PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG

STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

ANALISIS METAKOGNISI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH DALAM MATERI KAIDAH PENCACAHAN PADA SISWA KELAS XII IPS I MAN I KUBU RAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Instrumen adalah alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dalam

Tabel 1. Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa

METODE ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 33 PADANG. Abstract

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF Purnama Ramellan 1), Edwin Musdi 2), dan Armiati 3)

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF TEKNIK PERMAINAN SUCKER BALL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS XI SOS SMA NEGERI 1 LEMBAH GUMANTI

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TUTOR SEBAYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BUNDA PADANG. Endah 1, Susi Herawati 1

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar,

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Hanomi Irma 1), Edwin Musdi 2), Atus Amadi Putra 3)

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Neka Amelia Putri 1), Yarman 2), Yusmet Rizal 3) Abstract

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMP NEGERI 1 BUKIT TINGGI.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMP NEGERI 3 BUKITTINGGI

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SDN 34 KOTO RAWANG PESISIR SELATAN

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK ONE TO ONE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG. Oleh ABSTRACT

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Populasi

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA SMA KELAS XI MELALUI METODE PROBLEM POSSING. Abstrak

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMAN 1 LUBUK ALUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUBUK SIKAPING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

Nidaul Khairi 1), Mukhni 2), Minora Longgom Nasution 3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Index Card Match

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK PASAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMAN 15 PADANG

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING(BBL) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP ISLAM RAUDHATUL JANNAH PAYAKUMBUH

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI TEKNIK TINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING

KEEFEKTIFAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MATERI LINGKARAN

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS. FMIPA UNP,

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

Key Word : learning activity, math concept comprehension, and PQ4R.

Pendahuluan. Abstrak. Abstract. Azizah et al., Peningkatan Motivasi dan Hasil...

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh: RAHMA DONA NPM

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEBSITE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA TINGKAT IV MATERI SISTEM BILANGAN KOMPLEKS PADA MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS

PENERAPAN TEORI BRUNER BERBANTUAN KARTU SAPURA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI SMP

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMPN 6 X Koto Singkarak

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

Keywords: Math Learning Outcome,Student s Learning Activity, Learning Starts With A Question

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE SNOWBALL THROWING DISERTAI PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MELIHAT KEAKTIFAN SISWA

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

pengetahuan secara aktif pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

PENINGKATAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DIPADU TALKING STICK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA YANG DILENGKAPI MIND MAP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Irmasuryani Abstract

Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta

Bambang Supriyanto 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah siswa SMP Negeri 1 Tapa kelas VIII 7 dengan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED SISWA KELAS X SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 PADANG Viona Amelia 1), Edwin Musdi 2), Nonong Amalita 3) 1) FMIPA UNP, e-mail: M3lly_elf@yahoo.com 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract Reasoning is really important in mathematical learning because reasoning will influence the pupil in material comprehension and learning process outcome. Unfortunately the pupil of class XI IPA 1 in Senior High School Number 3 in Padang rarely solve the problem about proving problem that usually using reasoning in solving that problem. It will give impact to the learning process outcome and student reasoning. This is happen because the learning strategy that using by teacher doesn t make the way of pupil thinking optimal and the activity of pupil in learning process still passive. Therefore solution to that problem is using the metacognition strategy that will optimize the way of pupil thinking especially on reasoning activity. This research show that the pupil reasoning increase after using strategy Metacognition in learning process. Keywords mathematical reasoning, metacognition strategy PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang menuntut sumber daya manusia yang mampu mencerna ide ide baru, menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan mampu mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh perubahan itu di dalam kehidupan. Oleh karena itu, dibutuhkan penguasaan matematika untuk menciptakan sumber daya manusia yang mampu menghadapi sekaligus mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang diberikan kepada peserta didik mulai dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang pendidikan menengah diharapkan dapat membekali siswa dengan kemampuan penalaran. Penalaran itu sendiri diartikan sebagai aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau proses berpikir dalam rangka membuat suatu pernyataan baru yang berdasar pada pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan[1]. Menurut Tinggih penalaran atau proses berpikir siswa sangat penting dalam matematika, karena matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui bernalar[2]. Hal senada juga dikatakan oleh Rusefendi bahwa matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran[2]. Hal ini menunjukkan bahwa dalam matematika sangat dibutuhkan penalaran. Penalaran dalam matematika ada dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Namun dalam matematika, penalaran deduktif menjadi unsur utama pekerjaan matematika. Penalaran deduktif bekerja atas dasar asumsi, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Untuk menunjukkan suatu penalaran dalam matematika bahan ajar yang dapat diolah adalah menyelesaikan soal cerita[3]. Proses penalaran siswa dapat dilihat sewaktu siswa mengerjakan soal cerita. Selain itu, penalaran siswa dapat juga dilihat sewaktu siswa mengerjakan soal pembuktian yang biasanya soal pembuktian adalah soal penalaran. Begitu pentingnya peran penalaran dalam pembelajaran matematika sehingga perlu diberikan perhatian khusus terhadap penalaran. Namun sayangnya, siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang tidak memberikan perhatian khusus terhadap penalaran. Jika siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang diberikan soal pembuktian dan soal itungan, siswa ini lebih memilih mengerjakan soal itungan daripada mengerjakan soal yang membuktian. Selain itu, siswa ini juga tidak melakukan evaluasi terhadap apa yang telah mereka pelajari. Kesulitan yang mereka alami selama pembelajaran tidak mereka atasi sehingga ini berdampak dengan kemampuan mereka dalam memahami materi selanjutnya. Data ini diperoleh dari informasi yang diberikan oleh guru serta observasi yang dilakukan peneliti saat peneliti mengadakan praktek lapangan di SMA Negeri 3 Padang. Aktivitas siswa yang seperti ini berdampak terhadap hasil belajar siswa. Hal ini terlihat saat diadakan Ujian Tengah Semester, siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang yang terdaftar pada tahun ajaran 2013/2014 banyak yang tidak tuntas. ini tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 80. Selain itu, aktivitas siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Kebanyakan siswa tidak bertanya saat tidak 51

mengerti dan biasanya yang tampil menyampaikan ide hanya itu itu saja orangnya. Untuk itu, diperlukan suatu upaya untuk mengatasi masalah ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan strategi Metakognitif. Strategi Metakognitif merujuk kepada cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir siswa[2]. Meningkatnya kesadaran mengenai proses berpikir siswa akan berdampak pada aktivitas berpikir siswa untuk menarik suatu kesimpulan atau proses berpikir dalam rangka membuat suatu penyataan baru yang benar berdasar pada pernyataan yang kebenarannya sudah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Secara etimologis, istilah metakognisi berasal dari kata meta dan kognisi. Istilah meta berasal dari bahasa Yunani μετά yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan (after, beyond, with, adjacent) adalah suatu prefik yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan pada suatu abstraksi dari suatu konsep[4]. Secara umum kognisi diartikan sebagai apa yang diketahui serta dipikirkan orang. Menurut Suherman [2], metakognisi adalah suatu kata yang berkaitan dengan apa yang dia ketahui tentang dirinya sebagai individu yang belajar dan bagaimana dia mengontrol serta menyesuaikan prilakunya. Sedangkan menurut[5] menyatakan bahwa Metakognisi berhubungan dengan berpikir siswa tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan menggunakan strategi strategi belajar tertentu dengan tepat. Dengan demikian strategi metakognitif adalah bagian dari proses kognitif, dimana orang yang memiliki kemampuan ini adalah orang yang mempunyai pengetahuan dan kontrol terhadap proses berpikir dan belajarnya. Perkembangan metakognisi dapat diupayakan melalui cara dimana anak dituntut untuk mengobservasi apa yang mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa yang diobservasi [2]. Selain itu, siswa dapat mengembangkan serta melatihkan kemampuan metakognisi yang dimilikinya melalui list monitor yang berisikan langkah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Upaya yang dilakukan oleh guru sendiri adalah dengan menerapkan strategi metakognitif yang terdiri dari 3 tahap yaitu [6]: 1) tahap perencanaan, guru menjelaskan tujuan mengenai topik yang sedang dipelajari, penanaman konsep berlangsung dengan pertanyaan pertanyaan yang diberikan oleh guru. 2) Tahap pemantauan, siswa bekerja mandiri untuk menyelesaikan soal soal latihan yang diberikan. Guru memberikan umpan balik yang bersifat metakognitif secara individual, berkeliling memandu siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika. 3) Tahap evaluasi yang dilakukan oleh guru/siswa, evaluasi dari guru mengarah pada pemantapan dan aplikasi yang lebih luas. Sedangkan evaluasi dari siswa lebih kepada apa yang telah dipahami dari pembelajaran serta kemungkinan aplikasi masalah yang lebih luas. Membuat rekapitulasi yang dilakukan di kelas dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Strategi metakognitif yang diterapkan dalam pembelajaran matematika memberikan siswa kesempatan untuk melaksanakan kegiatan metakognitif yaitu merencanakan, mengontrol, dan merefleksi (mengevaluasi) seluruh proses kognitif (berpikir) yang terjadi selama pembelajaran. akan melakukan perencanaan yang akan dilakukan agar memahami materi yang akan dipelajari, mengidentifikasi strategi yang tepat dan mengarahkan bagaimana memulai pembelajaran. Setelah merencanakan, siswa akan memonitor setiap langkah yang mereka lakukan dalam pembelajaran, mengoreksi kesalahan, dan menemukan strategi yang tepat. Pada tahap akhir siswa akan melakukan evaluasi tentang materi yang sudah dipahami dan yang belum dipahami. Tahap tahap yang dilakukan siswa dalam strategi metakognitif akan berdampak dalam kemampuan pemahaman siswa terhadap materi, karena metakognitif memfasilitasi siwa untuk mengontrol pikirannya. yang memiliki pemahaman terhadap materi akan memiliki kemampuan penalaran, karena materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dilatihkan melalui belajar matematika. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) Bagaimana aktivitas siswa selama digunakan strategi Metakognitif pada pembelajaran matematika kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 padang. (2) Bagaimana kemampuan penalaran matematis siswa setelah diterapkan strategi metakognitif dalam pembelajaran matematika kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang. Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan artikel ini adalah untuk mengaji atau menganalisis implementasi strategi Metakognitif terhadap aktivitas belajar siswa dan kemampuan penalaran matematis siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang. Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi guru sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan upaya peningkatan kualitas siswa, khususnya dalam mengembangkan kemampuan penalaran matematis siswa. METODE PENELITIAN Penelitian yang digunakan adalah penelitian pra eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah The One Shot Case Study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu kelompok yang diberikan perlakuan tertentu. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan subjek penelitian ini adalah kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang. Pemilihan lokal ini berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru dan hasil ujian siswa. Kelas XI IPA 1 ini sering tidak mengerjakan soal yang membutuhkan pembuktian, siswa ini lebih menyukai soal itungan. Selain itu, masih banyak siswa yang tidak tuntas dalam ujian tengah semester dan nilai terendah dari hasil ujian tengah semester ini berada di kelas ini. Oleh karena itu, peneliti meneliti kelas ini dengan kriteria dan tujuan yang ingin dicapai yaitu mengenai aktivitas dan penalaran matematis siswa. 52

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan strategi metakognitif sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas belajar dan kemampuan penalaran matematis siswa. Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar dan kemampuan penalaran matematis siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan strategi metakognitif. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini. Prosedur penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Pada tahap persiapan, peneliti melakukan observasi ke SMA Negeri 3 Padang, menetapkan kelas sampel, mempersiapkan perangkat dan memvalidasi perangkat pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun. Penelitian ini dilaksanakan selama enam pertemuan dan satu pertemuan untuk tes akhir. Kemudian pada tahap akhir, peneliti memberikan soal tes akhir pada siswa dan menulis hasil penelitian. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas siswa yang diamati selama proses pembelajaran oleh seorang observer, kuis, dan tes akhir. Lembar observasi yang akan diamati tersebut dideskripsikan pada Tabel 1 berikut: TABEL 1. INDIKATOR AKTIVITAS Jenis Aktivitas Indikator Writing Activities Oral Activities 1. Mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru 2. Menulis jurnal berupa garis besar materi yang dipahami oleh siswa dalam pembelajaran 1. Berdiskusi dengan anggota kelompok dan teman sekelas selama presentasi 2. mengajukan pertanyaan (ketika fase guru menjelaskan pelajaran atau menanggapi pertanyaan teman) 3. menyampaikan ide terhadap penyelesaian soal 4. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Lembar observasi yang digunakan akan menghasilkan data kualitatif yang akan disajikan dalam bentuk persentae. Rumus persentase yang digunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh Sudjana [7]: Dimana P merupakan persentase jumlah siswa yang melakukan aktivitas, F merupakan banyak siswa yang melakukan aktivitas, dan N merupakan banyak siswa yang hadir. Penilaian aktivitas siswa dilakukan dengan mendeskripsikan persentase siswa yang melakukan aktivitas pada setiap pertemuan. Apabila dalam satu pertemuan terdapat siswa melakukan aktivitas yang sama maka hanya dihitung satu kali. Kuis digunakan sebagai instrumen penelitian yang bertujuan untuk melihat perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa selama diterapkannya strategi Metakognitif. Kuis yang diberikan pada penelitian ini sebanyak empat kali dan masing masing kuis mengandung soal penalaran. Instrumen terakhir yang digunakan adalah tes akhir yang berupa essay yang diberikan di akhir penelitian. Materinya mencakup satu pokok bahasan Trigonometri. Sebelum tes akhir diberikan terlebih dahulu tes diujicobakan pada sekolah lain yang memiliki kemampuan rata rata yang hampir sama dengan kelas sampel. Uji coba soal dilakukan di SMA Negeri 10 yang memiliki KKM yang sama dengan kelas sampel. Setelah dilakukan uji coba diperoleh bahwa terdapat satu soal yang harus diperbaiki dan diperoleh realibilitas tes akhir sebesar 0,44 Teknik analisis data yang didapatkan dari penelitian ini diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif berupa kemampuan penalaran matematis siswa yang dapat dilihat dari kuis dan tes hasil belajar dan kemudian data ini diolah dengan perhitungan statistik. Sedangkan data kualitatif adalah berupa aktivitas siswa yang diperoleh dari pengamatan yang dituliskan pada lembar observasi HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian yang dideskripsikan berupa aktivitas siswa dan kemampuan penalaran matematis siswa selama diterapkan strategi Metakognitif dalam pembelajaran matematika. Data mengenai aktivitas siswa selama penerapan strategi Metakognitif pada pembelajaran matematika di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang diperoleh melalui lembar observasi. Pengamatan dilakukan oleh salah satu guru Praktek Lapangan (PL) dan seorang guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri 3 Padang dengan mencatat banyaknya siswa yang melakukan aktivitas sesuai dengan indikator yang terdapat pada lembar observasi. Data distribusi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Aktivitas Jumlah Tabel 2. Distribusi Aktivitas Belajar Pertemuan Ke- I II III IV V VI % % % % % % A 96,67 100 100 100 100 100 B 96,67 100 93,33 96,55 96 100 C 86,67 90,63 93,33 96,55 100 100 D 33,33 31,25 36,67 41,38 40 44,44 E 33,33 37,5 50 48,28 52 51,85 F 36,67 37,5 46,67 44,83 48 48,15 30 32 30 29 25 27 53

A : Mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru B : Menulis jurnal berupa garis besar materi yang dipahami oleh siswa dalam pembelajaran C : Berdiskusi dengan anggota kelompok dan teman sekelas D : mengajukan pertanyaan (ketika fase guru menjelaskan pelajaran atau menanggapi pertanyaan teman) E : menyampaikan ide terhadap penyelesaian soal F : menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Pada Tabel 2 terlihat bahwa persentase aktivitas yang dilakukan oleh siswa bervariasi dalam rentangan 31,25%- 100%. Persentase terendah terlihat pada aktivitas F yaitu ketika siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru sedangkan persentase tertinggi terlihat pada aktivitas A yaitu ketika siswa mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru. Secara umum terlihat bahwa persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi metakognitif cenderung meningkat, walaupun untuk beberapa aktivitas mengalami penurunan. Aktivitas pertama yang diamati adalah aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS. Persentase siswa mengerjakan LKS mengalami peningkatan dimana persentase terendah pada pertemuan pertama. Pada pertemuan pertama, ada siswa yang tidak mengerjkan LKS. Namun setelah diberikan peringatan dan teguran terhadap siswa, semua siswa mengerjakan LKS pada setiap pertemuan. Sehingga dapat dilihat pada pertemuan kedua sampai pertemuan keenam persentase aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS mencapi 100 %. Pada aktivitas siswa mengerjakan jurnal ada yang mengalami peningkatan dan ada yang mengalami penurunan pada setiap pertemuan. Ini dikarenakan jurnal diberikan pada akhir pertemuan sehingga bagi siswa yang membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mengerjakan LKS tidak sempat menyelesaikan jurnal yang telah diberikan. Jurnal yang dibuat oleh siswa ini berfungsi untuk melihat sampai sejauh mana materi yang sudah dipahami oleh siswa dan untuk melihat strategi apa saja yang akan dilakukan oleh siswa dalam menghadapi kesulitannya dalam memahami materi. Jurnal ini juga bisa dimanfaatkan oleh siswa sebagai refleksi diri. Aktivitas siswa yang ketiga yaitu aktivitas siswa dalam berdiskusi dengan anggota kelompok selama mengerjakan LKS. Aktivitas siswa ini mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama sampai pertemuan keempat ada siswa yang hanya menyalin punya teman kelompoknya. Namun pada pertemuan kelima dan keenam siswa semuanya berdiskusi dengan teman anggota kelompok. Ini disebabkan oleh tindakan guru dan observer yang selalu memantau kondisi kelas. Guru berkeliling untuk melihat apa yang sudah dikerjakan oleh kelompok. Guru membimbing siswa jika siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Aktivitas siswa selanjutnya adalah siswa mengajukan pertanyaan baik ketika fase guru menjelaskan pelajaran atau menanggapi pertanyaan teman. Persentase aktivitas siswa mengajukan pertanyaan ini ada yang mengalami peningkatan dan ada yang mengalami penurunan. banyak bertanya tentang penyelesaian soal dan penjelasan rumus yang akan dipakai. Pertanyaan banyak diajukan saat pertemuan terakhir karena siswa akan mengikuti ulangan sehingga banyak siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahami. Aktivitas kelima yang diamati adalah aktivitas siswa dalam menyampaikan ide terhadap penyelesaian soal. Persentase aktivitas ini terendah pada pertemuan pertama dan persentase tertinggi pada pertemuan kelima. Pada pertemuan kelima materi yang dipelajari adalah sub bahasan Perkalian Sinus dan Kosinus. Awalnya siswa tidak memahami memahami materi ini, tapi setelah dijelaskan kembali dan diberikan contoh yang lebih siswa mengerti dan mulai semangat menyelesaikan soal Kemudian yang terakhir adalah aktivitas siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pertanyaan yang diajukan disini biasanya seputar materi, materi yang sudah dipelajari, atau rumus yang sudah dipelajari. Aktivitas ini mencapai persentase tertinggi pada pertemuan keenam Perkembangan penalaran matematis siswa dilihat dari kuis yang telah diberikan. Kuis yang diberikan selalu mengandung soal penalaran sehingga kemampuan penalaran matematis siswa dapat dilihat dari setiap kuis yang diaamati. Perkembangan penalaran matematis yang akan dideskripsikan dan dianalisis adalah perkembangan secara klasikal. Distribusi perolehan skor penalaran matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Persentase Distribusi Skor Kuis Indikator Skor Kuis 1 A Kuis 2 Kuis 3 0 0 0 0-1 6,25 3,333 0-2 18,75 13,33 13,8-3 34,38 33,33 24,1-4 40,63 50 62,1 - Rata-rata Skor 77,34 82,5 87 Kuis 4 0 0 0 0 0 1 6,25 3,33 3,45 3,45 B 2 25 26,67 10,3 6,89 3 31,25 23,33 41,4 31,03 4 37,5 46,67 44,8 58,62 Rata-rata Skor 75 78,33 82 86,21 C 0 0 0 0 0 1 12,5 6,67 3,45 3,45 2 21,88 16,67 17,2 10,34 3 28,13 33,33 31 27,59 4 37,5 43,33 48,3 58,62 Rata-rata Skor 77,5 78,33 81 85,34 Jumlah 32 30 29 29 a : Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram b : Kemampuan melakukan manipulasi matematika 54

c : Kemampuan menyusun bukti, memberikan alasan/bukti terhadap beberapa solusi Pada tabel 3 di atas dapat terlihat bahwa secara keseluruhan persentase siswa tertinggi terdapat pada skor 4 untuk masing masing indikator pada setiap kuis. Persentase siswa yang memperoleh skor 4 untuk masing masing indikator pada setiap kuis cenderung mengalami peningkatan. Kemudian jika dilihat dari rata rata skor untuk masing masing indikator, maka rata rata skor siswa untuk masing masing indikator mengalami peningkatan pada setiap kuis. Ini berarti bahwa kemampuan penalaran matematis siswa meningkat pada setiap diadakan kuis. Berdasarkan rata-rata nilai kuis siswa pada setiap diadakannya kuis dapat juga terlihat perkembangan kemampuan penalaran matematis siswa. Data rata rata kuis siswa dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Rata-rata Nilai Kuis Kuis 1 2 3 4 Indikator a,b,c a,b,c a,b,c b,c Rata-rata 75 79,72 83,33 87,78 Pada Tabel 4 di atas terlihat bahwa rata-rata nilai kuis siswa dari kuis pertama sampai ketiga mengalami peningkatan. Peningkatan rata rata nilai kuis siswa dapat diartikan sebagai peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa karena setiap kuis mengandung soal penalaran. Kemudian persentase ketuntasan siswa dalam mengikuti kuis juga mengalami peningkatan yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut: Tabel 5. Persentase Jumlah yang Tuntas pada Kuis Kuis 1 2 3 4 yang 50 53,33 72,41 72,41 Tuntas Jumlah 32 30 29 29 Tes akhir yang memuat indikator penalaran dapat menggambarkan kemampuan penalaran matematis siswa. Hasil analisis data tes akhir dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Hasil Analisis Data Tes Akhir N X S < 80 32 65, 28 19,8 100 33 78,13 21,87 Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 32 orang siswa yang mengikuti tes akhir belajar, dinyatakan bahwa 21,87 % siswa telah mencapai ketuntasan dalam pokok bahasan Trigonometri, sedangkan 78,12% lainnya belum mencapai ketuntasan.persentase distribusi hasil tes akhir dapat dilihat pada Tabel 7 berikut: Tabel 7. Persentase Distribusi Skor Hasil Tes Akhir Indikator Sk Soal or 1 2 3 4 5a 5b A 0 0 15,63-9,38 - - 1 6,25 0-9,38 - - 2 25 3,13-15,63 - - 3 25 3,13-15,63 - - 4 46,88 81,25-59,38 - - B 0-3,125 3,75 6,25 12,5 62,5 1-18,75 0 6,25 0 9,38 2-31,25 15,63 31,25 15,63 6,25 3-9,38 9,38 21,88 15,63 3,13 4-37,5 37,5 34,38 56,25 18,75 C 0 0-37,5 - - - 1 0-0 - - - 2 28,13-12,5 - - - 3 53,13-15,63 - - - 4 18,75-34.38 - - - Jumlah 32 a : Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram b : Kemampuan melakukan manipulasi matematika c : Kemampuan menyusun bukti, memberikan alasan/bukti terhadap beberapa solusi Berdasarkan pada Tabel 7 di atas, terlihat bahwa secara umum persentase siswa lebih banyak memperoleh skor 3 dan 4. Ini berarti lebih banyak siswa yang mampu menyelesaikan soal penalaran walaupun ada yang belum lengkap. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Pada penerapan strategi Metakognitif di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang mendorong siswa untuk lebih aktif selama pembelajaran sehingga aktivitas siswa cenderung meningkat 2. Pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Padang selama penelitian mengalami peningkatan untuk masing-masing indikator yang diteliti. REFERENSI [1] Fajar Shadiq. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi. Yogyakarta: Depdiknas. [2] Erman Suherman & dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. [3] Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. [4] Wikipedia, Free Encyclopedia, 2012 [5] Schoenfeld, A. (1987). Metacognition Learning and Mathematics. [Online]. Tersedia: http://mathforum.org/~sarah/discussion. Sessions/schoenfeld.html. [6] Abdul Muin. 2006. Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Matematika SMA (ALgoritma, vol 2). Jakarta : Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah. [7] Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 55