BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. orang yang terbagi menjadi karyawan direktorat, non- direktorat, proyek dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu faktor pendukung yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI (GEOTEK LIPI) yang semula

BAB 1 PENDAHULUAN. Ade Busana merupakan salah satu perusahaan garment yang bergerak di. Perusahaan yang berlokasi di kawasan Cibogo Lembang ini

2015 HUBUNGAN PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KARIER DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang diresmikan awal tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi disamping modal, material, mesin, dan sumber daya lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan baik individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan. Perusahaan pada

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai sebagai sumber daya manusia dalam organisasi memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditempatkannya sumber daya manusia pada urutan pertama unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yaitu dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah maupun tugas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. PIDO BUSANA merupakan salah satu perusahaan garment yang bergerak

Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai. tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pos Indonesia merupakan sebuah badan usaha milik negara (BUMN)

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan perusahaan untuk menjaga eksistensi dan kelangsungan perusahaannya.

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. menyukai segala sesuatu yang praktis, tetapi sekarang telah mengalami persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam menghadapi persaingan usaha, perusahaan dituntut untuk dapat

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. aset utama dari suatu instansi maupun perusahaan. Setiap sistem organisasi baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah


PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bangsa yang merdeka, Indonesia telah memiliki lembaga-lembaga. pemerintahan yang melaksanakan tugas-tugas Negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. ilmu, pembangunan, dan teknologi. Oleh karena itu dalam era sekarang ini dimana

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif yang dapat menunjukan kelebihan atau keunggulan yang ada pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BAB I PENDAHULUAN. BPR Nusamba dalam definisi UU Perbankkan adalah salah satu jenis

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

SURVEY PENJUALAN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan dapat terwujud. Suatu perusahaan dapat maju ataupun hancur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi, manajemen sumber daya manusia memiliki peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN MANAJEMEN PNS Nomor : Yang bertanda tangan dibawah ini :

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian tersirat amanat

SURVEI PENJUALAN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN. produksi akan tetapi lebih sebagai aset perusahaan yang harus dikelola dan. bertanggung jawab langsung kepada Gubernur Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan, organisasi maupun dalam sebuah instansi pemerintah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan penyebaran teknologi baru yang semakin cepat. Perkembangan tersebut

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA TANJUNGPINANG AGUSTUS 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

SURVEI PENJUALAN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kegiatan atau operasional sehari-hari dengan kata lain lingkungan

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triyana, (2006:2) Mangkunegara (2008 : 67), Rivai dan Basri (2005:50)

BAB 1 PENDAHULUAN. disiapkan, namun tanpa sumber daya manusia yang professional semuanya

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. implikasinya adalah bahwa investasi terpenting yang dilakukan oleh suatu organisasi adalah di

SURVEI PENJUALAN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtunuwu (2015)

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO


PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI 2012

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. moral dan mental yang baik, profesional, serta sadar akan tanggung jawabnya

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI


BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia dalam organisasi atau perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. di desa Pulo Ampel kabupaten Serang Provinsi Banten ini berdiri dari tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas suatu perusahaan dalam menapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 14 TAHUN 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Satuan Polisi Pamong Praja merupakan perangkat pemerintah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakan peraturan daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tugas pokok Satuan Polisi Pamong Praja sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah (PP) No.6 tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja adalah : 1. Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah 2. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di Daerah 3. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah 4. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dengan aparat kepolisian negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau aparatur lainnya. 5. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

Pengelolaan sumber daya manusia memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengelolaan unit dan sub unit dalam sebuah sistem yang terorganisir, karena menyangkut faktor manusiawi yang didalamnya terdapat kemampuan /skill, emosi, motivasi, mental yang berbeda hambatan dan kesulitan yang berkembang menjadi permasalahan yang kompleks, seperti rendahnya produktivitas, rendahnya tingkat kedisiplinan dan lain-lain yang biasa menjadi penghambat perkembangan organisasi. Hambatan seperti itu sering kita jumpai pada instansi pemerintahan, salah satunya adalah lembaga SATPOL PP Provinsi Jawa Barat. Disiplin kerja sangat penting bagi pegawai, karena disiplin kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Oleh karena itu, pegawai merupakan motor penggerak utama selain gaya kepemimpinan pemimpin yang ada dalam organisasi. Disiplin kerja yang baik merupakan cerminan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Kenyataan yang terjadi di lapangan pada pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat adalah rendahnya disiplin pegawai terutama pada unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. hal yang berkaitan dengan tindakan indisipliner pegawai adalah adalah data rekapitulasi ketidakhadiran pegawai SATPOL PP Porvinsi Jawa Barat :

Tabel 1.1 Tahun 2013 Rekapitulasi Ketidakhadiran Pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Pegawai 23 27 29 24 23 28 32 61 26 24 27 32 Persenta se 16,3 19,1 20,5 17 16,3 19,8 22,6 43,2 18,4 17 19,1 22,6 Sumber : SATPOL PP Provinsi Jawa Barat,2013 Gambar 1.1 Tahun 2013 Grafik Rekapitulasi Ketidakhadiran Pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

Ketidakhadiran 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Sumber : SATPOL PP Provinsi Jawa Barat,2013 Ketidakhadiran Dari tabel 1.1 dan gambar 1.1 dapat diketahui bahwa tingkat ketidakhadiran pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat cenderung fluktuatif. Ketidakhadiran tertinggi terdapat pada bulan Agustus yaitu sebanyak 61 pegawai atau sebesar 43,2 hal ini disebabkan oleh jumlah pegawai yang sakit sebesar 10, izin 19, dan mangkir sebanyak 32 pegawai. Hal tersebut dikarenakan tingginya hari libur nasional yang berakibat tingginya tingkat mangkir pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit. Tingkat ketidakhadiran pegawai memberi pengaruh yang cukup berarti terhadap disiplin pegawai. Tingkat ketidakhadiran pegawai mencerminkan banyaknya jam kerja yang terbuang dengan percuma. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

cenderung tidak disiplin dilihat dari tingginya tingkat mangkir pada bulan Agustus tahun 2013. Selain ketidakhadiran kedisiplinan dapat dilihat dari data keterlambatan dan pulang lebih awal pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sebagai berikut Tabel 1.2 Tahun 2013 Tingkat Keterlambatan dan Pulang Lebih Awal Pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit Bidang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat Bulan Keterlambatan Pulang Lebih Awal Januari 134 4,3 165 5,3 Februari 143 4,6 173 5,5 Maret 165 5,3 192 6,1 April 189 6 159 5,1 Mei 172 5,5 163 5,2 Juni 156 5 197 6,3 Juli 291 9,3 304 9,8 Agustus 189 6 223 7,1 September 171 5,5 187 6 Oktober 244 7,8 164 5,2 November 158 5 186 5,9 Desember 212 6,8 232 7,4 Sumber : SATPOL PP Provinsi Jawa Barat,2013

12,0 10,0 Gambar 1.2 Tahun 2013 Grafik Rekapitulasi Keterlambatan dan Kepulangan Pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit Bidang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 8,0 6,0 4,0 Keterlambatan Pulang Lebih Awal 2,0 0,0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Sumber : SATPOL PP Provinsi Jawa Barat,2013 Dari tabel 1.3 dan gambar 1.2 dapat diketahui bahwa tingkat keterlambatan dan pulang lebih awal tertinggi pada bulan juli dengan jumlah keterlambatan sebesar 9,3 dan pulang lebih awal sebesar 9,8. Hal ini dikarenakan besarnya toleransi dalam beribadah serta kurangnya ketegasan sehingga dimanfaatkan banyak pegawai untuk dijadikan alasan keterlambatan dan pulang lebih awal pegawai. Tingkat kedisiplinan yang rendah dapat menimbulkan efek terhadap kinerja SATPOL PP. Tugas pokok serta fungsi dari SATPOL PP tidakn akan berjalan secara maksimal, ini dapat dilihat dari table berikut : Tabel 1.3 Tahun 2014

Kurang Maksimalnya Kinerja SATPOL PP PP Provinsi Jawa Barat unit Bidang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat Tahun 2014 1. Masih adanya pedagang kaki lima disekitaran zona merah 2. Masih banyaknya gelandangan, pengemis dan anak jalanan 3. Masih banyak bangunan liar 4. Masih banyak PNS nakal yang berkeliaran pada saat jam kerja Sumber: hasil survey langsung dilapangan 2014 Berdasarkan berita harian bulletin siang Global Tv pada tanggal 14 agustus 2014, sulitnya menertibkan PKL (pedagang kaki lima) dikarenakan adanya oknum SATPOL PP yang bertindak tidak disiplin, mengutip pengakuan pedagang kaki lima bahwa mereka sering kali diminta uang bulanan sebagai pembayaran sewa tempat untuk berjualan oleh iknum SATPOL PP. Menurut salah satu Kepala Unit bagian ketertiban umum dan ketentraman masyarakat Drs. Suhendi, M.Si SATPOL PP Provinsi Jawa Barat mengatakan bahwa tingkat kedisiplinan dapat dinilai berdasarkan tugas-tugas yang ditetapkan, Beliau melihat terdapat banyaknya tugas-tugas yang tidak selesai tepat pada waktu yang ditentukan. Ini menyebabkan pencapaian target yang diharapkan SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat tidak maksimal dan berimbas kepada tersendatnya tugas-tugas yang akan diberikan selanjutnya dan hal ini sangat disesalkan pihak SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

Tindakan seperti ini membuat pihak SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat kurang maksimal dalam pekerjaannya dikarenakan tugas pokok SATPOL PP mendisiplinkan akan tetapi yang mendisiplinkan tidak bersikap disiplin sehingga upaya mengurangi tingkat tindakan indisipliner dalam tubuh instansi pemerintahan tidak dapat berjalan maksimal. Untuk lebih menjelaskan informasi yang di peroleh, penulis menyebarkan angket pra-penelitian pada 20 responden untuk mengetahui motivasi kerja di SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sebagai berikut : Tabel 1.4 Angket Pra Penelitian mengenai Kedisiplinan No Pertanyaan Jawaban 1 2 3 4 5 1. Apakah 3 4 13 kompetensi mempengaruhi disiplin kerja 2. Apakah 3 8 10 kompensasi mempengaruhi disiplin kerja 3. Apakah 4 10 6 kepemimpinan mempengaruhi disiplin kerja 4. Apakah motivasi mempengaruhi 2 7 11

disiplin kerja 5. Apakah sanksi hukuman mempengaruhi disiplin kerja Keterangan : 5 = Sangat berpengaruh 4 = Berpengaruh 3 = Cukup Berpengaruh 2 = Kurang Berpengaruh 1 = Sangat tidak berpengaruh 13 7

Berdasarkan tabel 1.4 diatas dapat dianalisa, bahwa pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang menjadi sampel pada angket pra penelitian ini menunjukan adanya indikasi bahwa motivasi memberikan dampak terhadap disiplin kerja pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat Disiplin kerja sangat penting bagi pegawai yang bersangkutan maupun organisasi karena disiplin kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Kedisiplinan dapat ditingkatkan melalui pemberian motivasi kerja terhadap pegawai dalam pencapaian target kinerja, sehingga perlu adanya tindakan dan upaya dari lembaga dalam meningkatkan motivasi kerja para pegawai. Motivasi yang timbul dari diri karyawan sendiri untuk bekerja dan berprestasi akan mampu meningkatkan disiplin kerja karyawan, hal ini sesuai dengan pendapat Tohardi (2002:22), yang menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja, karena dengan adanya motivasi yang tinggi dari karyawan maka akan mendorong pegawaitersebut untuk mematuhi semua peraturan yang berlaku di perusahaan dan berusaha untuk mendapatkan penghargaan atas disiplin kerjanya. Kedisiplinan suatu organisasi dalam mencapai keberhasilan tujuan organisasi juga sangat ditentukan oleh dan mutu profesionalitas pegawai. Bagi aparatur pemerintahan disiplin tersebut mencakup unsur-unsur ketaatan, kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban, dalam arti mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk kepentingan negara

dan masyarakat. Dalam hal ini mutu dapat diartikan sebagai kompetensi pegawai yang terdapat dalam organisasi tersebut. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka penulis mengambil judul pengaruh motivasi kebutuhan akan pencapaian, kebutuhan akan kekuasaan dan kebutuhan akan affiliasi terhadap disiplin kerja provinsi jawa barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah menurunnya disiplin kerja yang berdampak pada menurunnya kinerja lembaga yang tidak berjalan secara maksimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja adalah motivasi kerja. Pemberian motivasi diharapkan dapat meningktakan rasa tanggung jawab dan disiplin kerja pegawai Melihat dari latar belakang diatas, maka penulis dapat merumusakan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran motivasi kebutuhan akan pencapaian, motivasi kebutuhan akan kekuasaan dan motivasi kebutuhan akan afiliasi, serta disiplin pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat?

2. Bagaimana pengaruh motivasi kebutuhan akan pencapaian terhadap disiplin kerja pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat? 3. Bagaimana pengaruh motivasi kebutuhan akan kekuasaan terhadap disiplin kerja pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat? 4. Bagaimana pengaruh motivasi kebutuhan akan affiliasi terhadap disiplin kerja pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat? 5. Bagaimana pengaruh motivasi kebutuhan akan pencapaian, kebutuhan akan kekuasaan dan kebutuhan akan affiliasi terhadap disiplin kerja provinsi jawa barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui gambaran motivasi kebutuhan akan pencapaian, motivasi kebutuhan akan kekuasaan dan motivasi kebutuhan akan afiliasi, serta disiplin pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kebutuhan akan pencapaian terhadap disiplin kerja pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kebutuhan akan kekuasaan terhadap disiplin kerja pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 4. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kebutuhan akan affiliasi terhadap disiplin kerja pegawai SATPOL PP Provinsi Jawa Barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 5. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kebutuhan akan pencapaian, kebutuhan akan kekuasaan dan kebutuhan akan affiliasi terhadap disiplin kerja provinsi jawa barat unit ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 1.4 Kegunaaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Teoritis a) Sebagai bahan pemahaman teori yang diperoleh penulis selama di bangku bangku kuliah kedalam dunia kerja secara riil. b) Sebagai kontribusi terhadap pengembangan ilmu manajemen, khususnya dalam bidang manajemen sumber daya manusia 2. Praktis Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman penulis dibidang manajemen sumber daya manusia khususnya mengenai pengaruh pengaruh motivasi kebutuhan akan pencapaian, kebutuhan akan

kekuasaan dan kebutuhan akan affiliasi terhadap disiplin kerja pegawai.

MOTIVASI KEBUTUHAN AKAN AFFILIASI TERHADAP DISIPLIN KERJA 15