BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT FISIK TANAH PADA BERBAGAI KEDALAMAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pf 1 (Y)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

PENINGKATAN KEMAMPUAN TANAH MEMEGANG AIR SEBAGAI RESPON PERLAKUAN BAHAN ORGANIK ENCENG GONDOK

HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Tanah Sebelum Pemadatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

Transkripsi:

14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Mulsa Vertikal terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1 Infiltrasi Kumulatif Hasil analisis sidik ragam menunjukan pemberian mulsa vertikal tidak berbeda nyata terhadap infiltrasi kumulatif (Tabel 2). Tampaknya perlakuan P1 mencapai laju infiltrasi kumulatif tertinggi 20,03 cm menit -1. Sedangkan untuk perlakuan P2 dan infiltrasi kumulatifnya lebih rendah dari P1. Tabel 2. Infiltrasi Kumulatif dengan Mulsa Vertikal Infiltrasi kumulatif (cm menit -1 ) 18,61 tn 20,03 17,83 KK (%) 52,58 * = di dalam mulsa Kemampuan tanah menyerap air untuk perlakuan P1 lebih tinggi 2,2 kali dibandingkan dengan perlakuan P2 dan perlakuan lebih tinggi 0,78 kali lebih tinggi dibandingkan perlakuan P2 (Gambar 1). Tingginya nilai infiltrasi kumulatif pada perlakuan P1 menunjukan penyerapan air yang lebih tinggi sehingga dapat menurunkan aliran permukaan. Untuk perlakuan P2 yang lebih rendah dari perlakuan P1 dan diduga karena adanya pengolahan tanah dan pembuatan rorak yang menyebabkan tanah terdispersi dan ketidakstabilan agregat, bobot isi tanah meningkat sehingga sebagian pori hilang dan akan memperlambat laju penyerapan air. Menurut Plaster (2003) dalam Andayani (2009), kecapatan tanah untuk menginfiltrasikan air hujan dipengaruhi oleh keadaan fisik tanah tersebut. Beberapa sifat fisik tanah yang mempengaruhi infiltrasi adalah bobot isi, porositas, permeabilitas dan pf. Pengolahan tanah yang baik dapat menaikkan atau menurunkan sifat fisik tanah, sehingga pengolahan tanah mempunyai pengaruh dalam menentukan laju infiltrasi.

15 Infiltrasi Kumulatif (cm menit -1 ) 20.5 20 19.5 19 18.5 18 17.5 17 16.5 P1 P2 Gambar 1. Infiltrasi Kumulatif dengan Mulsa Vertikal 4.1.2 Bobot Isi Tanah Dari hasil analisis sidik ragam (Tabel 3) menunjukan bahwa mulsa vertikal tidak berbeda nyata terhadap bobot isi tanah. P2 (kedalaman 0,5 m) menunjukan bobot isi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 (kedalaman 0,4 m) dan (kontrol). Tabel 3. Bobot isi Tanah dengan Mulsa Vertikal Bobot Isi (g cm -3 ) 1,136 tn 1,150 1,183 KK (%) 5,90 * = di dalam mulsa P2 memperoleh bobot isi tertinggi yakni 1,183 g cm -3 atau 0,047 kali lebih tinggi dibandingkan (kontrol) dan 0,033 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan P1 (Gambar 2). Hal ini diduga karena tingginya bobot isi tanah pada perlakuan P2 dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, dimana bahan mineral lebih tinggi dibandingkan dengan bahan organik. Semakin rendahnya bahan organik tersebut menyebabkan semakin rendah pada jumlah mikroorganisme di dalam tanah yang berfungsi mengurai atau membuat pori-pori dalam tanah. Januardin (2008) mengatakan bahwa penurunan kandungan bahan organik maka berakibat kurang terikatnya butir-butir primer menjadi agregat olah bahan organik sehingga porositas tanah menurun.

16 Menurut Winarti (2012), Semakin tingginya bobot isi dengan semakin dalamnya lapisan tanah dapat disebabkan karena pada lapisan bawah tanah kandungan bahan organik cenderung lebih rendah dari pada lapisan-lapisan tanah bagian atasnya. Kandungan bahan orgnik pada suatu jenis tanah yang sama berbeda dengan kedalaman tanah yang berbeda. Semakin dalam suatu tanah semakin berkurang kandungan bahan organiknya, demikian pula dengan pengolahan tanah, semakin sering tanah di olah, semakin berkurang kandungan bahan organik (Hasibuan, 2005 dalam Ginting, 2009). Pengelolaan lahan juga turut andil dalam proses pemadatan tanah dimana partikel yang halus akan mengisi pori tanah sehingga bobot isi tanah akan bertambah besar (Monde, 2010). Bobot isi (g cm -3 ) 1,190 1,180 1,170 1,160 1,150 1,140 1,130 1,120 1,110 P1 P2 Gambar 2. Keragaan Bobot isi dengan Mulsa Vertikal 4.1.3 Total Ruang Pori Dari hasil analisis sidik ragam (Tabel 4) menunjukan bahwa mulsa vertikal tidak berbeda nyata terhadap total ruang pori tanah. (kontrol) menunjukan ruang pori tanah yang lebih banyak dibandingkan P2 (kedalaman 0,5 m) dan P1 (kedalaman 0,4).

17 Tabel 4. Total ruang pori dengan Mulsa Vertikal Total Ruang Pori (%) 57,22 tn 56,36 55,18 KK (%) 4,69 * = di dalam mulsa memperoleh total ruang pori terbanyak yakni 57,22 % atau 0,86 kali lebih tinggi dari P1 dan 2,04 kali lebih tinggi dari perlakuan P2 (Gambar 3). Ruang pori yang tinggi menunjukan kepadatan tanah yang rendah. Hal ini diduga karena (kontrol) tidak diberikan perlakuan rorak, sehingga tanah tidak terdispersi akibat dari pengolahan tanah. Kestabilan agregat dapat meningkatkan total ruang pori. Menurut Andayani (2009), beberapa sifat fisik tanah dapat mengalami perubahan karena pegelolaan tanah. Sebelumnya Suryatmojo (2006) dalam Januardin (2008), menjelaskan porositas yang tinggi maka akan dapat menyimpan air dalam jumlah yang besar, sehingga air hujan yang datang akan dapat meresap atau mengalami infiltrasi dengan cepat tanpa terjadi aliran permuikaan. Total Ruang Pori (%) 57.5 57 56.5 56 55.5 55 54.5 54 P1 P2 Gambar 3. Keragaan Total Ruang Pori dengan Mulsa Vertikal

18 4.1.4 Kadar Air Dari hasil analisis sidik ragam (Tabel 5) menunjukan bahwa mulsa vertikal tidak berbeda nyata terhadap kadar air tanah. Kadar air yang tinggi menunjukan kelembaban tanah yang tinggi. Tabel 5. Kadar Air dengan Mulsa Vertikal Kadar Air (%) 6,36 tn 7,79 12,05 KK (%) 3,03 * = di dalam mulsa P2 (kedalaman 0,5m) menunjukan tingginya kadar air tanah dibandingkan dengan P1 (kedalaman 0,4m) dan (kontrol). P2 memperoleh kadar air tertinggi yakni 12,05 % atau 4,26 kali lebih tinggi dari P1 dan 5,69 kali lebih tinggi dari perlakuan (Gambar 4). Hal ini di duga dengan kedalaman 0,5m sudah mendekati lapisan kedap air sehingga kadar air dan kelembaban tanahnya tinggi. Menurut Asdak (2002) dalam Januardin (2008), berkurangnya laju infiltrasi karena bertambahnya kadar air dan kelembaban dari tanah, sehingga menyebabkan butiran tanah berkembang, dengan demikian menutup pori-pori tanah. Kadar Air (%) 14 12 10 8 6 4 2 0 P1 P2 Gambar 4. Keragaan Kadar Air dengan Mulsa Vertikal

19 4.2 Pertumbuhan Jagung 4.2.1 Diameter Batang Dari hasil analisis sidik ragam ketiga perlakuan yang diujicobakan tidak berbeda nyata terhadap diamater batang setelah berbunga pada taraf uji BNT 0,05% (Tabel 6). Tetapi terdapat perlakuan terbaik dari ketiga perlakuan yang diujicobakan. P2 memperoleh diameter batang terbesar yakni 2,010 cm atau 0,097 kali lebih besar diameter batangnya jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan (kontrol) dan 0,05 kali lebih besar dengan perlakuan P1. Hal ini diduga pemberian mulsa vertikal mampu menampung air hujan sehingga ketersediaan air dalam tanah tersedia dan akan digunakan oleh tanaman pada saat tanaman kekurangan suplai air. Harjadi (1986) dalam Yakup (2008) melaporkan peningkatan ketersediaan air didalam tanah akan meningkatkan proses fotosintesis tanaman, sehingga karbohidrat yang dihasilkan juga meningkat dan dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Tabel 6. Rataan Diameter Batang dengan Pemberian Mulsa Vertikal Diameter Batang (cm) 1,913 tn 1,960 2,010 KK % 4,38 * = di dalam mulsa 4.2.2 Tinggi Tanaman Dari hasil analisis sidik ragam ketiga perlakuan yang diujicobakan tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman setelah berbunga pada taraf uji BNT 0,05% (Tabel 7). Pada perlakuan P2 memperlihatkan tinggi tanaman terbaik yakni 189,600 cm atau 11,02 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan atau tanpa perlakuan dan 3,963 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan P1. Hal ini diduga pemberian mulsa vertikal pada tanah berlereng mampu menyediakan air didalam tanah dan akan mempengaruhi proses pertumbuhan dari tanaman tersebut. Menurut Hakim et al. (1986) dalam Yakup (2008) menyatakan ketersedian air diperlukan untuk sintesis karbohidrat dan

20 berperan sebagai pengangkut dalam proses translokasi zat-zat makanan/unsure hara yang dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman. Tabel 7. Rataan Tinggi Tanaman dengan Pemberian Mulsa Vertikal Tinggi Tanaman (cm) 178,580 tn 185,637 189,600 KK % 5,28 * = di dalam mulsa 4.2.3 Jumlah Daun Dari hasil analisis sidik ragam pada taraf uji BNT 0,05% perlakuan P2 berbeda nyata dengan perlakuan P1 untuk parameter jumlah daun, tetapi tidak berbeda nyata dengan (Tabel 8). Hal ini diduga karena kadar air yang terdapat pada perlakuan P2 tersedia atau terpenuhi jika dibandingkan dengan perlakuan P1 yang kadar airnya lebih rendah. Pernyataan tersebut sesuai dengan data kadar air didalam tanah yang ditunjukan pada Gambar 4. Lebih lanjut Rismanneswati, (2006) menyatakan pemberian mulsa dilakukan untuk meningkatkan jumlah air yang masuk kedalam tanah dan menigkatkan daya menyimpan air dari tanah. Tabel 8. Rataan Jumlah Daun dengan Pemberian Mulsa Vertikal Jumlah Daun (helai) 10,10ab 9,77b 10,18a BNT 0,05 % 0,38 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0,05 * = di dalam mulsa