KOMPOSISI MAKANAN PADA TIGA SPESIES CICAK

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 3 Bobot badan, bobot lambung, dan beberapa ukuran tubuh dan diameter lambung cicak

PREFERENSI MAKANAN PADA DUA SPESIES CICAK (Hemidactylus frenatus Dumb. Bibr dan Cosymbotus platyurus Schneider) MELALUI ANALISIS MAKANAN DALAM LAMBUNG

ANALISIS KOMPOSISI MAKANAN PADA LAMBUNG KADAL (Eutropis multifasciata) DI BOGOR JAWA BARAT RATIH PUSPITANINGRUM

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

BEBERAPA SPESIES CICAK DAN TOKEK (Famili Gekkonidae) DI WILAYAH PANDEGLANG DAN BANDUNG. Oleh: Deris G

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tungau Karakterisasi dan Infestasi Tungau pada Cicak

BAB III METODE PENELITIAN

MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

Keragaman Jenis Kadal Sub Ordo Sauria pada Tiga Tipe Hutan di Kecamatan Sungai Ambawang

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

BAB I PENDAHULUAN. golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah,

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

Petunjuk Praktikum. Entomologi Dasar. ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

SIKLUS HIDUP BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) PADA MEDIA BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN PENAMBAHAN SILASE IKAN ISTIROKHAH

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

PERILAKU MAKAN GORILA (Gorilla gorilla gorilla ) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SAHRONI

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Keanekaragaman..I Wayan Karmana 1

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA

Autekologi Begonia Liar di Kawasan Remnant Forest Kebun Raya Cibodas NUR AZIZAH Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METOE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

Endang Sulismini A

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA LAHAN TANAMAN PADI DENGAN SISTEM ROTASI DAN MONOKULTUR DI DESA BANYUDONO BOYOLALI. Skripsi

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI LERENG GUNUNG LAWU KALISORO, TAWANGMANGU. Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

III. METODE PENELITIAN

PRAKATA. hidayah-nya sehingga skripsi ini dapat diselsaikan. Penyusunan skripsi ini tidak

PREFERENSI SEMUT PEMUKIMAN TERHADAP BERBAGAI JENIS UMPAN

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Sumber Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

BAB IV METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

DAYA PREDASI Sycanus croceovittatus (Hemiptera: Reduviidae) TERHADAP ULAT API Setothosea asigna PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI INSEKTARIUM OLEH:

METODE NERACA ENERGI UNTUK PERHITUNGAN LEAF AREA INDEX (LAI) DI LAHAN BERVEGETASI MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT RUDI SETIAWAN

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

3. METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI TONGGERET (HEMIPTERA: CICADIDAE) DI KEBUN RAYA BOGOR DAN KEBUN RAYA CIBODAS BERDASARKAN REKAMAN SUARA ARUNIKA ANGGRADEWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

II. TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

3. METODE PENELITIAN

ISSN Fauna. donesia. Volume 11, No. 2 Desember Hylarana rufipes MZI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011

TAHLIYATIN WARDANAH A

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

KERAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM TANAH KERING BEKAS TEBANGAN DI KALIMANTAN HERI EKA SAPUTRA

Achmad Barru Rosadi, Adeng Slamet, dan Kodri Madang Universitas Sriwijaya

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

3. METODE PENELITIAN

AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc.

KEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS CAPUNG (ORDO : ODONATA) DI KEBUN RAYA BOGOR SITI NURUL INDAH HIDAYAH

EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA

Transkripsi:

14 KOMPOSISI MAKANAN PADA TIGA SPESIES CICAK (Cosymbotus platyurus Schneider, Hemidactylus frenatus Dumb. Bibr, dan Gehyra mutilata Weigm.) MELALUI ANALISIS MAKANAN DALAM LAMBUNG ZAIMUL WAFA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

15 KOMPOSISI MAKANAN PADA TIGA SPESIES CICAK (Cosymbotus platyurus Schneider, Hemidactylus frenatus Dumb. Bibr, dan Gehyra mutilata Weigm.) MELALUI ANALISIS MAKANAN DALAM LAMBUNG Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor ZAIMUL WAFA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

18 ABSTRAK ZAIMUL WAFA. Komposisi Makanan pada tiga Spesies Cicak (Cosymbotus platyurus Schneider, Hemidactylus frenatus Dumb. Bibr, dan Gehyra mutilata) Melalui Analisis Makanan dalam Lambung. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan TRI ATMOWIDI. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari komposisi makanan dari tiga spesies cicak (C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan G. mutilata (Gm) berdasarkan lokasi dan waktu yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2006 sampai Mei 2007. Sampel cicak diambil di lokasi sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung di enam tempat, yaitu Cisarua, Sempur, Bojong Gede, Depok, Menteng, dan Ancol. Penangkapan cicak dilakukan pada sore hari (pukul 15.3018.00 WIB) dan malam hari (pukul 18.3021.00 WIB) dengan mengunakan sapu atau tangan. Beberapa karakter tubuh dan diameter lambung diukur. Isi lambung cicak dikeluarkan, kemudian setiap jenis makanan dipilah dalam kelompok hewan, tumbuhan, dan material lain. Analisis data dilakukan dengan menghitung jumlah jenis perkategori makanan (ni), jumlah semua jenis makanan yang ditemukan (N), indeks keragaman ShannonWiener (H ) dan kemerataannya (E), indeks kesamaan Jaccard (Cj), indeks kesamaan Sorenson kuantitatif (CN), dan analisys of variance (ANOVA) satu arah. Komposisi makanan pada tiga cicak rumah terdiri atas serangga, Araneae, Uropygy, Spirobolida, Pauropoda, material tumbuhan (potongan kertas, potongan kayu, biji, dan nasi) dan material lain (kulit cicak, kulit telur, kotoran rayap, dan batu). Pada Cp ditemukan 21 kategori makanan, Hf 8 kategori dan Gm 9 kategori makanan. Keragaman makanan pada Gm (H = 1.514) paling tinggi dibandingkan dengan Hf (H = 1.408) dan Cp (H = 1.233). Kesamaan kategori makanan pada Cp dan Hf dan Cp dan Gm rendah (Cj= 38%; CN=22%, Cj=42%; CN=22), sedangkan Hf dan Gm tinggi (Cj=42%; CN=99 %). Kategori makanan yang dominan pada cicak rumah adalah (Diptera). Persentase makanan pada tiga spesies cicak antar lokasi dan waktu tidak berbeda (P>0.05). ABSTRACT ZAIMUL WAFA. Food composition of Three Gecko Species (Cosymbotus platyurus Scheneider, Hemidactylus frenatus Dumb. Bibr, and Gehyra mutilata Weigm.) by Stomach Diet Analysis. Supervised by ACHMAD FARAJALLAH and TRI ATMOWIDI. The aim of this reseach was to study of food composition of three gecko species (C. platyurus, H. frenatus, and G. mutilata) at different locations and times. This study was conducted from December 2006 up to May 2007. Gecko were collected at six locations of Ciliwung river: Cisarua, Sempur, Bojong Gede, Depok, Menteng, and Ancol of Ciliwung river. Gecko were collected at evening (15.3018.00 pm) and midnight (18.3021.00 pm) using hands or stick method. Morphometrical characters and diameter of stomach were measured. Stomach contents were grouped into animal, plant material, and other material. Data were analyzed by calculation of total items in each food category (ni), the number of items (N), ShannonWienner diversity index (H ) and evenness (E), Jaccard similarity index (Cj), Sorenson quantitative similarity index (CN), and oneway analysis of variance (ANOVA). The diet composition of three house gecko species were insect, Araneae, Uropigy, Spirobolida, Pauropoda, plant materials (paper, wood, and rice), and other materials (gecko skin, shell of egg, leftovers of termites meal, and gravel). Food categories of Cp, Hf, and Gm were 21,8 and 9 respectively. Food diversity in Gm (H = 1.514) was higher than that in Hf (H = 1.408) and Cp (H = 1.233). Food similarity in Cp and Hf and Cp and Gm were low (Cj= 38%; CN=22%, Cj=42%; CN=22%,), but similarity of Hf and Gm significantly higher (Cj=42%, CN=99 %). Food category of house gecko species were dominated by Diptera. Food composition of three house gecko species based on locations and times were not significantly different (P>0.05).

16 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE... 1 Waktu dan Tempat... 1 Penangkapan Cicak... 1 Pengukuran Karakter Tubuh dan Identifikasi Spesimen... 1 Analisis Isi lambung... 2 Analisis data... 2 HASIL Jumlah Individu dan Ukuran Tubuh Cicak Rumah... Komposisi Makanan... 3 Keragaman dan Kesamaan Makanan Cicak Rumah PEMBAHASAN... 7 SIMPULAN... 8 SARAN... 8 DAFTAR PUSTAKA... 8 LAMPIRAN 2 3

17 DAFTAR TABEL Halaman 1 Karakterkarakter tubuh cicak yang diukur... 1 2 Spesies dan jumlah individu cicak yang ditangkap berdasarkan lokasi dan waktu penangkapan... 2 3 Bobot badan, bobot lambung, dan beberapa ukuran tubuh dan diameter lambung cicak... 2 4 Komposisi makanan tiga spesies cicak rumah... 3 5 Jumlah makanan (N), kategori makanan (K), indeks keragaman ShannonWienner (H ), dan sebaran keragaman Shannon (E) pada spesies cicak rumah... 4 6 Kesamaan makanan pada C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan G. mutilata (Gm) antar lokasi berdasarkan indeks kesamaan Jaccard dan indeks kesamaan Sorenson kuantitatif... 4 7 Kesamaan makanan pada C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan G. mutilata (Gm) antar waktu berdasarkan indeks kesamaan Jaccard dan indeks kesamaan Sorenson kuantitatif... 4 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Tiga spesies cicak rumah... 3 2 Persentase makanan G. mutilata berdasarkan lokasi penangkapan... 5 3 Persentase makanan C. platyurus berdasarkan waktu penangkapan... 5 4 Persentase makanan H. frenatus berdasarkan waktu penangkapan... 5 5 Persentase makanan G. mutilata berdasarkan waktu penangkapan.... 5 6 Beberapa kategori makanan yang ditemukan di dalam lambung cicak rumah.... 6 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi penangkapan cicak... Error! Bookmark not defined. 2 Pengujian analisys of variance (oneway ANOVA) dalam program R... 12 3 Kunci Identifikasi Famili Gekkonidae... 13

19 Judul Nama NRP : Komposisi Makanan Pada Tiga Spesies Cicak (Cosymbotus platyurus Schneider, Hemidactylus frenatus Dumb. Bibr, dan Gehyra mutilata Weigm.) Melalui Analisis Makanan Dalam Lambung : Zaimul Wafa : G34103064 Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ir. Achmad Farajallah, M. Si Drs. Tri Atmowidi, M. Si NIP. 131 878 947 NIP. 132 055 226 Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M. S NIP. 131 473 999 Tanggal Lulus :

20 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lamongan pada tanggal 18 agustus 1984 putra dari Bapak Darno dan Ibu Nurhayati. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kewirausahaan dan Struktur Hewan untuk S1 Biologi. Penulis juga aktif di organisasi BIOWORD dan Observasi Wahana Alam HIMABIO IPB. Penulis pernah melakukan praktik lapang dengan judul Biawak (Varanus sp.) Sebagai Komoditas Ekspor Untuk Hewan Peliharaan di CV TERRARIA INDONESIA, Bogor.

21 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya. Sholawat dan salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat dan keluarganya, Tema yang dipilih penulis dalam penelitian adalah Komposisi Makanan Pada tiga Spesies Cicak (Cosymbotus platyurus Schneider, Hemidactylus frenatus Dumb. Bibr dan Gehyra mutilata Weigm.) Melalui Analisis Makanan Dalam Lambung. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Achmad Farajallah, M. Si dan Bapak Drs. Tri Atmowidi, M. Si selaku pembimbing. Ibu Dr. Rita Megia atas waktu diskusi dan sarannya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Bambang Suryobroto beserta staf dosen Laboratorium Zoologi IPB atas saran dan perhatiannya. Temantemanku Eko, Nico, Wildan, Carwan, Indra, dan Lusi atas segala bantuanya; seluruh temanteman mahasiswa Biologi; Saudarasaudaraku di Vila Merah: Kuncung, WT, Ogi, Andros, Agus, Iwan MP dan Boxer atas kebersamaannya selama ini; dan untuk tercinta, Azifah Dewi yang selalu memberi semangat. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak, Ibu, Kakak Zainul Ma arif, Mbak Zum, Adikku Sania dan Diah atas kasih sayang, doa serta dukunganya. Bogor, Juli 2007 Zaimul Wafa

1 PENDAHULUAN Cicak termasuk dalam kelas Reptilia, ordo Squamata, dan famili Gekkonidae (Zug et al. 1977). Tiga spesies cicak rumah, yaitu Hemidactylus frenatus, Cosymbotus platyurus, dan Gehyra mutilata dilaporkan ditemukan di Bogor dengan habitat berupa bangunan, semak, dan pohon (Saepudin 2004). Cicak H. frenatus ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, sedangkan C. platyurus selain di Jawa ditemukan di pulau Nias, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, dan Flores (Rooij 1915). Pada umumnya, cicak hidup di tempat gelap, seperti dalam lubang dan celahcelah batu (Harrisson 1961). Cicak melakukan aktivitasnya pada waktu senja sampai malam hari dan aktifitasnya berkurang pada kondisi terang (William & Cooper 1985). Cicak mendapatkan makanannya dengan cara menangkap atau memburu mangsa menggunakan mulut dan mangsa ditelan secara utuh (raptorial) (Harrisson 1961; Goin & Goin 1970). Beberapa spesies cicak memakan serangga, labalaba, buahbuahan, madu, bangkai (carrion eating), dan menjilat cairan tertentu (Harrisson 1961; Powell et al. 1990; Colli et al. 2003; Ramires & Fraguas 2004). Keanekaragaman makanan dapat dipelajari melalui analisis isi lambung (Grahame et al. 1979; Henderson 1993; Hector & Luis 1997). Isi lambung memberikan informasi tentang komposisi makanan dan strategi mancari makan (Grahame et al. 1979). Kajian makanan pada cicak dapat dipelajari dengan pangamatan empiris, yaitu mengamati langsung perilaku mencari makanan dan pangamatan isi lambung dengan cara membedah. Powell et al. (1990) melaporkan bahwa di dalam lambung cicak H. brookii ditemukan serangga (Ordo: Diptera, Lepidoptera, Coleoptera, Homoptera, Orthoptera, dan Hymenoptera), Crustaceae, Arachnida (labalaba), dan material tumbuhan. Dalam lambung Gymnodactylus geckoides ditemukan serangga dan Athropoda yang lain (Colli et al. 2003). Sedangkan dalam lambung H. mabouia ditemukan juga labalaba dan Arthropoda (Ramires & Fraguas 2004). Basuki (2006) melaporkan komposisi makanan pada dua spesies cicak H. frenatus dan C. platyurus di pemukiman kota adalah serangga, Arachnida, Mollusca, material tumbuhan (biji dan nasi), dan material lain (batu dan kulit telur). Pada habitat pulau kecil yang tersisolasi, Mabuya agilis memakan serangga, Arachnida, Crustacea, Gastropoda, dan lainlain (Rocha et al. 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari komposisi makanan dari tiga spesies cicak (C. platyurus, H. frenatus, dan G. mutilata) berdasarkan perbedaan lokasi dan waktu. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2006 sampai Mei 2007. Sampel cicak diambil di lokasi sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung dari Bogor sampai Jakarta. Identifikasi cicak, analisis makanan, dan analisis data dilakukan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, FMIPA IPB. Penangkapan Cicak Penangkapan cicak dilakukan di enam tempat, yaitu Cisarua (CI, 320 mdpl), Sempur (SE, 256 mdpl), Bojong Gede (BG, 140 mdpl), Depok (DE, 130 mdpl), Menteng (ME, 13 mdpl), dan Ancol (AN, 4 mdpl) (Lampiran 1). Waktu penangkapan cicak dilakukan pada sore hari (pukul 15.3018.00 WIB) dan malam hari (pukul 18.3021.00 WIB) dengan mengunakan sapu atau langsung ditangkap dengan tangan. Cicak yang tertangkap dimatikan dengan kloroform, dibedah perutnya, dan diawetkan dalam etanol 70 %. Pengukuran Karakter Tubuh dan Identifikasi Spesimen Pengukuran terhadap beberapa karakter tubuh dan diameter lambung (Tabel 1) menggunakan kaliper dengan ketelitian 0.05 mm mengikuti cara Hikida dan Ota (1989). Sedangkan bobot badan dan bobot lambung cicak ditimbang dengan timbangan digital merek AND (cap. 200 g). Spesimen cicak diidentifikasi dengan kunci identifikasi Saepudin (2004) (Lampiran 3). Tabel 1 Karakterkarakter tubuh cicak yang diukur No Parameter Singkatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Bobot Badan Bobot Lambung Panjang KepalaEkor Panjang BadanKepala Lebar Kepala Lebar Badan Tinggi Kepala Lebar Mulut Moncong Mulut Panjang Lambung Diameter Lambung BB BL PKE PBK LK LB TK LM MM PL DL

2 Analisis Isi Lambung Lambung cicak dikeluarkan dan ditampung ke dalam botol penampung yang berisi etanol 70 % kemudian dibedah dalam cawan petri dibawah mikroskop. Makanan dalam lambung kemudian dipilah mengggunakan kuas dan jarum. Makanan dari lambung dikelompokkan menjadi hewan, material tumbuhan, dan material lain. Kemudian dibagi menjadi kategorikategori (untuk hewan sampai ke tingkat ordo). Makanan berupa hewan diidentifikasi berdasarkan Borror et al. (1996) dan Barker (2001). Spesimen cicak disimpan di Laboratorium Zoologi, FMIPA IPB. Analisis Data Persentase setiap kategori makanan dihitung dengan membagi jumlah semua jenis per kategori (ni) dengan jumlah semua jenis yang ditemukan (N) dikalikan 100. Keragaman kategori makanan dalam lambung cicak dihitung dengan indeks keragaman ShannonWiener (H ) dengan rumus : Σ ni/n ln ni/n dan sebaran keragaman Shannon (E) dengan rumus: H /lns. Kesamaan jenis makanan cicak antar spesies, lokasi dan waktu dihitung menggunakan indeks kesamaan Jaccard (Cj) dan Sorenson kuantitatif (CN) dengan rumus : Cj = j/((a+b+c)j) CN=2jN/ (an+bn) Keterangan : S=jumlah kategori makanan j =jumlah kategori makanan pada semua cicak a =jumlah kategori makanan pada spesies a b =jumlah kategori makanan pada spesies b c =jumlah kategori makanan pada spesies c jn=nilai total terendah pada habitat, waktu, atau spesies an=jumlah total pada spesies, lokasi, atau waktu pada A bn=jumlah total spesies, lokasi, atau waktu pada B. (Magguran 1987). Persentase makanan antar lokasi dan waktu diuji menggunakan analysis of variance (oneway ANOVA) di dalam program R. HASIL Jumlah Individu dan Ukuran Tubuh Cicak Rumah Penelitian ini didapatkan tiga spesies cicak rumah dengan ciriciri umum adalah C. platyurus mempunyai warna abuabu putih sampai kehitaman pada bagian dorsal, ekor pipih dengan tepi bergerigi, lipatan kulit pada sisi badan, dan ventral jari dengan lamela berpasangan. H. frenatus dengan warna dorsal putih abuabu sampai coklat, ekor bulat memanjang dengan enam sisik tuberkalar, dan ventral jari dengan lamela berpasangan. Sedangkan G. mutilata berwarna terlihat transparan, jari pendek, dan cenderung bulat melebar, dan lamela pada proximal hanya satu baris (Gambar 1). Jumlah individu cicak rumah yang ditangkap berdasarkan jenis, lokasi, dan waktu penangkapan disajikan dalam Tabel 2 dan perbandingan ukuran tubuh dan lambung tertera dalam Tabel 3. Tabel 2 Spesies dan jumlah individu cicak yang ditangkap berdasarkan lokasi dan waktu penangkapan Tempat Waktu Jumlah Individu Jumlah Cp Hf Gm Total Cisarua S 3 7 2 12 30 M 14 2 2 18 Sempur S 6 4 10 27 M 8 4 5 17 Bojong S 4 4 3 11 22 Gede M 5 1 5 11 Depok S 7 5 2 14 32 M 15 3 18 Menteng S 7 2 1 10 20 M 7 3 10 Ancol S 16 1 1 18 42 M 22 1 1 24 Jumlah 114 33 26 26 173 Keterangan: S: Sore, M : Malam, Cp: C. platyurus, Hf: H. frenatus, dan Gm: G. mutilata Tabel 3 Bobot badan, bobot lambung, dan beberapa ukuran tubuh dan diameter lambung cicak Karakter BB (gr) PEK (mm) PBK(mm) LB (mm) LK (mm) TK (mm) LM (mm) MM (mm) BL(gr) PL (mm) DL(mm) Spesies (X±SD) Cp (n=114) Hf (n=33) Gm (n=26) 3.65 ± 1.19 2.99 ± 0.85 3.83 ± 1.08 81.90 ± 41.97 83.98 ± 37.1073.34 ± 41.87 51.93 ± 7.83 50.17 ± 5.30 55.25 ± 5.37 13.51± 13.21 9.72 ± 2.05 11.33 ± 1.45 9.69 ± 1.45 9.55 ± 1.16 10.95 ± 1.06 6.64 ± 4.83 6.24 ± 0.81 6.79 ± 1.31 7.75 ± 0.86 7.69 ± 0.88 8.14 ± 0.79 8.28 ± 0.78 8.11 ± 0.87 8.42 ± 8.41 0.14 ± 0.07 0.10 ± 0.00 0.12 ± 0.09 18.47 ± 3.59 16.35 ± 2.46 17.96 ± 3.56 3.79 ± 1.08 2.92 ± 0.63 3.59 ± 1.17 Keterangan : BB: bobot badan, PEK: panjang ekorkepala, PBK: panjang badankepala, LB: lebar badan, LK: lebar kepala, DM: diameter mata, DT: diameter telinga,tk: tinggi kepala, LM: lebar mulut, MM: moncong mulut, TB: tinggi badan, BL: bobot lambung, PL: panjang lambung, DL: diameter lambung, Cp: C. platyurus, Hf: H. frenatus Gm: G. mutilata, X: ratarata, dan SD: Standar Deviasi

3 Komposisi Makanan Kategori makanan cicak rumah (C. platyurus, H. frenatus dan G. mutilata) bervariasi. Komposisi makanan di dalam lambung C. platyurus terdiri atas serangga (89.3%), Araneae (0.5%), Uropigy (0.2%), Spirobolida (0.5%), Pauropoda ( 0.7%), material tumbuhan (3.9%), material lain (2.7 %), dan tidak teridentifikasi (2.1%). Pada H. frenatus terdiri atas serangga (85.8 %), Araneae (2.9 %), dan tidak teridentifikasi (11.4%). Sedangkan G. mutilata terdiri atas serangga (88.8%), Araneae (1.41, Spirobolida (1.41%), material lain (2.8%), dan tidak teridentifikasi (5.7 %) (Tabel 4). Keragaman dan Kesamaan Makanan Cicak Rumah Nilai H pada G. mutilata menempati posisi paling tinggi (1.514), kemudian diikuti oleh H. frenatus (1.408) dan C. platyurus (1.233). Meskipun nilai kategori makanan (K) pada C. platyurus paling tinggi, akan tetapi jumlah makanan (N) per kategori juga tinggi sehingga keragaman makanan pada C. platyurus adalah paling kecil dibandingkan dengan spesies lainnya (Tabel 5). Kesamaan kategori makanan pada C. platyurus dan H. frenatus berdasarkan indeks kesamaan Jaccard (Cj) dan Sorenson kuantitatif (CN) sebesar 38% dan 22%, C. platyurus dengan G. mutilata 42% dan 22%, dan H. frenatus dengan G. mutilata 42% dan 99%. Kesamaan ketegori makanan pada C. platyurus bedasarkan lokasi berkisar antara ( 0.210.58 ) dan (0.150.85), dan waktu (0.57) dan (0.32); H. frenatus, lokasi: (0.150.75) dan (0.050.94), dan waktu: (0.25 0.62) dan (0.090.70); dan G. mutilata, lokasi: (00.67) dan (0.011)), dan waktu: (0.230.26) dan (0.180.98) (Tabel 6 dan Tabel 7). Gambar 1 Tiga spesies cicak rumah (insert : ventral jari kaki, A= C. platyurus, B= H. frenatus, dan C= G. mutilata) Tabel 4 Komposisi makanan tiga spesies cicak rumah (Cp: C. platyurus, Hf: H. frenatus, Gm: G. mutilata, dan ni: jumlah) No A B C Kategori Makanan Spesies Cp (N=114) Hf (N=33) Gm (N=26) ni (X±SD) % ni (X±SD) % ni (X±SD) % 1 Serangga Coleoptera (COL) 501 22 4.40±8.47 0.19±1.25 89.32 3.92 60 2 1.81±3.06 0.06±0.24 85.71 2.86 63 6 2.42±3.83 0.23±0.59 88.73 8.45 2 Diptera (DIP) 386 3.37±8.23 68.81 41 1.24±2.96 58.57 32 1.23±1.88 45.07 3 Hymenoptera (HYM) 80 0.70±2.08 14.26 7 0.21±0.48 10.00 20 0.77±3.32 28.17 4 Orthoptera (ORT) 2 0.02±0.13 0.36 5 0.15±0.87 7.14 5 Lepidoptera (LEP) 5 0.04±0.31 0.89 1 0.03±0.17 1.43 6 Hemiptera (HEM) 2 0.02±0.13 0.36 4 0.12±0.55 5.71 7 Homoptera (HOM) 2 0.02±0.19 0.36 8 Isoptera (ISO) 1 0.01±0.09 0.18 5 0.92±0.98 7.04 9 Dermaptera (DER) 1 0.01±0.09 0.18 10 11 12 13 Material Tumbuhan (MAT) Biji Potongan kayu Potongan kertas Nasi 22 4 2 3 13 0.19±0.58 3.92 Material Lain (MAL) 15 0.13±0.41 2.67 2 0.08±0.39 2.82 14 15 16 17 Kulit Cicak Kotoran rayap Batu Kulit telur 6 4 5 1 1 Diplopoda 18 Spirobolida (SPI) 3 0.03±0.16 0.53 1 0.04±0.20 1.41 19 Arachnida Uropygi (URO) 4 1 0.02±0.10 0.01±0.09 0.71 0.18 2 0.06±0.24 2.86 1 0.04±0.20 1.41 20 Araneae (ARA) 3 0.03±0.16 0.53 2 0.06±0.24 2.86 1 0.04±0.20 1.41 21 Pauropoda (PAU) 4 0.02±0.30 0.71 22 Tidak Teridentifikasi (TT) 12 0.11±0.31 2.14 8 0.24±0.44 11.43 4 0.15±0.37 5.63 Total Makanan 561 100 70 100 71 100

4 Tabel 5 Jumlah makanan (N), kategori makanan (K), indeks keragaman ShannonWienner (H ), dan sebaran keragaman Shannon (E) pada spesies cicak rumah Ukuran N K H E Spesies C. platyurus H. frenatus G. mutilata 561 70 71 21 8 9 1.233 1.408 1.514 0.405 0.677 0.689 Tabel 6 Kesamaan makanan pada C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan G. mutilata (Gm) antar lokasi berdasarkan indeks kesamaan Jaccard (di bawah diagonal) dan indeks kesamaan Sorenson kuantitatif (di atas diagonal) Lokasi Cp Hf Gm AN ME DE BG SE CI AN ME DE BG SE CI AN ME DE BG SE CI Cp AN 1 0.85 0.57 0.35 0.55 0.7 0.13 0.20 0.19 0.16 0.39 0.11 0.04 0.02 0.16 0.32 0.47 0.13 ME 0.43 1 0.45 0.44 0.67 0.84 0.17 0.27 0.25 0.21 0.49 0.14 0.05 0.03 0.21 0.41 0.59 0.17 DE 0.35 0.58 1 0.15 0.26 0.35 0.05 0.09 0.08 0.07 0.17 0.04 0.02 0.01 0.07 0.14 0.22 0.05 BG 0.38 0.40 0.21 1 0.72 0.56 0.48 0.71 0.67 0.58 0.94 0.43 0.17 0.09 0.58 095 0.81 0.48 SE 0.35 0.27 0.30 0.42 1 0.82 0.30 0.47 0.44 0.38 0.78 0.27 0.10 0.05 0.38 0.67 0.90 0.30 CI 0.34 0.45 0.58 0.55 0.38 1 0.22 0.35 0.33 0.28 0.62 0.19 0.07 0.04 0.28 0.53 0.73 0.22 Hf AN 0.15 0.38 0.27 0.28 0.27 0.22 1 0.73 0.78 0.88 0.44 0.92 0.44 0.25 0.88 0.51 0.36 1 ME 0.17 0.25 0.18 0.33 0.18 0.25 0.67 1 0.96 0.86 0.65 0.67 0.29 0.15 0.86 0.75 0.55 0.74 DE 0.23 0.33 0.36 0.25 0.15 0.50 0.4 0.2 1 0.9 0.61 0.71 0.31 0.17 0.9 0.71 0.51 0.78 BG 0.23 0.5 0.36 0.66 0.36 0.33 0.75 0.5 0.33 1 0.53 0.8 0.36 0.2 1 0.62 0.58 0.88 SE 0.25 0.22 0.27 0.25 0.17 0.22 0.2 0.25 0.4 0.4 1 0.39 0.15 0.03 0.53 0.89 0.88 0.44 CI 0.33 0.5 0.36 0.43 0.25 0.22 0.4 0.5 0.6 0.6 0.4 1 0.5 0.29 0.8 0.46 0.32 0.93 Gm AN 0.08 0.13 0.10 0 0 0.13 0.33 0 0.25 0 0 0.25 1 0.67 0.36 0.18 0.12 0.44 ME 0.08 0.13 0.10 0 0 0.13 0.33 0 0.25 0 0 0.25 1 1 0.2 0.10 0.06 0.25 DE 0.15 0.22 0.17 0.29 0.27 0.50 0.5 0.67 0.17 0.4 0.2 0.4 0 0 1 0.62 0.44 0.88 BG 0.27 0.67 0.5 0.3 0.29 0.36 0.27 0.29 0.38 0.57 0.25 0.57 0.14 0.14 0.25 1 0.77 0.52 SE 0.23 0.33 0.36 0.43 0.36 0.22 0.4 0.5 0.33 0.6 0.40 0.6 0 0 0.4 0.38 1 0.36 CI 0.16 0.25 0.18 0.14 0.08 0.50 0.25 0.33 0.5 0.2 0.25 0.5 0.5 0.5 0.25 0.13 0.2 1 Cp 0.22 0.22 Hf 0.38 0.99 Gm 0.42 0.42 Keterangan : (AN: Ancol, ME: Menteng, DE: Depok, BG: Bojong Gede, SE: Sempur, CI: Cisarua Tabel 7 Kesamaan makanan pada C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan G. mutilata (Gm) antar waktu berdasarkan indeks kesamaan Jaccard (di bawah diagonal) dan indeks kesamaan Sorenson kuantitatif (di atas diagonal) Waktu Cp Hf Gm S M S M S M Cp S 10.32 0.39 0.70 0.43 0.67 0.67 M 0.57 1 0.09 0.19 0.10 0.18 Hf S 0.41 0.37 1 0.63 0.94 0.65 M 0.35 0.25 0.62 1 0.68 0.98 Gm S 0.39 0.23 0.36 0.27 1 0.70 M 0.29 0.26 0.71 0.57 0.44 1 Cp 0.22 0.22 Hf 0.38 0.99 Gm 0.42 0.42 Keterangan : (AN: Ancol, ME: Menteng, DE: Depok, BG: Bojong Gede, SE: Sempur, CI: Cisarua, S: Sore, dan M: Malam) Berdasarkan analysis of variance (ANOVA) persentase kategori makanan tiap lokasi penangkapan tidak berbeda atau seragam (P>0.05). Kategori makanan yang dominan berdasarkan lokasi pengambilan sampel adalah Diptera. Persentase Diptera pada C. platyurus tidak berbeda (P=0.578) untuk tiap lokasi (Ancol: 53.9%, Menteng: 44.1%, Depok: 90.1%, Bojong Gede: 63.7%, Sempur : 71.8%, dan Cisarua: 30.3% (Gambar 2). H. frenatus tidak berbeda untuk tiap lokasi (P=0.856) (Ancol: 66.7%, Menteng: 75%, Depok: 36.4%, Bojong Gede: 55.6%, Sempur: 72%, dan kecuali di Cisarua yang dominan adalah Hymenoptera: 28.6% (Gambar 3). Sedangkan pada G. mutilata kategori makanan yang dominan adalah bervariasi untuk Ancol (Coleoptera: 100 %), Menteng (Coleoptera: 100 %), Depok (Diptera: 33.3 %), Bojong Gede (Diptera: 60 %), Sempur (Hymenoptera: 56.2 %), dan Cisarua (Diptera: 85.7 %) juga tidak berbeda (P=0.276) (Gambar 4).

COL DIP HYM ORT LEP HEM HOM ISO DER MAT MAL SPI URO ARA PAU TT Persentase (%) COL DIP HYM ORT LEP HEM HOM ISO DER MAT MAL SPI URO ARA PAU TT COL DIP HYM ORT LEP HEM HOM ISO DER MAT MAL SPI URO ARA PAU TT Persentase (%) Persentase (%) COL DIP HYM ORT LEP HEM HOM ISO DER MAT MAL SPI URO ARA PAU TT COL DIP HYM ORT LEP HEM HOM ISO DER MAT MAL SPI URO ARA PAU TT persentase (%) Persentase (%) COL DIP HYM ORT LEP HEM HOM ISO DER MAT MAL SPI URO ARA PAU TT Persentase (%) 5 Kategori makanan yang dominan berdasarkan waktu penangkapan (siang dan malam hari) yaitu Diptera. Persentase makanan tiga spesies cicak (Hf, Cp, dan Gm) pada malam hari (69%, 84%, dan 85%) lebih besar dari siang hari (31%, 16%, dan 35 %). Persentase Diptera pada C. platyurus siang dan malam hari berturutturut (46.2% dan 73.2 %) (Gambar 5). Pada H. frenatus: (22.8%, sama dengan Hymenoptera dan 75 %) (Gambar 6). Sedangkan pada G. mutilata: ( 36 % dan 50 %) (Gambar 7). Berdasarkan waktu penangkapan, persentase makanan pada tiga spesies cicak rumah tidak berbeda (Cp: P= 0.606, Hf: P= 0.511 dan Gm: P= 0.404) (Lampiran 2). 60 50 40 30 20 10 0 Kategori makanan Pukul 15.3018.00 Pukul 18.3021.00 Pukul 15.3018.00 Pukul 18.3009.00 Gambar 5 Persentase makanan C. platyurus berdasarkan waktu penangkapan 100 80 60 40 20 0 80 70 60 50 40 30 20 10 0. Kategori makanan ANC MEN DEP BOG SEM CIS Gambar 2 Persentase makanan C. platyurus berdasarkan lokasi penangkapan Kategori makanan Pukul 15.3018.00 Pukul 18.3021.00 Pukul 15.3018.00 Pukul 18.3009.00 Gambar 6 Persentase makanan H. frenatus berdasarkan waktu penangkapan 80 70 60 50 40 30 20 10 0 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Kategori makanan ANC MEN DEP BOG SEM CIS Gambar 3 Persentase makanan H. frenatus berdasarkan lokasi penangkapan. Kategori makanan Pukul Pukul 15.3018.00 Pukul 18.3009.00 18.3021.00 Gambar 7 Persentase makanan G. mutilata berdasarkan waktu penangkapan. 120 100 80 60 40 20 0 Kategori makanan ANC MEN DEP BOG SEM CIS Gambar 4 Persentase makanan G. mutilata berdasarkan lokasi penangkapan

6 Gambar 8 Beberapa kategori makanan yang ditemukan di dalam lambung cicak rumah. [A=Coleoptera, B= Diptera, C=Hymenoptera, D=Orthoptera, E=Lepidoptera, F=Spirobolida, G=Uropigy, H= Araneae (labalaba), I=Pauropoda, J=Biji (material tumbuhan), K=kulit cicak (material lain), dan L= material hancur] A B C D E F G H I J K L

7 PEMBAHASAN Cicak G. mutilata mempunyai bobot badan lebih besar (3.83 g ±1.08) dibandingkan dengan C. platyurus (3.65 g ± 1.19), dan H. frenatus (2.99 g ± 0.85). Besarnya ukuran tubuh tidak berpengaruh terhadap jenis makanan, melainkan lebih disebabkan tersedianya makanan pada lokasi dan waktu tertentu (Colli et al. 2003). Ukuran tubuh pada umumnya berpengaruh terhadap adaptasi mencari makan, dalam hal ini kompetisi mencari makan. Cicak dengan bentuk kranial yang besar dan mulut yang pendek cenderung sebagai herbivora dan sebaliknya cenderung karnivora (Metzger & Herrel 2005). Dalam lambung tiga cicak yang diamati dapat ditemukan serangga, labalaba (Araneae), kalajengking bercambuk (Uropigy), Spirobolida, Pauropoda, potongan kertas, potongan kayu, biji cabe, nasi, kulit cicak, kulit telur, kotoran rayap, dan batu. Kategori makanan yang paling dominan dari tiga spesies cicak rumah adalah serangga (Diptera). Komposisi makanan tersebut mengambarkan pola makan bersifat oportunis. Cicak bisa digolongkan ke dalam hewan oportunis karena selain memangsa hewan, mereka memakan material tumbuhan (herbivora). Ketersediaan makanan pada lokasi, waktu dan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi seekor hewan menjadi pemakan oportunis (Powell et al. (1990). Berdasarkan indeks keragaman Shannon Wienner (H ). Cicak G. mutilata mempunyai nilai H yang tinggi (1.514) walaupun tidak berbeda jauh dengan Hf (1.408) dan Cp (1.233). Semakin tinggi nilai H maka semakin beragam makanannya. Kesamaan makanan berdasarkan indeks kesamaan Jaccard (Cj) pada tiga spesies menunjukkan nilai yang hampir sama (38%, 42%, dan 42%). Sedangkan berdasarkan indeks kesamaan Sorenson kuantitatif, Cp dengan Hf dan Cp dengan Gm adalah 22%, kecuali antara Hf dengan Gm kesamaan makanannya sebesar 99%. Hal ini disebabkan makanan, individu cicak dan kategori makanan pada Hf dan Gm yang ditemukan jumlahnya hampir sama. Berdasarkan lokasi penangkapan, kategori makanan yang paling banyak ditemukan pada tiap lokasi penangkapan adalah Diptera kecuali pada G. mutilata di Ancol dan Menteng yang didominasi oleh Coleoptera dan juga di Sempur yang didominasi Hymenoptera. Cicak G. mutilata yang ditemukan di Menteng berjumlah satu ekor yang ditangkap pada siang hari, sehingga tidak ada pembanding dengan individu yang lain dalam spesies tersebut. Adapun di Sempur yang didominasi Hymenoptera karena cicak G. mutilata banyak yang ditangkap di pohon. Dominasi kategori makanan yang sama disebabkan lokasi penangkapan keseluruhan berada di tipe habitat yang sama yaitu sekitar sungai, selain itu penangkapan dilakukan pada saat atau setelah hujan. Diptera memiliki daerah sebaran yang luas sehinggga dapat dijumpai di berbagai tipe habitat, yaitu di dalam hutan, kebun, pekarangan, dan sekitar manusia (Borror et al. 1996). Cicak dari tempat dan ketinggian tempat yang berbeda (Cisarua sampai Ancol) ternyata mempunyai komposisi makanan yang tidak berbeda. Semua jenis serangga bersifat poikiloterm, yaitu suhu tubuhnya tergantung pada keadaan lingkungan (Speight et al. 1999). Ketinggian suatu tempat berbeda akan mempunyai temperatur yang berbeda. Akan tetapi kategori makanan dari ketiga spesies tersebut di setiap lokasi tidak dapat dibedakan (Cp: P= 0.578, Hf: P= 0.856 dan Gm: P=0.276) (Lampiran1). Petren & Case (1998) melaporkan bahwa daerah jelajah pada L. lugubris dan H. frenatus banyak terjadi di lingkungan kota, karena lingkungan kota memiliki kelimpahan serangga dan struktur habitat yang kompleks. Cicak dalam goa dilaporkan hanya memakan kecoa karena di daerah tersebut banyak kecoa (Harrisson 1961). Cicak di daerah terestrial Cnemaspis kendalii ditemukan memakan kumbang dan tanah (Werner 2002). Pada malam hari, cicak lebih banyak memakan Diptera. Hal ini disebabkan oleh aktifitas cicak pada malam hari serta aktivitas nyamuk (Diptera) banyak dilakukan pada malam hari (Powell et al. 1990). Persentase makanan cicak pada sore hari juga didominasi oleh Diptera, akan tetapi persentase makanan berdasarkan waktu penangkapan tiap spesies cicak rumah berbeda (Cp: P= 0.606, Hf: P= 0.511 dan Gm: P= 0.404) (Lampiran 1). Cicak banyak melakukan aktivitasnya pada malam hari atau ditempat yang gelap (Colli et al. 2003). Selain itu cicak merupakan hewan nokturnal (Powell et al. 1990; Petren & Case 1998; Colli et al. 2003; Ramires & Fraguas 2004; Vogrin 2005). Cicak masuk ke dalam tempat tinggalnya jika ditambah dengan cahaya yang terang (75 W) dan tidak akan muncul kembali sampai menjelang malam (William & Cooper 1985). H. turcicus

8 memilih tempat yang vertikal (dinding) daripada horizontal (langitlangit), hal ini disebabkan oleh adanya cahaya pada dinding yang dapat menarik serangga sebagai sumber makanan (Vogrin 2005). Cicak Terentola mauritanica menangkap mangsanya, yaitu dengan mendekati cahaya lampu setelah itu diam dan menunggu (Hodar et al. 2006) Tingginya material yang tidak teridentifikasi disebabkan karena material telah dimakan dalam rentang waktu yang cukup lama. Cicak Phelsuma madagascariensis ditemukan memakan serangga sampai 30 menit setelah gelap (Colli et al. 2003). Cicak sebenarnya mempunyai hubungan mutualisme langsung terhadap manusia sebagai pengendali nyamuk (Zug et al. 1977). Cicak dilaporkan mendapatkan makanannya dengan mengendap, menangkap, dan membalikkan posisi tubuhnya (Harrison 1961). Cicak Cnemaspis kendallii memakan mangsa yang ada di sekitarnya, yaitu dengan melakukan pergerakan kemudian menangkap mangsa yang melewatinya (Werner 2002). Caracara menangkap mangsa di atas lebih mempertegas bahwa cicak adalah hewan arboreal. Walaupun demikian, beberapa fakta menyebutkan bahwa cicak juga memakan partikelpartikel batu atau tanah, dan oleh karena itu cicak bisa juga disebut sebagai hewan terestrial. SIMPULAN Makanan pada tiga spesies cicak rumah terdiri atas serangga, Araneae (labalaba), Uropygy (kalajengking bercambuk), Spirobolida, Pauropoda, potongan kertas, potongan kayu, biji, nasi, kulit cicak kulit telur, kotoran rayap, dan batu. Kategori makanan yang paling dominan adalah (Diptera). Persentase makanan pada tiga spesies cicak antar lokasi dan waktu tidak berbeda (P>0.05). SARAN Cicak merupakan salah satu agens pengendali hayati (lalat dan nyamuk), sehingga keberadaan cicak perlu dijaga. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai potensi enzim pencernaan cicak dalam mendegradasi kitin yang merupakan komponen utama penyusun kulit pada serangga. DAFTAR PUSTAKA Barker GM. 2001. The Biology of Terrestrial Moluscs. Hamilton: CABI publising. Basuki AR. 2006. Preferensi makanan pada dua spesies cicak (Hemidactylus frenatus Dumb. Bibr dan Cosymbotus platyurus Schneider) Melalui Analisis Makanan Dalam Lambung [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Borror DJ, Triphelon CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed ke 6. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari : An Intoduction to The Study of Insect. Colli GR, Mesquita DO, Rodrigues PV, Kitayama K. 2003. Ecology of the Gecko Gymnodactylus geckooides amarali in a Neotropical Savana. J Herpetol 37:684 706. Goin CJ, Goin OB. 1970. Introduction to Herpetology. Florida University of Florida. Grahame JW, Manolis SC, Buckworth R. 1979. Crocodylus johnstoni in the Mc Kinlay river area, NTI: Variation in the diet and new method of assessing the relative importance of prey. Aust J Zool 30:877879. Harrisson T. 1961. Niah s new cavedwelling gecko: habits. Sarawak Mus Jour 8:277 282. Halliday T, Kraig A, O toole C. 1986. The Enclycopedia of Reptiles and Insect. California: Grolier International, Inc. Hector GE, Luis E. 1997. Seasonal dietary patterns of Mexican fringetoed lizard (Uma paraphygas). J Herpetol 31(1): 19. Henderson RW. 1993. Foraging and diet in West Indian Corallus nydris (Serpentes: Boidae). J Herpetol 27: 2428. Hikida T, Ota H. 1989. A new triploid Hemidactylus (Gekkonidae: Sauria) from Taiwan, with comments on morphological and karyological variation in the H. garnotiivietnamensis complex. Herpetology 23:5060. Hodar JA, plaguezuelos JM, Fernandez CJR. 2006 Foraging mode of the Moorish gecko Tarentola mauritanica in an arid environment: Inferences from abiotic sting, prey availability and dietary composition. J Arid Environments 65:83 93. Magguran AE. 1987. Ecological Diversity and It s Measurenment. Princenton: Princenton University Press.

9 Metzger KA, Herrel A. 2005. Correlations between lizard cranial shape and diet: a quantitative, phylogenetically informed analysis. Linnean Society J Biol 86(4): 433466. Petren K, Case TJ. 1998. Habitat structure determines competition intensity and invasion success in gecko lizard. Proc Natl Acad sci 95: 1173911744. Powell R, Parmerlee JS, Rice MA. 1990 Ecological observation of Hemidactylus brokii haitianus Meerwarth (Sauria:Geckonidae) from Hispaniola. Caribbean J Science 26:6790. Rocha CFD, Vrcibradic D, Sluys VM. 2004. Diet of the lizard Mabuya agilis (Sauria: Scincidae) in an insular habitat (Ilha Grande, RJ, Brazil). Braz J Biol 64(1): 135139. Rooij ND. 1915. The Reptile of The Indonesian Australian Archipelago Part I Lacertalia, Chelonian, Emydosauria. Leiden: E.J. brill Ltd. Saepudin A. 2004. Beberapa spesies cicak dan tokek (Famili: Gekkonidae) di wilayah Bogor [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Speight MR, Hunter MD, Watt AD. 1999. Ecology of Insect, Consepts and Aplication. Blackwell Science Press. Vogrin M. 2005. The turkish gecko Hemidactylus frenatus prefers vertical wall. Turk J Herpetol 25: 127129. Werner YL. 2002. Observation on the ecology of arrhythmic equatorial Gecko Cnemaspis kendalii in Singapore (Sauria: Gekkonidae). The Raffles Bulletin of Zoology 50:185196. William E, Cooper JR. 1985. Diet activity pattern in the banded gecko, Coleonyx variegates. J Herpetol 19:308311. Zug GR, Goin C, Goin OB. 1977. Introduction to Herpetology. Third edition. WH Freeman and Company.

LAMPIRAN 10

11 Lampiran 1 Peta lokasi penangkapan cicak U Skala: 1: 330.000 Keterangan : = Lokasi penangkapan cicak

12 Lampiran 1 Pengujian analisys of variance (oneway ANOVA) dalam program R Spesies dengan waktu penagkapan Cosymbotus platyurus WA Residual Sum of square 3916.12 111277.75 Deg of freedom 2 29 Residual standard error : 16.9448 Estimated effects may be unbalanced Df Sum sq Mean Sq F falue Pr(>F) WA 2 3916 1958 0.5103 0.6056 Residual 29 111278 3837 Hemidactylus frenatus WA Residual Sum of square 16.5312 1121.6875 Deg of freedom 1 30 Residual standard error : 6.114702 Estimated effects may be unbalanced Df Sum sq Mean Sq F falue Pr(>F) WA 1 16.53 16.53 0.4421 0.5112 Residual 30 1121.69 37.39 Gehyra mutilata WA Residual Sum of square 19.5313 819.9375 Deg of freedom 1 30 Residual standard error : 6.114702 Estimated effects may be unbalanced Df Sum sq Mean Sq F falue Pr(>F) WA 1 19.53 19.53 0.7146 0.4046 Residual 30 819.94 27.33 Spesies dengan lokasi penagkapan Cosymbotus platyurus WA Residual Sum of square 2418.46 56943.50 Deg of freedom 5 90 Residual standard error : 25.15364 Estimated effects may be unbalanced Df Sum sq Mean Sq F falue Pr(>F) WA 5 2418 484 0.7645 0.5778 Residual 90 56944 633 Hemidactylus frenatus WA Residual Sum of square 9.8437 455.8125 Deg of freedom 5 90 Residual standard error : 2.250463 Estimated effects may be unbalanced Df Sum sq Mean Sq F falue Pr(>F) WA 5 9.84 1.97 0.3887 0.8554 Residual 90 455.81 5.06 Gehyra mutilata WA Residual Sum of square 49.9583 697.0000 Deg of freedom 5 90 Residual standard error : 2.782884 Estimated effects may be unbalanced Df Sum sq Mean Sq F falue Pr(>F) WA 5 49.96 9.99 1.2902 0.2752 Residual 90 697.00 7.74

13 Lampiran 2 Kunci Identifikasi Famili Gekkonidae (Saepudin 2004) 1 A. Jari panjang dan ramping... 2 B. Jari melebar... 3 2 A. Lubang femoral bersatu dengan preanal, berjumlah 4243... Cyrtodactylus fumosus B. Lubang femoral terpisah dengan preanal, jumlah lubang femoral 10 dan preanal 12...... Cyrtodactylus marmoratus 3 A. Ventral jari dengan dua baris lamela berpasangan... 4 B. Ventral jari dengan satu baris lamela atau hanya bagian distal jari yang memiliki dua baris lamela berpasangan... 6 4. A. Pada kedua sisi badan terdapat lipatan kulit yang jelas, mulai axila sampai groin... Cosymbotus platyurus B. Pada kedua sisi badan tidak terdapat lipatan kulit, jika ada bentuknya kurang jelas... 5 5 A. Jari tanpa selaput, tapi kadangkadang pada proximal antara jari ke3 dan ke4 sedikit berselaput, ekor bulat memanjang dengan enam sisik tuberkalar...... Hemidactylus frenatus B. Jari tanpa selaput, kecuali pada proximal jari pertama sedikit berselaput, ekor pipih memanjang dengan pingir bergerigi... Hemidactylus garnotii 6 A. Semua jari bercakar, jantan dengan lubang preanal tanpa femoral...... Gekko gecko B. Cakar pada jari pertama kecil atau tidak ada, mudah lepas, jantan dengan lubang femoral (bersatu dengan preanal)... Gehyra mutilata