HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
DATA DAN METODE. Data

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Metode Response Surface

DAFTAR TABEL. 1. Deskripsi jagung manis Varietas Bonanza... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menguji kesamaan dari beberapa nilai tengah secara sekaligus diperlukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Korelasi Pearson. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

HASIL DAN PEMBAHASAN

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

BAB III METODE PENELITIAN

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

MENENTUKAN PENGARUH INTERAKSI PERLAKUAN DENGAN METODE POLINOMIAL ORTOGONAL

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Bab 3 ANALISIS REGRESI

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

REGRESI LANJUTAN RETNO DWI ANDAYANI, SP. MP

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen

Bentuk khusus dari rancangan faktorial dimana kombinasi perlakuan tidak diacak secara sempurna terhadap unit-unit percobaan.

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0 o dan arah rotasi HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAB IV. METODE PENELITIAN

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PADI DI DELI SERDANG. Riang Enjelita Ndruru,Marihat Situmorang,Gim Tarigan

I. MATERI DAN METODE

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

PERANCANGAN PERCOBAAN

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

REGRESI ROBUST UNTUK MENGATASI OUTLIER PADA REGRESI LINIER BERGANDA. Isma Hasanah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

Pengertian dasar. Layout Percobaan & Pengacakan Penyusunan Data Analisis Ragam Perbandingan Rataan. Faktor Taraf Perlakuan (Treatment) Respons

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

1. RANCANGAN ACAK LENGKAP Termasuk rancangan tanpa pengelompokan Perlakuan diatur dg pengacakan secara lengkap Semua satuan percobaan memiliki peluang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OLEH : WIJAYA. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

III. MATERI DAN METODE

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

: Kasar pada sebelah bawah daun

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

BAB 3 ANALISIS REGRESI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...

PRAKTIKUM RANCANGAN PERCOBAAN KATA PENGANTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT HASIL USAHATANI PADI SAWAH DI WILAYAH PERUM OTORITA JATILUHUR

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung dengan Kombinasi antara Generalized Least Square dan Regresi Ridge

Regresi. Data : Untuk melakukan regresi linear, langkah-langkah sebagai berikut, 1. Pilih Stat > Regression > Regression

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

APLIKASI DOSIS PEMUPUKAN

Lampiran 1. Teknik Pengambilan Parameter Kadar Klorofil

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik tanaman padi yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi komponen hasil (jumlah malai per m 2, persen gabah isi, dan produktivitas) dan serapan hara (serapan total nitrogen, fospor dan kalium). yang akan dilihat pengaruhnya terhadap karakteristik tanaman padi tersebut adalah pemberian pupuk nitrogen, fospor dan kalium. Sebelum ke proses analisa, pertama-tama akan dilihat keragaman dari karakteristik tanaman padi pada berbagai perlakuan. Gambar 9 dan Gambar 11 merupakan grafik kotak garis yang memperlihatkan secara visual keragaman antar perlakuan untuk setiap respon karakteristik tanaman padi yang diamati. Keragaman antar perlakuan dikatakan sama jika tinggi kotak antar perlakuan relatif sama. Urutan perlakuan pada grafik kotak garis dari kiri ke kanan adalah perlakuan,, P, PK, dan Kontrol. Karakteristik Tanaman Padi Pada Musim Kemarau Dari Gambar 9 terlihat bahwa panjang kotak antar perlakuan untuk persen gabah isi dan serapan kalium cenderung berbeda. Berdasarkan hasil uji levene (Tabel 6) yang merupakan uji kehomogenan ragam didapat nilai-p untuk persen gabah isi 0,015 dan nilai-p untuk serapan kalium 0,000 yang berarti keragaman antar perlakuan berbeda secara signifikan (Heterogen). Untuk menangani masalah keheterogenan ragam tersebut sudah dilakukan beberapa usaha tranformasi data seperti akar kuadrat dan logaritma natural, namun hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa keragaman antar perlakuan masih tetap heterogen. Usaha lain yang dapat dilakukan untuk menangani keheterogenan ragam yaitu dengan menggunakan pendugaan kuadrat terkecil terboboti (Weighted least Squares), namun dalam penelitian ini hal itu tidak dilakukan. Pada penelitian ini yang menjadi titik tekan adalah masalah kecocokan model. Alasannya karena fungsi desirability merupakan sebuah metode mentransformasikan respon dugaan ( dari sebuah model yang terbentuk ke nilai 0 hingga 1. 21

Untuk respon jumlah malai, hasil panen, serapan nitrogen dan serapan fospor memiliki panjang kotak antar perlakuan yang cenderung sama. Jika dilihat dari hasil uji levene (Tabel 6) didapat nilai nilai-p untuk jumlah malai 0,641, nilai-p untuk hasil panen 0,281, nilai-p untuk serapan nitrogen 0,155 dan nilai-p untuk serapan fospor 0,857 yang berarti keragaman antar perlakuan tidak berbeda secara signifikan (Homogen). 350 Boxplot of Jumlah malai vs 96 Boxplot of Persen gabah isi vs 94 300 92 Jumlah malai 250 Persen gabah isi 90 88 86 200 84 82 150 P PK P PK Jumlah malai Persen gabah isi Boxplot of Hasil vs Boxplot of Serapan N vs 7000 25.0 6000 22.5 Hasil 5000 Serapan N 20.0 4000 17.5 3000 15.0 P PK P PK Hasil Serapan Nitrogen Boxplot of Serapan P vs Boxplot of Serapan K vs 4.0 20 18 Serapan P 3.5 3.0 Serapan K 16 14 12 2.5 10 8 2.0 P PK 6 P PK Serapan Fospor Serapan Kalium Gambar 9. Diagram kotak garis karakteristik tanaman pada musim kemarau Tabel 6. Hasil uji kehomogenan ragam data percobaan musim kemarau 22

Statistik Levene db1 db2 Nilai Probabilitas Jumlah malai per meter,685 5 18,641 Persen gabah isi 3,866 5 18,015 Hasil 1,371 5 18,281 Serapan Nitrogen ( kg/ha) 1,846 5 18,155 Serapan Fospor,378 5 18,857 Serapan Kalium 8,563 5 18,000 Dari Lampiran 5 terlihat bahwa plot quantil normal dari setiap respon yang diamati pada musim kemarau cenderung membentuk garis lurus. Hal ini menandakan bahwa data dari setiap respon yang diamati mengikuti sebaran normal. Tabel 7. Rata-rata komponen hasil dan serapan hara pada musim kemarau perlakuan Jml. % Serapan Serapan Serapan Produktivitas Malai gabah N P K per m 2 isi 309,75 90,29 6084,50 20,20 2,65 8,77 308,00 90,05 5440,00 18,82 2,59 17,64 P 293,50 86,87 5946,25 21,45 3,78 7,80 PK 300,75 92,49 6751,00 22,96 3,66 18,31 191,00 93,98 3903,00 16,26 3,71 14,30 Kontrol 187,00 94,41 3473,00 16,75 3,05 12,96 Gambar 10. Karakteristik tanaman padi pada musim kemarau 23

Pada Gambar 10 dan Tabel 7 terlihat rata-rata jumlah malai pada musim kemarau yang diberi pupuk cenderung lebih banyak dari pada yang tidak diberi pupuk (kontrol). Rata-rata jumlah malai paling banyak terdapat pada perlakuan (309,75 malai/m 2 ). Rata-rata persen gabah isi (Gambar 10 dan Tabel 7) untuk perlakuan kontrol terlihat paling tinggi (94,41%) jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tingginya persen gabah isi pada perlakuan kontrol disebabkan karena jumlah malai pada perlakuan kontrol relatif sedikit. Dengan jumlah malai yang sedikit maka kemungkinan kegagalan yang terjadi juga sedikit. Rata-rata hasil panen (Gambar 10 dan Tabel 7) untuk perlakuan kontrol nilainya paling rendah jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Ratarata hasil panen paling tinggi terdapat pada perlakuan PK sebesar 6751 kg/ha. Untuk serapan hara (Gambar 10 dan Tabel 7), setiap tanaman yang diberikan sebuah pupuk jenis tertentu akan cenderung mengandung pupuk dalam jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang tidak diberi pupuk tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena tingkat erosi yang rendah pada musim kemarau yang menyebabkan pupuk yang diberikan terserap dengan baik oleh tanaman. Karakteristik Tanaman Padi Pada Musim Mujan Berdasarkan Gambar 11 terlihat bahwa panjang kotak antar perlakuan untuk persen gabah isi cenderung berbeda. Dari hasil uji levene (Tabel 8) yang merupakan uji kehomogenan ragam didapat nilai-p untuk persen gabah isi 0,040 yang berarti keragaman antar perlakuan berbeda secara signifikan (Heterogen). Untuk menangani masalah keheterogenan ragam tersebut sudah dilakukan beberapa usaha tranformasi data seperti akar kuadrat dan logaritma natural, namun hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa keragaman antar perlakuan masih tetap heterogen. Seperti pada musim kemarau, yang menjadi titik tekan pada penelitian ini adalah kecocokan model sehingga kita dapat mengabaikan masalah kehomogenan ragam. 24

Untuk respon jumlah malai, hasil panen, serapan nitrogen, serapan fospor dan serapan kalium panjang kotak antar perlakuan cenderung sama. Jika dilihat dari hasil uji levene (Tabel 8) didapat nilai nilai-p untuk jumlah malai 0,272, nilai-p untuk hasil panen 0,162, nilai-p untuk serapan nitrogen 0,071, nilai-p untuk serapan fospor 0,520 dan nilai-p untuk serapan kalium 0,864 yang berarti keragaman antar perlakuan tidak berbeda secara signifikan (Homogen). Boxplot of Jumlah malai vs Boxplot of Persen gabah isi vs 350 90 Jumlah malai 300 250 Persen gabah isi 85 80 200 75 70 150 P PK P PK Jumlah malai Persen gabah isi Boxplot of Hasil vs Boxplot of Serapan N vs 6500 175 6000 150 Hasil 5500 5000 Serapan N 125 100 4500 4000 75 3500 50 P PK P PK Hasil Serapan Nitrogen 5.5 Boxplot of Serapan P vs 100 Boxplot of Serapan K vs 5.0 90 4.5 80 Serapan P 4.0 3.5 Serapan K 70 60 3.0 50 2.5 40 2.0 P PK P PK Serapan Fospor Serapan Kalium Gambar 11. Diagram kotak garis karakteristik tanaman pada musim hujan 25

Tabel 8. Hasil uji kehomogenan ragam data percobaan musim hujan Satatistik Levene db1 db2 Nilai Probabilitas Jumlah malai per meter 1,397 5 18,272 Persen gabah isi 2,963 5 18,040 Hasil 1,807 5 18,162 Serapan Nitrogen ( kg/ha) 2,481 5 18,071 Serapan Fospor,871 5 18,520 Serapan Kalium,368 5 18,864 Dari Lampiran 6 terlihat bahwa plot quantil normal dari setiap respon yang diamati pada musim hujan cenderung membentuk garis lurus. Hal ini menandakan bahwa data dari setiap respon yang diamati mengikuti sebaran normal. Tabel 9. Rata-rata komponen hasil dan serapan hara pada musim hujan perlakuan Jml. % Serapan Serapan Serapan Produktivitas Malai gabah N P K per m 2 isi 281,00 78,90 5114,00 23,42 2,81 13,66 306,00 74,97 4569,00 25,25 3,42 17,32 P 278,75 83,81 5462,50 21,77 3,96 10,33 PK 306,75 84,15 5945,25 25,98 4,11 13,28 215,75 88,31 4822,75 19,27 4,34 15,01 Kontrol 198,00 87,35 3960,50 18,24 2,74 11,95 Untuk musim hujan sebagaimana terlihat pada Gambar 12 dan Tabel 9 bahwa rata-rata jumlah malai yang diberi pupuk cenderung lebih banyak dari pada yang tidak diberi pupuk (kontrol). Rata-rata jumlah malai paling banyak terdapat pada perlakuan PK (306,75 malai/m 2 ). Rata-rata persen gabah isi (Gambar 12 dan Tabel 9) tertinggi terdapat pada perlakuan PK, sebesar 88,31%. Rata-rata persen gabah pada perlakuan kontrol di musim hujan tidak menjadi yang terbesar sebagaimana yang terjadi pada musim kemarau, hal ini disebabkan karena pada musim hujan terjadi peningkatan jumlah malai jika dibandingkan dengan musim kemarau. 26

Gambar 12. Karakteristik tanaman padi pada musim hujan Rata-rata hasil panen (Gambar 12 dan Tabel 9) untuk perlakuan kontrol nilainya masih paling rendah jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Rata-rata hasil panen paling tinggi terdapat pada perlakuan PK sebesar 5945,25 kg/ha. Kondisi hasil panen pada musim hujan ini masih sama dengan kondisi yang terjadi pada musim kemarau dimana hasil panen yang terendah ada pada perlakuan kontrol dan hasil panen yang tertinggi ada pada perlakuan PK. Untuk serapan hara pada musim hujan (Gambar 12 dan Tabel 9), setiap tanaman yang diberi pupuk jenis tertentu cenderung akan menyerap pupuk tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan yang tidak diberi pupuk. Kondisi penyerapan hara ini masih sama dengan kondisi penyerapan hara pada musim kemarau. Perbedaan terjadi pada masalah besarnya unsur hara yang diserap, dimana pada musim hujan nilainya cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan musim panas. Hal ini dapat dimaklumi karena pada musim hujan tingkat erosi yang terjadi lebih besar jika dibandingkan dengan musim kemarau. Bentuk Persamaan Model Untuk mengetahui bentuk persamaan yang akan digunakan, terlebih dahulu dianalisa struktur kontras dari percobaan ini. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadi multikolinieritas pada persamaan yang akan dibentuk. 27

Pada struktur kontras perlakuan nitrogen terlihat perlakuan yang diberikan tidak seimbang, untuk menyeimbangkan perlakuan tersebut maka perlakuan nitrogen dengan nilai kontras -1 diberi bobot 2 sehingga nilainya menjadi -2 (Tabel 10). Tabel 10. Struktur kontras disain perlakuan N P K NP NK PK NPK Kontrol -2-1 -1 2 2 1-2 -2 1 1-2 -2 1-2 1-1 1-1 1-1 -1 P 1 1-1 1-1 -1-1 1-1 -1-1 -1 1 1 PK 1 1 1 1 1 1 1 Jumlah 0 0 0 0 0 2-4 Karena disain percobaan diatas merupakan rancangan percobaan dua level perlakuan, sedangkan kombinasi perlakuan yang terbentuk ada 6 kombinasi perlakuan, hal ini menyebabkan disain percobaan ini bukan merupakan disain dengan perlakuan lengkap. Seharusnya disain tersebut memiliki 2 3 = 8 kombinasi perlakuan agar menjadi disain percobaan dengan kombinasi perlakuan lengkap. Beberapa model persamaan yang dapat dibentuk untuk memenuhi syarat keortogonalan berdasarkan struktur kontras yang terbentuk adalah sebagai berikut: Model 1: Model 2 : Dari dua bentuk model yang ada maka akan dipilih satu bentuk model yang paling cocok untuk setiap respon dengan menggunakan nilai koefisien determinasi terkoreksi sebelum dianalisa lebih lanjut (Tabel 11 dan Tabel 12). 28

Tabel 11. Nilai koefisien determinasi terkoreksi data musim kemarau No Respon Koefisien Determinasi Terkoreksi (R-Square Adjusted) Model I Model II 1 Jumlah malai 94,3% 93,5% 2 Persen gabah isi 31,1% 44,3% 3 Produktivitas 85,3% 81,0% 4 Serapan Nitrogen 80,0% 58,9% 5 Serapan Fospor 79,9% 3,1% 6 Serapan Kalium 0% 94,2% Tabel 12. Nilai koefisien determinasi terkoreksi data musim hujan No Respon Koefisien Determinasi Terkoreksi (R-Square Adjusted) Model I Model II 1 Jumlah malai 75,9% 82,2% 2 Persen gabah isi 58,4% 30,6% 3 Produktivitas 62,3% 35,6% 4 Serapan Nitrogen 57,6% 74,3% 5 Serapan Fospor 51,7% 29,6% 6 Serapan Kalium 35,1% 27,9% Dari nilai koefisien determinasi terkoreksi yang diperoleh pada musim kemarau dan musim hujan, maka bentuk persamaan untuk setiap respon/karakteristik tanaman padi sebagai berikut (Tabel 13 dan Tabel 14). Tabel 13. Model persamaan musim kemarau No Karakteristik Tanaman Persamaan Fungsi 1 Jumlah Malai Y= 265,00 38,00 (N) 3,25 (P) 2,625 (N*P) (P=0,000) (P=0,250) (P=0,191) 2 Persen Gabah Isi Y= 91,346-1,422 (N) + 0,825 (K) + 0,519 (N*K) (P= 0,001) (P= 0,113) (P= 0,155) 3 Produktivitas Y= 5266,29 789,15(N) + 267,12 (P) +26,06 (N*P) (P=0,000) (P=0,013) (P=0,712) 4 Serapan Nitrogen Y= 19,404 + 1,451(N) + 0,817(P) +0,531 (N*P) (P=0,000) (P=0,003) (P=0,005) 5 Serapan Fospor Y= 3,240 0,0704 (N) + 0,476 (P) + 0,0737 (N*P) (P=0,066) (P=0,000) (P=0,055) 6 Serapan Kalium Y= 13,298 0,168(N) + 3,453(K) + 1,39 (N*K) (P=0,261) (P=0,000) (P=0,000) 29

Tabel 14. Model persamaan musim hujan No Karakteristik Tanaman Persamaan Fungsi 1 Jumlah Malai Y= 264,375+ 28,750 (N)+ 11,792(K) + 1,458 (N*K) (P=0,000) (P=0,009) (P=0,616) 2 Persen Gabah Isi Y= 82,914-2,458(N)+ 2,508(P) + 1,013 (N*P) (P=0,000) (P=0,004) (P=0,075) 3 Produktivitas Y= 4979,00+ 293,69 (N)+ 431,17(P) +0,02 (N*P) (P=0,000) (P=0,000) (P=1,000) 4 Serapan Nitrogen Y= 22,3221 + 1,782 (N)+ 1,18 (K)+ 0,332 (N*K) (P=0,000) (P=0,002) (P=0,181) 5 Serapan Fospor Y= 3,565+ 0,013 (N) + 0,572 (P) - 0,113 (N*P) (P=0,871) (P=0,000) (P=0,173) 6 Serapan Kalium Y= 13,59+ 0,054 (N) -0,7175 (P) - 1,123 (N*P) (P=0,865) (P=0,122) (P=0,002) Penentuan Batasan Nilai Spesifikasi Respon Sebelum membentuk nilai individual desirability, maka setelah mendapatkan model yang paling fit, langkah selanjutnya adalah menentukan batasan spesifikasi respon seperti nilai minimum, nilai maksimum dan nilai target yang diinginkan. Pada jumlah malai, persen gabah isi dan hasil panen, spesifikasi respon yang diinginkan adalah untuk memaksimalkan respon dengan nilai batas bawah adalah rata-rata perlakuan dan nilai target yang diinginkan adalah ratarata perlakuan PK. Untuk jumlah malai yang menjadi batas bawah adalah nilai rata-rata perlakuan kontrol dengan target adalah nilai rata-rata perlakuan PK. Pada serapan hara, spesifikasi respon bertujuan untuk mencapai nilai target dimana batasan nilai bawah dan nilai atas didasarkan pada nilai yang dikeluarkan oleh IRRI (International Rice Research Institute), sedangkan nilai target didasarkan pada nilai tengah diantara kedua batas tersebut. Batasan nilai spesifikasi respon pada penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 15. 30

Tabel 15. Spesifikasi batas respon No Respon Musim Tujuan Batas Batas Target bawah Atas 1 Jumlah Malai Kemarau Maksimum 187,00 300,75 - (malai/m 2 ) Hujan Maksimum 198,00 306,75-2 Persen gabah isi (%) Kemarau Maksimum 90,29 92,49 - Hujan Maksimum 78,90 84,15-3 Produktivitas Kemarau Maksimum 6084,50 6751,00 - Hujan Maksimum 5114,00 5945,25-4 Serapan N Kemarau Target 11,00 17,00 23,00 Hujan Target 11,00 17,00 23,00 5 Serapan P Kemarau Target 1,70 3,25 4,80 Hujan Target 1,70 3,25 4,80 6 Serapan K Kemarau Target 10,00 18,00 26,00 Hujan Target 10,00 18,00 26,00 Dosis Optimal Pada Respon Tunggal Dosis optimal respon tunggal didapat dari proses optimalisasi persamaan respon tunggal yang fit. Tabel 16 terlihat dosis pupuk optimal untuk setiap respon pada musim hujan dan musim kemarau. Untuk setiap respon yang diamati, ada sebuah kadar pupuk yang tidak dapat dilihat pengaruhnya. Contoh respon jumlah malai pada musim kemarau, pengaruh kadar kalium tidak dapat dilihat pengaruhnya. Hal ini disebabkan karena bentuk persamaan yang fit pada respon jumlah malai tidak melibatkan pengaruh dosis kalium. Pada musim kemarau, respon jumlah malai, persen gabah isi, serapan nitrogen, dan serapan fospor mampu mencapai nilai target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai desirability untuk setiap respon tersebut yang nilainya satu. Jika dilihat dari dosi pupuk yang diperlukan untuk mencapai nilai target ternyata terdapat perbedaan dosis pupuk untuk setiap responnya. Hal ini menunjukkan perbedaan titik optimal yang terjadi pada setiap respon tersebut. Pada musim hujan, respon jumlah malai, persen gabah isi, dan serapan fospor yang mampu mencapai nilai target yang telah ditetapkan. Sama dengan musim kemarau, kadar pupuk yang dibutuhkan untuk mencapai titik optimal berbeda-beda untuk setiap respon yang menandakan adanya perbedaan titik optimal pada respon tersebut. 31

Tabel 16. Dosis dan respon optimal untuk masing-masing karakteristik tanaman padi pada respon tunggal No Karakteristik Tanaman 1 Jumlah Malai 2 Persen gabah isi 3 Produktivitas 4 Serapan Nitrogen 5 Serapan Fospor 6 Serapan Kalium Musim Kadar Nitrogen Kadar Fospor Kadar Kalium Nilai Optimal Nilai Desiability Kemarau 128 0-300,75 1,00 Hujan 107,4-100 306,75 1,00 Kemarau 52,5-88,23 92,49 1,00 Hujan 70 17.01-84.15 1,00 Kemarau 140 25-6348,63 0,39 Hujan 140 25-5604,19 0,59 Kemarau 9,6 0-17 1,00 Hujan 0-0 18 0.83 Kemarau 52,5 11,77-3,25 1,00 Hujan 70 5.67-3,25 1,00 Kemarau 140-100 17,97 0,99 Hujan 0 25-15,31 0,66 Dosis Optimal Respon Ganda Dengan Pendekatan Fungsi Desirability Untuk menghilangkan kendala yang dihadapi dalam menentukan sebuah titik yang optimal secara keseluruhan dapat dilakukan dengan menggabungkan respon-respon tersebut dan kemudian dicari titik optimalnya. Salah satu cara menggabungkan respon-respon tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan fungsi desirability. Penggabungan respon dengan fungsi desirability akan menghasilkan nilai respon yang optimal secara keseluruhan dan juga menjamin bahwa setiap respon optimal yang didapat nilainya tidak akan keluar dari nilai rentang yang sudah ditetapkan (batasan nilai spesifikasi). Tabel 17 menunjukkan dosis pupuk hasil optimalisasi respon ganda pada musim kemarau dan musim hujan. Pada musim kemarau diperoleh dosis pupuk optimal untuk nitrogen 140 kg/ha, fospor 21,54 kg/ha dan kalium 100 kg/ha. Sedangkan pada musim hujan diperoleh dosis pupuk optimal untuk nitrogen 140 kg/ha, fospor 25 kg/ha dan kalium 0 kg/ha. Jika dilihat dari Tabel 7 dan Tabel 8, dimana pada musim kemarau memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim hujan, sehingga pada musim kemarau kebutuhan 32

unsur hara lebih tinggi dari pada musim hujan. Kondisi ini disebabkan karena proses fotosintesis pada musim kemarau lebih baik karena tanaman lebih banyak menerima sinar matahari. Hal ini berpengaruh terhadap nilai composite desirability yang diperoleh, dimana pada musim kemarau nilainya lebih besar dari pada musim hujan (0,51 berbanding dengan 0,15). Artinya pada musim kemarau nilai target setiap respon dari parameter produktivitas cenderung lebih dapat dicapai jika dibandingkan dengan musim hujan. Tabel 18 memperlihatkan nilai respon yang diperoleh pada setiap nilai dosis optimal yang diberikan sebagaimana yang tertera dalam Tabel 17. Dengan dosis tersebut pada musim kemarau akan didapat nilai rata-rata respon berupa jumlah malai sebesar 298,75 malai/m 2, persen gabah isi 91,27%, hasil 6267,57 kg/ha, serapan nitrogen 21,83kg/ha, serapan fospor 3,57 kg/ha dan serapan kalium 17,98 kg/ha. Jika dilihat dari nilai desirability tiap respon, terlihat tidak ada respon yang mampu memenuhi nilai target (nilai desirability tidak satu 1 ) dan nilainya masih berada pada batas spesifikasi yang sudah ditentukan (nilai desirability tidak nol 0 ). Nilai desirability respon yang mendekati nilai target adalah jumlah malai (0,98) dan serapan kalium (0,99). Tabel 17. Dosis pupuk optimal respon ganda dan nilai composite desirability Musim Composit desirability Kadar Nitrogen Kadar Fospor Kadar Kalium Kemarau 0,51 140 21,54 100 Hujan 0,15 140 25 0 Dengan dosis optimal yang diperoleh untuk musim hujan didapat nilai rata-rata jumlah malai sebesar 279,88 malai/m 2, persen gabah isi 83,98 %, hasil 5703,88 kg/ha, serapan nitrogen 22,59 kg /ha, serapan fospor 4,04 kg/ha dan serapan kalium 11,80 kg/ha. Jika dilihat dari nilai desirability tiap respon (respon tunggal) terlihat bahwa rata-rata nilainya mendekati nol sehingga jauh dari nilai target yang diinginkan namun masih berada pada batas spesifikasi yang diharapkan (nilai desirability tidak nol 0 ). 33

Tabel 18. Nilai optimal respon ganda dan nilai desirability Karakteristik Nilai Musim Nilai Optimal Tanaman Desiability Jumlah Malai Kemarau 298,75 malai/m 2 0,98 Hujan 279,88 malai/m 2 0,06 Persen gabah isi Kemarau 91,27% 0,44 Hujan 83,98% 0,71 Produktivitas Kemarau 6267,57kg/ha 0,27 Hujan 5703,88kg/ha 0,03 Serapan nitrogen Kemarau 21,83kg/ha 0,19 Hujan 22,59kg/ha 0,06 Serapan fospor Kemarau 3,57kg/ha 0,79 Hujan 4,04kg/ha 0,49 Serapan kalium Kemarau 17,98kg/ha 0,99 Hujan 11,80kg/ha 0,22 Perbandingan Hasil Optimalisasi Respon Tunggal dan Respon Ganda Jika dilihat dari Tabel 16 terlihat bahwa dosis pupuk optimal untuk respon tunggal pada musim kemarau dan musim hujan berbeda-beda untuk setiap respon. Sebuah dosis pupuk optimal untuk sebuah respon, belum tentu optimal untuk respon yang lainnya. Untuk memperoleh gambaran adanya perbedaan titik optimal untuk masing-masing respon akan dibandingkan hasil respon-respon yang memiliki persamaan yang sama. Pada musim kemarau respon-respon yang memiliki persamaan yang sama adalah jumlah malai, produktivitas, serapan nitrogen dan serapan fospor. Sebagai contoh pada musim kemarau, dosis pupuk optimal yang diperlukan untuk mencapai nilai target jumlah malai sebesar 300,75 malia/m 2 diperlukan pupuk nitrogen 128 kg/ha dan fospor 0 kg/ha. Dengan dosis pupuk tersebut akan diperoleh produktivitas sebesar 6212,5 kg/ha, serapan nitrogen 20,75 kg/ha dan serapan fospor 2,70 kg/ha. Jika dibandingkan dengan hasil optimalisasi untuk masing-masing respon tungal (Tabel 16) maka dosis tersebut menghasilkan respon produktivitas yang nilainya lebih rendah dari yang seharusnya diperoleh, serapan nitrogen hasilnya melebihi nilai target dan mendekati batas maksimum yang diperbolehkan, sedangkan untuk serapan fospor hasilnya dibawah nilai target yang sudah ditetapkan. Pada musim hujan digunakan respon persen gabah isi, produktivitas, serapan fospor dan serapan kalium untuk membandingkan hasil optimalisasi 34

respon tungal. Pada respon gabah isi untuk mencapai target 84,51% diperlukan dosis pupuk nitrogen 70 kg/ha dan pupuk fospor 17,01 kg/ha. Dengan dosis pupuk ini diperoleh produktivitas sebesar 5261,93 kg/ha, serapan fospor 3,88 kg/ha dan serapan kalium 13,56 kg/ha. Jika dibandingkan dengan hasil optimalisasi untuk masing-masing respon tungal (Tabel 16) maka dosis tersebut menghasilkan respon produktivitas yang nilainya lebih rendah dari yang seharusnya diperoleh, serapan fospor hasilnya melebihi nilai target, sedangkan untuk serapan kalium hasilnya dibawah nilai target yang sudah ditetapkan. Jika dilihat dari Tabel 16 dan Tabel 18, terlihat bahwa hasil optimalisasi pada respon tunggal menghasilkan nilai respon yang cenderung lebih mendekati nilai target jika dibandingkan dengan optimalisasi respon ganda. Hal ini dapat dilihat dari nilai desirability pada optimalisasi respon tunggal lebih besar untuk setiap nilai respon yang diamati daripada nilai desirability pada optimalisasi respon ganda. Pada optimalisasi respon tunggal dan respon ganda ternyata nilai respon yang cenderung lebih dapat mencapai atau mendekati nilai target terjadi pada musim kemarau. Hanya pada respon produktivitas (optimalisasi respon tunggal) dan respon persen gabah isi (optimalisasi respon ganda) nilai respon musim hujan lebih mendekati nilai target jika dibandingkan dengan musim kemarau. Pada respon produktivitas yang diperoleh terjadi kondisi yang berlawanan antara hasil optimalisasi respon tunggal dengan respon ganda. Pada respon tunggal, respon produktivitas pada musim hujan lebih baik dari pada musim kemarau, namum pada respon ganda, respon produktivitas pada musim hujan lebih buruk dari pada musim kemarau. Hal ini dapat disebabkan karena pada optimalisasi musim tunggal, pengaruh kalium tidak diperhitungkan dalam mencari nilai optimal. 35