BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

HALAMAN PENGESAHAN...

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

Jumlah Penduduk Badung berdasarkan. sebanyak orang dengan laju pertumbuhan sebesar 4,63 persen per tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sampai tahun 2006, BPS memperkirakan hampir 17,4 persen dari total penduduk

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015)

TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era Otonomi Daerah, Bangsa Indonesia tidak dapat melepaskan diri

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2007

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI 2010

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2008

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2015

HALAMAN PENGESAHAN...

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2014

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

Perkembangan Pariwisata Bali

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk bekerja di kota pusat-pusat industri. Migrasi penduduk dapat dibagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2016

I. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOVEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar

Transkripsi:

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi pendapatan dan pembangunan yang tidak merata. Akibatnya terjadilah kesenjangan ekonomi yang makin parah, baik antar pusat dan daerah, antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. Pesatnya pertumbuhan penduduk dengan persebaran yang tidak merata, ditambah lagi dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi di kota besar, membuat sebagian besar penduduk terdorong untuk melakukan perpindahan ke kota yang lebih besar tersebut. Di kota tujuan tersebut terdapat kesempatan kerja yang lebih besar dengan jenis pekerjaan yang beragam, adanya berbagai fasilitas dan dari segi ekonomi migran yang melakukan perpindahan tersebut mengharap suatu kehidupan layak dengan pendapatan yang lebih besar dari pada di daerah asal. Perilaku perpindahan penduduk ini pun menjadi semakin tinggi karena di tempat asalnya terjadi penyempitan lapangan pekerjaan. Salah satunya akibat dari menyempitnya lahan pertanian karena dipakai untuk areal pemukiman, sektor manufaktur, jasa dan kebiasaan orang tua untuk membagi tanah yang dimilikinya sebagai warisan pada keturunan-keturunannya. Semakin tinggi kesadaran pendidikan membuat generasi muda merasa kehidupan di daerah asal makin tidak

20 menarik. Sehingga menyebabkan para penduduk bergerak ke kota yang lebih maju untuk mengenyam pendidikan dengan kualitas yang lebih baik dengan fasilitas yang lebih lengkap. Pada akhirnya mereka berharap akan mendapat pekerjaan sesuai bidang yang diinginkan, tentunya untuk mendapat penghasilan yang lebih besar dibanding di daerah asal. Pertumbuhan penduduk yang besar diikuti persebaran yang tidak merata antar daerah dan perekonomian yang cenderung terkonsentrasi di perkotaan mendorong masyarakat untuk bermigrasi. Pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Sedangkan perkembangan ekonomi di daerah perdesaan adalah cukup lambat. Sehingga terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar perkotaan dan pedesaan. Proses migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh semakin kurang menariknya kehidupan di pedesaan, kawasan pedesaan yang kegiatan ekonomi utamanya adalah pertanian sudah kehilangan daya saing secara drastis. Fenomena yang umum menunjukkan, bahwa perpindahan penduduk (migrasi) cenderung menuju ke daerah perkotaan. Migrasi di Provinsi Bali selama ini ditandai dengan masuknya migran, khususnya dari luar Bali seperti Jawa Timur, Banyuwangi dan daerah lainnya, serta migrasi di Bali juga ditandai dengan terjadinya perpindahan antar kabupaten di Provinsi Bali, khususnya dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Berdasarkan angka hasil pendataan Sensus Penduduk 2010 (SP 2010), jumlah penduduk Provinsi Bali tercatat 3.891.428 jiwa seperti tampak pada Tabel 1.1.

21 Tabel 1.1 Jumlah dan Laju Penduduk di Provinsi Bali Tahun 2010 Kabupaten / Kota Jumlah Penduduk (orang) Laju Pertumbuhan Penduduk 2000 2010 (%) Jembrana 231.806 261.618 1,12 Tabanan 376.030 420.370 1,12 Badung 345.863 543.681 4,63 Gianyar 393.155 470.380 1,81 Klungkung 155.262 170.559 0,94 Bangli 193.776 215.404 1,06 Karangasem 360.486 396.892 0,97 Buleleng 558.181 624.079 1,12 Denpasar 532.440 788.445 4,00 Provinsi Bali 3.146.999 3.891.428 2,15 Sumber : Sensus Penduduk 2010 BPS Provinsi Bali, 2011. Dalam periode 10 tahun terakhir (2000 sampai 2010), laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali mencapai 2,15 persen per tahun. Adapun Kabupaten Badung dengan jumlah penduduk 345.863 orang pada tahun 2000 dan 543.681 orang pada tahun 2010, mencapai laju pertumbuhan penduduk 4,63 persen per tahun. Sedangkan Kota Denpasar dengan jumlah penduduk 532.440 orang tahun 2000, dan 788.445 orang pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 4,00 persen per tahun, tercatat sebagai daerah dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi. Fenomena ini diduga karena kedua daerah tadi sebagai daerah potensi bagi kaum migran atau pendatang, disamping sebagai daerah destinasi pariwisata Bali. Sedangkan, Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem merupakan dua kabupaten dengan laju pertumbuhan penduduk terendah, angkanya berada di bawah satu persen 0,94 persen per tahun dan 0,97 persen per tahun.

22 Berkembangnya sektor pariwisata di Bali merupakan satu kekuatan pertumbuhan yang relatif baru dalam sejarah panjang pembangunan perekonomian. Saat ini perkembangan kepariwisataan tersebut terlihat berperan cukup besar terhadap pendapatan regional. Berkembangnya kepariwisataan tersebut memberikan peluang kerja tidak saja pada tenaga kerja asal Bali tapi juga bagi tenaga kerja luar Bali. Tenaga kerja luar Bali ini adalah para migran yang umumnya datang ke Bali terutama ke daerah-daerah yang menjadi pusat pusat aktivitas ekonomi dan pusat pusat pengembangan kepariwisataan. Data Supas 1995 menunjukkan, bahwa sebanyak 167.075 orang (5,77 persen) dari jumlah penduduk di Bali adalah migran dan kebanyakan dari migran itu tinggal di Kota Denpasar (18,57 persen) dan disusul oleh Kabupaten Badung (8,11 persen), sedangkan untuk daerah kabupaten lainnya di bawah 5 persen. Selanjutnya data Sensus Penduduk (SP) tahun 2000 menunjukkan, bahwa secara keseluruhan migran di Bali mengalami peningkatan yaitu dari 167.075 orang pada tahun 1995 menjadi 184.182 orang pada tahun 2000 atau meningkat sebanyak 17,109 orang (5,85 persen). Bila dilihat menurut daerah asal migran, dari migran sebanyak 184.182 orang maka sebanyak 87.225 orang migran berasal dari luar Bali dan sisanya sebanyak 96.957 orang adalah migran antar kabupaten di Bali (Badan Kependudukan Daerah Bali, 2002). Pada Tabel 1.2 akan disajikan data jumlah penduduk pendatang dari Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Sensus Penduduk 2010 per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Data jumlah penduduk pendatang yaitu jumlah penduduk yang masuk di suatu provinsi adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang tempat tinggal

23 lima tahun yang lalu berbeda dengan tempat tinggal sekarang, dengan penduduk pertengahan tahun di provinsi tempat tinggal sekarang. Penduduk pertengahan tahun disini adalah penduduk lima tahun keatas. Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Pendatang Per Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 2010 Kabupaten / Kota Jumlah Migran (Orang) Jumlah Penduduk (Orang) Persentase (%) Jembrana 5.621 261.618 2,15 Tabanan 12.662 420.37 3,01 Badung 52.999 543.681 9,75 Gianyar 15.376 470.38 3,27 Klungkung 3.425 170.559 2,01 Bangli 2.024 215.404 0,94 Karang Asem 3.272 396.892 0,82 Buleleng 9.467 624.079 1,52 Kota Denpasar 87.545 788.445 11,10 Provinsi Bali 192.391 3.891.428 4,94 Sumber : Sensus Penduduk 2010 BPS Provinsi Bali, 2011. Pada Tabel 1.2 jumlah penduduk pendatang (migran) yang terdata oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sesuai data sensus penduduk tahun 2010 yaitu 192.391 orang. Jumlah penduduk pendatang terbanyak yaitu Kota Denpasar dengan jumlah 87.545 orang, yang kedua yaitu Kabupaten Badung dengan jumlah penduduk pendatang sebanyak 52.999 orang. Sedangkan jumlah pekerja migran yang paling sedikit yaitu Kabupaten Bangli sekitar 2.024 orang. Data pada Tabel 1.2 tersebut, terlihat pesatnya laju pertumbuhan penduduk di kedua Kabupaten/Kota tersebut dominan akibat faktor migrasi. Apabila jumlah para migran permanen dapat dengan mudah dimonitor karena mereka mencatatkan diri pada para petugas di daerah tujuan, tapi para

24 migran non permanen lebih sulit dideteksi secara tepat karena mereka sering kali tidak melaporkan diri pada petugas setempat. Kabupaten Badung dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi tahun 2010 yaitu 4,63 per tahun dan memiliki jumlah penduduk terbesar kedua setelah Kota Denpasar, merupakan salah satu wilayah yang menjadi daerah tujuan utama migran. Hal ini disebabkan oleh pembangunan yang dilakukan cenderung memusat di wilayah ini, yang memiliki fungsi dan peran yang strategis sebagai pusat pemerintahan, perekonomian dan perdagangan, pusat aktivitas pendidikan serta pelayanan kesehatan. Di samping itu juga disebabkan oleh posisi Kabupaten Badung yang merupakan pusat kegiatan pariwisata yang berperan besar terhadap perkembangan perekonomian Bali. Kondisi inilah yang mendorong tingginya arus migrasi menuju Kabupaten Badung. Pada tahun 2000 migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung sebanyak 13.773 orang, tahun 2001 meningkat menjadi 22.057 orang (60,14 persen), tahun 2002 menurun menjadi 17.258 orang (-21,79 persen), tahun 2003 menjadi 13.203 orang (-23,49 persen) dan tahun 2004 menjadi 10.755 orang (-18,54 persen) dari data migrasi tersebut terlihat, bahwa migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung pada periode 2000-2004, sangat fluktuatif karena migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Kabupaten Badung. Kondisi perekonomian Kabupaten Badung yang semakin membaik pasca krisis, begitu juga dengan migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung terlihat semakin meningkat hingga puncaknya terjadi pada tahun 2001. Sebaliknya ketika kondisi ekonomi Kabupaten Badung mulai terganggu akibat tragedi Kuta terlihat

25 migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung menurun. Hal ini berarti, bahwa naik turunnya migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung (Bappeda Badung, 2010). Kabupaten Badung merupakan kabupaten yang tingkat migrasinya cukup tinggi diantara kabupaten lainnya di Provinsi Bali. Jumlah penduduk pendatang yang terdata di Kecamatan Kuta adalah 22.593 orang atau sekitar 42,63 persen penduduknya adalah warga pendatang (migran). Berikut data penduduk pendatang di Kabupaten Badung tahun 2010. Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Pendatang Di Kabupaten Badung Tahun 2010 No Kecamatan Jumlah Migran (Orang) (%) 1 Mengwi 3.656 6,90 2 Abiansemal 1.063 2,01 3 Kuta Selatan 9.679 18,26 4 Kuta Utara 14.562 27,48 5 Kuta 22.593 42,63 6 Petang 1.446 2,73 Kabupaten Badung 52.999 100 Sumber : Sensus Penduduk 2010 BPS Provinsi Bali, 2011. Banyaknya penduduk yang masuk ke Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung karena pusat kegiatan pariwisata yang berperan besar terhadap perkembangan perekonomian Bali yang terdapat di Kecamatan Kuta ini. Selain itu, banyaknya perusahaan industri besar yang tentunya dapat menyerap tenaga kerja dan merupakan salah satu penyangga kegiatan perekonomian di Provinsi Bali, sehingga banyak penduduk mencari kehidupan yang lebih baik di tempat tujuan migrasi, terutama untuk tujuan ekonomi.

26 Migran dapat dibedakan atas dua, yaitu migran permanen dan nonpermanen. Kehadiran para migran terutama migran permanen lebih mudah dipantau karena migran terdaftar di tempat tujuan, akan tetapi bagi migran nonpermanen kebanyakan tidak terdaftar atau tidak melapor di daerah tujuan (Giri, 2003). Sesungguhnya kehadiran para migran memberikan dampak positif baik bagi daerah tujuan maupun daerah asal migran. Tenaga kerja migran dapat dimanfaatkan dengan tingkat upah yang relatif murah dibandingkan dengan tenaga kerja lokal. Di samping itu, pengeluaran migran baik konsumsi sandang, pangan, perumahan dan jasa-jasa lainnya di daerah tujuan dapat mempercepat proses peningkatan pendapatan masyarakat di daerah tujuan melalui efek ganda (multiplier effect). Keeratan hubungan antara migran dengan daerah asal baik yang diwujudkan dalam bentuk kunjungan maupun remitan ke daerah asal, akan berpengaruh terhadap perilaku migran dalam melakukan aktivitas di daerah tujuan. Selain berpengaruh terhadap pola konsumsinya para migran berupaya bekerja maksimal untuk meningkatkan pendapatan. Pada sisi lain pekerja migran berupaya menekan pengeluaran sedemikian rupa untuk lebih banyak mengirim remitan ke daerah asal. Menurut Curson (Junaidi; 2007), kiriman remitan ke daerah asal merupakan upaya migran dalam menjaga kelangsungan ikatan sosial ekonomi dengan daerah asal, meskipun secara geografis terpisah jauh. Selain itu, migran mengirim remitan karena secara moral maupun sosial memiliki tanggung jawab terhadap keluarga yang ditinggalkan. Masyarakat akan menghargai migran yang secara rutin mengirim remitan ke daerah asal dan

27 sebaliknya akan merendahkan migran yang tidak bisa memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya. Peningkatan daya beli tidak hanya berpengaruh pada pola makanan, namun juga berpengaruh pada kemampuan membeli barang-barang konsumsi rumah tangga lainnya seperti pakaian, sepatu, alat-alat dapur, radio dan sepeda motor. Permintaan akan barang-barang tersebut telah memunculkan peluang berusaha di sektor perdagangan dan pada tahap selanjutnya akan berefek ganda pada peluang berusaha di sektor lainnya. Namun di sisi lain, remitan tidak hanya mempengaruhi pola konsumsi keluarga migran di daerah asal. Dalam rangka peningkatan remitan, migran berusaha melakukan berbagai kompromi untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya dan mengadopsi pola konsumsi tersendiri di daerah tujuan. Para migran akan melakukan pengorbanan dalam hal makanan, pakaian dan perumahan agar dapatmenabung dan akhirnya dapat mengirim remitan ke daerah asal. Secara sederhana para migran akan meminimalkan pengeluaran dan memaksimumkan pendapatannya. Pada penelitian ini hanya di bahas pengaruh tentang pendapatan dan pendidikan terhadap kiriman remitan dan pengaruhnya terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi dan kiriman remitan ke daerah asal selain pendapatan dan pendidikan tidak dibahas pada penelitian ini, dari uraian-uraian yang telah dipaparkan dapat disadari, bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi kiriman remitan dan pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen tidaklah mutlak. Artinya, secara riil variabelvariabel seperti pendapatan dan pendidikan tidak selalu tepat secara teori dalam

28 mempengaruhi remitan dan pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Oleh karena itu, kiranya konsep dari teori tersebut perlu dibuktikan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah. 1) Bagaimanakah pengaruh pendapatan terhadap kiriman remitan pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? 2) Bagaimanakah pengaruh pendidikan terhadap kiriman remitan pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? 3) Bagaimanakah pengaruh pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? 4) Bagaimanakah pengaruh pendidikan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? 5) Bagaimanakah pengaruh remitan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? 1.3 Tujuan Penelitian Berkenaan dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Untuk mengetahui pengaruh pendapatan terhadap kiriman remitan pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.

29 2) Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap kiriman remitan pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. 3) Untuk mengetahui pengaruh pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung 4) Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. 5) Untuk mengetahui pengaruh remitan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat secara praktis maupun teoritis. 1) Secara teoritis hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam pengembangan teori, khususnya pendapatan dengan pengeluaran konsumsi bagi rumah tangga migran, khususnya migran nonpermanen, yaitu untuk melihat pergeseran-pergeseran pengeluaran konsumsi dan remitan akibat adanya faktor pendapatan dan pendidikan. 2) Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat, memberikan informasi yang riil tentang kondisi sosial-ekonomi nonpermanen yang ada di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.