ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

Herdiansyah Eka Putra B

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2017

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

Statistik KATA PENGANTAR

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian Indonesia tidak lepas dari perubahan

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI JAWA BARAT

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

Analisis Perkembangan Industri

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2017

Analisis Perkembangan Industri

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

Transkripsi:

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam ilmu ekonomi pembangunan, industrialisasi merupakan salah satu strategi untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena produkproduk industri memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk-produk di sektor yang lain. Untuk itulah pembangunan industri dapat dijadikan sebagai alat penggerak perekonomian, karena diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah ekonomi yang mendasar. Penyerapan tenaga kerja, pemerataan pendapatan dan khususnya pengentasan kemiskinan. Hal inilah yang menyebabkan negara-negara berkembang seperti Indonesia melakukan strategi industrialisasi sebagai alat untuk pembangunan ekonomi. Untuk kondisi Indonesia saat ini, perbaikan ekonomi merupakan salah satu hal yang sangat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pertumbuhan di sektor makro dan mikro diharapkan dapat membawa pengaruh yang positif dalam perbaikan ekonomi. Pada beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia di sektor makro ekonomi menunjukkan peningkatan yang positif. Meningkatnya kinerja ekonomi makro yang ditandai dengan inflasi rendah, stabilitas nilai tukar, dan melejitnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 52 persen pada 2006.

3 Tetapi hal ini tidak diikuti oleh sektor mikro ekonomi, dimana pertumbuhan sektor riil mengalami kemunduran yaitu terlihat dari penurunan kinerja investasi pada tahun 2006. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan realisasi penanaman modal asing (PMA) pada tahun 2006 turun 49.74 persen dibanding 2005 menjadi US$ 4.48 miliar, sementara PMDN turun 55.8 persen menjadi Rp 13.5 triliun. Kondisi ini mencerminkan kelesuan investasi dan dunia usaha yang semakin jauh dari upaya mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Untuk menciptakan lapangan kerja, sektor riil perlu digerakkan dan investasi perlu ditingkatkan. Jumlah pengangguran diprediksi meningkat 1 sampai 1.5 juta orang, dengan asumsi angkatan kerja baru bertambah 2 sampai 2.5 juta sedangkan yang terserap sekitar satu juta sehingga masih tersisa antara 1 sampai 1.5 juta orang. Dapat dikatakan secara riil pertumbuhan ekonomi belum terasa. Padahal sektor riil dapat dijadikan sebagai andalan untuk menghasilkan devisa, mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan, mengurangi ketidakmeratan pendapatan, dan mencegah kerawanan sosial. Kurang adanya perbaikan kondisi perekonomian di sektor mikro, salah satunya dapat disebabkan oleh kebijakan di sektor industri yang dinilai tidak fokus dan tidak mempunyai tahapan yang jelas sehingga sektor industri bergerak di bawah performa. Indonesia yang dikenal sebagai pemasok gas dunia, justru industri dalam negerinya kolaps karena tidak mendapatkan pasokan bahan bakar gas. Di bidang investasi, Indonesia dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat. Berbagai negara di Asia, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura berlomba memperbaiki iklim investasi, sementara di Indonesia masih menghadapi

4 masalah yang sama yaitu, lambannya birokrasi dan ketidakpastian hukum. Ada tiga faktor yang berpotensi menjadi motor penggerak bangkitnya sektor riil pada 2007, yaitu investasi pemerintah berupa pembangunan infrastruktur, investasi dunia usaha, dan investasi asing. Perekonomian Indonesia tidak akan dapat bergerak kearah pertumbuhan yang tinggi jika tidak diikuti dengan perubahan formasi industri di Indonesia. Pendekatan yang harus dilakukan terkait dengan perubahan formasi industri adalah pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekspor baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu bidang industri yang saat ini dapat diandalkan adalah industri elektronika. Industri elektronika Indonesia merupakan industri yang strategis untuk dikembangkan karena memiliki potensi yang besar untuk berkembang di masa yang akan datang. Menurut Thoha (1996), ada tiga alasan yang mendasari potensi tersebut, yaitu: merupakan sarana bagi terlaksananya pembangunan secara umum, teknologi elektronika sangat vital dan strategis bagi kelangsungan hidup bangsa di masa depan, dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Sebagai salah satu negara anggota ASEAN, Indonesia dapat memanfaatkan pasar di kawasan ini. ASEAN yang merupakan satu kesatuan pasar, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang tertinggi di dunia dan penduduk sekitar 500 juta orang, diperkirakan sangat ekonomis untuk mengembangkan jenis industri dengan teknologi canggih tertentu. Jenis industri yang didorong perkembangannya, antara lain industri telekomunikasi, industri elektronika yang menunjang informasi dan elektronika, konsumen dan profesional, termasuk semi konduktor.

5 Selain hal diatas, industri elektronika memiliki potensi nilai ekspor yang cukup besar. Sejak tahun 1996, beberapa negara di Asia telah memfokuskan pengembangan industri elektronika pada sektor yang pertumbuhannya tinggi. Untuk perkembangan ekspornya sendiri, industri elektronika, telematika dan mesin listrik menyumbangkan ekpor senilai US$ 10738.0 juta pada tahun 2004 dan US$ 12211.3 juta pada tahun 2005. Sementara untuk periode Januari sampai Oktober tahun 2006 senilai US$ 9887.9 juta. Tabel 1.1 Perkembangan Ekspor Komoditi Utama Non-migas Indonesia periode 2004-2007 (US$ Juta) No Uraian 2004 2005 Jan-Okt Jan-Juni 2005 2006 % 2006 2007 % 1 Elektronika, 10738 12211.3 10125.0 9887.9-2.34 5615.36 5950.67 5.97 Telematika dan Mesin Listrik 2 Tekstil dan 7647.4 8604.1 7297.7 7822.2 7.19 4554.98 4826.78 5.97 Produk Tekstil 3 Kayu dan 3271.1 3111.3 2648.1 2704.9 2.15 1508.40 1619.08 7.34 Barang Dari Kayu 4 Besi Baja dan Otomotif 2064.3 2607.3 2169.7 3031.6 39.72 1707.64 2159.29 26.45 Sumber: Depperin (2008). Industri elektronika Indonesia sangat bertumpu pada industri elektronika konsumsi rumah tangga yang nilai pasar ekspornya kecil serta pertumbuhannya rendah. Pangsa terbesar dari ekspor elektronika Indonesia adalah produk sound system, TV, recorder, kipas angin, seterika, pompa air serta radio, dimana semuanya adalah elektronika rumah tangga yang pada umumnya dikonsumsi oleh sebanyak 33 juta keluarga dari masyarakat berpenghasilan rendah. Sementara untuk rumah tangga

6 berpenghasilan menengah keatas, yaitu sebanyak 23 juta keluarga mengkonsumsi lemari es, mesin cuci, AC, LCD TV, kamera digital dan komputer. Tingginya kandungan impor dalam bahan baku produk elektronika Indonesia, yaitu sekitar 80-90 persen merupakan salah satu permasalahan yang belum dapat diatasi sampai saat ini. Hal ini menunjukkan lemahnya keterkaitan industri ini dengan industri pendukung lainnya. Selain itu permasalahan struktural lainnya adalah, kualitas sumber daya manusia yang rendah dan juga rendahnya penguasaan teknologi yang menyebabkan industri elektronika Indonesia hanya bersifat sebagai perakit saja. Selain permasalahan struktural di atas, saat ini industri elektronika Indonesia menghadapi beberapa permasalahan yang memungkinkan untuk menjadi penghalang dalam pertumbuhan industri ini. Permasalahannya antara lain adalah: tren produk China yang menunjukkan laju pertumbuhan yang terus meningkat. Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena produk elektronika China ini akan menjadi pemain yang dominan dalam industri elektronika. Jika hal ini terus dibiarkan, maka industri elektronika Indonesia akan semakin mengalami penurunan. Menurut Rahmat Gobel, produk elektronika China yang masuk ke Indonesia bukan dari industri yang berteknologi tinggi melainkan industri sederhana yang dapat dibuat oleh setingkat Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia. Hal ini akan mengurangi kesempatan industri sederhana untuk berkembang. Di pasaran juga ditemukan sekitar 40 persen produk elektronika yang beredar adalah produk ilegal yang berasal dari black market. Maraknya produk ilegal ini bisa jadi disebabkan karena tingginya PPnBM (Pajak Pertambahan nilai atas Barang Mewah). Ekonomi biaya tinggi, pungutan di pelabuhan, masalah distribusi dan sistem perpajakan. Tingginya tarif terminal

7 handling charge dan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) per dokumen sangat dikeluhkan para pelaku bisnis elektronika. Infrastrutur yang kurang memadai juga turut menghambat pertumbuhan dari industri ini. Jalan tol dan jalan raya menuju dan ke kawasan industri selalu macet. Hal ini mendorong para pelaku bisnis di kawasan Jabotabek mengusulkan agar dibangun jalur khusus bagi kontainer agar arus masuk dan distribusi barang semakin cepat ke pelabuhan. Masalah terkosentrasinya industri di pulau Jawa sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang belum dapat dipecahkan dengan baik. Hambatan tidak hanya datang dari dalam negeri. Ekspor produk China yang sangat kompetitif semakin menguasai pasaran dunia. Begitu juga dengan semakin berjayanya negara-negara seperti Vietnam, Kamboja, Thailand membuat posisi daya saing Indonesia semakin terpuruk. Ekspor negara-negara itu semakin gencar ke Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Melihat banyaknya tantangan yang dihadapi, para pelaku industri elektronika ini harus meningkatkan daya saing dan kinerja yang lebih baik agar mampu menghadapi ketatnya kompetisi dari perkembangan industri elektronika dunia. Sehingga produk elektronika Indonesia dapat menjadi tuan rumah di pasar domestik dan mampu bersaing di pasaran dunia. 1.2 Perumusan Masalah Industri elektronika Indonesia merupakan industri yang strategis untuk dikembangkan karena memiliki potensi yang besar untuk berkembang di masa yang akan datang. Sebagai salah satu industri yang diunggulkan, industri elektronika dapat

8 memanfaatkan pasar domestik yang cukup besar dan industri ini dapat menjadi tuan rumah di Indonesia. Ada tiga jenis industri elektronika yang akan kembangkan di dalam negeri untuk menjadi industri elektronika unggulan Indonesia di masa depan. Industri yang dimaksud, pertama industri elektronika komponen, kedua industri berbasis pendingin, seperti lemari es dan pendingin ruangan (AC) dan pabrik televisi, ketiga peralatan telekomunikasi berbasis radio seperti telepon wireless dan handphone. Karena industri ini potensi pasarnya cukup besar di dalam negeri. Kulkas dan AC misalnya potensi pasarnya cukup besar mengingat Indonesia merupakan negera tropis dan industri pendukungnya juga sudah ada. Sama halnya dengan televisi, pasarnya bisa mencapai 2.5 juta unit per tahun dan industri pendukung seperti tabung gambar sudah ada di dalam negeri. Sedangkan industri peralatan telekomunikasi juga pasarnya cukup menjanjikan, mengingat Indonesia negara kepulauan yang luas dan membutuhkan peralatan telekomunikasi banyak. Pasar handphone di Indonesia setidaknya sudah mencapai 200 ribu unit per bulan. Padahal produsen handphone internasional biasanya sudah mau berinvestasi bila produksi dan penjualannya mencapai 10 ribu unit per bulan. Potensi yang besar ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong produsen handphone dunia membuat pabriknya di Indonesia, sehingga bisa menyerap tenaga kerja baru. Industri elektronika yang akan dibahas dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga subsektor berdasarkan International Standard Industrial Classification (ISIC) 5 dijid, yaitu: ISIC 32100 (subsektor industri komponen), ISIC 32200 (subsektor industri alat komunikasi), ISIC 32300 (subsektor industri televisi dan

9 radio). Masing-masing sub sektor industri elektronika ini memiliki pasarnya masingmasing, dimana setiap pasar memiliki ciri khas dan kinerjanya masing-masing untuk setiap subsektor industri. Adanya perbedaan pangsa pasar berpengaruh terhadap struktur pasar. Struktur pasar yang berbeda ini akan memperlihatkan adanya perbedaan perilaku setiap perusahaan dalam mencapai tujuan. Perbedaan perilaku ini juga akan mempengaruhi kinerja dari masing-masing pasar. Dengan melihat banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh industri elektronika di Indonesia, perlu diciptakan perubahan mekanisme pasar. Dimana struktur sebuah pasar akan mempengaruhi perilaku perusahaan dan akan mempengaruhi kinerja dari industri itu sendiri. Peningkatan daya saing produk juga dapat meningkatkan kinerja pasar menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan nilai tambah industri. Berdasarkan keterangan diatas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: bagaimana hubungan struktur industri elektronika akan berimplikasi terhadap perilaku perusahaan dan kinerja industri elektronika. 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis struktur pasar dari industri elektronika di Indonesia sebelum masa krisis ekonomi dengan sesudah masa krisis ekonomi. 2. Menganalisis perilaku perusahaan dari industri elektronika di Indonesia. 3. Menganalisis kinerja dari industri elektronika di Indonesia sebelum masa krisis ekonomi dengan sesudah masa krisis ekonomi.

10 4. Menganalisis hubungan antara struktur pasar industri elektronika dan kinerja industri elektronika di Indonesia. 5. Mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan faktor penentu daya saing industri elektronika di Indonesia. 1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah industri elektronika Indonesia berdasarkan kode ISIC 5 dijid yang berkaitan dengan kondisi dasar dari industri, struktur, perilaku dan kinerja industri elektronika di Indonesia. Populasi data yang digunakan adalah data yang berasal dari Biro Pusat Statistik (BPS), dan instansi terkait lainnya pada periode tahun 1995-2005. Keterbatasan dari penelitian ini adalah data yang tersedia di Biro Pusat Statistik (BPS) hanya sampai pada tahun 2005, dimana analisis perilaku dan daya saing industri elektronika menggunakan data yang bersifat kualitatif. Selain itu penelitian ini hanya terbatas pada produksi domestik dan tidak menganalisis kinerja dan daya saing industri elektronika di pasar internasional. 1.5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat mampu memberikan gambaran yang lebih baik mengenai struktur, perilaku, kinerja serta daya saing dari industri elektronika di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah maupun lembaga atau instansi terkait dalam usaha untuk mengembangkan industri elektronika Indonesia. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian berikutnya. Sementara