dititrasi langsung dengan larutan baku dinatrium edetat. b. Titrasi kembali Titrasi ini untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada ph yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya kalsium sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang membentuk kompleks lebih stabil dengan natrium edetat daripada dengan indikator.

c. Titrasi subtitusi Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali, atau juga jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan kalsium. d. Titrasi tidak langsung Titrasi tidak langsung digunakan untuk menentukan kadar ionion sepertianion yang tidak bereaksi dengan pengkelat. Sebagai contoh barbiturate tidaki bereaksi dengan EDTA, akan tetapi secara kuantitatif dapat diendapkan dengan ion merkuri dalam keadaan basa sebagai ion kompleks 1:1. (Rohman, 2007)