BAB 2 LANDASAN TEORI. karya fiksi tidak harus sama dan memang tidak perlu disamakan dengan kebenaran yang

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 2. Landasan Teori. Wellek & Warren (1989: ) mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. hal, seperti sosial budaya, kemasyarakatan dan sastra itu sendiri tentunya. Dalam

Bab 2. Landasan Teori. Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang,

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari Bahasa Sansekerta : sāstra, yang berarti teks

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

BAB 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB 2. Landasan Teori

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

FAKTA SEJARAH PERANG DUNIA II DALAM NOVEL MAWAR JEPANG KARYA REI KIMURA SKRIPSI OLEH: CAROLIN DAWITA MALINO

BAB 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di

LATAR SOSIAL YANG MEMPENGARUHI TOKOH GENIN DALAM CERPEN RASHOMON KARYA AKUTAGAWA RYONOUSUKE

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

Bab 2 Landasan Teori. Dalam kesastraan mengenal prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI. Skripsi Sarjana yang berjudul : Telah diuji dan diterima baik pada : hari selasa tanggal 23 Agustus 2016

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

INTERTEKSTUAL DALAM CERITA PENDEK KUMO NO ITO DAN MAJUTSU KARYA RYUNOSUKE AKUTAGAWA SKRIPSI OLEH RACHMASARI NOVIANTI BUDIONO NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BJ システムについて Mengenai BJ System

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

STRUKTUR, FUNGSI, DAN MAKNA SHUUJOSHI YONE, WA, DAN KASHIRA DALAM KOMIK SCHOOL RUMBLE KARYA JIN KOBAYASHI

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

Bab 2. Landasan Teori. yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA

DEIKSIS WAKTU DALAM DRAMA CLEOPATRA NA ONNATACHI KARYA OOISHI SHIZUKA SKRIPSI OLEH DEASSA CHINTIA SERA NIM

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI. OLEH : Chandra Maulanna NIM

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12

ANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

KATA PENGANTAR. Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, maupun pertanyaan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan

BAB II KAJIAN TEORITIS. Penelitian tentang Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Telaga

DAFTAR ISI... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... HALAMAN PUBLIKASI SKRIPSI... KATA PENGANTAR... BAB I PENDAHULUAN...

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

Bab 2. Landasan Teori. Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik.sintaksis berasal

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

Bab 2. Landasan Teori. saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. di kutip maupun yang di rujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nim :

PELANGGARAN TERHADAP MAKSIM PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN VOLUME 1 SKRIPSI OLEH PUTRI SATYA PRATIWI NIM

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data.

STUDI PERBANDINGANCERITA RAKYAT INDONESIA DANAU TOBA DENGAN CERITA RAKYAT JEPANG UO NYOUBOU SKRIPSI OLEH MIFTA HARDIKA RAHMA PUTRI ( )

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

DEIKSIS DALAM ANIME TONARI NO KAIBUTSUKUN KARYA ROBICO SKRIPSI OLEH ELFIRA HABSARI NIM

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fiksi Novel dan cerpen merupakan sebuah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti alur, tokoh dan penokohan dan sebagainya. Kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sama dan memang tidak perlu disamakan dengan kebenaran yang berlaku di dunianya. Hal itu disebabkan dunia fiksi yang imajiner dengan dunia nyata masing-masing memiliki sistem-hukumnya sendiri. Menurut Nurgiyantoro (2002: 2) dalam buku Teori Pengkajian Fiksi, mengatakan bahwa: Fiksi adalah cerita rekaan atau khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah. Dengan demikian, menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Istilah fiksi sering dipergunakan dalam pertentangannya dengan realitas, yaitu sesuatu yang benar dan terjadi di dunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama. Fiksi merupakan hasil dialog dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan, tidak benar jika fiksi deanggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Fiksi merupakan karya

imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan model-model kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan. bahwa: Nurgiyantoro (2002: 166) dalam buku Teori Pengkajian Fiksi, mengatakan juga Fiksi suatu bentuk karya kreatif, maka bagaimana pengarang mewujudkan dan mengembangkan tokoh-tokoh ceritanya pun tidak lepas dari kebebasan kreativitasnya. Fiksi mengandung dan menawarkan model kehidupan seperti yang disikapi dan dialami tokoh-tokoh cerita sesuai dengan pandangan pengarang terhadap kehidupan itu sendiri. Fiksi yang merupakan sebuah cerita dan karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping adanya tujuan estetik. Daya tarik cerita inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang untuk membacanya. Hal itu disebabkan setiap orang senang cerita, apalagi yang sensasional, baik yang diperoleh dengan cara melihat maupun mendengarkan. Melalui sarana cerita itu pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan pengarang. Cerita fiksi tersebut akan mendorong pembaca untuk ikut merenungkan masalah hidup dan kehidupan. Realitas dalam karya fiksi merupakan ilusi kenyataan dan kesan yang meyakinkan yang ditampilkan, namun tidak selalu merupakan kenyataan sehari-hari. Sarana untuk menciptakan ilusi yang dipergunakan untuk memikat pembaca agar mau memasuki situasi yang tidak mungkin atau luar biasa adalah dengan cara patuh pada detil-detil kenyataan kehidupan sehari-hari. Terhadap realitas kehidupan karya fiksi akan membuat distansi estetis, membentuk dan membuat artikulasi (sendi). Dengan cara

seperti itu mengubah hal-hal yang terasa pahit dan sakit jika dialami dan dirasakan pada dunia nyata, namun menjadi menyenangkan untuk direnungkan dalam karya sastra. Dewasa ini penyebutan untuk karya fiksi lebih ditujukan terhadap karya yang berbentuk prosa naratif. Karya-karya lain yang penulisannya tidak berbentuk prosa, misalnya berupa dialog seperti dalam drama atau sandiwara, termasuk scenario untuk film, juga puisi-puisi drama dan puisi balada, pada umumnya tidak disebut sebagai karya fiksi. Bentuk-bentuk karya itu dipandang sebagai hal yang berbeda. Walau demikian, sebenarnya tidak dapat disangkal bahwa karya-karya itu juga mengandung unsur rekaan. Dalam penulisan ini istilah dan pengertian fiksi sengaja dibatasi pada karya yang berbentuk prosa, prosa naratif atau teks naratif, seperti novel dan cerita pendek. Novel dan cerita pendek (cerpen) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinomin dengan fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi seperti dikemukakan di atas, juga berlaku untuk novel. Kelebihan cerpen yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak (secara implisit), dari sekedar apa yang diceritakan. Sedangkan kelebihan novel adalah kemampuannya menyampaikan permasalahan yang kompleks. Dikatakan bahwa pengertian Novel menurut Wikipedia Ensiklopedi (dalam http://ja.wikipedia.org/wiki/), adalah 小説とは 文学のー形式である 内容的にいえば 陏想や批評 伝記 史書に対して 架空の物語もしくは現実にあった物語を虚構化したものであり 手法的にいえば 詩に対して 散文形式による敘述をとる 英語での novel はスペイン語での novela や フランス語の nouvelle と同語源であり もともとラテン語で 新しい話 を意味する 小説は 虚構の連続性と因果律のある話の構造 を持つことが条件であるという説は古くから行われてきたものである

Novel adalah bentuk baku dari kesusastraan, yang isinya berupa ide, komentar, bibliografi, sejarah, cerita imajinasi atau kenyataan yang diubah dalam bentuk fiksi. Sedangkan secara teknis dideskripsikan sesuai bentuk baku dari prosa dan puisi. Dalam Bahasa Inggris disebut novel, dalam Bahasa Spanyol disebut novela, dan dalam Bahasa Perancis dari sumber kata yang sama yaitu novelle, sedangkan sumber katanya dari Bahasa Latin yang artinya cerita baru. Novel memiliki syarat kerangka cerita dari hukum sebab-akibat dan kontinitas fiksi, yang ada dari zaman dahulu hingga sekarang. Novel atau fiksi mempunyai unsur-unsur yang saling berhubungan seperti alur, tokoh-tokoh dalam cerita yang mendukung kesatuan cerita sehingga menarik untuk dibaca atau ditelusuri. 2.2 Alur Cerita Plot cerita sering disebut kerangka cerita atau alur. Alur merupakan bagian yang penting dari cerita fiksi (rekaan). Meskipun cerita rekaan mutakhir yang sering disebut nonkonvensional sering dinyatakan tanpa alur, namun jika diselusuri memiliki alur juga. Hanya saja karena alurnya tidak konvensional (kesepakatan umum), maka orang mengatakan tanpa alur. Alur erat kaitannya dengan konflik antara tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Baik alur maupun konflik berkaitan erat dengan tokoh atau penokohan. Keduanya merupakan unsur fundamental dari cerita rekaan. bahwa: Nurgiyantoro (2002: 113) dalam buku Teori Pengkajian Fiksi mengatakan Alur merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Peristiwa-peristiwa cerita (alur) dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku dan sikap tokoh-tokoh (utama) cerita.

Peristiwa yang disusun dalam urutan waktu yang menjadi penyebab mengapa seseorang tertarik untuk membaca dan mengetahui kejadian yang akan datang. Dalam rangkaian kejadian itu terdapat hubungan sebab-akibat yang bersifat logis, artinya pembaca merasa bahwa secara rasional kejadian atau urutan kejadian itu memang mungkin terjadi atau tidak dibuat-buat. Daya tarik mengapa seseorang membaca cerita rekaan adalah bahwa cerita menimbulkan keingintahuan dan menarik pembaca untuk menelusuri mengapa hal itu terjadi, baik pada permulaan, tengah maupun akhir. Alur tidak hanya menyangkut peristiwa, namun juga cara pengarang mengurut-urutkan peristiwa itu, dan juga motif, konsekuensi dan hubungan antara peristiwa yang satu dengan lainnya. mengatakan: Menurut Waluyo (2002: 147) dalam buku Pengkajian Sastra Rekaan Dalam alur, sebab-akibat logis merupakan hal yang utama. Dengan adanya sebab-akibat logis tersebut, sebuah teks cerita rekaan mempunyai kesatuan dalam keseluruhan. Karenanya alur memegang peranan penting dalam cerita. Dalam inti cerita, tergambar alur suatu cerita. Alur juga berkaitan dengan pembagian waktu dan irama cerita. Pada awal cerita, irama waktu cukup longgar. Waktu bercerita itu makin dipercepat pada perumitan dan lebih cepat lagi pada penggawatan agar secepatnya mencapai klimaks. Kecepatan timing itu menunjukkan bahwa pada awal-awal cerita, pengarang dapat bercerita secara rinci. Pada waktu penggawatan, kejadian harus segera mencapai puncaknya atau klimaks.

2.2.1 Fungsi Tujuh Unsur Alur Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat dinyatakan bahwa alur berfungsi untuk: membaca ke arah pemahaman cerita secara rinci, dan menyediakan tahap-tahap tertentu bagi penulis untuk melanjutkan cerita berikutnya. Menurut Waluyo (2002: 147) menjelaskan, alur juga berkaitan dengan pembagian waktu dan irama cerita (timing dan ritme). Pada awal cerita, irama waktu cukup longgar. Waktu bercerita itu makin dipercepat pada perumitan dan lebih cepat lagi pada penggawatan agar secepatnya mencapai klimaks. Kecepatan timing itu menunjukkan bahwa pada awal-awal cerita, pengarang dapat bercerita secar rinci. Pada waktu penggawatan, kejadian harus segera mencapai klimaksnya. Sehubungan dengan kecepatan timing dan ritme ini, pengarang yang baik akan mampu secara tepat mengatur komposisi cerita sehingga yang dinamakan klimaks cerita adalah klimaks dari segalanya. Klimaks dari konflik, perasaan, kejadian, dan sebagainya. Sesudah terjadinya klimaks tersebut, tidak akan ada kejadian yang lebih tinggi tingkatannya. Pengarang yang belum trampil, tidak akan mampu menjalin keharmonisan komposisi tersebut. Waluyo (2002: 147-148) dalam buku Pengkajian Sastra Rekaan, alur cerita meliputi tujuh unsur, yaitu: 1. Paparan (Exposition) artinya paparan awal cerita. Pengarang mulai memperkenalkan tempat kejadian, waktu, topik dan tokoh-tokoh. Sejak eksposisi ini, pengarang sudah menunjukkan apakah ia menulis cerpen, novel atau roman.

2. Rangsangan (Inciting moment) adalah peristiwa mulai adanya problemproblem mulai ditampilkan oleh pengarang untuk kemudian dikembangkan atau ditingkatkan. 3. Penggawatan (Rising action) adalah penanjakkan konflik yang selanjutnya terus terjadi peningkatan konflik. 4. Perumitan (Complication) adalah konflik yang semakin ruwet. Di bagian ini klimaks cerita harus merupakan puncak dari seluruh cerita itu dan semua kisah atau peristiwa sebelumnya ditahan untuk dapat menonjolkan saat klimaks cerita tersebut. 5. Klimaks (Climax) artinya dalam cerita harus ada puncak dari seluruh cerita itu dan semua kisah atau peristiwa sebelumnya ditahan untuk dapat menonjolkan saat klimaks cerita tersebut. 6. Peleraian (Falling action) artinya konflik yang dibangun cerita itu menurun karena telah mencapai klimaksnya. Emosi yang memuncak telah berkurang. 7. Penyelesaian (Denovement). Unsur ini dapat dipaparkan oleh pengarang sendiri dapat juga kita yang mentafsirkan sendiri penyelesaian cerita. Pada prinsipnya alur cerita terdiri atas tiga bagian, yakni: 1. Alur awal terdiri atas paparan (exposition), rangsangan (inciting moment), dan penggawatan (rising action). 2. Alur tengah cerita terdiri atas pertikaian atau perumitan (complication), dan klimaks atau puncak penggawatan (climax). 3. Alur akhir cerita terdiri atas peleraian (falling action) dan penyelesaian (denovement).

Dalam alur cerita, tidak hanya menampilkan cerita-cerita atau bentuk-bentuk dari jalan cerita itu sendiri tetapi harus mempunyai sifat masuk akal; adanya kejutan, artinya kejadian yang tidak disangka-sangka sebagai akibat dari peristiwa yang mendahului; tegangan, artinya dalam cerita adanya ketegangan pada akhir periode yang biasanya berkaitan dengan sesuatu sehingga cerita lebih konkrit; kesatuan dalam cerita, artinya adanya urutan perisiwa dalam alur cerita; dan adanya ekspresi, artinya cerita itu akan hidup jika ada pengalaman-pengalaman batin si pengarang yang dapat dihayati agar pembaca menghayati makna karya sastra yang dibaca itu. Dalam sebuah cerita, ada kejadian pokok dan ada pula kejadian sampingan. Kejadian sampingan tidak boleh terlalu jauh menyimpang dari kejadian pokok. Jika kejadian sampingan terlalu jauh, maka akan mengganggu alur cerita. Kejadian sampingan hendaknya dipaparkan dalam rangka memperkuat cerita atau latar belakang tokoh atau cerita itu. Dalam menggambarkan kerangka cerita secara umum, biasanya kejadian sampingan itu tidak ikut dilukiskan. Novel dan cerpen (juga roman) mungkin sekali melukiskan kejadian sampingannya, tetapi di dalam cerpen biasanya tidak melukiskan kejadian sampingan. Waluyo (2002: 144) juga menjelaskan bahwa alur cerpen pada umumnya tunggal, hanya terdiri dari satu urutan peristiwa yang diikuti sampai cerita berakhir (bukan selesai, sebab banyak cerpen, juga novel yang tidak berisi penyelesaian yang jelas, penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca). Urutan peristiwa dapat dimulai dari mana saja, misalnya dari konflik yang telah meningkat, tidak harus bermula dari tahap tokoh atau latar. Dikatakan bahwa pengertian Plot menurut Wikipedia Ensiklopedi (dalam http://ja.wikipedia.org/wiki/), adalah

プロットとは 小説 戯曲 映画 漫画等の創作物における枠組み 構成のこと プロットは時間軸に沿っているとは限らないが 出来事の因果関係を示している Plot adalah susunan kerangka yang dapat diletakkan dalam novel, drama, film, karya sastra, dan komik. Plot mengikuti proses waktu tanpa batas, setiap peristiwa menunjukkan hubungan sebab-akibat. Dalam alur, kejadian-kejadian itu harus membentuk suatu kesatuan atau keutuhan dalam jalinan yang logis dan runtut. Pembaca diusahakan agar dapat menangkap benang merah yang menjalur dari awal hingga akhir cerita. 2.3 Tokoh dan Penokohan Di dalam sebuah fiksi (karya naratif), tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur yang terpenting. Walaupun unsur plot juga tidak bisa kita abaikan begitu saja karena kejelasan tentang tokoh dan penokohan dalam banyak hal tergantung pada plot dalam cerita. Istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan atau karakter dan karakteristik secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Ada istilah yang pengertiannya menyaran pada teknik pengembangannya dalam sebuah cerita. Tetapi pada bagian ini penulis akan menjelaskan tentang tokoh dan penokohan. 2.3.1 Tokoh bahwa: Nurgiyantoro (2002: 165) dalam buku Teori Pengkajian Fiksi, mengatakan Istilah tokoh adalah menunjuk pada orangnya atau pelaku ceritanya dan istilah tokoh cerita. Dapat juga dikatakan sebagai orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (non verbal). Pembedaan antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik. Dunia fiksi menciptakan dunia sendiri yang harus dibedakan dengan kenyataan; namun dunia fiksi itu berdiri di samping dunia kenyataan yang menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan kenyataan itu. Tokoh-tokoh fiksi tidak ada dalam kenyataan, namun tokoh-tokoh itu harus ada kaitannya dengan manusia yang ada di sekitar kita. Tokoh-tokoh itu haruslah tokoh-tokoh yang dapat dibayangkan oleh pembaca atau penikmat sebagai tokoh yang mungkin ada di sekitar kita. Menurut Waluyo (2002: 9) menjelaskan bahwa sebagai tokoh yang mungkin dijumpai dalam kenyataan, tokoh yang digambarkan adalah tokoh yang bersikap total, lengkap dengan tingkah laku, dialog, kebiasaan, karakter yang spesifik, emosi, perkembangan psikisnya, dan sebagainya. Setidak-tidaknya ada hal-hal dalam diri tokoh itu yang juga ada di dalam diri pembaca. Tokoh yang luar biasa dan aneh pun sebaiknya relevan dengan pembaca, sehingga tokoh itu dapat mendukung keutuhan artistik cerita rekaan tersebut. 2.3.2 Penokohan bahwa: Nurgiyantoro (2002: 166) dalam buku Teori Pengkajian Fiksi, mengatakan Penokohan dan karakteristik, sering juga disamakan artinya yaitu menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah

cerita; pelukisan gambaran yang jelas teknik perwujudan dan pengembangan tentang tokoh yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dalam sebuah cerita penulis menggambarkan tokohnya secara realistis atau tidak realistis. Realistis adalah sebagaimana manusia pada umumnya, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak realistis sebaliknya adalah penggambaran tokoh yang berlebihan, artinya tokoh yang baik digambarkan baik sekali tanpa kekurangan. Sedangkan yang jahat atau buruk akan digambarkan jahat sekali tanpa ada setitik kebaikan. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar. Dimana tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampaian pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus.