PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN PANDAAN TAPEN KOTA MADYA SALATIGA TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN TINGKIR TENGAH BENDOSARI KOTAMADYA SALATIGA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI Tinjauan pustaka

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN NGAWEN KARANGPADANG KOTAMADYA SALATIGA TUGAS AKHIR

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN KECAMATAN SIDOMUKTI KINTELAN KIDUL KOTAMADYA SALATIGA

PERENCANAAN GEOMETRIK TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN KARTASURA SUKOHARJO

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN, DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN GONDANG SAMBUNG MACAN KABUPATEN SRAGEN

PERENCANAAN GEOMETRI, TEBAL PERKERASAN, ANGGARAN BIAYA DAN RENCANA KERJA JALAN DAWUNG - KORIPAN

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

PERENCANAAN JALAN RAYA CEMOROSEWU-DESA PACALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB II DASAR TEORI. Bab II Landasan Teori

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN SODONG KEMBANGARUM KABUPATEN SALATIGA TUGAS AKHIR

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN, ANGGARAN BIAYA, DAN RENCANA KERJA JALAN BANYUDONO KRECEK KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN PAPAHAN KAYANGAN KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan disain yang menggunakan material tersebut telah sangat luas sehingga material

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RUAS JALAN TEGALSARI - KARANGPANDANG ) KOTAMADYA SALATIGA

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang...

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN NGARUM BELANGAN KABUPATEN SRAGEN

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

Eng. Ibrahim Ali Abdi (deercali) 1

PERENCANAAN GEOMETRI, TEBAL PERKERASAN, ANGGARAN BIAYA DAN RENCANA KERJA (RUAS JALAN PRINGAPUS WATES) KOTAMADYA SALATIGA

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR

PERENCANAAN JALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN JEPANAN- PANDEYAN KECAMATAN NGEMPLAK BOYOLALI

5.3. Perencanaan Geometrik Jalan 1. Alinyemen Horisontal Spiral-Circle-Spiral

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN POPONGAN TUNGGULTANI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. membandingkan perhitungan program dan perhitungan manual.

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN GONDANG-BLIMBING KABUPATEN SRAGEN

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN WONOBOYO PELEM KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik. Tabel 5.1 Spesifikasi data jalan berdasarkan TCPGJAK.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Klasifikasi Jalan

PERENCANAAN GEOMETRIK, TEBAL PERKERASAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RUAS JALAN KRASAK PRINGAPUS) KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT

DAFTAR ISI KATA PENGATAR

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP:

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-S

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-C-S

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROYEK AKHIR Perencanaan Dan Teknis Pelaksanaan Perkerasan Jalan Dengan Metode Analisa Komponen Pada Kawasan Alak Kabupaten Kupang.

BAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN DRONO NGANOM KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP:

BAB III METODA PERENCANAAN

BAB II LANDASAN TEORI

NOTASI ISTILAH DEFINISI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAN STANDAR PERENCANAAN

4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

DIKTAT MATA KULIAH KONSTRUKSI JALAN

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN PANDAAN TAPEN KOTA MADYA SALATIGA TUGAS AKHIR Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : MEYNITA TRI NURYANTI I 808001 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL TRANSPORTASI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 011 أ

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN PANDAAN TAPEN KOTAMADYA SALATIGA TUGAS AKHIR Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : MEYNITA TRI NURYANTI I 808001 Surakarta, Juli 011 Telah disetujui dan diterima oleh : Dosen Pembimbing S.J LEGOWO ST, MT NIP. 19670413 commit to 19970 user 1 001 ب

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan jalan raya merupakan salah satu hal yang selalu beriringan dengan kemajuan teknologi dan pemikiran manusia yang menggunakannya, karenanya jalan merupakan fasilitas penting bagi manusia supaya dapat mencapai suatu daerah yang ingin dicapai. Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat yang lain. Arti Lintasan disini dapat diartikan sebagai tanah yang diperkeras atau jalan tanah tanpa perkerasan, sedangkan lalu lintas adalah semua benda dan makhluk hidup yang melewati jalan tersebut baik kendaraan bermotor, tidak bermotor, manusia, ataupun hewan. Pembuatan jalan yang menghubungkan Desa Pandaan dengan Desa Tapen yang terletak di Kotamadya Salatiga bertujuan untuk memperlancar arus transportasi, menghubungkan serta membuka keterisoliran antara daerah yaitu Desa Pandaan dan Desa Tapen demi kemajuan suatu daerah serta pemerataan ekonomi. 1

1. Teknik Perencanaan Dalam penulisan ini perencanaan yang menyangkut hal pembuatan jalan akan disajikan sedemikian rupa sehingga memperoleh jalan sesuai dengan fungsi dan kelas jalan. Hal yang akan disajikan dalam penulisan ini adalah : 1..1. Perencanaan Geometrik Jalan Dalam perencanaan geometrik jalan raya pada penulisan ini mengacu pada Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Tahun 1997. Perencanaan geometrik ini akan membahas beberapa hal antara lain : 1. Alinemen Horisontal Alinemen ( garis tujuan ) horisontal merupakan trace jalan yang terdiri dari : a. Garis lurus ( tangent ), merupakan jalan bagian lurus. b. Lengkungan horisontal yang disebut tikungan yaitu : 1) Circle Circle ) Spiral Circle Spiral 3) Spiral Spiral c. Pelebaran perkerasan pada tikungan. d. Kebebasan samping pada tikungan. Alinemen Vertikal Alinemen Vertikal adalah bidang tegak yang melalui sumbu jalan atau proyeksi tegak lurus bidang gambar. Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli. 3. Stationing 4. Overlapping

3 1... Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Penulisan ini membahas tentang perencanaan jalan baru yang menghubungkan dua daerah. Untuk menentukan tebal perkerasan yang direncanakan sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI.3.6 Tahun 1987 yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 1..3. Rencana Anggaran Biaya Menghitung rencana anggaran biaya yang meliputi : 1. Volume Pekerjaan. Harga satuan Pekerjaan, bahan dan peralatan 3. Alokasi waktu penyelesaian masing-masing pekerjaan. Dalam mengambil kapasitas pekerjaan satuan harga dari setiap pekerjaan perencanaan ini mengambil dasar dari Analisa Harga Satuan tahun 010 Dinas Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Surakarta. 1.3 Lingkup Perencanaan Dalam perencanaan pembuatan jalan ini ada lingkup perencanaan yang hendak dicapai yaitu : 1. Merencanakan bentuk geometrik dari jalan kelas fungsi arteri.. Merencanakan tebal perkerasan pada jalan tersebut. 3. Merencanakan anggaran biaya dan Time Schedule yang dibutuhkan untuk pembuatan jalan tersebut.

4 1.4 Flow Chart Pengerjaan Tugas Akhir Mulai Buku Acuan : Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Tahun 1997. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI.3.6 Tahun 1987 Peta topografi Skala 1 : 5.000 Perbesaran peta menjadi skala 1: 10.000 Perhitungan : koordinat PI (x,y), sudut azimuth (α), sudult luar tikungan ( ), jarak (d) Trace Perbesaran peta menjadi skala 1: 5.000 Perhitungan elevasi ( 100 m kanan, 100 m kiri, tengah ) setiap 50 m Kelandaian melintang dan memanjang medan Kelandaian melintang dan memanjang medan rata-rata Klasifikasi kelas jalan (TPPGJAK 1997 ) Klasifikasi medan (TPPGJAK 1997 ) Kecepatan rencana (Vr) Perencanaan Alinemen Horizontal Bagian Lurus (TPPGJAK 1997 ) Bagian Lengkung / Tikungan (TPPGJAK 1997 ) c b a

5 b a c Perhitungan Data Lengkung / Tikungan Diagram superelevasi Pelebaran Perkerasan Kebebasan Samping Jarak pandang henti dan menyiap Stationing Kontrol Overlaping Perencanaan alinemen Vertikal Perhitungan elevasi tanah asli Perencanaan lengkung Vertikal Panjang Lengkung vertikal Elevasi titik PLV, PPV, PTV Stationing titik PLV, PPV, PTV Gambar Long Profil Elevasi rencana jalan Kelandaian memanjang Data Tebal Perkerasan Kelas Jalan menurut Fungsinya Tipe Jalan Umur Rencana CBR Rencana Curah Hujan Setempat Kelandaiaan Rata-rata Jumlah LHR Angka Pertumbuhan Lalu lintas Perencanaan Tebal Perkerasan Gambar Cross Section Gambar Plane Volume Galian timbunan d

6 d Perhitungan volume pekerjaan : Umum : Pengukuran, Mobilisasi dan Demobilisasi,Pekerjaan Direksi Keet,Administrasi dan dokumentasi Pekerjaan Tanah Pekerjaan Drainase Pekerjaan Dinding Penahan Pekerjaan Perkerasan Pekerjaan Pelengkap : Marka jalan, Rambu jalan Analisa Waktu Pelaksanaan Proyek Daftar Harga Satuan Bahan, Upah dan Peralatan Analisa Harga Satuan Pekerjaan Rencana Anggaran Biaya Pembuatan Time Schedule Selesai Gambar 1.1. Bagan Alir Perencanaan Jalan

BAB II DASAR TEORI.1 Klasifikasi Jalan Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas : 1) Jalan Arteri ) Jalan Kolektor 3) Jalan Lokal Klasifikasi jalan di Indonesia menurut Bina Marga dalam Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) No 038/T/BM/1997, disusun pada tabel berikut: Tabel.1 Ketentuan klasifikasi : Fungsi, Kelas Beban, Medan FUNGSI JALAN ARTERI KOLEKTOR LOKAL KELAS JALAN I II IIIA IIIA IIIB IIIC Muatan Sumbu Terberat, (ton) > 10 10 8 8 8 Tidak ditentukan TIPE MEDAN D B G D B G D B G Kemiringan Medan, (%) <3 3-5 >5 <3 3-5 >5 <3 3-5 >5 Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997 Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan (Administratif) sesuai PP. No. 6 / 1985 : Jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan Desa dan Jalan Khusus Keterangan : Datar (D), Perbukitan (B) dan Pegunungan (G) 7

8. Kecepatan Rencana Kecepatan rencana (Vr) pada ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lenggang, dan tanpa pengaruh samping jalan yang berarti. Tabel. Kecepatan Rencana (Vr) sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan Kecepatan Rencana, Vr, km/jam Fungsi Datar Bukit Pegunungan Arteri 70 10 60 80 40 70 Kolektor 60 90 50 60 30 50 Lokal 40 70 30 50 0 30 Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997.3 Bagian Bagian Jalan 1 Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) a. Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan b. Tinggi 5 meter diatas permukaan perkerasan pada sumbu jalan c. Kedalaman ruang bebas 1,5 m di bawah muka jalan Daerah Milik Jalan (DAMIJA) Ruang daerah milik jalan (DAMIJA) dibatasi oleh lebar yang sama dengan DAMAJA ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5m dan kedalaman 1,5m.

9 3 Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) Ruang sepanjang jalan di luar DAMIJA yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan sesuai dengan fungsi jalan: a. Jalan Arteri minimum 0 meter b. Jalan Kolektor minimum 15 meter c. Jalan Lokal minimum 10 meter a DAMIJA + 5.00m m b DAMAJA a n g selokan bahu Jalur lalu lintas bahu selokan -% -% -4% -4% + 0.00m Batas kedalaman DAMAJA - 1.50m DAWASJA Arteri min 0,00m Kolektor min 15,00m Lokal min 10,00m Gambar.1 DAMAJA, DAMIJA, DAWASJA, di lingkungan jalan antar kota ( TPGJAK )

10.4 Alinemen Horisontal Pada perencanaan alinemen horisontal, umumnya akan ditemui dua bagian jalan, yaitu : bagian lurus dan bagian lengkung atau umum disebut tikungan yang terdiri dari 3 jenis tikungan yang digunakan, yaitu : Lingkaran ( Full Circle = F-C ) Spiral-Lingkaran-Spiral ( Spiral- Circle- Spiral = S-C-S ) Spiral-Spiral ( S-S ).4.1 Panjang Bagian Lurus Panjang maksimum bagian lurus harus dapat ditempuh dalam waktu,5 menit (Sesuai V r ), dengan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat dari kelelahan. Tabel.4 Panjang Bagian Lurus Maksimum Panjang Bagian Lurus Maksimum ( m ) Fungsi Datar Bukit Gunung Arteri Kolektor 3.000.500.000.000 1.750 1.500 Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997.4. Tikungan a) Jari - Jari Tikungan Minimum Agar kendaraan stabil saat melalui tikungan, perlu dibuat suatu kemiringan melintang jalan pada tikungan yang disebut superelevasi (e). Pada saat kendaraan melalui daerah superelevasi, akan terjadi gesekan arah melintang jalan antara ban kendaraan dengan permukaan aspal yang menimbulkan gaya gesekan melintang.

11 Perbandingan gaya gesekan melintang dengan gaya normal disebut koefisien gesekan melintang (f). Rumus penghitungan lengkung horizontal dari buku TPGJAK : Rmin = r 17xV ( e f )... (1) Dd = 143,4... () Rd Keterangan : R : Jari-jari lengkung (m) D : Derajat lengkung ( o ) Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu dapat dihitung jari-jari minimum untuk superelevasi maksimum dan koefisien gesekan maksimum. f mak = 0,19 ( 0.00065 x Vr )... (3) R min = maks r V 17( e f maks... (4) ) 181913,53( e D maks = V r maks f maks )... (5) Keterangan : R min : Jari-jari tikungan minimum, (m) V r : Kecepatan kendaraan rencana, (km/jam) e maks : Superelevasi maksimum, (%) f maks D : Koefisien gesekan melintang maksimum : Derajat lengkung D maks : Derajat maksimum Untuk perhitungan, digunakan e maks = 10 % sesuai tabel

1 Tabel.5 panjang jari-jari minimum (dibulatkan) untuk e maks = 10% VR(km/jam) 10 100 90 80 60 50 40 30 0 R min (m) 600 370 80 10 115 80 50 30 15 Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997 Untuk kecepatan rencana < 80 km/jam berlaku f maks = - 0,00065 V + 0,19 80 11 km/jam berlaku f maks = - 0,0015 V + 0,4 b). Lengkung Peralihan (Ls) Dengan adanya lengkung peralihan, maka tikungan menggunakan jenis S-C-S. panjang lengkung peralihan (Ls), menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997, diambil nilai yang terbesar dari tiga persamaan di bawah ini : 1. Berdasar waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung peralihan, maka panjang lengkung : Ls = Vr x T... (6) 3,6. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, digunakan rumus Modifikasi Shortt: Ls = 0,0 x 3 V r Rd c V -,77 x r ed c... (7) 3. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian Ls = ( em en ) xv r... (8) 3,6 r e 4. Sedangkan Rumus Bina Marga

13 Ls = W ( e e ) m n tjd... (9) Keterangan : T = Waktu tempuh = 3 detik Rd = Jari-jari busur lingkaran (m) C = Perubahan percepatan 0,3-1,0 disarankan 0,4 m/det r e = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, sebagai berikut: Untuk Vr 70 km/jam r e mak = 0,035 m/m/det Untuk Vr 80 km/jam r e mak = 0,05 m/m/det e e m e n = Superelevasi = Superelevasi Maksimum = Superelevasi Normal c). Jenis Tikungan dan Diagram Superelevasi 1. Bentuk busur lingkaran Full Circle (F-C) Tt PI TC Et Lc CT Rd commit to user Rd

14 Gambar. Lengkung Full Circle Keterangan : O TC CT Rd Tt Lc Ec = Sudut Tikungan = Titik Pusat Tikungan = Tangen to Circle = Circle to Tangen = Jari-jari busur lingkaran = Panjang tangen (jarak dari TC ke PI atau PI ke TC) = Panjang Busur Lingkaran = Jarak Luar dari PI ke busur lingkaran FC (Full Circle) adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu lingkaran saja. Tikungan FC hanya digunakan untuk R (jari-jari) yang besar agar tidak terjadi patahan, karena dengan R kecil maka diperlukan superelevasi yang besar. Tabel.6 Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan V r (km/jam) 10 100 80 60 50 40 30 0 R min 500 1500 900 500 350 50 130 60 Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997 Tc = Rc tan ½... (10) Ec = Tc tan ¼... (11) Lc = Rc... (1) o 360

15. Tikungan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S) Keterangan gambar : Gambar.3 Lengkung Spiral-Circle-Spiral Xs Ys Ls Lc Ts TS SC Es s Rd p = Absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik ST ke SC = Jarak tegak lurus ketitik SC pada lengkung = Panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST = Panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS) = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST = Titik dari tangen ke spiral = Titik dari spiral ke lingkaran = Jarak dari PI ke busur lingkaran = Sudut lengkung spiral = Jari-jari lingkaran = Pergeseran tangen terhadap spiral

16 k = Absis dari p pada garis tangen spiral Rumus-rumus yang digunakan : - s = Ls 360 Rd... (13) - Δc = PI ( x s)... (14) - Xs = Ls x Ls 1 40 Rd... (15) - Ys = Ls 6 Rd... (16) - P = Ys Rd x ( 1 cos s )... (17) - K = Xs Rd x sin s... (18) - Et = Rd p Cos 1 Rr... (19) - Tt = ( Rd + p ) x tan ( ½ PI ) + K... (0) - Lc = c Rd 180... (1) - Ltot = Lc + ( x Ls)... () Jika P yang dihitung dengan rumus di bawah, maka ketentuan tikungan yang digunakan bentuk S-C-S. P = Ls 4Rd < 0,5 m... (3) Untuk Ls = 1,0 m maka p = p dan k = k Untuk Ls = Ls maka P = p x Ls dan k = k x Ls

17 3. Tikungan Spiral-Spiral (S-S) Tikungan yang disertai lengkung peralihan. Gambar.4 Lengkung Spiral-Spiral Untuk bentuk spiral-spiral berlaku rumus sebagai berikut: Lc = 0 dan s = ½ PI... (4) L tot = x Ls... (5) Untuk menentukan s rumus sama dengan lengkung peralihan. Lc = c Rd 90... (6) P, K, Ts, dan Es rumus sama dengan lengkung peralihan.

18.4.3 Diagram Super elevasi Super elevasi adalah kemiringan melintang jalan pada daerah tikungan. Untuk bagian jalan lurus, jalan mempunyai kemiringan melintang yang biasa disebut lereng normal atau Normal Trawn yaitu diambil minimum % baik sebelah kiri maupun sebelah kanan AS jalan. Hal ini dipergunakan untuk system drainase aktif. Harga elevasi (e) yang menyebabkan kenaikan elevasi terhadap sumbu jalan di beri tanda (+) dan yang menyebabkan penurunan elevasi terhadap jalan di beri tanda (-). e = - % As Jalan Tt e = - % Kiri = ki - Kanan = ka - Kemiringan normal pada bagian jalan lurus h = beda tinggi As Jalan emaks Kiri = ki + Tt emin h = beda tinggi Kanan = ka - Kemiringan melintang pada tikungan belok kanan Kiri = ki - emin As Jalan Tt Kanan = ka + emaks h = beda tinggi Kemiringan melintang pada tikungan belok kiri Gambar commit.5 Super to user elevasi

19 Sedangkan yang dimaksud diagram super elevasi adalah suatu cara untuk menggambarkan pencapaian super elevasi dan lereng normal ke kemiringan melintang (Super Elevasi). Diagram super elevasi pada ketinggian bentuknya tergantung dari bentuk lengkung yang bersangkutan. a) Diagam super elevasi Full-Circle menurut Bina Marga Bagian Bagian lengkung penuh Bagian 0 % -% lurus TC 1/3 Ls /3 Ls Lc Sisi luar tikungan e max e = 0 % CT lurus 0 % -% Ls Sisi dalam tikungan Ls Lc 1 3 4 4 3 1 1 ) en-% q en-% 0 % q -% 3 +% q -% 4 e mak q e min

0 Gambar.6 Diagram Super Elevasi Full-Cirle Ls pada tikungan Full-Cirle ini sebagai Ls bayangan yaitu untuk perubahan kemiringan secara berangsur-angsur dari kemiringan normal ke maksimum atau minimum. W Ls m e n e d... (7) Keterangan : Ls = Lengkung peralihan. W m e n = Lebar perkerasan. = Jarak pandang. = Kemiringan normal. e d = Kemiringan maksimum. Kemiringan lengkung di role, pada daerah tangen tidak mengalami kemiringan TC maks Jarak kemiringan = /3 Ls CT min TC Jarak kemiringan awal perubahan = 1/3 Ls CT

1 b) Diagram super elevasi pada Spiral-Cricle-Spiral. Bagian lurus Bagian lengkung peralihan Bagian lengkung penuh Bagian lengkung peralihan Bagian lurus 1 Ts 3 4 Sc Sisi luar tikungan 4 Cs 3 1 Ts e max e n E = 0 % e n 0 % -% Sisi dalam tikungan Ls Lc Ls 1) en-% q en-% ) 0 % q en-% 3) +% q -% 4) e maks q e min Gambar.7 Diagram super elevasi Spiral-Cirle-Spiral.

c) Diagram super elevasi pada Spiral-Spiral. Bagian lurus Bagian lengkung Bagian lengkung Bagian lurus I II III Sisi luar tikungan IV emak III II I TS ST 0% 0% E = 0 % - % en = - % LS Sisi dalam tikungan LS 1) en-% q en-% ) 0 % q en-% 3) +% q -% 4) e maks q e mins Gambar.8 Diagram Super Elevasi Spiral-Spiral

3.4.4 Jarak Pandang Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian rupa, sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi) untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman. Jarak pandang terdiri dari : o Jarak pandang henti (Jh) o Jarak pandang mendahului (Jd) Menurut ketentuan Bina Marga, adalah sebagai berikut : A. Jarak Pandang Henti (Jh) 1) Jarak minimum Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan didepan. Setiap titik disepanjang jalan harus memenuhi ketentuan Jh. ) Asumsi tinggi Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm, yang diukur dari permukaan jalan. 3) Rumus yang digunakan. Jh dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus : Jh = Jht + Jhr... (8)

4 Vr Vr 3,6 Jh T... (9) 3,6 g fp Dimana : Vr T = Kecepatan rencana (km/jam) = Waktu tanggap, ditetapkan.5 detik g = Percepatan gravitasi, ditetapkan 9.8 m/det fp =Koefisien gesek memanjang antara ban kendaraan dengan perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0.8 0.45 (menurut AASHTO), fp akan semakin kecil jika kecepatan (Vr) semakin tinggi dan sebaliknya. (Menurut Bina Marga, fp = 0.35 0.55) Persamaan (9) dapat disederhanakan menjadi: o Untuk jalan datar : Vr Jh 0.78Vr T... (30) 54 fp o Untuk jalan dengan kelandaian tertentu : Vr Jh 0.78Vr T... (31) 54 ( fp L) Dimana : L = landai jalan dalam (%) dibagi 100 Tabel.7 Jarak pandang henti (Jh) minimum Vr, km/jam 10 100 80 60 50 40 30 0 Jh minimum (m) 50 175 10 75 55 40 7 16 Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997 B. Jarak Pandang Mendahului commit (Jd) to user

5 1) Jarak adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain didepannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali kelajur semula. ) Asumsi tinggi Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 105 cm. 3) Rumus yang digunakan. Jd, dalam satuan meter ditentukan sebagai berikut : Jd = d 1 +d +d 3 +d 4 Dimana : d 1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m) d = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali kelajur semula (m) d 3 = Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang dating dari arah berlawanan setelah prases mendahului selesai (m) d 4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang dating dari arah berlawanan. Rumus yang digunakan : a T1 d 1 0.78T1 Vr m... (3) d 0. 78Vr T... (33) d antara 30 100m... (34) 3 Vr, km/jam 60-65 65-80 80-95 95-110 d 3 (m) 30 55 75 90 d d... (35) 4 3

6 Dimana : T 1 = Waktu dalam (detik),.1 + 0.06 x Vr T = Waktu kendaraan berada dijalur lawan, (detik) 6.56+0.048xVr a m = Percepatan rata-rata km/jm/dtk, (km/jm/dtk),.05+0.0036xvr = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan kendaraan yang disiap, (biasanya diambil 10-15 km/jam) Tabel.8 Panjang jarak pandang mendahului berdasarkan Vr Vr, km/jam 10 100 80 60 50 40 30 0 Jd (m) 800 670 550 350 50 00 150 100 Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997.4.5 Daerah Bebas Samping di Tikungan Jarak pandang pengemudi pada lengkung horisontal (di tikungan), adalah pandanngan bebas pengemudi dari halangan benda-benda di sisi jalan. Daerah bebas samping di tikungan dihitung bedasarkan rumus-rumus sebagai berikut: 1. Jarak pandangan lebih kecil daripada panjang tikungan (Jh < Lt). Lajur Luar Lt Jh Lajur Dalam garis pandang E Penghalang Pandangan R R' R

7 Gambar.9 Jarak pandangan pada lengkung horizontal untuk Jh Keterangan : < Lt Jh Lt E R = Jarak pandang henti (m) = Panjang tikungan (m) = Daerah kebebasan samping (m) = Jari-jari lingkaran (m) Maka: E = R ( 1 cos 8.65 Jh R' )... (36). Jarak pandangan lebih besar dari panjang tikungan (Jh > Lt) LAJUR LUAR Lt Jh LAJUR DALAM d Lt E d R R' GARIS PANDANG R PENGHALANG PANDANGAN Gambar.10. Jarak pandangan pada lengkung horizontal untuk Jh > Lt 8.65 Jh Jh Lt 8.65 Jh m = R 1 cos sin... (37) R' R' Keterangan: Jh = Jarak pandang henti

8 Lt = Panjang lengkung total R = Jari-jari tikungan R = Jari-jari sumbu lajur.4.6 Pelebaran Perkerasan Pelebaran perkerasan dilakukan pada tikungan-tikungan yang tajam, agar kendaraan tetap dapat mempertahankan lintasannya pada jalur yang telah disediakan. Gambar dari pelebaran perkerasan pada tikungan dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar.11 Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan 1. Rumus yang digunakan : B = n (b + c) + (n + 1) Td + Z... (38) b = b + b commit... to user (39)

9 b = Rd - Rd p... (40) Td = Rd A p A Rd... (41) = B - W... (4) Keterangan: B = Lebar perkerasan pada tikungan n b = Jumlah jalur lalu lintas = Lebar lintasan truk pada jalur lurus b = Lebar lintasan truk pada tikungan p = Jarak As roda depan dengan roda belakang truk As A = Tonjolan depan sampai bumper W = Lebar perkerasan Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan Z = Lebar tambahan akibat kelelahan pengamudi c = Kebebasan samping = Pelebaran perkerasan Rd = Jari-jari rencana.4.7 Kontrol Overlapping Pada setiap tikungan yang sudah direncanakan, maka jangan sampai terjadi Over Lapping. Karena kalau hal ini terjadi maka tikungan tersebut menjadi tidak aman untuk digunakan sesuai kecepatan rencana. Syarat supaya tidak terjadi Over Lapping : λn > 3detik Vr

30 Dimana : λn = Daerah tangen (meter) Vr = Kecepatan rencana Contoh : a4 PI-3 CS ST B d4 d3 SC TS a PI-1 CT TS PI- ST a3 d1 TC d A a1 Gambar.1. Kontrol Over Lapping Vr = 10 km/jam = 33,333 m/det. Syarat over lapping a a, dimana a = 3 x V detik = 3 x 33,33 = 100 m bila a 1 d 1 Tc 100 m aman a d Tc Tt 1 100 m aman a 3 d 3 Tt 1 Tt 100 m aman a 4 d 4 Tt 100 m aman

31.4.8 Perhitungan Stationing Stasioning adalah dimulai dari awal proyek dengan nomor station angka sebelah kiri tanda (+) menunjukkan (meter). Angka stasioning bergerak kekanan dari titik awal proyek menuju titik akhir proyek.

3 PI 1 Cs1 d St1 Ts Ts d3 Tc3 PI PI 3 Tc3 Cs St Sc Lc3 Lc Ls Ls Ct3 d4 B Ts1 Sc1 Lc1 Ls1 Ts1 Ls1 d1 A Gambar.13. Stasioning

33 Contoh perhitungan stationing : STA A = Sta 0+000m STA PI 1 = Sta A + d 1 STA Ts 1 = Sta PI 1 Ts 1 STA Sc 1 = Sta Ts 1 + Ls 1 STA Cs 1 = Sta Sc 1 + Lc 1 STA St 1 = Sta Cs + Lc1 STA PI = Sta St 1 + d Ts 1 STA Ts = Sta PI Ts STA Sc = Sta Ts + Ls STA Cs = Sta Sc + Lc STA St = Sta Cs + Ls STA PI 3 = Sta St + d 3 Ts STA Tc 3 = Sta PI 3 Tc 3 STA Ct 3 = Sta Tc 3 + Lc 3 STA B = Sta Ct 3 + d 4 Tc 3.5 Alinemen Vertikal Alinemen Vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang ditinjau, berupa profil memanjang. Pada peencanaan alinemen vertikal terdapat kelandaian positif (Tanjakan) dan kelandaian negatif (Turunan), sehingga kombinasinya berupa lengkung cembung dan lengkung cekung. Disamping kedua lengkung tersebut terdapat pula kelandaian = 0 (Datar). Rumus-rumus yang digunakan untuk commit alinemen to user vertikal :

34 elevasi akhir elevasi awal g 100%...(43) Sta akhir Sta awal A = g g 1...(44) A Lv Ev...(45) 800 A x y 00 Lv... (46) Panjang Lengkung Vertikal (PLV) 1. Berdasarkan syarat keluwesan Lv 0, 6Vr... (47). Berdasarkan syarat drainase Lv 40 A... (48) 3. Berdasarkan syarat kenyamanan Lv Vr t... (49) 4. Berdasarkan syarat goncangan Vr A Lv... (50) 360 1). Lengkung vertikal cembung Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di atas permukaan jalan PVI 1 PLV h 1 g 1 Ev g m h d 1 d J h PTV L

35 Gambar..14 Lengkung Vertikal Cembung Keterangan : PLV = Titik awal lengkung parabola PV1 = Titik perpotongan kelandaian g 1 dan g g = Kemiringan tangen : (+) naik, (-) turun A = Perbedaan aljabar landai ( g1 - g ) % EV Jh h 1 = Pergeseran vertikal titik tengah besar lingkaran (PV1 m) meter = Jarak pandang = Tinggi mata pengaruh h = Tinggi halangan ). Lengkung vertikal cekung Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di bawah permukaan jalan. PLV LV g 1 EV J h g PTV EV PV Gambar.15. Lengkung Vertikal Cekung. Keterangan : PLV = Titik awal lengkung parabola PV1 = Titik perpotongan kelandaian g 1 dan g g = Kemiringan tangen : (+) naik, (-) turun A = Perbedaan aljabar landai commit ( g to user 1 - g ) %

36 EV Lv V = Pergeseran vertikal titik tengah besar lingkaran (PV1 m) meter = Panjang lengkung vertikal = Kecepatan rencana ( km/jam) Rumus-rumus yang digunakan pada lengkung parabola cekung sama dengan rumus-rumus yang digunakan pada lengkung vertikal cembung. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan Alinemen Vertikal 1) Kelandaian maksimum. Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah. Tabel.9 Kelandaian Maksimum yang diijinkan Landai maksimum % 3 3 4 5 8 9 10 10 Vr (km/jam) 10 110 100 80 60 50 40 <40 Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997 ) Kelandaian Minimum Pada jalan yang menggunakan kerb pada tepi perkerasannya, perlu dibuat kelandaian minimum 0,5 % untuk keperluan kemiringan saluran samping, karena kemiringan jalan dengan kerb hanya cukup untuk mengalirkan air kesamping. 3) Panjang kritis suatu kelandaian Panjang kritis ini diperlukan sebagai batasan panjang kelandaian maksimum agar pengurangan kecepatan kendaraan tidak lebih dari separuh Vr.

37 Tabel.10 Panjang Kritis (m) Kecepatan pada awal Kelandaian (%) tanjakan (km/jam) 4 5 6 7 8 9 10 80 630 460 360 70 30 30 00 60 30 10 160 10 110 90 80 Sumber : TPGJAK No 038/T/BM/1997 Tabel.10 Panjang Minimum Lengkung Vertikal : Kecepatan Rencana Perbedaan Kelandaian Memanjang (%) Panjang Lengkung (m) (km/jam) < 40 40-60 > 60 1 0-30 0.6 40-80 0.4 80-150.6 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Perencanaan konstruksi lapisan perkerasan lentur disini untuk jalan baru dengan Metoda Analisa Komponen, yaitu dengan metoda analisa komponen SKBI.3.6. 1987. Surface Course Base Course CBR tanah dasar Subbase Course Subgrade

38 Gambar.16. Susunan Lapis Konstruksi Perkerasan Lentur Adapun untuk perhitungannya perlu pemahaman Istilah-istilah sebagai berikut :.6.1 Lalu lintas 1. Lalu lintas harian rata-rata (LHR) Lalu lintas harian rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau masingmasing arah pada jalan dengan median. - Lalu lintas harian rata-rata permulaan (LHR P ) LHR P S n 1 i 1 LHR... (51) 1 - Lalu lintas harian rata-rata akhir (LHR A ) LHR A P n 1 i LHR... (5). Rumus-rumus Lintas ekivalen - Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) LEP LHR n jmp Pj C E... (53) - Lintas Ekivalen Akhir (LEA) LEA LHR n jmp Aj C E... (54) - Lintas Ekivalen Tengah (LET) LET LEP LEA... (55) - Lintas Ekivalen Rencana (LER) LER LET Fp... (56)

39 n Fp... (57) 10 Dimana: i 1 = Pertumbuhan lalu lintas masa konstruksi i J n1 n C E = Pertumbuhan lulu lintas masa layanan = jenis kendaraan = masa konstruksi = umur rencana = koefisien distribusi kendaraan = angka ekivalen beban sumbu kendaraan.6. Koefisien Distribusi Kendaraan Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur rencana ditentukan menurut daftar di bawah ini: Tabel.11 Koefisien Distribusi Kendaraan Jumlah jalur Kendaraan ringan *) Kendaraan berat **) 1 arah arah 1 arah arah 1 Jalur Jalur 3 Jalur 4 Jalur 5 Jalur 6 Jalur 1,00 0,60 0,40 - - - 1,00 0,50 0,40 0,30 0,5 0,0 1,00 0,70 0,50 - - - 1,00 0,50 0,475 0,45 0,45 0,40 *) Berat total < 5 ton, misalnya : Mobil Penumpang, Pick Up, Mobil Hantaran. **) Berat total 5 ton, misalnya : Bus, Truk, Traktor, Semi Trailer, Trailer. Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI.3.6.1987, Halaman 9.6.3 Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

40 Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan beban umum (Setiap kendaraan) ditentukan menurut rumus daftar sebagai berikut: - - beban satu sumbu tunggal dlm kg E. Sumbu Tunggal... (58) 8160 beban satu sumbu ganda dlm kg E. Sumbu Ganda... (59) 8160 4 4 Tabel.1 Angka Ekivalen (E) Sumbu Kendaraan Beban Sumbu Angka Ekivalen Kg Lb Sumbu Tunggal Sumbu Ganda 1000 05 0.000-000 4409 0.0036 0.0003 3000 6614 0.0183 0.0016 4000 8818 0.0577 0.0050 5000 1103 0.1410 0.011 6000 138 0.93 0.051 7000 1543 0.5415 0.0466 8000 17637 0.938 0.0794 8160 18000 1.0000 0.0860 9000 19841 1.4798 0.173 10000 046.555 0.1940 11000 451 3.30 0.840 1000 6455 4.6770 0.40 13000 8660 6.4419 0.5540 14000 30864 8.6647 0.745 15000 33069 11.4184 0.980 16000 3576 14.7815 1.71 Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI.3.6.1987, Halaman 10

41.6.4 Daya Dukung Tanah Dasar (DDT dan CBR) Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi DDT dan CBR. DDT 10 9 8 CBR 80 100 90 70 60 50 40 30 7 0 6 5 4 8 10 9 7 6 5 4 3 3 1 1 Gambar.17. Korelasi DDT dan CBR Catatan : Hubungan nilai CBR dengan garis mendatar kesebelah kiri diperoleh nilai DDT Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI.3.6.1987, Halaman 13.6.5 Faktor Regional (FR)

4 Faktor regional bisa juga juga disebut faktor koreksi sehubungan dengan perbedaan kondisi tertentu. Kondisi-kondisi yang dimaksud antara lain keadaan lapangan dan iklim yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan daya dukung tanah dan perkerasan. Dengan demikian dalam penentuan tebal perkerasan ini Faktor Regional hanya dipengaruhi bentuk alinemen ( Kelandaian dan Tikungan) Tabel.13 Prosentase kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim Kelandaian 1 (<6%) Kelandaian II (6 10%) Kelandaian III (>10%) % kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat 30% >30% 30% >30% 30% >30% Iklim I < 900 mm/tahun 0,5 1,0 1,5 1,0 1,5,0 1,5,0,5 Iklim II 900 mm/tahun 1,5,0,5,0,5 3,0,5 3,0 3,5 Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI.3.6.1987.6.6 Indeks Permukaan (IP) Indeks Permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan / kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Adapun beberapa nilai IP beserta artinya adalah sebagai berikut : IP = 1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga sangat menggangu lalu lintas kendaraan. IP = 1,5 IP =,0 : adalah tingkat pelayanan rendah yang masih mungkin (jalan tidak terputus ). : adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang mantap

43 IP =,5 : adalah menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik. Tabel.14 Indeks permukaan Pada Akhir Umur Rencana ( IPt) LER= Lintas Ekivalen Klasifikasi Jalan Rencana *) Lokal Kolektor Arteri Tol < 10 1,0 1,5 1,5 1,5,0-10 100 1,5 1,5,0,0-100 1000 1,5,0,0,0,5 - > 1000 -,0,5,5,5 *) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI.3.6.1987, Halaman 15 Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan ( kerataan / kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana menurut daftar di bawah ini: Tabel.15 Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo) Jenis Lapis Perkerasan IPo Rougnes *) mm/km LASTON 4 1000 3,9 3,5 > 1000 LASBUTAG 3,9 3,5 000 3,4 3,0 > 000 HRA 3,9 3,5 000 3,4 3,0 < 000 BURDA 3,9 3,5 < 000 BURTU 3,4 3,0 < 000 LAPEN 3,4 3,0 3000,9,5 > 3000 LATASBUM,9,5 BURAS,9,5 LATASIR,9,5

44 JALAN TANAH,4 JALAN KERIKIL,4 Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI.3.6.1987.6.7 Koefisien kekuatan relative (a) Koefisien kekuatan relative (a) masing-masing bahan dan kegunaan sebagai lapis permukaan pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan untuk (bahan yang distabilisasikan dengan semen atau kapur) atau CBR (untuk bahan lapis pondasi atau pondasi bawah). Tabel.16 Koefisien Kekuatan Relatif Koefisien Kekuatan Kekuatan Relatif Bahan Jenis Bahan Kt a1 a a3 Ms (kg) CBR % kg/cm 0,4 - - 744 - - 0,35 - - 590 - - 0,3 - - 454 - - LASTON 0,30 - - 340 - - 0,35 - - 744 - - 0,31 - - 590 - - 0,8 - - 454 - - LASBUTAG 0,6 - - 340 - - 0,30 - - 340 - - HRA 0,6 - - 340 - - Aspal Macadam 0,5 - - - - - LAPEN (mekanis) 0,0 - - - - - LAPEN (manual) - 0,8-590 - - - 0,6-454 - - LASTON ATAS - 0,4-340 - - - 0,3 - - - - LAPEN (mekanis) - 0,19 - - commit - to user - LAPEN (manual)

45-0,15 - - - - 0,13 - - 18 - Stab. Tanah dengan semen - 0,15 - - - - 0,13 - - 18 - Stab. Tanah dengan kapur - 0,14 - - - 100 Pondasi Macadam (basah) - 0,1 Bersambung - - - 60 Pondasi Macadam - 0,14 - - - 100 Batu pecah (A) - 0,13 - - - 80 Batu pecah (B) - 0,1 - - - 60 Batu pecah (C) - - 0,13 - - 70 Sirtu/pitrun (A) - - 0,1 - - 50 Sirtu/pitrun (B) - - 0,11 - - 30 Sirtu/pitrun (C) - - 0,10 - - 0 Tanah / lempung kepasiran Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI.3.6.1987.6.8 Batas batas minimum tebal perkerasan 1. Lapis permukaan : Tabel.17 Lapis permukaan ITP Tebal Minimum (cm) Bahan < 3,00 5 Lapis pelindung : (Buras/Burtu/Burda) 3,00 6,70 5 Lapen /Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston 6,71 7,49 7,5 Lapen / Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston 7,50 9,99 7,5 Lasbutag, Laston 10,00 10 Laston Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI.3.6.1987. Lapis Pondasi Atas : Tabel.18 Lapis Pondasi

46 ITP Tebal Minimum ( Cm ) Bahan < 3,00 15 Batu pecah,stbilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur. 3,00 7,49 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi 0 *) tanah dengan kapur Bersambung 10 Laston atas Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi 0 7,50 9,99 tanah dengan kapur, pondasi macadam. 15 Laston Atas 10 1,14 0 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam, Lapen, Laston atas. 1,5 5 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam, Lapen, Laston atas. *) batas 0 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah digunakan material berbutir kasar. Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI.3.6.1987 3. Lapis pondasi bawah : Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm.6.9 Analisa komponen perkerasan Penghitungan ini didstribusikan pada kekuatan relatif masing-masing lapisan perkerasan jangka tertentu (umur rencana) dimana penetuan tebal perkerasan dinyatakan oleh Indeks Tebal Perkerasan (ITP) Rumus:

47 ITP a... (60) 1D1 ad a3d3 D 1,D,D 3 = Tebal masing-masing lapis perkerasan (cm) Angka 1,,3 masing-masing lapis permukaan, lapis pondasi atas dan pondasi bawah.7 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Untuk menentukan besarnya biaya yang diperlukan terlebih dahulu harus diketahui volume dari pekerjaan yang direncanakan. Pada umumnya pembuat jalan tidak lepas dari masalah galian maupun timbunan. Besarnya galian dan timbunan yang akan dibuat dapat dilihat pada gambar Long Profile. Sedangkan volume galian dapat dilihat melalui gambar Cross Section. Selain mencari volume galian dan timbunan juga diperlukan untuk mencari volume dari pekerjaan lainnya yaitu: 1. Volume Pekerjaan a. Pekerjaan persiapan - Peninjauan lokasi - Pengukuran dan pemasangan patok - Pembersihan lokasi dan persiapan alat dan bahan untuk pekerjaan - Pembuatan Bouplank b. Pekerjaan tanah - Galian tanah - Timbunan tanah c. Pekerjaan perkerasan - Lapis permukaan (Surface commit Course) to user

48 - Lapis pondasi atas (Base Course) - Lapis pondasi bawah (Sub Base Course) - Lapis tanah dasar (Sub Grade) d. Pekerjaan drainase - Galian saluran - Pembuatan talud e. Pekerjaan pelengkap - Pemasangan rambu-rambu - Pengecatan marka jalan - Penerangan. Analisa Harga Satuan Analisa harga satuan diambil dari harga satuan tahun 009. 3. Kurva S Setelah menghitung Rencana Anggaran Biaya dapat dibuat Time Schedule dengan menggunakan Kurva S.

49 BAB III PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1 Penetapan Trace Jalan 3.1.1 Gambar Perbesaran Peta Peta topografi skala 1: 50.000 dilakukan perbesaran pada daerah yang akan dibuat Azimut 1:10.000 dan diperbesar lagi menjadi 1: 5.000, menjadi trace jalan digambar dengan memperhatikan kontur tanah yang ada, (Gambar Trace dapat dilihat pada lampiran ). 3.1. Penghitungan Trace Jalan Dari trace jalan (skala 1: 5.000) dilakukan penghitungan-penghitungan azimuth (skala 1:10.000), sudut tikungan dan jarak antar PI (lihat gambar 3.1).

50 3.1.3 Penghitungan Azimuth: Diketahui koordinat: A = ( 0 ; 0 ) PI 1 = ( 49,49 ; 911,48 ) PI = ( 501,58 ; 1778.68 ) PI 3 = ( 371,51 ; 664,41 ) B = ( 196,6 ; 3135,89 ) X1 X A1 ArcTg Y1 YA 49,49 0 ArcTg 911,48 0 0 ' '' 8 59,51 A X 1 ArcTg Y 0 501,58 49,49 ArcTg 1778,68 911,48 0 ' '' 36 1,99 X Y 1 1 X 3 ArcTg Y 8 3 3 X Y 371,5 501,58 ArcTg 664,411778,68 0 ' '' 1 17,43 X 3 B ArcTg Y 196,6 371,5 ArcTg 3135,89 664,41 0 0 B B ' 1,44 '' X Y 4 3

51 3.1.4 Penghitungan Sudut PI 54,4" 13' 7 1,99" 36' 0 56,47" 8 0 0 ' 0 1 1 1 A 57'19,4" 8 17,43")) 1' 8 ( 1,99" 36' (0 0 0 0 3 1 59'6,08" 11 1'17,43")) 8 (,44" 1' (0 0 0 0 3 3 3 B 3.1.5 Penghitungan Jarak Antar PI 1. Menggunakan rumus Phytagoras m Y Y X X d A A A 1036,0 0) (911,48 0) (49,49 ) ( ) ( 1 1 1 m Y Y X X d 867,48 911,48) (1778,68 49,49) (501,58 ) ( ) ( 1 1 1 m Y Y X X d 895,3 1778,68) (664,41 501,58) (371,5 ) ( ) ( 3 3 3 m Y Y X X d B B B 50,87 664,41) (3135,89 371,5) (196,6 ) ( ) ( 4 4 3

5 d = d A-1 + d 1- + d -3 + d 3-B = 1036,06 + 867,5 + 895,3 + 503,85 = 330,39 m. Menggunakan rumus Sinus m Sin Sin X X d A A A 1036,06 56,47" 8 0 49,49 ' 0 1 1 1 m Sin Sin X X d 867,5 1,99 36 0 49,49 501,58 " ' 0 1 1 1 m Sin Sin X X d 895,5 17 1 8 501,58 371,5 " ' 0 3 3 3 m Sin Sin X X d B B B 503,85 3,08 0 0 371,5 196,6 " ' 0 4 3 3 m d d d d d B A 330,39 503,85 895,3 867,5 1036,06 ) ( 3 3 1 1

53 3. Menggunakan rumus Cosinus d A1 Y1 Y Cos A A 1 911,48 0 0 ' Cos 8 56,47 1036,06 m " d 1 Y Y Cos1 1 1778,68 911,48 0 ' " Cos 0 36 1,99 867,5m d 3 d3 B Y3 Y Cos 3 664,411778,68 0 ' " Cos 8 1 17 895,3 m Y4 Y Cos 3 3 4 3135,89 664,41 0 ' " Cos 0 0 3,08 503,85 m d = d A-1 + d 1- + d -3 + d 3-B = 1036,06 + 867,5 + 895,3 + 503,85 = 330,39 m

54 3.1.6 Penghitungan Kelandaian Melintang Untuk menentukan jenis medan dalam perencaan jalan raya, perlu diketahui jenis kelandaian melintang pada medan dengn ketentuan : 1. Kelandaian dihitung tiap 50 m. Potongan melintang 100 m dihitung dari as jalan ke samping kanan dan kiri Contoh perhitungan kelandaian melintang trace Jalan yang akan direncanakan pada awal proyek, STA 0+050 m a. Elevasi Titik Kanan a1 elevasi titik kanan 46,5 1,5 b1 0,3 46,5 1,5,3 466,89 m 475 m 1,5 m (Beda tinggi antara garis kontur) 46,5 m a1 b1 b. Elevasi Titik Kiri elevasi titik kiri a 46,5 1,5 b 0,3 46,5 1,5 1,9 464,77 m 46,5 m a 475 m 1,5 m (Beda tinggi antara garis kontur) b Gambar 3. Cara Menghitung Trace Jalan

467.5 perpustakaan.uns.ac.id 55 Gambar contoh perhitungan : 470 47.5 475 10 8 9 b1 46.5 465 a1 A (PANDAAN) Hasil perhitungan dengan cara yang sama dapat dilihat pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Perhitungan Kelandaian Melintang 1 A 3 4 a 5 6 Kelas No STA ELV KANAN ELV KIRI Delta H L I (%) Medan A 0+000 467,4760968 464,056414 3,7045545 00 1,635775 D 1 0+050 466,8955086 464,779703,11638333 00 1,058119167 D 0+100 466,43439 465,171585 1,157435 00 0,607637176 D 3 0+150 466,1983111 466,8335984 0,63587304 00 0,31764365 D 4 0+00 465,1587073 467,3671114,08404047 00 1,104003 D 5 0+50 464,013001 467,894008 3,88119871 00 1,940599355 D 6 0+300 463,11046 468,3115183 5,199493689 00,599746844 D 7 0+350 475,101835 468,6446781 6,45715693 00 3,8578465 B 8 0+400 475,7336466 470,1096603 5,6398699 00,811993149 D 9 0+450 476,3540991 468,36141 7,99857866 00 3,99648933 D 10 0+500 477,0634558 466,86407 10,199488 00 5,09971440 B 11 0+550 477,944703 465,479454 1,465667 00 6,3633133 B 1 0+600 478,971357 464,816163 14,6896194 00 7,344809709 B 13 0+650 480,454335 463,0180361 17,4368744 00 8,718143718 B 14 0+700 480,1850917 476,0386685 4,1464345 00,073116 D 15 0+750 479,8100875 476,97147,83884043 00 1,4194011 D 16 0+800 478,6055081 478,1981337 0,407374444 00 0,03687 D 17 0+850 477,694015 478,9377391 1,43537543 00 0,6176877 D 18 0+900 477,156487 479,8445396,6889098 00 1,314445464 D 19 0+950 476,6567573 480,570093 3,600500 00 1,80016001 D 0 1+000 476,0377598 480,3605043 4,3744586 00,1613793 D 1 1+050 475,11787 481,1738987 6,05170014 00 3,06085007 D 1+100 489,978055 480,98497 8,990308507 00 4,49515454 B 3 1+150 491,169588 481,6654 9,546903417 00 4,773451708 B 4 1+00 490,3018104 480,0316401 commit to 10,701707 user 00 5,135085135 B 5 1+50 489,5064 480,997456 8,50480686 00 4,5403143 B 7 b

56 6 1+300 489,550508 481,383806 7,87148163 00 3,9356408 D 7 1+350 489,0588574 48,3358 6,73037448 00 3,36151874 D 8 1+400 489,0483486 481,576404 7,471087 00 3,736054114 D 9 1+450 488,9097097 480,7659585 8,143751196 00 4,071875598 B 30 1+500 495,0919561 480,065513 15,0644318 00 7,513159 B 31 1+550 493,483066 480,3373501 13,14585648 00 6,57984 B 3 1+600 493,1441915 480,773494 1,3706973 00 6,185348649 B 33 1+650 494,047368 480,7161336 13,33119319 00 6,665596595 B 34 1+700 489,0810866 481,094763 7,988610345 00 3,99430517 D 35 1+750 489,5834155 481,546658 8,040749634 00 4,00374817 B 36 1+800 496,5811483 481,365336 15,15847 00 7,6079135 B 37 1+850 489,8973381 481,145353 8,778074 00 4,386401371 B 38 1+900 489,934416 480,8888616 9,045379998 00 4,5689999 B 39 1+950 490,4015394 480,466719 10,15486754 00 5,07743377 B 40 +000 490,5758199 479,96084 10,6155359 00 5,307767959 B 41 +050 489,18406 481,103117 8,080945 00 4,040475 B 4 +100 487,8648751 479,98773 7,877601904 00 3,93880095 D 43 +150 488,4966058 476,534051 11,965546 00 5,9817798 B 44 +00 490,8465899 475,5036543 15,3493564 00 7,671467818 B 45 +50 487,7013146 477,485899 10,160469 00 5,10801345 B 46 +300 490,554366 478,5404131 1,010343 00 6,006011717 B 47 +350 489,460773 480,795815 8,664957117 00 4,33478558 B 48 +400 488,41386 476,6568944 11,58449166 00 5,794583 B 49 +450 491,4480999 475,47598 16,0084005 00 8,1004007 B 50 +500 490,0474549 476,709604 13,77649449 00 6,8884744 B 51 +550 489,797381 477,8573707 11,93995747 00 5,969978737 B 5 +600 487,5513888 479,175954 8,375434848 00 4,18771744 B 53 +650 49,740469 477,785305 14,4915164 00 7,45758198 B 54 +700 493,0615064 483,1991881 9,8631841 00 4,9311591 B 55 +750 488,141685 479,499549 8,711730116 00 4,355865058 B 56 +800 489,515477 477,664611 11,89508658 00 5,9475439 B 57 +850 490,8969794 476,383 14,67315644 00 7,33657819 B 58 +900 491,8566 475,1849407 16,6676855 00 8,33384748 B 59 +950 493,4849931 475,5046106 17,9803858 00 8,9901919 B 60 3+000 491,36968 477,087006 14,86761 00 7,141338104 B 61 3+050 493,7930993 477,8013866 15,9917173 00 7,995856363 B 6 3+100 491,5371181 476,7040 14,81507787 00 7,407538933 B 63 3+150 488,0049464 475,0196105 1,9853359 00 6,49667959 B 64 3+00 494,718930 478,019859 16,69907731 00 8,349538656 B 65 3+50 491,051199 476,978943 14,7757 00 7,13861849 B 66 3+300 490,3778 476,8619883 13,37573443 00 6,68786715 B 67 3+350 487,9713895 477,7480167 10,3378 00 5,1116864 B B 3+400 489,7959645 479,053 10,5739119 00 5,86955643 B

57 Tabel 3. Perhitungan Kelandaian Memanjang ELV Kelas No STA ELV KANAN TENGAH ELV KIRI Delta H L I % Medan 0 0+000 467,4760968 465,8408691 464,056414 0 50 0 D 1 0+050 466,8955086 465,8373895 464,779703 0,00347961 50 0,006959 D 0+100 466,43439 465,847957 465,171585 0,0159377 50 0,05188 D 3 0+150 466,1983111 466,5159548 466,8335984 0,69115907 50 1,38318 D 4 0+00 465,1587073 466,69093 467,3671114 0,5304543 50 0,506091 D 5 0+50 464,013001 465,9536014 467,894008 0,30930791 50 0,618616 D 6 0+300 463,11046 465,7117715 468,3115183 0,418996 50 0,48366 D 7 0+350 475,101835 471,873566 468,6446781 6,16148508 50 1,397 B 8 0+400 475,7336466 47,916535 470,1096603 1,0483969 50,096794 D 9 0+450 476,3540991 47,3576701 468,36141 0,56398334 50 1,17967 D 10 0+500 477,0634558 471,9637414 466,86407 0,3939873 50 0,787857 D 11 0+550 477,944703 471,710871 465,479454 0,516548 50 0,503309 D 1 0+600 478,971357 471,6646 464,816163 0,08566115 50 0,1713 D 13 0+650 480,454335 471,7361798 463,0180361 0,1097538 50 0,19508 D 14 0+700 480,1850917 478,1118801 476,0386685 6,3757009 50 1,7514 B 15 0+750 479,8100875 478,3906673 476,97147 0,787876 50 0,557575 D 16 0+800 478,6055081 478,401809 478,1981337 0,01115358 50 0,0307 D 17 0+850 477,694015 478,3159703 478,9377391 0,0858506 50 0,171701 D 18 0+900 477,156487 478,5300941 479,8445396 0,141381 50 0,4848 D 19 0+950 476,6567573 478,4568833 480,570093 0,0731078 50 0,1464 D 0 1+000 476,0377598 478,19913 480,3605043 0,577513 50 0,515503 D 1 1+050 475,11787 478,1478137 481,1738987 0,05131834 50 0,10637 D 1+100 489,978055 485,477651 480,98497 7,398375 50 14,65968 B 3 1+150 491,169588 486,3960771 481,6654 0,9184585 50 1,83685 D 4 1+00 490,3018104 485,166753 480,0316401 1,935181 50,458704 D 5 1+50 489,5064 485,498593 480,997456 0,08313404 50 0,16668 D 6 1+300 489,550508 485,319467 481,383806 0,0695674 50 0,139135 D 7 1+350 489,0588574 485,6973387 48,3358 0,37791 50 0,75584 D 8 1+400 489,0483486 485,31945 481,576404 0,385044 50 0,770088 D 9 1+450 488,9097097 484,8378341 480,7659585 0,47446046 50 0,94891 D 30 1+500 495,0919561 487,5787345 480,065513,74090048 50 5,481801 B 31 1+550 493,483066 486,910784 480,3373501 0,66845617 50 1,33691 D 3 1+600 493,1441915 486,958849 480,773494 0,04856449 50 0,09719 D 33 1+650 494,047368 487,381730 480,7161336 0,488736 50 0,845775 D 34 1+700 489,0810866 485,0867815 481,094763,9494877 50 4,589898 B 35 1+750 489,5834155 485,5630407 481,546658 0,476591 50 0,95518 D 36 1+800 496,5811483 488,973359 481,365336 3,4101957 50 6,80391 B 37 1+850 489,8973381 485,5109367 481,145353 3,46994 50 6,94598 B 38 1+900 489,934416 485,4115516 480,8888616 0,0993851 50 0,19877 D 39 1+950 490,4015394 485,341057 480,466719 0,08744591 50 0,17489 D 40 +000 490,5758199 485,680519 479,96084 0,05605371 50 0,11107 D 41 +050 489,18406 485,1435897 481,103117 0,14461 50 0,4894 D 4 +100 487,8648751 483,96074 479,98773 1,1751554 50,435031 D 43 +150 488,4966058 48,515385 476,534051 1,41074573 50,81491 D 44 +00 490,8465899 483,17511 475,5036543 0,65979366 50 1,319587 D 45 +50 487,7013146 48,593303 commit to 477,485899 user 0,58181985 50 1,16364 D 46 +300 490,554366 484,546448 478,5404131 1,953157 50 3,90645 B

58 47 +350 489,460773 485,18938 480,795815 0,5818689 50 1,163738 D 48 +400 488,41386 48,449140 476,6568944,67915356 50 5,358307 B 49 +450 491,4480999 483,3476798 475,47598 0,89853963 50 1,797079 D 50 +500 490,0474549 483,159077 476,709604 0,1884717 50 0,376944 D 51 +550 489,797381 483,873494 477,8573707 0,66814173 50 1,33683 D 5 +600 487,5513888 483,3636714 479,175954 0,463678 50 0,97356 D 53 +650 49,740469 485,08887 477,785305 1,6646173 50 3,3935 B 54 +700 493,0615064 488,1303473 483,1991881 3,1005854 50 6,04117 B 55 +750 488,141685 483,7858199 479,499549 4,344573 50 8,689055 B 56 +800 489,515477 483,5740044 477,664611 0,1181551 50 0,43631 D 57 +850 490,8969794 483,560401 476,383 0,0136033 50 0,0706 D 58 +900 491,8566 483,5187834 475,1849407 0,04161777 50 0,08336 D 59 +950 493,4849931 484,4948019 475,5046106 0,97601841 50 1,95037 D 60 3+000 491,36968 484,83441 477,087006 0,6645776 50 0,53916 D 61 3+050 493,7930993 485,79743 477,8013866 1,56889889 50 3,137798 B 6 3+100 491,5371181 484,195791 476,7040 1,66766385 50 3,33538 B 63 3+150 488,0049464 481,51785 475,0196105,61730068 50 5,34601 B 64 3+00 494,718930 486,3693915 478,019859 4,85711306 50 9,7146 B 65 3+50 491,051199 484,0665071 476,978943,308844 50 4,605769 B 66 3+300 490,3778 483,5498555 476,8619883 0,51665156 50 1,033303 D 67 3+350 487,9713895 48,8597031 477,7480167 0,6901546 50 1,380305 D B 3+400 489,7959645 484,5090089 479,053 1,6493058 50 3,9861 B Dari perhitungan kelandaian memanjang, didapat: Medan datar Medan bukit Medan gunung : 57 titik : 18 titik : 0 titik Dari data diatas diketahui kelandaian rata rata adalah : Kelandaian Mel int ang Jumlah potongan 331,7008% 69 4,80% Dari 69 titik didominasi oleh medan Datar, maka menurut tabel II.6 TPGJAK, Hal 11 dipilih klasifikasi fungsi jalan kolektor dengan kecepatan antara 60 80 km/jam. Diambil kecepatan 80 km /jam

59 3. Perhitungan Alinemen Horizontal Data: Peta yang di pakai Kotamadya Salatiga. Kelas II ( Arteri ) Klasifikasi medan: Dari tabel II.6 TPGJAK Tahun 1997 Vr = 80 km / jam e max = 10 % e n = % Dari Tabel II.7 TPGJAK Tahun 1997 Lebar perkerasan = x 3,5 m Untuk e max = 10 %, maka f max = 0,140 Sumber: Buku Silvia Sukirman, Dasar-dasar perencanaan geometrik jalan atau menggunakan rumus: R f D max min max 0,19 (0.00065 Vr) 0,19 (0,00065 80) 0,140 17 17 Vr e max 09,97 m f max 80 0,1 0,140 181913,53x emax f max Vr 181913,53x0,1 0,140 80 0 9,579

60 3..1 Tikungan PI 1 Diketahui : Δ 1 = 7 0 38 35,15 Direncanakan Rd = 30 m > R min = 09,97 m. Dengan Vr = 80 km/jam berdasarkan (TPGJAK 1997 Tabel II.18), R min untuk Ful Circle = 50 m > Rd sehingga tikungan jenis Full Circle tidak dapat digunakan. Dicoba S-C-S : a) Menentukan superelevasi desain 143,4 Dd Rd 143,4 30 0 6,8 e tjd emax Dd D max 0,10 6,8 9,579 0,0558 5,58% e D max max Dd 0,10 6,8 9,579 b) Perhitungan lengkung peralihan (Ls) 1. Berdasarkan waktu tempuh maximum (3 detik) untuk melintasi lengkung peralihan, maka panjang lengkung: Vr Ls T 3,6 80 3 66,66m 3,6. Berdasarkan rumus modifikasi Shortt: 3 Vr Vr ed Ls 0,0,77 Rd c c 3 80 80 0.0558 0,0,77 30 0,4 0,4 91,99 m100 m

61 3. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian: Ls em en Vr 3,6 re Dimana re = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, untuk Vr = 80 km / jam, re max = 0,05 m/ m/det. 0,1 0,0 Ls 80 3,6 0,05 71,11m 4. Berdasarkan rumus Bina Marga : w Ls m en e 3,5 00 53,06m tjd 0,0 0,0558 Dipakai nilai Ls yaitu 91,99 m, di bulatkan 100 m. c) Penghitungan Өs, c, dan Lc Ls x 360 s 4 Rd 100 360 4 3,14 30 c 1 0 PI 7 ' 7 39,13 0 1 ' 46 0 ' '' 51 36, '' ( s) '' 54,48 (1 0 ' 7 39,13 c x x Rd Lc 180 0 ' '' 51 36, x3.14 x30 180 31,48m Syarat tikungan jenis S-C-S c > 0 = 0 51 36, > 0.(ok) Lc > 0 m = 31,48 > 0 m.... (ok) '' )