Kondisi Perekonomian Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Ekonomi Bulanan

Laporan Ekonomi Bulanan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Laporan Ekonomi Bulanan

Laporan Ekonomi Bulanan

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Laporan Ekonomi Bulanan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Perkembangan Sektor Industri di Awal 2008 Oleh: Didik Kurniawan Hadi*

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Laporan Ekonomi Bulanan. Mei 2006

1. Tinjauan Umum

Laporan Ekonomi Bulanan

Laporan Ekonomi Bulanan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Laporan Ekonomi Bulanan

Laporan Ekonomi Bulanan

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Laporan Ekonomi Bulanan

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

Laporan Ekonomi Bulanan

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

Kinerja CENTURY PRO FIXED

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BERITA RESMI STATISTIK

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

Laporan Ekonomi Bulanan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran

Laporan Ekonomi Bulanan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR *) TRIWULAN II TAHUN 2014

Laporan Ekonomi Bulanan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BERITA RESMI STATISTIK

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

PRUlink Quarterly Newsletter

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

Laporan Ekonomi Bulanan

Transkripsi:

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan upaya-upaya konkrit untuk mengatasi keadaan ini. Perkembangan harga minyak dunia cenderung terus melonjak bahkan sempat melampaui US$ 145 per barrel, sementara harga komoditi pangan juga terus meningkat. Hal ini menyebabkan ancaman stagflasi yaitu situasi dimana pertumbuhan ekonomi sangat lamban, tetapi diikuti oleh tingkat inflasi yang sangat tinggi bisa menjadi kenyataan. Perekonomian dunia diprediksi hanya akan tumbuh sekitar 1,8 persen pada tahun 2008, yang merupakan suatu penurunan yang cukup drastis dibandingkan dengan angka pertumbuhan sebesar 3,8 persen pada tahun 2007. Sementara itu akibat krisis keuangan dan krisis perumahan di Amerika Serikat, berbagai faktor lain juga bermunculan mengiringi ketidakseimbangan global. Terus anjloknya kurs dollar Amerika Serikat dan memburuknya krisis kredit di negara-negara industri semakin memperburuk keadaan dan menyebabkan perekonomian dunia berada dalam ketidakpastian yang mengkhawatirkan. Meskipun beberapa negara di Eropa dan Jepang, serta sejumlah negara berkembang bisa tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dunia, namun dampak penurunan perekonomian Amerika Serikat tetap cukup besar dalam mempengaruhi perekonomian global akibat contagion effect pada banyak negara di dunia. 130 Kurs Yen dan Euro Terhadap Dollar AS 2 Januari 2007-19 Juli 2008 0.8 120 110 100 Yen Euro 0.7 0.6 90 2-Jan-07 26-Jan-07 19-Feb-07 15-Mar-07 8-Apr-07 2-May-07 26-May-07 19-Jun-07 13-Jul-07 6-Aug-07 30-Aug-07 23-Sep-07 17-Oct-07 10-Nov-07 4-Dec-07 28-Dec-07 21-Jan-08 14-Feb-08 9-Mar-08 2-Apr-08 26-Apr-08 20-May-08 13-Jun-08 7-Jul-08 0.5 2. Dalam hal perekonomian nasional, meskipun dampak sosial kenaikan harga BBM pada 24 Mei 2008 tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi negara secara keseluruhan, namun dampaknya terhadap perekonomian sangatlah besar. Tingkat inflasi diperkirakan akan mencapai double digit, yaitu sekitar12,5 persen, di saat daya beli masyarakat masih dalam kondisi sangat tertekan akibat melonjaknya harga komoditi pangan akhir-akhir ini. Tingkat pertumbuhan ekonomi dipastikan tidak akan mencapai target APBN sebesar 6,4 persen, tetapi paling tinggi akan berada di sekitar 6 persen untuk tahun 2008. Sedangkan APBN tetap belum bisa dikatakan aman, karena selain masih mengandung beban defisit sebesar Rp 82,3 triliun untuk tahun 2008, juga tetap dibayang-bayangi oleh kenaikan harga minyak

dunia yang masih terus bergejolak hingga saat ini. Adanya kekhawatirkan bahwa harga minyak mentah dunia bisa menembus angka US$ 200 per barrel di akhir tahun 2008 bukanlah suatu hal yang berlebihan, melihat kondisi kondisi pasar uang dan pasar komoditi dunia yang semakin tidak terkendali akhir-akhir ini. 3. Meskipun pada triwulan I 2008 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,3% secara year on year, namun secara triwulanan hanya tumbuh sekitar 2,1 persen terhadap triwulan IV 2007. Pertumbuhan ekonomi tersebut hanya bertumpu pada kegiatan ekspor, karena dari empat komponen pengguna Produk Domestik Bruto (PDB) hanya ekspor yang tercatat positif, yaitu sekitar 5,7 persen. Sedangkan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Bruto) mengalami kontraksi sekitar 0,6 persen, dan pengeluaran konsumsi masyarakat turun sekitar 0,4 persen akibat turunnya daya beli di awal tahun 2008 ini. Pertumbuhan PDB Harga Konstan 2000 menurut Penggunaan(%) Trw IV 2007 Trw I 2008 Trw I 2008 Sumber Pengeluran thd thd thd Pertumbuhan Trw III 2007 Trw IV 2007 Trw I 2007 year on year Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2.3-0.4 5.5 3.2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 23.2-30.5 3.6 0.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto 2.3-0.6 13.3 2.9 Ekspor Barang dan Jasa 2.6 5.7 15.0 7.1 Dikurangi : Impor Barang dan Jasa 1.3 2.7 16.8 - Produk Domestik Bruto -2.1 2.1 6.3 6.3 Sumber: Badan Pusat Statistik Sementara itu secara sektoral, pendukung utama pertumbuhan adalah sektor pertanian, yang tumbuh sebesar 18 persen pada triwulan I 2008 (terhadap triwulan IV 2007). Sedangkan sektor industri pengolahan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,1 persen, meskipun secara year on year (triwulan I 2008 terhadap triwulan I 2007) menunjukkan pertumbuhan sekitar 1,2 persen. Tingginya pertumbuhan pada sektor pertanian dimungkinkan tidak saja karena faktok musiman (terjadinya panen raya pada bulan Maret), tetapi juga didukung oleh kenaikan harga komoditas pertanian dan perkebunan yang melonjak secara sangat berarti. Pertumbuhan PDB Harga Konstan 2000 Menurut Sektor (%) Trw IV 2007 Trw I 2008 Trw I 2008 Sumber Lapangan Usaha thd thd thd Pertumbuhan Trw III 2007 Trw IV 2007 Trw I 2007 year on year 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN -22.9 18 6 0.8 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -0.1-1.1-2.3-0.2 3. INDUSTRI PENGOLAHAN -0.2-0.1 4.3 1.2 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 2 1.2 12.1 0.1 5. B A N G U N A N 3.8-1.6 8.3 0.5 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 0.5-0.2 7.2 1.2 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 6.8 0.6 19.7 1.4 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 3.1 1.8 8.3 0.8 9. JASA - JASA 2.9 0.4 5.7 0.5 Produk Domestik Bruto -2.1 2.1 6.3 6.3 Produk Domestik Bruto Tanpa Migas -2.2 2.4 6.8 Sumber: Badan Pusat Statistik 4. Tekanan eksternal, kenaikan harga BBM, dan gangguan pasokan barang-barang kebutuhan pokok telah mengakibatkan kenaikan inflasi telah mencapai angka dua digit pada akhir bulan Juni lalu. Pada Juni 2008 angka inflasi mencapai 2,46 persen, sehingga secara kumulatif pada Januari-Juni 2008 telah mencapai 7,37 persen, dan inflasi year on year 2

tercatat sebesar 11,03 persen. Laju inflasi yang tinggi terutama disumbang oleh kelompok pengeluaran Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan yang mencatat inflasi sebesar 8,72 persen pada bulan Juni 2008. Kemudian diikuti oleh kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, dimana laju inflasi pada kedua kelompok pengeluaran ini pada bulan Juni 2008 masing-masing mencapai 1,28 persen dan 1,33 persen. Inflasi Kumulatif (%) 2006-2008 % 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2008 2006 2007 7.37 6.59 January February March April May June July August September October November December Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, Year on Year, Tahun 2006 2008 Inflasi 2006 2007 2008 (2007=100) (1) (2) (3) (4) 1. Juni 0,45 0,23 2,46 2. Januari Juni (Tahun Kalender) 3. Juni terhadap Juni (year on year) (tahun n) (tahun n-1) 2,87 2,08 7,37 15,53 5,77 11,03 5. Meskipun mengalami sedikit tekanan akibat terjadinya gejolak pada pasar modal dalam dan luar negeri, secara keseluruhan kurs rupiah tidak berfluktuasi secara berlebihan sampai pertengahan bulan Juli ini. Sebagai lembaga yang bertugas menjaga laju inflasi dan menjaga stabilitas kurs mata uang rupiah, Bank Indonesia berhasil menjaga nilai rupiah pada level yang cukup kredibel dalam pandangan para pelaku ekonomi. Dalam menjaga rupiah, Bank Indonesia terus melakukan intervensi terhadap kurs rupiah demi kenyamanan para eksportir dan para importir melakukan kegiatan usahanya. 3

Kurs Tengah Rupiah terhadap Dollar AS Januari 2008-10 Juli 2008 9,000 Rp/US$ 9,100 9,200 9,300 9,172 9,400 9,500 2-Jan-08 15-Jan-08 25-Jan-08 7-Feb-08 19-Feb-08 29-Feb-08 13-Mar-08 27-Mar-08 8-Apr-08 18-Apr-08 30-Apr-08 13-May-08 23-May-08 4-Jun-08 16-Jun-08 26-Jun-08 8-Jul-08 Selain itu Bank Indonesia juga telah mengantisipasi kemungkinan dampak dari naiknya inflasi akibat kenaikan harga BBM. Dalam menjaga kemungkinan melonjaknya inflasi tersebut, Bank Indonesia telah tiga kali menaikkan suku bunga acuan BI-rate sejak bulan Mei lalu, sehingga dewasa ini BI-rate kembali berada pada level 8,75 persen. Hal ini diharapkan dapat menahan keluarnya dana dari Indonesia, yang berpotensi menurunkan kurs rupiah jika suku bunga riil dalam negeri mengalami penurunan. Dengan suku bunga BI-rate sebesar 8,75 persen dan laju inflasi sebesar 11,03 persen, saat ini suku bunga riil di Indonesia memang sudah menjadi negatif. Sempat melemahnya rupiah ke level Rp 9.376 per dollar AS pada 27 Mei lalu sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku ekonomi. Kekhawatiran terhadap terganggunya stabilitas moneter muncul bersamaan dengan meningkatnya angka inflasi pada bulan Mei lalu. Untungnya, Bank Indonesia kembali berhasil membawa kurs rupiah ke tingkat yang lebih aman. Intervensi pasar terhadap rupiah berkali-kali dilakukan demi terjaganya nilai rupiah yang realistis, meskipun kebijakan ini membawa konsekuensi pada menurunnya cadangan devisa. Posisi cadangan devisa yang pada 23 Mei 2008 tercatat sebesar US$ 58,8 miliar, turun hampir sebesar 2 miliar pada 6 Juni 2008 lalu, yaitu menjadi US$ 56,9 miliar. Untungnya kembali meningkat menjadi sekitar US$ 59,5 miliar pada akhir Juni 2008 lalu. 6. Sementara itu, terus menurunnya kinerja pasar modal Indonesia sejalan dengan menurunnya kinerja pasar modal global. Sejak 20 Juni 2008 indeks Dow Jones terus terkoreksi tajam, sehingga pada 9 Juli 2008 berada pada level 11,147.44, atau mengalami penurunan sebesar 11,8 persen terhadap level 12,638.32 pada akhir Mei 2008. Dalam kurun waktu yang sama indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 6,48 persen, yaitu dari 2,444.35 pada akhir Mei 2008 menjadi 2,286.03 pada 9 Juli 2008 lalu. Selain dipengaruhi oleh melemahnya bursa global, penurunan IHSG juga dipengaruhi oleh reaksi negatif pasar terhadap tingginya tingkat inflasi dalam dua bulan terakhir ini. Angka inflasi yang mencapai 1,41 persen pada bulan Mei dan sebesar 2,46 persen pada bulan Juni lalu telah menimbulkan kekhawatiran pada para pelaku pasar. Selain itu, naiknya suku bunga SBI dan suku bunga deposito yang ditawarkan sektor perbankan, diperkirakan juga telah merubah portolio investasi di kalangan para investor. Yaitu dengan mengalihkan sebagian dananya dari pasar modal ke deposito atau obligasi. 4

DJIA 13,500 13,000 12,500 12,000 DOW Jones Index dan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI January 2007-10 Juli 2008 IHSG 2800 2600 2400 11,500 11,000 2-Jan-08 9-Jan-08 18-Jan-08 28-Jan-08 DJIA IHSG 14-Feb-08 22-Feb-08 29-Feb-08 10-Mar-08 17-Mar-08 25-Mar-08 1-Apr-08 8-Apr-08 15-Apr-08 22-Apr-08 29-Apr-08 7-May-08 14-May-08 22-May-08 2-Jun-08 9-Jun-08 16-Jun-08 23-Jun-08 30-Jun-08 8-Jul-08 2200 2000 7. Terjadinya defisit sebesar US$ 524,1 juta pada neraca perdagangan di bulan April 2008 lalu cukup memprihatinkan. Defisit ini dipicu oleh turunnya kinerja ekspor nasional ditengah tingginya harga minyak dan beberapa harga komoditas dunia. Padahal pada bulan sebelumnya neraca perdagangan masih mencatat surplus sebesar US$ 1,89 miliar. Defisit yang terjadi pada April 2008 disebabkan nilai total ekspor hanya mencapai US$ 10,97 miliar atau turun sekitar 7,8 persen dari nilai ekspor pada Maret 2008 sebesar US$ 11,9 miliar. Sementara nilai impor meningkat sebesar 14,9 persen dibandingkan impor bulan Maret 2008, yaitu dari US$ 10,01 miliar menjadi US$ 11,50 miliar. Untungnya, sejalan dengan meningkatnya volume ekspor minyak mentah dan hasil minyak masing-masing sebesar 18,63% dan 18,31%, nilai ekspor kembali meningkat secara berarti pada bulan Mei lalu. Pada bulan Mei 2008, nilai ekspor mencapai hampir US$ 12,888 miliar atau naik sekitar 17,5 persen terhadap nilai ekspor bulan April 2008. Dengan nilai impor sekitar US$ 11,658 milar maka pada bulan Mei 2008 neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus sebesar US$ 1,23 miliar. Surplus tersebut diperoleh dari surplus neraca perdagangan non migas yang mencapai US$ 1,283 miliar, karena neraca perdagangan migas mulai mencatat defisit sebesar US$ 52,7 juta. Hal ini menunjukkan bahwa era migas telah menjadi masa lalu bagi perekonomian Indonesia. Dewasa ini kinerja ekspor Indonesia terselamatkan oleh lonjakan harga minyak sawit mentah (CPO), yang menyebabkan komoditi ini menjadi penyumbang utama ekspor non-migas Indonesia. Pada tahun 2007 nilai ekspor CPO dan produk turunannya mencapai US$ 10,23 miliar atau 11,13 persen dari total nilai ekspor non-migas. Dalam periode Januari-Mei 2008 nilai ekspor CPO dan produk turunannya sudah mencapai US$ 7,1 miliar atau 15,9 persen dari total nilai ekspor non-migas. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor (US$ Miliar) 12 0 10 0 80 60 62.1 Ekspor Impor 56.3 57.2 61.0 71.6 85.6 100.7 44.3 40 20 0 Note: Nilai Impor adalah Total Impor di Luar Kawasan Berikat 5