OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

dokumen-dokumen yang mirip
OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

OUTLOOK KOMODITI JAHE

OUTLOOK KOMODITI PISANG

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

OUTLOOK KOMODITI TEBU

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

PROSPEK TANAMAN PANGAN

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

Bab 4 P E T E R N A K A N

ISSN OUTLOOK ANGGREK

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut

Hadirin sekalian yang saya hormati,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi

BPS PROVINSI JAWA BARAT

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN: 1907-1507 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) : xii + 99 halaman Penasehat: Dr. Ir. Suwandi, M.Si Penyunting: Dr. Ir. Leli Nuryati, M.Sc Dr. Ir. Budi Waryanto, M.Si Ir. Noviati, M.Si Ir. Roch Widaningsih, M.Si Penulis: Titin Agustina, S.Si Design dan Layout: Titin Agustina, S.Si Victor Saulus Bonavia Diterbitkan oleh: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

OUTLOOK SUSU 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya sehingga buku Outlook Susu 2015 dapat diselesaikan. Buku ini mengulas analisis perkembangan komoditas strategis peternakan khususnya susu yang menyajikan keragaan data series secara nasional dan global selama 10-40 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik untuk tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditas susu secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbit publikasi berikutnya. Jakarta, Desember 2015 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, M.Si NIP. 19670323.199203.1.003 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

2015 OUTLOOK SUSU ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... x RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 I. PENDAHULUAN... 3 1.1. LATAR BELAKANG... 3 1.2. TUJUAN... 4 1.3. RUANG LINGKUP... 4 II. METODOLOGI... 5 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI... 5 2.2. METODE ANALISIS... 5 2.2.1. ANALISIS DESKRIPTIF... 5 2.2.2. ANALISIS PENAWARAN... 5 2.2.3. ANALISIS PERMINTAAN... 6 2.2.4. KELAYAKAN MODEL... 7 III. KERAGAAN NASIONAL... 9 3.1. POPULASI DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH NASIONAL... 9 3.2. SENTRA POPULASI DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH NASIONAL 11 3.3. KONSUMSI SUSU SAPI NASIONAL... 12 3.4. HARGA SUSU SAPI NASIONAL... 16 3.5. EKSPOR DAN IMPOR SUSU SAPI NASIONAL... 16 IV. KERAGAAN DUNIA... 19 4.1. PERKEMBANGAN SUSU CAIR DUNIA... 19 4.1.1. POPULASI SAPI PERAH DAN PRODUKSI SUSU CAIR DUNIA 19 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

2015 OUTLOOK SUSU 4.1.2. NEGARA SENTRA POPULASI DAN PRODUKSI SUSU CAIR DUNIA... 20 4.1.3. KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI SUSU CAIR DUNIA... 22 4.1.4. EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR SUSU CAIR DUNIA... 23 4.2. PERKEMBANGAN KEJU DUNIA... 25 4.2.1. PRODUKSI DAN NEGARA SENTRA PRODUKSI KEJU DUNIA. 25 4.2.2. KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI KEJU DUNIA 27 4.2.3. EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR KEJU DUNIA... 29 4.3. PERKEMBANGAN MENTEGA DUNIA... 31 4.3.1. PRODUKSI DAN NEGARA SENTRA PRODUKSI MENTEGA DUNIA... 31 4.3.2. KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI MENTEGA DUNIA... 32 4.3.3. EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR MENTEGA DUNIA... 33 4.4. PERKEMBANGAN SUSU BUBUK DUNIA... 35 4.4.1. PRODUKSI DAN NEGARA SENTRA PRODUKSI SUSU BUBUK DUNIA... 35 4.4.2. KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI SUSU BUBUK DUNIA... 37 4.4.3. EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR SUSU BUBUK DUNIA... 38 4.5. PERKEMBANGAN SUSU BUBUK TANPA LEMAK DUNIA... 41 4.5.1. PRODUKSI DAN NEGARA SENTRA PRODUKSI SUSU BUBUK TANPA LEMAK DUNIA... 41 4.5.2. KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI SUSU BUBUK TANPA LEMAK DUNIA... 42 4.5.3. EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR SUSU BUBUK TANPA LEMAK DUNIA... 43 iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN... 47 5.1. PROYEKSI PENAWARAN SUSU INDONESIA... 47 5.2. PROYEKSI PERMINTAAN SUSU INDONESIA... 48 5.3. NERACA SUSU 2014 2019... 50 VI. KESIMPULAN... 53 DAFTAR PUSTAKA... 55 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

2015 OUTLOOK SUSU DAFTAR TABEL Halaman Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Produksi Susu Sapi di Indonesia 47 Tabel 5.2. Proyeksi Produksi Susu Sapi di Indonesia, 2014 2019... 48 Tabel 5.3. Proyeksi Permintaan atau Konsumsi Susu di Indonesia, 2014-2019... 49 Tabel 5.4. Neraca Susu Indonesia, 2014 2019... 50 vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Perkembangan Populasi Sapi Perah di Jawa dan Luar Jawa, 1980 2015... 10 Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Susu Sapi di Jawa dan Luar Jawa, 1980 2015... 10 Gambar 3.3. Sentra Populasi Sapi Perah Indonesia, 2011 2015... 11 Gambar 3.4. Sentra Produksi Susu Sapi Perah Indonesia, 2011 2015... 12 Gambar 3.5. Perkembangan Ketersediaan Susu Indonesia, 1990 2015... 13 Gambar 3.6. Perkembangan Konsumsi Susu Murni Indonesia, 1993 2015 14 Gambar 3.7. Perkembangan Konsumsi Susu Bubuk Indonesia, 1993 2015 15 Gambar 3.8. Perkembangan Konsumsi Susu Kental Manis Indonesia, 1993 2015... 15 Gambar 3.9. Perkembangan Harga Susu Kental Manis Tingkat Konsumen Indonesia, 1983 2015... 16 Gambar 3.10. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Sapi Indonesia, 1996 2015... 17 Gambar 4.1. Perkembangan Populasi Sapi Perah Dunia, 1980 2015... 19 Gambar 4.2. Perkembangan Produksi Susu Cair Dunia, 1980 2015... 20 Gambar 4.3. Kontribusi Populasi Sapi Perah Beberapa Negara Dunia, 2011 2015... 21 Gambar 4.4. Kontribusi Produksi Susu Sapi Dunia, 2011 2015... 22 Gambar 4.5. Kontribusi Produksi Susu Sapi Cair Lainnya Dunia, 2011 2015... 22 Gambar 4.6. Tingkat Konsumsi Susu Cair Beberapa Negara di Dunia, 2011 2015... 23 Gambar 4.7. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Cair Dunia, 1980 2015... 24 Gambar 4.8. Negara Pengekspor Susu Cair Terbesar Dunia, 2011 2015 24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

2015 OUTLOOK SUSU Gambar 4.9. Kontribusi Negara Pengimpor Susu Cair Terbesar Dunia, 2011 2015... 25 Gambar 4.10. Perkembangan Produksi Keju Dunia, 1980-2015... 26 Gambar 4.11. Kontribusi Beberapa Negara Sentra Keju Dunia, 2011 2015... 27 Gambar 4.12. Perkembangan Konsumsi Keju Dunia, 1980 2015... 28 Gambar 4.13. Kontribusi Beberapa Negara Konsumen Keju Dunia, 2011 2015... 28 Gambar 4.14. Perkembangan Ekspor dan Impor Keju Dunia, 1980 2015 29 Gambar 4.15. Kontribusi Beberapa Negara Pengekspor Keju Dunia, 2011 2015... 30 Gambar 4.16. Kontribusi Beberapa Negara Pengimpor Keju Dunia, 2011 2015... 30 Gambar 4.17. Perkembangan Produksi Mentega Dunia, 1980 2015... 31 Gambar 4.18. Kontribusi Beberapa Negara Produsen Mentega Dunia, 2011 2015... 32 Gambar 4.19. Perkembangan Konsumsi Mentega Dunia, 1980 2015... 32 Gambar 4.20. Negara Konsumen Mentega Terbesar Dunia, 2011 2015... 33 Gambar 4.21. Perkembangan Ekspor Impor Mentega Dunia, 1980 2015. 34 Gambar 4.22. Kontribusi Beberapa Negara Pengekspor Mentega Dunia, 2011 2015... 34 Gambar 4.23. Kontribusi Beberapa Negara Pengimpor Mentega Dunia, 2011 2015... 35 Gambar 4.24. Perkembangan Produksi Susu Bubuk Dunia, 1980 2015... 36 Gambar 4.25. Kontribusi Beberapa Negara Produsen Susu Bubuk Dunia, 2011 2015... 37 Gambar 4.26. Perkembangan Konsumsi Susu Bubuk Dunia, 1980 2015... 37 Gambar 4.27. Kontribusi Beberapa Negara Konsumen Susu Bubuk Dunia, 2011 2015... 38 Gambar 4.28. Perkembangan Ekspor Impor Susu Bubuk Dunia, 1982 2015... 39 Gambar 4.29. Negara Pengekspor Susu Bubuk Dunia, 2011 2015... 40 viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Gambar 4.30. Negara Pengimpor Susu Bubuk Dunia, 2011 2015... 40 Gambar 4.31. Perkembangan Produksi Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980-2015... 41 Gambar 4.32. Kontribusi Beberapa Negara Produsen Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015... 42 Gambar 4.33. Perkembangan Konsumsi Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980 2015... 42 Gambar 4.34. Kontribusi Beberapa Negara Konsumen Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015... 43 Gambar 4.35. Perkembangan Ekspor Impor Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980 2015... 44 Gambar 4.36. Negara Pengekspor Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015... 44 Gambar 4.37. Negara Pengimpor Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015... 45 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

2015 OUTLOOK SUSU DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Populasi Sapi Perah Indonesia, 1980 2015*)... 57 Lampiran 2. Produksi Susu Sapi Indonesia, 1980 2015*)... 58 Lampiran 3. Sentra Populasi Sapi Perah Indonesia, 2011 2015*)... 59 Lampiran 4. Sentra Produksi Susu Sapi Indonesia, 2011 2015*)... 59 Lampiran 5. Ketersediaan Susu Indonesia, 1990 2015**)... 60 Lampiran 6. Konsumsi Susu Indonesia, 1993 2015*)... 61 Lampiran 7. Harga Susu Kental Manis Tingkat Konsumen, 1983 2015.. 62 Lampiran 8. Perkembangan Neraca Perdagangan Susu Indonesia, 1996 2014... 63 Lampiran 9. Perkembangan Populasi Sapi Perah Dunia, 1980 2015*).. 64 Lampiran 10. Perkembangan Produksi Susu Sapi Dunia, 1980 2015*)... 65 Lampiran 11. Kontribusi Populasi Sapi Perah Beberapa Negara di Dunia, 2011 2015*)... 66 Lampiran 12. Kontribusi Produksi Susu Sapi Beberapa Negara di Dunia, 2011 2015*)... 66 Lampiran 13. Kontribusi Produksi Susu Cair Lainnya Beberapa Negara di Dunia, 2011 2015*)... 67 Lampiran 14. Negara dengan Konsumsi Susu Cair Terbesar Dunia, 2011 2015*)... 67 Lampiran 15. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Cair Dunia, 1980 2015*)... 68 Lampiran 16. Negara Pengekspor Susu Cair Dunia, 2011 2015*)... 69 Lampiran 17. Negara Pengimpor Susu Cair Dunia, 2011 2015*)... 69 Lampiran 18. Perkembangan Produksi Keju Dunia, 1980 2015*)... 70 Lampiran 19. Negara Sentra Produksi Keju Dunia, 2011 2015*)... 71 Lampiran 20. Perkembangan Konsumsi Keju Dunia, 1980 2015*)... 72 Lampiran 21. Negara Sentra Konsumsi Keju Dunia, 2011 2015*)... 73 Lampiran 22. Perkembangan Ekspor Impor Keju Dunia, 1980 2015*)... 74 Lampiran 23. Negara Pengekspor Keju Terbesar Dunia, 2011 2015*)... 75 x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 24. Negara Pengimpor Keju Terbesar Dunia, 2011 2015*)... 75 Lampiran 25. Perkembangan Produksi Mentega Dunia, 1980 2015*)... 76 Lampiran 26. Negara Produsen Mentega Terbesar Dunia, 2011 2015*).. 77 Lampiran 27. Perkembangan Konsumsi Mentega Dunia, 1980 2015*)... 78 Lampiran 28. Negara Konsumen Mentega Terbesar Dunia, 2011 2015*) 79 Lampiran 29. Perkembangan Ekspor dan Impor Mentega Dunia, 1980 2015*)... 80 Lampiran 30. Negara Pengekspor Mentega Terbesar Dunia, 2011 2015*) 81 Lampiran 31. Negara Pengimpor Mentega Terbesar Dunia, 2011 2015*) 81 Lampiran 32. Perkembangan Produksi Susu Bubuk Dunia, 1980 2015*).. 82 Lampiran 33. Negara Produsen Susu Bubuk Dunia, 2011 2015*)... 83 Lampiran 34. Perkembangan Konsumsi Susu Bubuk Dunia, 1980 2015*) 84 Lampiran 35. Negara Konsumen Susu Bubuk Dunia, 2011 2015*)... 85 Lampiran 36. Perkembangan Ekspor dan Impor Susu Bubuk Dunia, 1982 2015*)... 86 Lampiran 37. Negara Pengekspor Susu Bubuk Terbesar Dunia, 2011 2015*)... 87 Lampiran 38. Negara Pengimpor Susu Bubuk Terbesar Dunia, 2011 2015*)... 87 Lampiran 39. Perkembangan Produksi Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980 2015*)... 88 Lampiran 40. Negara Produsen Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015*)... 89 Lampiran 41. Perkembangan Konsumsi Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980 2015*)... 90 Lampiran 42. Negara Konsumen Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015*)... 91 Lampiran 43. Perkembangan Ekspor dan Impor Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980 2015*)... 92 Lampiran 44. Negara Pengekspor Susu Bubuk Tanpa Lemak Terbesar Dunia, 2011 2015*)... 93 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 45. Negara Pengimpor Susu Bubuk Tanpa Lemak Terbesar Dunia, 2011 2015*)... 93 Lampiran II. Model dan Hasil Proyeksi Variabel Komoditas Susu... 94 a. Model Proyeksi Produksi Susu... 94 b. Model Proyeksi Populasi Sapi... 96 c. Model Proyeksi Harga Susu Kental Manis... 97 d. Model Proyeksi Ketersediaan Susu... 98 xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Produksi susu sapi tahun 2015 (Angka Sementara) diperkirakan sebesar 805,36 ribu ton, meningkat sebanyak 4,61 ribu ton (0,58%) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan populasi sapi perah yang cukup tinggi sebesar 22,66 ribu ekor (4,51%). Sementara perkiraan populasi sapi perah sebesar 525,17 ribu ekor, relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur. Adapun perkiraan kenaikan produksi susu sapi tahun 2015 yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2011 sampai 2012 rata-rata sebesar 475,10 ribu ton atau sebesar 54,89% dari produksi nasional. Urutan kedua adalah provinsi Jawa Barat dengan rata-rata produksi mencapai 271,88 ribu ton atau 31,41%, kemudian Jawa Tengah pada urutan ketiga dengan rata-rata produksi sebesar 101,06 ribu ton atau 11,68%. Sementara provinsi lainnya atau di luar Pulau Jawa hanya berkontribusi sebesar 2,01%. Prediksi konsumsi susu pada tahun 2015 sebesar 806 ribu ton. Pada tahun 2016 2019, proyeksi permintaan susu untuk konsumsi cenderung meningkat rata-rata 4,13% per tahun, sehingga total kebutuhan susu untuk konsumsi pada tahun 2016 diramalkan sebesar 972,62 ribu ton, 2017 sebesar 1,01 juta ton, 2018 sebesar 1,06 juta ton dan 2019 sebesar 1,1 juta ton. Pada tahun 2015, laju defisit ketersediaan susu mencapai 156,04% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun berikutnya, 2016 defisit semakin meningkat dan diperkirakan terjadi kekurangan suplai susu sebesar 182,97 ribu ton. Pertumbuhan produksi susu dalam negeri sekitar 2 3 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan kebutuhan susu lebih dari 5 persen per tahun. Kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) mencapai 3,3 juta ton per tahun. Angka ini belum mencukupi pasokan bahan baku SSDN yang hanya mencapai 21% atau 690 ribu ton per tahun pada tahun lalu. Sisanya sebanyak 79% masih harus diimpor dalam bentuk skim milk powder, anhydrous milk fat, dan butter milk powder dari berbagai negara. Misalnya Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Belgia dan Kanada. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

2015 OUTLOOK SUSU 2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis di dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, dan meningkatnya pendapatan sehingga konsumsi pangan meningkat. Peningkatan pembangunan sektor pertanian sejalan dengan Kebijakan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Lebih spesifik adalah peningkatan peran besarnya subsektor peternakan yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan baru perekonomian Indonesia. Salah satu komponen dari subsektor peternakan yang memiliki banyak manfaat dan berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah agribisnis persusuan. Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan agribisnis persusuan. Selain itu, dari sisi permintaan, produksi susu dalam negeri masih belum mencukupi untuk menutupi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Saat ini produksi dalam negeri baru bisa memasok tidak lebih dari 20% dari permintaan nasional, sisanya 80% berasal dari impor. Tingginya impor susu dari luar negeri mengakibatkan timbulnya kerugian langsung pada peternakan sapi perah di Indonesia. Selain itu banyak dari impor susu menyebabkan terkurasnya devisa nasional, hilangnya kesempatan terbaik (opportunity loss) yang berasal dari menganggurnya atau tidak dimanfaatkannya potensi sumberdaya yang ada untuk pengembangan agribisnis persususan, serta hilangnya potensi revenue yang seharusnya diperoleh pemerintah dari pajak apabila agribisnis persusuan dikembangkan secara baik. Mengingat potensi sumberdaya alam Indonesia yang besar bagi pengembangan agribisnis persusuan, adalah ironis jika sebagian besar dari kebutuhan susu Indonesia masih harus diimpor. Dengan demikian, sudah sewajarnyalah bila pemerintah dan stakeholder lainnya perlu berupaya keras Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

2015 OUTLOOK SUSU meningkatkan pangsa pasar (market share) para pelaku pasar domestik dalam agribisnis persusuan Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut maka disusunlah Outlook Susu 2015 ini. 1.2. TUJUAN Tujuan penyusunan outlook susu adalah melakukan analisis data susu menggunakan metode statistik ekonometrik dan menyediakan bahan dan informasi bagi penyusunan kebijakan dan program pengembangan komoditas peternakan khususnya susu di masa yang akan datang. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) mencoba menyusun Outlook Susu yang berisi keragaman dan proyeksi penawaran serta permintaan susu berdasarkan keragaman dan perkembangan susu selama 30 40 tahun terakhir. 1.3. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Outlook Susu ini meliputi variabel-variabel terpenting dari komponen penawaran dan permintaan komoditi susu yang meliputi produksi, populasi sapi perah, harga konsumen, konsumsi, ekspor dan impor baik dalam lingkup nasional maupun global. Keseimbangan penawaran dan permintaan diprediksi hingga tahun 2019, dengan terlebih dahulu memproyeksi variabel-variabel yang mempengaruhi maupun komponen yang menyusun penawaran dan permintaan susu. 4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 II. METODOLOGI 2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI Outlook Susu tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan The United States Department of Agriculture (USDA). 2.2. METODE ANALISIS Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Susu adalah sebagai berikut: 2.2.1. ANALISIS DESKRIPTIF Metode analisis keragaan atau perkembangan komoditi susu dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator populasi, produksi, konsumsi, harga serta ekspor dan impor di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen dengan analisis deskriptif sederhana. 2.2.2. ANALISIS PENAWARAN Penawaran suatu komoditi dicerminkan respon atau keputusan produsen terhadap mekanisme pasar dan pengaruh faktor non pasar. Proyeksi penawaran direpresentasikan berdasarkan besaran produksi susu nasional. Analisis penawaran susu dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi. Model analisis yang digunakan adalah model Regresi Berganda (Multivariate Regression). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

2015 OUTLOOK SUSU Secara teoritis bentuk umum dari model ini adalah: Y b0 b1 X 1 b2 X 2... bn X b 0 n j 1 b j X j dimana: Y = peubah respons/tak bebas X n = peubah penjelas/bebas n = 1, 2, b 0 = nilai konstanta b n = koefisien arah regresi atau parameter model regresi untuk peubah x n = sisaan n Produksi pada periode ke-t merupakan fungsi dari produksi pada periode sebelumnya, harga di tingkat produsen, harga komoditas pesaingnya di tingkat produsen, pengaruh inflasi dan pengaruh krisis moneter. Dengan memperhatikan ketersediaan data, analisis penawaran dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk peubahpeubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan menggunakan model analisis trend (Trend Analysis) atau model pemulusan eksponensial berganda (Double Exponential Smoothing). 2.2.3. ANALISIS PERMINTAAN Analisis permintaan susu merupakan analisis permintaan langsung masyarakat terhadap susu yang dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen. Oleh karena adanya keterbatasan data, maka analisis permintaan dilakukan dengan menggunakan model Trend Analysis dari data ketersediaan per kapita per tahun. 6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 2.2.4. KELAYAKAN MODEL Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t, dan koefisien determinasi (R 2 ). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubahpeubah bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan: R 2 SS Regresi SSTotal dimana: SS Regresi = jumlah kuadrat regresi SS Total = jumlah kuadrat total Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

2015 OUTLOOK SUSU 8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 III. KERAGAAN NASIONAL 3.1. POPULASI DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH NASIONAL Salah satu unsur penting dalam pengembangan persusuan nasional adalah pengembangan sapi perah baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1980 2015 populasi sapi perah Indonesia cenderung meningkat dengan pertumbuhan sebesar 5,37%. Selama lima tahun terakhir populasi sapi perah meningkat rata-rata sebesar 2,99%. Pada tahun 2011, peningkatan populasi sapi perah meningkat cukup tajam, yaitu 22,27% atau 108,76 ribu ekor dari tahun sebelumnya. Pada periode berikutnya pertumbuhan populasi sapi perah masih meningkat, kecuali tahun 2013 terjadi penurunan populasi sapi perah. Pertumbuhan populasi sapi perah di Jawa periode 2011 2015 mengalami peningkatan sebesar 3,17% per tahun, sedangkan di luar Pulau Jawa mengalami penurunan 3,25% per tahun. Jika ditelusuri keadaan populasi sapi perah sejak tahun 1980 hingga 2015, populasi di luar Pulau Jawa rata-rata tumbuh lebih tinggi dari pulau Jawa yaitu sebesar 14,42%. Hal ini dapat dilihat dari data tahun 1983, dimana populasi di luar pulau Jawa tercatat meningkat sebesar 26,65 ribu ekor dari tahun sebelumnya atau mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu 649,63%. Kondisi peternakan sapi perah di Indonesia masih didominasi usaha peternakan di Pulau Jawa, hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya populasi sapi perah di Pulau Jawa yang mencapai lebih dari 99% dari total populasi sapi perah Indonesia sebanyak 502,52 ribu ekor pada tahun 2014 dan 525,17 ribu ekor pada tahun 2015. Dari jumlah tersebut, 497,62 ribu ekor dan 519,90 ribu ekor berada di Pulau Jawa. Sementara itu, tahun 2014 dan 2015 populasi sapi perah di luar pulau Jawa hanya mencapai 4,9 ribu ekor dan 5,27 ribu ekor atau masing-masing kurang dari 1% dari populasi sapi perah di Indonesia (Lampiran 1). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU (Ekor) 650.000 600.000 550.000 500.000 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 - Jawa Luar Jawa Indonesia Gambar 3.1. Perkembangan Populasi Sapi Perah di Jawa dan Luar Jawa, 1980 2015 Produksi susu di Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa (Lampiran 2). Pada kurun waktu 1980 2015, pertumbuhan produksi susu di Pulau Jawa sebesar 8,33% per tahun, dengan peningkatan tertinggi pada tahun 2010 sebesar 87,44% atau 420,66 ribu ton dari tahun sebelumnya. Perkembangan 5 tahun terakhir (2011 2015), produksi susu justru menurun dengan rata-rata hasil berkurang 1,98% per tahun atau produksi turun menjadi 858,74 ribu ton. Perkembangan produksi susu di Luar Pulau Jawa kurun waktu 1980 2015 menunjukkan peningkatan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 7,11%. Namun pada periode 5 tahun terakhir menunjukkan penurunan sebesar 4,05% per tahun. (Ton) 1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 Jawa Luar Jawa Indonesia Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Susu Sapi di Jawa dan Luar Jawa, 1980 2015 10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 3.2. SENTRA POPULASI DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH NASIONAL Dari sebaran populasi sapi perah yang ada, pusat populasi sapi perah terbesar terdapat di Jawa Timur sekitar 265,44 ribu ekor atau 49,50% dari total populasi sapi perah Indonesia. Provinsi lain yang memiliki populasi sapi perah cukup besar adalah Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing 130,81 ribu ekor atau 24,39% dan 127,67 ribu ekor atau 23,81% dari total populasi sapi perah Indonesia. Beberapa provinsi seperti Kalimantan Tengah, Maluku Utara dan Papua Barat sepanjang 5 tahun terakhir tidak ada populasi sapi perah (Lampiran 3). DI Yogyakarta 0.76% DKI Jakarta 0.51% Provinsi Lainnya 1.03% Jawa Barat 23.81% Jawa Timur 49.50% Jawa Tengah 24.39% Gambar 3.3. Sentra Populasi Sapi Perah Indonesia, 2011 2015 Provinsi penghasil susu terbesar juga berasal dari Jawa Timur, pada tahun 2011 sampai 2015 rata-rata produksi dapi perah di Jawa Timur sebesar 475,10 ribu ton atau sebesar 54,89% dari produksi nasional. Urutan kedua adalah provinsi Jawa Barat dengan rata-rata produksi mencapai 271,88 ribu ton atau 31,41%, kemudian Jawa Tengah pada urutan ketiga dengan ratarata produksi sebesar 101,06 ribu ton atau 11,68%. Sementara provinsi lainnya hanya berkontribusi sebesar kurang dari 1% (Lampiran 4). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

2015 OUTLOOK SUSU Jawa Tengah 11.68% DKI Jakarta 0.62% DI Yogyakarta 0.61% Provinsi Lainnya 0.78% Jawa Barat 31.41% Jawa Timur 54.89% Gambar 3.4. Sentra Produksi Susu Sapi Perah Indonesia, 2011 2015 3.3. KONSUMSI SUSU SAPI NASIONAL Konsumsi susu di Indonesia saat ini masih rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Pada tahun 2012 konsumsi susu Indonesia hanya mencapai 11,09 liter/kapita/tahun dan pada tahun 2013 sebesar 14,6 liter/kapita/tahun. Walaupun terjadi peningkatan, tetapi konsumsi susu Indonesia masih tetap rendah dibandingkan negara lainnya. Negara tetangga seperti Malaysia konsumsi susunya mencapai 50,9 liter/kapita/tahun, Singapura mencapai 44,5 liter/kapita/tahun, Filipina mencapai 13,7 liter/kapita/tahun, dan Thailand 33,7 liter/kapita/tahun. Berdasarkan data Neraca Bahan Makanan (NBM), ketersediaan susu untuk konsumsi pada periode tahun 2011 2015 terdiri dari dua jenis, yaitu susu lokal dan susu impor. Ketersediaan susu lokal dan susu impor sebesar 14,39 kg/kapita/tahun dengan rata-rata pertumbuhan untuk susu lokal turun 2,99% per tahun atau 2,93 kg/kapita/tahun sementara itu untuk susu impor naik 2,70% per tahun atau sebesar 11,46 kg/kapita/tahun. Ketersediaan susu dalam negeri sebanyak 79,63% dipasok dari susu impor, sementara itu susu lokal hanya memberikan berkontribusi sebesar 20,37% (Lampiran 5). 12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 OUTLOOK SUSU 2015 (Kg/Kap/Thn) 14 12 10 8 6 4 2 0 Susu Lokal Susu Impor Indonesia Gambar 3.5. Perkembangan Ketersediaan Susu Indonesia, 1990 2015 Ketersediaan susu di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1,34% per tahun. Diperkirakan ketersediaan susu pada tahun 2015 akan mengalami penurunan 1,20% per tahun (Gambar 3.5). Konsumsi susu yang disajikan dalam perhitungan ini adalah konsumsi susu murni, susu bubuk dan susu kental manis. Rata-rata pertumbuhan konsumsi susu murni di Indonesia menurut data dari Susenas dari tahun 1993 2015 mengalami penurunan yaitu sebesar 2,44 liter/kapita/tahun (Gambar 3.6). Sementara jenis susu bubuk dan kental manis pada periode yang sama cenderung mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan kalangan industri pengolahan susu dalam negeri lebih suka memproduksi susu bubuk dengan bahan baku impor. Konsumsi susu murni pada tahun 2015 akan mengalami penurunan 3% (Lampiran 6). Perkembangan rata-rata konsumsi susu murni tahun 1993 2015 menurun 2,44 liter/kapita/tahun dimana penurunan tertinggi sebesar 50,24% terjadi pada tahun 2009. Pola konsumsi susu kental manis jika dibandingkan dengan konsumsi susu bubuk dan susu murni sangat berbeda, susu kental manis lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan susu murni maupun susu bubuk. Rata-rata konsumsi susu kental manis pada periode 2011 2015 mencapai 3,50 per kaleng/kapita/tahun (1 kaleng = 397 gram) sedangkan susu bubuk hanya 0,67 kilogram/kapita/tahun dan susu murni 0,13 liter/kapita/tahun. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi susu cair olahan, perlu ditingkatkan agar terus memaksimalkan serapan produksi susu lokal. Salah satunya dengan mendorong industri untuk meningkatkan produksi produk susu olahan segar dibanding olahan bubuk. Saat ini produksi susu olahan segar cair, baik itu dalam bentuk UHT (Ultra High Temperature) maupun susu pasteurisasi masih sedikit diproduksi. Kalangan industri pengolahan susu dalam negeri masih lebih suka memproduksi susu bubuk yang bahan bakunya lebih banyak dipasok dari impor. Bahan baku susu bubuk olahan lebih banyak dari susu impor karena memang impor susu dalam negeri berupa susu bubuk, bukan susu cair. (Ltr/Kap/Thn) 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 0,00 Susu Murni Gambar 3.6. Perkembangan Konsumsi Susu Murni di Indonesia, 1993 2015 Perkembangan konsumsi susu bubuk di Indonesia dari tahun 1993 2015 mengalami fluktuasi dengan pertumbuhan 0,5% per tahun (Gambar 3.7). Penurunan konsumsi susu bubuk per kapita yang cukup tajam terjadi di tahun 2012 minus 50% atau turun sebesar 0,37 kilogram/kapita/tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 konsumsi kembali mengalami peningkatan sebesar 0,73 kilogram/kapita/tahun atau 100%. 14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 OUTLOOK SUSU 2015 (Kg/Kap/Thn) 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 Susu Bubuk Gambar 3.7. Perkembangan Konsumsi Susu Bubuk Indonesia, 1993 2015 Perkembangan konsumsi susu kental manis di Indonesia dari tahun 1993 2015 mengalami peningkatan sebesar 11,24% (Gambar 3.8). Pada tahun 1993 konsumsi susu kental manis per kapita per tahun adalah 0,57 gram, kemudian pada tahun 2015 diperkirakan mengalami peningkatan menjadi 3,86 gram. Periode 2011 2015 pertumbuhannya cukup pesat yaitu sebesar 3,95% per tahun. Data konsumsi susu kental manis di Indonesia, disajikan pada Lampiran 6. (397 Gr/Kap/Thn) 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Susu Kental Manis Gambar 3.8. Perkembangan Konsumsi Susu Kental Manis Indonesia, 1993-2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU 3.4. HARGA SUSU SAPI NASIONAL Harga susu sapi di tingkat konsumen diperoleh dari data harga susu kental manis yang bersumber dari Kementerian Perdagangan. Harga susu kental manis tahun 1983 2015 terus meningkat, rata-rata sebesar 11,04% per tahun (Lampiran 7 dan Gambar 3.9). Pada periode 5 tahun terakhir (2011 2015), harga susu diperkirakan kembali mengalami peningkatan sebesar 4,82% per tahun, dengan peningkatan tertinggi di tahun 2014 sebesar 14,51% dari tahun sebelumnya atau Rp 8.567/kg menjadi Rp 9.810/kg. Penyebab utama terjadinya lonjakan harga dikarenakan bahan baku industri susu kental manis sebagian besar harus diimpor (Lampiran 8). (Rp/Kg) 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Gambar 3.9. Perkembangan Harga Susu Kental Manis Tingkat Konsumen Indonesia, 1983 2015 3.5. EKSPOR DAN IMPOR SUSU SAPI NASIONAL Berdasarkan data Ekspor Impor BPS yang diolah Pusdatin Kementan, yang dimaksud komoditas susu yang diekspor atau diimpor adalah susu dan kepala susu tidak dipekatkan maupun tidak mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya, susu, yoghurt, mentega dan keju. Selama satu dekade lebih (1996 2014), realisasi impor susu Indonesia masih jauh di atas realisasi ekspornya (Gambar 3.10), sehingga menyebabkan defisit neraca perdagangan. 16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 OUTLOOK SUSU 2015 Hal ini dapat dilihat dari angka rasio ekspor terhadap impor setelah 2010 cenderung menurun antara 20,67% hingga 13,51%. (Ton) 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 Ekspor Impor Gambar 3.10. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Sapi Indonesia, 1996 2015 Nilai rasio ekspor impor susu Indonesia tahun 2014 sebesar 15,18%, hal ini menandakan bahwa kebutuhan susu nasional lebih dari 80% dipenuhi oleh produksi impor. Pertumbuhan volume ekspor susu sapi terbesar terjadi pada periode 1996 2014 yaitu mengalami peningkatan rata-rata sebesar 13,79% per tahun dan nilainya meningkat 56,98% per tahun. Sementara itu volume impor susu juga mengalami peningkatan pada periode 1996 2014 sebesar 3,62% per tahun dengan rata-rata peningkatan volume 2,37%. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

2015 OUTLOOK SUSU 18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 OUTLOOK SUSU 2015 IV. KERAGAAN DUNIA 4.1. PERKEMBANGAN SUSU CAIR DUNIA 4.1.1 POPULASI SAPI PERAH DAN PRODUKSI SUSU CAIR DUNIA Berdasarkan data yang diperoleh dari The United States Department of Agriculture (USDA), perkembangan populasi sapi perah dunia selama periode 1980 2015 cenderung menurun (Gambar 4.1). Selama periode tersebut rata-rata pertumbuhan populasi sapi perah turun sebesar 0,10% per tahun. Populasi sapi dunia pada 5 tahun terakhir rata-rata sebesar 137,47 juta ekor dengan peningkatan pertumbuhan mencapai 1,87% per tahun. Lonjakan yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2014 dengan peningkatan 2,09% dibandingkan tahun sebelumnya dan terendah pada tahun 2015 sebesar 1,51% dibandingkan tahun 2014. Secara rinci, perkembangan populasi sapi perah di dunia tahun 1980 2015 (angka estimasi USDA) disajikan pada Lampiran 9. (000 Ekor) 200.000 175.000 150.000 125.000 100.000 75.000 50.000 25.000 0 Gambar 4.1. Perkembangan Populasi Sapi Perah Dunia, 1980 2015 Produksi susu cair dunia didominasi dari susu segar asal sapi, dimana pertumbuhan susu cair yang berasal dari selain sapi tersebut lebih tinggi daripada susu sapi. Rata-rata pertumbuhan produksi susu cair yang berasal bukan dari sapi sebesar 4,08% per tahun sementara susu sapi sebesar 0,68% per tahun. Produksi susu cair dunia pada lima tahun terakhir yang berasal dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU susu sapi sebesar 84,50% sementara dari susu cair lainnya 15,50% per tahun. Perkembangan produksi susu sapi dan susu cair lainnya di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 10. (000 Ton) 600.000 550.000 500.000 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 Susu Sapi Susu Cair Lainnya Total Susu Gambar 4.2. Perkembangan Produksi Susu Cair Dunia, 1980 2015 4.1.2 NEGARA SENTRA POPULASI DAN PRODUKSI SUSU CAIR DUNIA Berdasarkan data yang dipublikasikan USDA, pada lima tahun terakhir (2011 2015) terdapat sepuluh negara yang memberikan kontribusi populasi sapi perah terbesar di dunia. Sepuluh negara tersebut secara total memberikan kontribusi kumulatif sebesar 81,59% terhadap total populasi sapi perah di dunia (Gambar 4.3). India merupakan negara terbesar dengan ratarata populasi sapi perah sebesar 48,51 juta ekor atau berkontribusi sebesar 35,29% dari populasi sapi perah di dunia. Kemudian Brazil dengan rata-rata populasi sapi perah 20,31 juta ekor atau kontribusi dunia 14,77%. Sementara Amerika Serikat menempati urutan ketiga, kemudian disusul Rusia, China, Meksiko, Selandia Baru, Ukraina, Argentina, dan Australia. Data populasi sapi perah dunia secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. 20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Australia 1,21% Argentina 1,47% Ukraina 1,86% Negara Lainnya 18,41% India 35,29% Selandia Baru 3,68% Meksiko 4,63% China 5,95% Rusia 6,01% Amerika Serikat 6,73% Brazil 14,77% Gambar 4.3. Kontribusi Populasi Sapi Perah Beberapa Negara Dunia, 2011 2015 Sentra produksi susu sapi di dunia berdasarkan data USDA tahun 2011-2015 terdapat di sepuluh negara yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 66,01% terhadap total produksi susu sapi di dunia (Gambar 4.4.). Meskipun India merupakan negara terbesar yang memiliki populasi sapi terbesar di dunia, tetapi India merupakan negara produsen susu sapi di urutan kedua setelah Amerika Serikat dengan rata-rata produksi sebesar 58,10 juta ton per tahun atau memberikan kontribusi sebesar 12,30% terhadap produksi susu sapi dunia. Sementara Amerika Serikat yang mempunyai populasi sapi pada peringkat ketiga dunia ternyata merupakan negara produsen susu sapi terbesar di dunia dengan rata-rata produksi sebesar 91,89 juta ton per tahun. Negara-negara produsen susu sapi cair lainnya adalah China, Brazil, Rusia, Selandia Baru, Meksiko, Argentina, Ukraina, dan Australia dengan rata-rata produksi masing-masing sebesar sebesar 34,47 juta ton, 32,44 juta ton, 30,81 juta ton, 20,66 juta ton, 11,35 juta ton, 11,29 juta ton, 11,09 juta ton dan 9,66 juta ton. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 12. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

2015 OUTLOOK SUSU Negara Lainnya 33,99% Amerika Serikat 19,46% India 12,30% Australia 2,04% Ukraina 2,35% Argentina 2,39% Meksiko 2,40% Selandia Baru Rusia 4,37% 6,52% Brazil 6,87% China 7,30% Gambar 4.4. Kontribusi Produksi Susu Sapi Dunia, 2011 2015 Ukraina 0,360% China 1,739% Meksiko 0,193% Taiwan 0,019% Filipina 0,004% Uni Eropa 5,692% India 91,993% Gambar 4.5. Kontribusi Produksi Susu Cair Lainnya Dunia, 2011 2015 4.1.3 KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI SUSU CAIR DUNIA Selama 5 tahun terakhir Amerika Serikat sebagai produsen susu cair terbesar dunia memproduksi susu sebesar 91,89 juta ton. Konsumsi susu negara ini cenderung relatif rendah dibandingkan konsumsi India sebagai negara produsen susu kedua setelah Amerika Serikat, dengan rata-rata konsumsi 5 tahun terakhir (2011 2015) sebesar 28,67 juta ton (Lampiran 14). Besarnya konsumsi susu dunia sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk. India 22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 selain faktor jumlah penduduknya besar, tingkat kesadaran penduduknya untuk mengkonsumsi susu juga tinggi. Tingkat produksi susu cair India sebesar 67,35 juta ton, dengan konsumsi susu perkapita pertahun penduduk India lebih rendah dari produksinya yaitu 54,92 juta ton. Negara terbesar lainnya adalah Cina, Brazil, dan Rusia dengan rata-rata konsumsi susu cair per tahun sebesar 14,21 juta ton, 12,08 juta ton, dan 10,44 juta ton (Gambar 4.6). Selisih antara produksi dengan konsumsi penduduk beberapa negara tersebut merupakan peluang ekspor ke berbagai belahan dunia. Beberapa negara produsen susu cair seperti Amerika Serikat, China, Brazil, Rusia dan Selandia Baru merupakan pemasok bagi negara lain. Indonesia sudah sejak lama mengimpor bahan baku susu cair dari Selandia Baru. Negara Lainnya 21,65% India 30,83% Australia 1,43% Kanada 1,69% Jepang 2,23% Meksiko 2,33% Ukraina 3,11% Rusia 5,86% Brazil 6,78% China 7,98% Amerika Serikat 16,10% Gambar 4.6. Tingkat Konsumsi Susu Cair Beberapa Negara di Dunia, 2011 2015 4.1.4 EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR SUSU CAIR DUNIA Volume ekspor susu cair dunia 2011 2015 mengalami peningkatan sebesar 11,92% per tahun. Pada periode yang sama pertumbuhan rata-rata volume impor pun mengalami peningkatan sebesar 18,80% per tahun (Gambar 4.7). Volume ekspor dan impor tahun 2015 diperkirakan akan menurun sebesar 0,34% dan 4,27% dari tahun sebelumnya. Data perkembangan ekspor dan impor susu cair dunia tahun 1980 2015 selengkapnya pada Lampiran 15. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU (000 Ton) 5.500 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 - Ekspor Impor Gambar 4.7. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Cair Dunia, 1980 2015 Terdapat 8 negara pengekspor susu cair terbesar yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 42,34% terhadap total volume ekspor susu cair dunia (Gambar 4.8). Selandia Baru merupakan negara pengekspor susu cair terbesar dunia dengan rata-rata volume ekspor dari tahun 2011 2015 sebesar 135 ribu ton per tahun atau berkontribusi sebanyak 18,13%. Selanjutnya diikuti oleh Australia dengan rata-rata volume ekspor 100 ribu ton per tahun atau berkontribusi 13,39%. Sementara itu negara pengekspor lainnya seperti China, Rusia, Argentina, Meksiko, Ukraina dan Kanada masingmasing hanya memberikan kontribusi terhadap dunia di bawah 5%. Selandia Baru 18,13% Australia 13,39% Negara Lain 57,66% Kanada 0,56% Ukraina 1,10% Rusia 2,46% Argentina 1,74% Meksiko 1,50% Cina 3,45% Gambar 4.8. Negara Pengekspor Susu Cair Terbesar Dunia, 2011 2015 24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Negara pengimpor susu cair terbesar di dunia terdapat di 5 negara yang secara kumulatif memberikan pangsa sebesar 90,58% terhadap total volume impor susu cair di dunia (Gambar 4.9). Rusia merupakan negara pengimpor susu cair terbesar di dunia dengan rata-rata volume impor dari tahun 2011 2015 sebesar 307 ribu ton per tahun atau 43,89% berkontribusi terhadap impor susu cair dunia. Negara pengimpor tertinggi berikutnya adalah China dengan volume impor rata-rata 198 ribu ton per tahun atau 28,27%. Posisi ketiga adalah Filipina dengan volume impor sebesar 47 ribu ton atau 6,71%. Posisi keempat adalah Kanada dengan volume impor 43 ribu ton atau 6,20%. Posisi kelima adalah Meksiko dengan volume impor 39 ribu ton atau 5,51%. Sementara negara lainnya berkontribusi di bawah 5%. Data negara pengimpor susu cair terbesar di dunia secara rinci tersaji pada Lampiran 17. Australia 0,91% Taiwan 3,17% Brazil 1,83% Meksiko 5,51% Kanada 6,20% UkrainaSelandia Baru 0,71% 0,26% Negara Lain 2,54% Rusia 43,89% Filipina 6,71% China 28,27% Gambar 4.9. Kontribusi Negara Pengimpor Susu Cair Terbesar Dunia, 2011 2015 4.2. PERKEMBANGAN KEJU DUNIA 4.2.1 PRODUKSI DAN NEGARA SENTRA PRODUKSI KEJU DUNIA Perkembangan produksi keju dari tahun 1980 2015 mengalami peningkatan (Gambar 4.10). Selama kurun waktu tersebut, produksi telah tumbuh menjadi 13,09 juta ton per tahun atau naik 2,34% per tahun dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2002 sebesar 18,23% atau produksi sebanyak 15,08 juta ton. Rata-rata pertumbuhan produksi keju dunia lima Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU tahun terakhir sebesar 1,33% per tahun dengan rata-rata produksi sebesar 17,94 juta ton. Jika dibandingkan dengan konsumsinya, maka rata-rata prouksi keju dunia surplus sebesar 439 ribu ton. Perkembangan produksi keju dunia selama tahun 1980 2015 dapat dilihat pada Lampiran 18. (000 Ton) 20.000 17.500 15.000 12.500 10.000 7.500 5.000 2.500 0 Gambar 4.10. Perkembangan Produksi Keju Dunia, 1980 2015 Berdasarkan data USDA pada tahun 2011 2015, terdapat beberapa negara yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 47,72% terhadap total produksi keju di dunia (Gambar 4.11). Amerika Serikat merupakan negara terbesar dengan rata-rata produksi keju sebesar 5,05 juta ton atau 28,15% terhadap produksi keju di dunia. Kemudian pada posisi kedua ditempati Rusia dengan rata-rata produksi 743 ribu ton atau kontribusi 4,14% dan Brazil pada posisi ketiga dengan rata-rata produksi sebesar 718 ribu ton atau 4%. Pertumbuhan negara produsen keju dunia tahun 2015 jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami peningkatan 0,45% atau sebesar 83 ribu ton. Data selengkapnya pada Lampiran 19. 26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Amerika Serikat 28,15% Negara Lainnya 52,28% Rusia 4,14% Brazil 4,00% Jepang 0,27% Ukraina 0,74% Meksiko Selandia Baru 1,52% 1,78% Kanada 2,15% Australia 1,83% Argentina 3,15% Gambar 4.11. Kontribusi Beberapa Negara Sentra Keju Dunia, 2011 2015 4.2.2 KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI KEJU DUNIA Selama kurun waktu 1980 2015 perkembangan produksi keju tumbuh 2,39% per tahun dengan rata-rata produksi 12,78 juta ton. Konsumsi keju dunia pada kurun waktu tersebut lebih kecil dari rata-rata produksinya yaitu sebesar 13,09 juta ton per tahun dengan pertumbuhan 2,34% per tahun. Permintaan atau kebutuhan susu segar maupun produk turunannya diperkirakan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi, pertumbuhan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran gizi dan perubahan gaya hidup. Seiring dengan perkembangan produksi susu dunia, tingkat konsumsi hasil olahan susu ini juga terus meningkat (Gambar 4.12). Peningkatan konsumsi keju dunia pada 5 tahun terakhir rata-rata 1,20% per tahun atau sebesar 17,5 juta ton per tahun. Data secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 20. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU (000 Ton) 20.000 17.500 15.000 12.500 10.000 7.500 5.000 2.500 0 Gambar 4.12. Perkembangan Konsumsi Keju Dunia, 1980 2015 Terdapat korelasi antara produksi dan konsumsi keju dunia, dimana Amerika Serikat merupakan negara dengan produksi keju terbesar mempunyai konsumsi keju terbesar pula, rata-rata konsumsi sebesar 4,87 juta ton atau 27,81% terhadap total konsumsi keju dunia. Begitu juga dengan Rusia, Brazil, Argentina dan Kanada yang masing-masing berkontribusi sebesar 6,32%, 4,24%, 2,93% dan 2,30% dari total konsumsi keju dunia. Gambaran negara dengan konsumsi keju dunia terbesar seperti disajikan pada Gambar 4.13. Amerika Serikat 27,81% Negara Lainnya 50,17% Rusia 6,32% Ukraina 0,55% Korea Selatan 0,64% Australia 1,37% Jepang 1,60% Kanada 2,30% Meksiko 2,07% Brazil 4,24% Argentina 2,93% Gambar 4.13. Kontribusi Beberapa Negara Konsumen Keju Dunia, 2011 2015 28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 OUTLOOK SUSU 2015 4.2.3 EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR KEJU DUNIA Perkembangan volume ekspor dan impor keju dunia pada periode tahun 1980 2015 menunjukan kecenderungan meningkat dengan pertumbuhan ekspor 1,79% dan impor 1,41% (Gambar 4.14). Pada tahun 1997 volume ekspor impor menurun drastis disebabkan krisis ekonomi global, namun perlahan-lahan kembali meningkat seiring dengan makin membaiknya situasi perekonomian dunia. Pada kurun waktu 2011 sampai 2015 volume ekspor dan impor keju rata-rata meningkat masing-masing sebesar 3,09% atau 1,63 juta ton dan 0,14% atau 1,19 juta ton. Secara rinci perkembangan ekspor dan impor keju dunia tahun 1980 2015 disajikan pada Lampiran 22. (000 Ton) 3.000 2.750 2.500 2.250 2.000 1.750 1.500 1.250 1.000 750 500 250 - Ekspor Impor Gambar 4.14. Perkembangan Ekspor dan Impor Keju Dunia, 1980 2015 Terdapat 5 negara pengekspor keju terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 52,52% terhadap total volume ekspor keju di dunia (Gambar 4.15). Amerika Serikat merupakan negara pengekspor keju terbesar di dunia dengan rata-rata volume ekspornya sebesar 308 ribu ton atau berkontribusi sebesar 18,84% terhadap total volume ekspor keju dunia. Posisi kedua dengan kontribusi sebesar 17,55% dengan rata-rata produksi sebesar 287 ribu ton adalah Selandia Baru. Sementara Australia, Argentina dan Ukraina memberikan kontribusi masing-masing sebesar 9,85%, 3,39% dan 2,89% terhadap total volume ekspor dunia (Lampiran 23). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

2015 OUTLOOK SUSU Amerika Serikat 18,84% Negara Lain 44,77% Selandia Baru 17,55% Filipina 0,07% Brazil 0,16% Meksiko Kanada 0,28% 0,54% Rusia 1,65% Ukraina 2,89% Argentina 3,39% Australia 9,85% Gambar 4.15. Kontribusi Beberapa Negara Pengekspor Keju Dunia, 2011 2015 Pada tahun 2011 2015 terdapat 6 negara pengimpor keju yang secara kumulatif memberikan pangsa dunia sebesar 83,96% terhadap total volume impor keju dunia (Gambar 4.16). Negara pengimpor keju dunia tertinggi adalah Rusia dengan rata-rata volume impor sebesar 390 ribu ton atau 32,57% terhadap volume impor dunia. Negara pengimpor posisi kedua dan ketiga adalah Jepang dan Amerika Serikat dengan rata-rata volume impor masing-masing sebesar 233 ribu ton dan 123 ribu ton (Lampiran 24). Australia 6,31% Negara Lain 16,04% Rusia 32,57% Korea Selatan 7,36% Meksiko 8,00% Amerika Serikat 10,30% Jepang 19,42% Gambar 4.16. Kontribusi Beberapa Negara Pengimpor Keju Dunia, 2011 2015 30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 OUTLOOK SUSU 2015 4.3. PERKEMBANGAN MENTEGA DUNIA 4.3.1 PRODUKSI DAN NEGARA SENTRA PRODUKSI MENTEGA DUNIA Perkembangan produksi mentega dunia pada periode 1980 2015 meningkat 3,46% per tahun (Gambar 4.17 dan Lampiran 25). Pada tahun 1993 1996 produksi mentega turun 4,01% atau sekitar 5,34 juta ton, namun perlahan-lahanmengalami peningkatan hingga mencapai 9 juta ton. Produksi mentega tahun 2011 2015 mengalami peningkatan sebesar 9,17 juta ton atau tumbuh sebesar 3,46%. (000 Ton) 10.000 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 Gambar 4.17. Perkembangan Produksi Mentega Dunia, 1980 2015 Terdapat 5 negara produsen mentega terbesar di dunia dengan pangsa 70,86% terhadap total produksi mentega di dunia (Gambar 4.18). Negaranegara tersebut adalah India, Amerika Serikat, Selandia Baru, Rusia, dan Meksiko. India merupakan negara produsen mentega terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar 51,28%, sementara 4 negara produsen mentega lainnya hanya berkontribusi kurang dari 10% (Lampiran 26). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU Negara Lainnya 29,14% Meksiko 2,08% India 51,28% Rusia 2,48% Selandia Baru 5,87% Amerika Serikat 9,15% Gambar 4.18. Kontribusi Beberapa Negara Produsen Mentega Dunia, 2011 2015 4.3.2 KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI MENTEGA DUNIA Perkembangan konsumsi mentega dunia pada periode 1980 2015 meningkat 1,32% per tahun (Gambar 4.19 dan Lampiran 27). Konsumsi mentega periode 2011 2015 adalah sebesar 8,67 juta ton atau tumbuh sebesar 3,20%. Secara umum, konsumsi mentega lebih rendah daripada produksinya, hal ini terlihat mulai tahun 1997 dimana konsumsi mentega berada di bawah produksinya. (000 Ton) 10.000 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 Gambar 4.19. Perkembangan Konsumsi Mentega Dunia, 1980 2015 32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Negara dengan tingkat konsumsi mentega cukup tinggi yaitu India, Amerika Serikat, Rusia, Meksiko, dan Kanada. India yang merupakan negara dengan tingkat konsumsi mentega terbesar rata-rata 4,69 juta ton per tahun. Sementara itu Amerika Serikat dengan tingkat konsumsi sebesar 790 ribu ton per tahun menempati posisi kedua, sedangkan Rusia sebesar 349 ribu ton per tahun, Meksiko 226 ribu ton per tahun dan Kanada 100 ribu ton per tahun (Gambar 4.20). Negara Lainnya 25,58% Kanada 1,21% Meksiko 2,73% Rusia 4,22% Amerika Serikat 9,54% India 56,72% Gambar 4.20. Negara Konsumen Mentega Terbesar Dunia, 2011 2015 4.3.3 EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR MENTEGA DUNIA Secara umum perkembangan volume ekspor mentega di dunia pada periode 1980 2015 mengalami penurunan 0,59% per tahun, demikian pula volume impornya menurun 1,66% per tahun (Lampiran 29). Pada tahun 1997 volume ekspor dan impor menurun drastis sebesar 33,78% dan 48,24% disebabkan karena krisis ekonomi. Volume ekspor mentega periode 2011 2015 diperkirakan naik sebesar 2,47% sementara impornya diperkirakan menurun 0,07% per tahun. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU (000 Ton) 2.500 2.250 2.000 1.750 1.500 1.250 1.000 750 500 250 - Ekspor Impor Gambar 4.21. Perkembangan Ekspor Impor Mentega Dunia, 1980 2015 India 1,20% Negara Lain 18,79% Argentina 2,32% Australia 5,77% Amerika Serikat 7,87% Selandia Baru 64,04% Gambar 4.22. Kontribusi Beberapa Negara Pengekspor Mentega Dunia, 2011 2015 Menurut data USDA, Selandia Baru merupakan negara pengekspor mentega terbesar dunia dengan rata-rata volume ekspor sebesar 513 ribu ton per tahun atau kontribusi 64,04% terhadap total volume ekspor dunia. Sementara itu 4 negara pengekspor terbesar lainnya hanya di bawah 10%. India merupakan negara produsen terbesar mentega namun persentase ekspornya hanya sebesar 1,20% atau berada di bawah Argentina yang berkontribusi sebesar 2,32% terhadap total volume ekspor mentega dunia. Negara-negara pengekspor mentega terbesar di dunia secara rinci tersaji pada Lampiran 30. 34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Negara Lain 26,94% Rusia 40,12% Amerika Serikat 6,20% Australia 6,78% Taiwan 7,04% Meksiko 12,92% Gambar 4.23. Kontribusi Beberapa Negara Pengimpor Mentega Dunia, 2011 2015 Negara pengimpor mentega terbesar meliputi 5 negara, yaitu Rusia merupakan negara pengimpor mentega terbesar dengan rata-rata volume impor 124 ribu ton per tahun atau kontribusi terhadap dunia sebesar 40,12%. Kemudian pada posisi kedua ditempati Meksiko dengan rata-rata volume impor sebesar 40 ribu ton per tahun atau 12,92%. Sementara 3 negara terbesar lainnya hanya memberikan kontribusi di bawah 10% terhadap total volume impor mentega dunia (Lampiran 31 dan Gambar 4.23). 4.4. PERKEMBANGAN SUSU BUBUK DUNIA 4.4.1 PRODUKSI DAN NEGARA SENTRA PRODUKSI SUSU BUBUK DUNIA Susu bubuk berasal dari susu segar, baik dengan atau tanpa rekombinasi dengan zat lain seperti lemak atau protein yang kemudian dikeringkan. Umumnya pengeringan dilakukan dengan menggunakan spray dryer atau roller dryer. Kandungan nilai gizi yang terdapat dalam susu bubuk lebih rendah dari susu cair segar. Sebagai usaha untuk mengembalikan kadar nilai gizinya agar menyamai gizi susu cair segar, seringkali susu bubuk diberikan tambahan dengan bahan-bahan lain, misalnya vitamin. Umur simpan susu bubuk maksimal adalah 2 tahun dengan penanganan yang baik dan benar. Susu bubuk dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu susu bubuk berlemak (full cream milk prowder), susu bubuk rendah lemak (partly skim Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU milk powder) dan susu bubuk tanpa lemak (skim milk powder) (SNI 01-2970- 1999). Susu bubuk pertama kali dibuat pada tahun 1802 oleh seorang dokter yang berasal dari Rusia yaitu Osip Krichevsky. Susu bubuk banyak sekali ditemukan di negara berkembang karena biaya transportasi dan penyimpanannya sangat murah. Seperti makanan kering lainnya, susu bubuk dianggap tidak mudah rusak disebabkan sedikitnya kandungan air (bakteri sangat cepat berkembang biak pada makanan yang basah atau minuman) dan disukai oleh banyak orang untuk memenuhi asupan gizi dalam tubuh. Perkembangan produksi susu bubuk dunia pada periode 1980 2015 meningkat 22,55% per tahun (Gambar 4.24 dan Lampiran 32). Pada tahun 1991 1993 produksi susu bubuk turun 22,81% atau sekitar 2,94 juta ton, namun perlahan-lahan meningkat hingga mencapai hampir 5 juta ton. Periode 2011 2015 produksi mentega sebesar 4,59 juta ton atau tumbuh sebesar 3,60%. (000 Ton) 10.000 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 Gambar 4.24. Perkembangan Produksi Susu Bubuk Dunia, 1980 2015 Produsen susu bubuk dunia terbesar pada tahun 2011 2015 adalah Selandia Baru sebesar 1,3 juta ton, negara berikutnya China produksi sebesar 1,24 juta ton dan urutan ketiga Brazil sebesar 561 ribu ton. Indonesia berada di urutan ke delapan dunia dengan volume produksi sebesar 71 ribu ton (Gambar 4.25). Kontribusi ketiga negara produsen terhadap produksi dunia 36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 OUTLOOK SUSU 2015 mencapai 67,78%. Secara rinci keadaan produksi susu bubuk dunia dapat dilihat pada Lampiran 33. Indonesia 1,54% Chili 1,72% Australia 2,68% Rusia 1,21% Amerika Serikat 0,81% Negara Lainnya 15,02% Selandia Baru 28,59% Meksiko 3,36% Argentina 5,88% Brazil 12,23% China 26,96% Gambar 4.25. Kontribusi Beberapa Negara Produsen Susu Bubuk Dunia, 2011 2015 4.4.2 KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI SUSU BUBUK DUNIA Perkembangan konsumsi susu bubuk dunia pada periode 1980 2015 meningkat 12,98% per tahun (Gambar 4.26 dan Lampiran 34). Konsumsi susu bubuk dunia periode 2011 2015 adalah sebesar 3,47 juta ton atau tumbuh sebesar 4,79%. (000 Ton) 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0 Gambar 4.26. Perkembangan Konsumsi Susu Bubuk Dunia, 1980 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

2015 OUTLOOK SUSU Negara dengan tingkat konsumsi susu bubuk cukup tinggi yaitu China, Brazil, Algeria, Meksiko dan Indonesia. China dan Brazil menyumbang sebesar 66,63% konsumsi susu bubuk dunia dengan tingkat konsumsi rata-rata 1,71 juta ton dan 603 ribu ton per tahun. Sementara itu Algeria dan Meksiko berada di posisi ketiga dan keempat dengan tingkat konsumsi rata-rata 186 ribu ton dan 161 ribu ton. Indonesia berada di posisi kelima dengan rata-rata konsumsi susu bubuk sebesar 125 ribu ton atau sebesar 3,59% (Gambar 4.27). Rusia 2,50% Australia 1,19% Chile 1,82% Taiwan 0,95% Negara Lainnya 10,53% Argentina 2,80% Indonesia 3,59% Meksiko 4,65% China 49,28% Algeria 5,35% Brazil 17,35% Gambar 4.27. Kontribusi Beberapa Negara Konsumen Susu Bubuk Dunia, 2011 2015 4.4.3 EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR SUSU BUBUK DUNIA Secara umum perkembangan volume ekspor susu bubuk di dunia pada periode 1982 2015 mengalami peningkatan 0,73% per tahun, demikian pula volume impornya meningkat 1,71% per tahun. Pada tahun 1989 volume ekspor dan impor menurun drastis sebesar 20,29% dan 16,03% disebabkan karena krisis ekonomi. Tahun-tahun berikutnya pergerakan ekspor dan impor mengalami fluktuasi. Volume ekspor susu bubuk periode 2011 2015 diperkirakan naik sebesar 3,15% sementara impornya diperkirakan juga meningkat sebesar 4,44% per tahun. Perkembangan ekspor dan impor susu bubuk dapat dilihat pada Lampiran 36. 38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 OUTLOOK SUSU 2015 (000 Ton) 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 - Ekspor Impor Gambar 4.28. Perkembangan Ekspor Impor Susu Bubuk Dunia, 1982 2015 Berdasarkan data USDA, negara yang memproduksi susu bubuk dan sebagian besar untuk memenuhi konsumsi dalam negerinya yaitu China, dengan kapasitas produksi susu bubuk sebesar 1,24 juta ton sedangkan ekspornya hanya sebesar 7 ribu ton. Indonesia merupakan negara dengan produksi susu bubuk tanpa ekspor ke negara lain. Sementara itu susu bubuk hasil produksinya di Selandia Baru sebagian besar (98,09%) diperuntukan sebagai komoditi ekspor. Posisi pertama negara pengekspor susu bubuk dunia yaitu Selandia Baru dengan total volume produksi 1,29 juta ton. Negara pengekspor terbesar kedua adalah Argentina, dimana volume ekspornya sebesar 171 ribu ton. Australia menempati posisi ketiga, dengan volume ekspor 94 ribu ton (Lampiran 37). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

2015 OUTLOOK SUSU China 0,33% Brazil 0,64% Meksiko 0,29% Rusia 0,07% Negara Lain 18,85% Amerika Serikat 0,73% Filipina 0,74% Chili 0,93% Australia 4,71% Argentina 8,51% Selandia Baru 64,21% Gambar 4.29. Negara Pengekspor Susu Bubuk Dunia, 2011 2015 Berdasarkan data USDA, diperkirakan impor susu bubuk dunia pada tahun 2011 2015 didominasi negara China yang menempati peringkat pertama impor susu bubuk sebesar 483,2 ribu ton, Algeria di urutan kedua dengan volume impor 189,6 ribu ton dan ketiga adalah Indonesia dengan volume impor 54,2 ribu ton, serta Brazil berada di urutan keempat dengan volume impor 54 ribu ton (Lampiran 38 dan Gambar 4.30). Negara-negara pengimpor susu seperti Indonesia dan beberapa negara produsen susu bubuk lainnya seperti China, Algeria dan Brazil melakukan impor susu bubuk karena produksi lokal tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Meksiko 1,42% Rusia 3,59% Filipina 3,04% Taiwan 3,61% Australia 1,09% Amerika Serikat 0,90% Negara Lain 0,98% Brazil 5,90% Indonesia 5,92% Algeria 20,73% China 52,82% Gambar 4.30. Negara Pengimpor Susu Bubuk Dunia, 2011 2015 40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 OUTLOOK SUSU 2015 4.5. PERKEMBANGAN SUSU BUBUK TANPA LEMAK DUNIA 4.5.1 PRODUKSI DAN NEGARA SENTRA PRODUKSI SUSU BUBUK TANPA LEMAK DUNIA Perkembangan produksi susu bubuk tanpa lemak dunia pada periode 1980 2015 meningkat 2,34% per tahun (Gambar 4.31 dan Lampiran 39). Periode 2011 2015 produksi susu bubuk tanpa lemak sebesar 17,94 juta ton atau tumbuh sebesar 1,33%. (000 Ton) 20.000 17.500 15.000 12.500 10.000 7.500 5.000 2.500 0 Gambar 4.31. Perkembangan Produksi Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980 2015 Terdapat 5 negara produsen susu bubuk tanpa lemak terbesar di dunia dengan pangsa 54,38% terhadap total produksi susu bubuk tanpa lemak di dunia (Gambar 4.32). Negara-negara tersebut adalah Amerika Serikat, India, Selandia Baru, Australisa dan Brazil. Amerika Serikat dan India merupakan negara produsen susu bubuk tanpa lemak terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar 24% dan 11,86, sementara negara produsen susu bubuk tanpa lemak lainnya hanya berkontribusi kurang dari 10% (Lampiran 40). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU Amerika Serikat 24,00% Negara Lainnya 36,34% India 11,86% Ukraina 1,25% China 1,30% Rusia 1,61% Kanada 1,91% Jepang 3,21% Brazil 3,59% Australia 5,39% Selandia Baru 9,54% Gambar 4.32. Kontribusi Beberapa Negara Produsen Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015 4.5.2 KONSUMSI DAN NEGARA SENTRA KONSUMSI SUSU BUBUK TANPA LEMAK DUNIA Perkembangan konsumsi susu bubuk tanpa lemak dunia pada periode 1980 2015 meningkat 2,39% per tahun (Gambar 4.33 dan Lampiran 41). Periode 2011 2015 konsumsi susu bubuk tanpa lemak adalah sebesar 17,5 juta ton atau tumbuh sebesar 1,20%. Secara umum di seluruh negara, konsumsi susu bubuk tanpa lemak lebih rendah daripada produksinya. (000 Ton) 20.000 17.500 15.000 12.500 10.000 7.500 5.000 2.500 0 Gambar 4.33. Perkembangan Konsumsi Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980 2015 42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Negara dengan tingkat konsumsi susu bubuk tanpa lemak cukup tinggi yaitu Amerika Serikat, India, Meksiko, China dan Indonesia. Amerika Serikat yang merupakan negara dengan tingkat konsumsi susu bubuk tanpa lemak terbesar rata-rata 466 ribu ton per tahun. Sementara itu India dengan tingkat konsumsi sebesar 434 ribu ton per tahun menempati posisi kedua, sedangkan Meksiko sebesar 261 ribu ton per tahun, China 250 ribu ton per tahun dan Indonesia 211 ribu ton per tahun (Gambar 4.34). Amerika Serikat 7,33% India 6,82% Meksiko 4,11% China 3,93% Indonesia 3,32% Jepang 2,72% Brazil 2,76% Negara Lainnya 63,03% Filipina 1,50% Algeria 1,93% Rusia 2,54% Gambar 4.34. Kontribusi Beberapa Negara Konsumen Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015 4.5.3 EKSPOR IMPOR DAN NEGARA EKSPORTIR IMPORTIR SUSU BUBUK TANPA LEMAK DUNIA Secara umum perkembangan volume ekspor dan impor susu bubuk tanpa lemak di dunia pada periode 1980 2015 berfluktuasi. Pertumbuhan ekspor mengalami peningkatan 1,46% per tahun demikian pula volume impornya meningkat 0,80% per tahun (Lampiran 43 dan Gambar 4.35). Pada tahun 1996 volume ekspor menurun drastis sebesar 24,29% sementara impor menurun drastis padatahun 1997 sebesar 38,94% disebabkan karena krisis ekonomi. Tahun-tahun berikutnya pergerakan ekspor dan impor mengalami fluktuasi. Volume ekspor susu bubuk tanpa lemak periode 2011 2015 diperkirakan naik sebesar 8,59% begitu pula impornya diperkirakan meningkat 5,52% per tahun. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 OUTLOOK SUSU (000 Ton) 2.500 2.250 2.000 1.750 1.500 1.250 1.000 750 500 250 - Ekspor Impor Gambar 4.35. Perkembangan Ekspor Impor Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980 2015 Amerika Serikat merupakan negara pengekspor terbesar susu bubuk tanpa lemak dunia dengan volume ekspor mencapai 513 ribu ton (Lampiran 44). Negara pengekspor kedua terbesar adalah Selandia Baru sebesar 386 ribu ton dan ketiga Australia sebesar 148 ribu ton (Gambar 4.36). Indonesia menjadi negara pengekspor kesebelas dunia, dengan volume ekspor rata-rata 1.000 ton. Dalam hal ini Indonesia diduga melakukan praktek reekspor susu bubuk tanpa lemak karena Indonesia tidak memproduksi susu bubuk jenis ini. Susu bubuk tanpa lemak dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar susu atau keju tanpa lemak sehingga dapat berguna untuk menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Negara Lain 32,61% Amerika Serikat 29,60% Filipina 0,48% Kanada 0,66% Argentina 1,21% Ukraina 1,38% India 3,24% Australia 8,54% Selandia Baru 22,28% Gambar 4.36. Negara Pengekspor Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015 44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Brazil 2,33% Taiwan 1,92% Korea Selatan 1,90% Negara Lain 12,02% Indonesia 17,54% Jepang 3,07% Rusia 8,08% Meksiko 17,54% Filipina 8,51% Algeria 10,79% China 16,30% Gambar 4.37. Negara Pengimpor Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015 Indonesia dan Meksiko merupakan negara pengimpor susu bubuk tanpa lemak terbesar di dunia, dengan rata-rata impor tahun 2011 2015 sebesar 212 ribu ton (Gambar 4.37). Meskipun Cina dan Jepang memproduksi susu bubuk tanpa lemak, namun produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan sehingga harus melakukan impor. Impor produk susu yang dilakukan oleh negara produsen dilandasi oleh dua faktor, pertama menjaga hubungan diplomatik bilateral antara negara (pengimpor dan pengekspor), dan kedua adalah untuk kepentingan stabilisasi harga produk itu sendiri yang disebabkan kekurangan pasokan dari dalam negeri. Beberapa negara melakukan reekspor produk susu bubuk tanpa lemak seperti Filipina, negara ini menyerupai Indonesia tidak memproduksi susu bubuk tanpa lemak sendiri. Pada tahun 2015 tingkat konsumsi susu dalam negeri diitargetkan mencapai 15 kilogram per kapita per tahun. Namun realisasinya saat ini baru mencapai 13,4 kilogram per kapita per tahun. Salah satu faktor utama belum tercapainya realisasi adalah budaya masyarakat yang lebih memilih konsumsi susu bubuk dan susu olahan yang masih menggunakan bahan impor, selain itu rendahnya produksi susu di sisi lain juga disebabkan tingkat populasi sapi perah yang masih rendah serta skala kepemilikan sapi per kepala keluarga hanya 2-3 ekor. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

2015 OUTLOOK SUSU 46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN 5.1. PROYEKSI PENAWARAN SUSU INDONESIA Analisis sisi penawaran susu sapi di Indonesia dicerminkan oleh besaran produksi susu nasional. Untuk menduga penawaran susu sapi dilakukan dengan melakukan analisis dengan model-model statistik. Berdasarkan kajian beberapa model fungsi respon produksi susu, maka diperoleh model yang signifikan untuk menerangkan dinamika produksi susu, yaitu produksi susu dipengaruhi oleh peubah populasi sapi perah satu tahun berjalan dan peubah harga susu kental manis tahun sebelumnya dengan koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 92,3% (Tabel 5.1). Besaran koefisien determinasi menjelaskan bahwa 92,3% keragaman produksi susu dapat diterangkan oleh keragaman peubah populasi sapi perah dan harga susu kental manis tahun sebelumnya, hanya 7,7% yang dipengaruhi oleh peubah lain. Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Produksi Susu Sapi di Indonesia Peubah Koefisien p_value Ln populasi sapi perah tahun berjalan 0,92 0,00 Ln harga riil susu kental manis periode sebelumnya 0,17 0,00 Intercept -0,12 0,95 R 2 = 92,3% Tabel 5.1. di atas menerangkan bahwa produksi susu sapi secara nyata dipengaruhi oleh besarnya populasi sapi perah tahun berjalan dengan koefisien regresi sebesar 0,92 (p_value = 0,00 < α = 5%), dan peubah harga riil susu kental manis tahun sebelumnya dengan koefisien regresi 0,17 (p_value = 0,00 < α = 5%). Persamaan tersebut menjelaskan bahwa setiap kenaikan populasi sapi perah sebanyak satu ekor akan meningkatkan produksi susu sapi sebesar 0,92 ton dan setiap kenaikan harga susu kental manis satu rupiah tahun sebelumnya akan meningkatkan produksi susu sapi sebesar 0,17 ton. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

2015 OUTLOOK SUSU Berdasarkan model produksi yang dihasilkan di atas selanjutnya dilakukan proyeksi terhadap produksi susu sapi untuk tahun 2016 hingga tahun 2019 seperti tersaji pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Proyeksi Penawaran Susu Sapi di Indonesia, 2014 2019 Tahun Penawaran (Ton) Pertumbuhan (%) 2014 800.751-2015*) 805.363 0,58 2016**) 789.648-1,95 2017**) 805.208 1,97 2018**) 826.267 2,62 2019**) 847.428 2,56 Rata-Rata 812.444 1,15 Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Prediksi Pusdatin Pada tahun 2015 produksi susu Indonesia diperkirakan mencapai 805,36 ribu ton atau meningkat 0,58% dibandingkan produksi satu tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, diperkirakan menurun sebesar 15,72 ribu ton atau 1,95% dari tahun sebelumnya. Tahun 2017, 2018 dan 2019 diproyeksikan produksi susu akan kembali meningkat menjadi 805,21 ribu ton, 826,27 ribu ton dan 847, 43 ribu ton atau tumbuh masing-masing sebesar 1,97%, 2,62% dan 2,56% dari tahun sebelumnya. 5.2. PROYEKSI PERMINTAAN SUSU INDONESIA Total permintaan susu sapi di Indonesia dicerminkan oleh besaran konsumsi susu nasional. Berdasarkan hasil perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM), komponen pemakaian dalam negeri atau konsumsi untuk susu terdiri dari pakan, tercecer dan bahan makanan. Komponen bahan makanan ini jika dibagi dengan jumlah penduduk merupakan ketersediaan per kapita dalam satu tahun. Asumsi proyeksi pemakaian dalam negeri atau konsumsi susu adalah: 48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 1. Proyeksi pemakaian dalam negeri atau konsumsi untuk pakan, tercecer dan bahan makanan berdasarkan data NBM dengan menggunakan Trend Analysis Quadratic. 2. Proyeksi jumlah penduduk berdasarkan data BPS dengan tingkat pertumbuhan 1,2% per tahun. Tabel 5.3. Proyeksi Permintaan atau Konsumsi Susu di Indonesia, 2014 2019 Tahun Permintaan (Ton) Pakan Tercecer Bahan Makanan Total Pertumbuhan 2014*) 80.000 46.000 675.000 801.000-252.165 2,68 2015**) 81.000 46.000 679.000 806.000 0,62 255.462 2,66 2016**) 97.318 52.520 822.781 972.619 20,67 258.705 3,20 2017**) 101.364 53.730 858.144 1.013.238 4,18 261.891 3,29 2018**) 105.530 54.889 894.654 1.055.073 4,13 265.015 3,39 2019**) 109.816 55.997 932.312 1.098.125 4,08 267.974 3,49 Pertumbuhan (%/tahun) Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Prediksi Pusdatin (%) Jumlah Penduduk (000 Orang) Ketersediaan Susu (kg/kap/thn) 6,74 1,22 5,67 Pada kurun waktu 2014 2015, permintaan susu diproyeksikan mengalami pertumbuhan rata-rata 0,62% per tahun. Sementara, 4 tahun ke depan, 2016 2019 diperkirakan meningkat rata-rata 8,26% atau sebesar 1,03 ribu ton per tahun. Laju pertumbuhan penduduk pada periode tersebut diproyeksikan juga naik rata-rata 1,2% per tahun. Berdasarkan hasil proyeksi, total ketersediaan per kapita susu mengalami peningkatan sebesar 5,67% per tahun. Pada tahun 2014, konsumsi domestik susu Indonesia sebesar 801 ribu ton, tahun berikutnya naik menjadi 806 ribu ton. Tahun 2016 diprediksi kembali meningkat 20,67% sebesar 972,62 ribu ton, tahun 2017 naik menjadi 1,03 juta ton, tahun 2018 dan 2019 diprediksi meningkat menjadi 1,06 juta ton dan 1,09 juta ton. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

2015 OUTLOOK SUSU 5.3. NERACA SUSU 2014 2019 Berdasarkan hasil proyeksi penawaran dan permintaan susu, diperkirakan 4 tahun kedepan Indonesia akan terus mengalami defisit susu (Tabel 5.4). Pada tahun 2015, laju defisit ketersediaan susu mencapai 156,04% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun berikutnya, 2016 defisit meningkat hingga lebih 182 ribu ton. Tahun 2017 hingga 2019 defisit mencapai 200 hingga 250 ribu ton. Konsumsi susu yang terus meningkat di tanah air ternyata belum bisa diimbangi dengan kemampuan peternak sapi nasional untuk menyediakan produksi susu yang berkualitas. Tabel 5.4. Neraca Susu Indonesia, 2014 2019 Tahun Penawaran (Ton) Permintaan (Ton) Selisih (Ton) 2014*) 800.751 801.000-249 2015**) 805.363 806.000-637 2016**) 789.648 972.619-182.971 2017**) 805.208 1.013.238-208.029 2018**) 826.267 1.055.073-228.806 2019**) 847.428 1.098.125-250.697 Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Prediksi Pusdatin Pertumbuhan produksi susu dalam negeri pada kisaran 2 3 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan kebutuhan susu lebih dari 5 persen per tahun. Kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) mencapai 3,3 juta ton per tahun. Angka ini belum mencukupi pasokan bahan baku SSDN yang hanya mencapai 21% atau 690 ribu ton per tahun pada tahun lalu. Sisanya sebanyak 79% masih harus diimpor dalam bentuk skim milk powder, anhydrous milk fat, dan butter milk powder dari berbagai negara. Misalnya, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Keterbatasan produksi susu dari dalam negeri ini disebebkan oleh masih belum maksimalnya produksi susu dari sapi perah yang dimiliki oleh peternak di Indonesia. Selain itu disebabkan pula karena masih sedikitnya 50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 sentra peternakan sapi perah di Indonesia, di mana hampir 95% hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Apabila produksi dalam negeri tidak dapat mengejar ketinggalan pasokan tersebut, maka kondisi defisit akan terus terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Kekurangan persediaan susu ini akan membuka kran impor susu dari negara-negara produsen seperti Amerika, Australia, Selandia Baru, dan Eropa. Kekurangan pasokan dapat diinterpretasikan bahwa peluang usaha budidaya sapi perah di Indonesia masih terbuka lebar, terutama di beberapa daerah/wilayah potensi. Upaya pembinaan untuk memperbaiki manajemen peternakan sapi serta peningkatan kualitas dan kuantitas dari produksi susu perlu dilakukan sehingga setiap sapi perah mampu memproduksi susu sampai 20 liter per hari per ekor. Kerjasama antara Kementerian Pertanian dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta PT. Perkebunan Nasional juga diperlukan guna pemanfaatan lahan yang tidak terpakai untuk tanam pakan ternak. Dengan begitu diharapkan skala ekonomi peternak mampu diperbaiki menjadi lebih baik. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

2015 OUTLOOK SUSU 52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 VI. KESIMPULAN Perkembangan populasi sapi perah secara nominal terjadi pertumbuhan yang signifikan, periode 2011 2015 rata-rata sebesar 536,22 ribu ekor atau 2,99% per tahun. Produksi susu dominan terdapat di Pulau Jawa dengan kontribusi susu dari Pulau Jawa 99,23% sementara Luar Jawa 0,77%. Produksi susu 5 tahun terakhir menurun rata-rata 2,01% per tahun atau ratarata sebesar 865,48 ribu ton. Pada tahun 2016 hingga 2019, Indonesia diperkirakan akan mengalami defisit susu sebesar 182 ribu hingga 250 ribu ton. Permintaan/kebutuhan susu segar maupun produk turunannya diperkirakan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi, pertumbuhan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran gizi dan perubahan gaya hidup. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53

2015 OUTLOOK SUSU 54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2015. http:/apps.fas.usda.gov/psdonline/psdquery.aspx pada tanggal 22 September 2015. Anonim. 2015. Konsumsi Susu Masih 11,09 Liter per Kapita. Diakses dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/8890/konsumsi-susu-masih- 11,09-Liter-per-Kapita pada tanggal 4 November 2015. Anonim. 2015. http://pphp.pertanian.go.id/news/501/saatnya-tingkatkankonsumsi-susu-segar pada tanggal 2 November 2015. Hariyanti, Dini. 2014. 2015, Industri Susu Tak Akan Tambah Kapasitas Produksi. Diakses dari http://industri.bisnis.com/read/20141223/257/385195/2015-industrisusu-tak-akan-tambah-kapasitas-produksi pada tanggal 6 November 2015. Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 2019. Jakarta. Salma Indria Rahman. 2015. Permintaan Susu Naik Lima Persen per Tahun. Diakses dari http://www.varia.id/2015/02/18/permintaan-susu-naiklima-persen-per-tahun/ pada tanggal 6 November 2015. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55

2015 OUTLOOK SUSU 56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 LAMPIRAN Lampiran 1. Populasi Sapi Perah Indonesia, 1980 2015*) Tahun Jawa (Ekor) Pertumbuhan (%) Luar Jawa (Ekor) Pertumbuhan (%) Indonesia (Ekor) Pertumbuhan 1980 75.686-27.314-103.000-1981 109.573 44,77 3.427-87,45 113.000 9,71 1982 135.898 24,03 4.102 19,70 140.000 23,89 1983 167.250 23,07 30.750 649,63 198.000 41,43 1984 170.185 1,75 32.815 6,72 203.000 2,53 1985 165.821-2,56 9.817-70,08 175.638-13,48 1986 194.041 17,02 9.661-1,59 203.702 15,98 1987 220.831 13,81 10.719 10,95 231.550 13,67 1988 252.417 14,30 10.252-4,36 262.669 13,44 1989 276.974 9,73 10.691 4,28 287.665 9,52 1990 283.200 2,25 10.678-0,12 293.878 2,16 1991 298.214 5,30 11.420 6,95 309.634 5,36 1992 300.561 0,79 11.665 2,15 312.226 0,84 1993 318.719 6,04 10.801-7,41 329.520 5,54 1994 319.513 0,25 14.508 34,32 334.021 1,37 1995 331.531 3,76 9.803-32,43 341.334 2,19 1996 337.874 1,91 10.115 3,18 347.989 1,95 1997 323.916-4,13 10.455 3,36 334.371-3,91 1998 314.159-3,01 7.833-25,08 321.992-3,70 1999 324.282 3,22 7.749-1,07 332.031 3,12 2000 346.623 6,89 7.630-1,54 354.253 6,69 2001 339.311-2,11 7.687 0,75 346.998-2,05 2002 350.289 3,24 8.097 5,33 358.386 3,28 2003 365.291 4,28 8.462 4,51 373.753 4,29 2004 355.084-2,79 8.978 6,10 364.062-2,59 2005 352.488-0,73 8.863-1,28 361.351-0,74 2006 359.596 2,02 9.412 6,19 369.008 2,12 2007 368.529 2,48 5.538-41,16 374.067 1,37 2008 451.017 22,38 6.560 18,45 457.577 22,32 2009 468.187 3,81 6.514-0,69 474.701 3,74 2010 481.104 2,76 7.345 12,75 488.449 2,90 2011 592.520 23,16 4.693-36,11 597.213 22,27 2012 606.046 2,28 5.894 25,58 611.939 2,47 2013 437.579-27,80 6.687 13,46 444.266-27,40 2014 497.616 13,72 4.900-26,72 502.516 13,11 2015*) 519.901 4,48 5.270 7,54 525.171 4,51 Rata-rata per Tahun Populasi Sapi Perah 1980-2015*) 328.106 6,30 10.197 14,42 338.304 5,37 2011-2015*) 530.732 3,17 5.489-3,25 536.221 2,99 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara (%) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 2. Produksi Susu Sapi Indonesia, 1980 2015*) Tahun Jawa (Ton) Pertumbuhan (%) Luar Jawa (Ton) Pertumbuhan (%) Indonesia (Ton) Pertumbuhan 1980 75.600-2.600-78.200-1981 82.710 9,40 2.800 7,69 85.510 9,35 1982 113.360 37,06 3.090 10,36 116.450 36,18 1983 168.290 48,46 4.240 37,22 172.530 48,16 1984 172.550 2,53 6.310 48,82 178.860 3,67 1985 184.960 7,19 6.450 2,22 191.410 7,02 1986 212.260 14,76 6.940 7,60 219.200 14,52 1987 226.440 6,68 7.940 14,41 234.380 6,93 1988 255.350 12,77 8.460 6,55 263.810 12,56 1989 325.710 27,55 9.550 12,88 335.260 27,08 1990 333.040 2,25 12.490 30,79 345.530 3,06 1991 347.220 4,26 12.560 0,56 359.780 4,12 1992 353.690 1,86 12.980 3,34 366.670 1,92 1993 374.840 5,98 13.490 3,93 388.330 5,91 1994 420.530 12,19 12.680-6,00 433.210 11,56 1995 426.323 1,38 6.200-51,10 432.523-0,16 1996 433.634 1,72 7.120 14,83 440.754 1,90 1997 369.791-14,72 7.529 5,75 377.320-14,39 1998 430.614 16,45 5.554-26,24 436.168 15,60 1999 490.009 13,79 5.384-3,06 495.393 13,58 2000 473.960-3,28 5.638 4,72 479.598-3,19 2001 487.194 2,79 5.987 6,19 493.181 2,83 2002 538.133 10,46 6.181 3,24 544.314 10,37 2003 543.662 1,03 15.309 147,68 558.971 2,69 2004 526.360-3,18 6.283-58,96 532.643-4,71 2005 604.513 14,85 9.600 52,80 614.113 15,30 2006 558.917-7,54 12.035 25,36 570.952-7,03 2007 451.017-19,31 8.716-27,58 459.733-19,48 2008 468.187 3,81 6.252-28,27 474.439 3,20 2009 481.104 2,76 7.497 19,92 488.601 2,99 2010 901.763 87,44 7.770 3,64 909.533 86,15 2011 967.234 7,26 7.460-3,99 974.694 7,16 2012 952.724-1,50 7.007-6,07 959.732-1,54 2013 779.795-18,15 7.051 0,62 786.846-18,01 2014 794.807 1,93 5.945-15,69 800.751 1,77 2015*) 799.130 0,54 6.233 4,85 805.363 0,58 Rata-rata per Tahun Produksi Susu Sapi 1980-2015*) 447.928 8,33 7.759 7,11 455.688 8,22 2011-2015*) 858.738-1,98 6.739-4,05 865.477-2,01 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara (%) 58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 3. Sentra Populasi Sapi Perah Indonesia, 2011 2015*) No. Negara 2011 2012 2013 2014 2015*) Kumulatif Kontribusi (%) 1 Jawa Timur 296.350 308.841 222.910 245.246 253.830 265.435 49,50 49,50 2 Jawa Tengah 149.931 154.398 103.794 122.566 123.365 130.811 24,39 73,90 3 Jawa Barat 139.970 136.054 103.832 123.140 135.345 127.668 23,81 97,70 4 DI Yogyakarta 3.522 3.934 4.326 3.990 4.504 4.055 0,76 98,46 5 DKI Jakarta 2.728 2.775 2.686 2.638 2.820 2.729 0,51 98,97 6 Provinsi Lainnya 4.712 5.938 6.718 4.936 5.307 5.522 1,03 100,76 Indonesia Populasi Sapi Perah (Ekor) Rata-rata (Ekor) Kontribusi 597.213 611.939 444.266 502.516 525.171 536.221 100,00 100,00 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara (%) Lampiran 4. Sentra Produksi Susu Sapi Indonesia, 2011 2015*) No. Negara 2011 2012 2013 2014 2015*) 1 Jawa Timur 551.977 554.312 416.419 426.254 426.557 475.104 54,89 54,89 2 Jawa Barat 302.603 281.438 255.548 258.999 260.823 271.882 31,41 86,31 3 Jawa Tengah 104.141 105.516 97.579 98.494 99.577 101.061 11,68 97,99 4 DKI Jakarta 5.345 5.439 5.265 5.170 5.528 5.349 0,62 98,60 5 DI Yogyakarta 3.167 6.019 4.912 5.870 6.626 5.319 0,61 99,22 6 Provinsi Lainnya 7.461 7.007 7.123 5.964 6.253 6.762 0,78 100,63 Indonesia Produksi Susu Sapi (Ton) Rata-rata (Ton) Kontribusi 974.694 959.732 786.846 800.751 805.363 865.477 100,00 100,00 (%) Kumulatif Kontribusi (%) Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 5. Ketersediaan Susu Indonesia, 1990 2015**) Tahun Indonesia (Kg/Kap/Thn) Pertumbuhan (%) Susu Lokal (Kg/Kap/Thn) Pertumbuhan (%) Susu Impor (Kg/Kap/Thn) Pertumbuhan (%) Susu Lokal (%) Susu Impor 1990 3,49 1,70 1,79 48,71 51,29 1991 4,48 28,37 1,76 3,53 2,72 51,96 39,29 60,71 1992 4,31-3,79 1,66-5,68 2,65-2,57 38,52 61,48 1993 4,18-3,02 1,80 8,43 2,38-10,19 43,06 56,94 1994 4,58 9,57 1,78-1,11 2,80 17,65 38,86 61,14 1995 6,94 51,53 1,90 6,74 5,04 80,00 27,38 72,62 1996 5,65-18,59 1,89-0,53 3,76-25,40 33,45 66,55 1997 5,26-6,90 1,79-5,29 3,47-7,71 34,03 65,97 1998 4,13-21,48 1,56-12,85 2,57-25,94 37,77 62,23 1999 5,08 23,00 1,78 14,10 3,30 28,40 35,04 64,96 2000 6,42 26,38 2,03 14,04 4,39 33,03 31,62 68,38 2001 5,79-9,81 2,04 0,49 3,75-14,58 35,23 64,77 2002 7,08 22,28 1,97-3,43 5,11 36,27 27,82 72,18 2003 6,69-5,51 2,18 10,66 4,51-11,74 32,59 67,41 2004 9,47 41,55 2,14-1,83 7,33 62,53 22,60 77,40 2005 9,29-1,90 2,06-3,74 7,23-1,36 22,17 77,83 2006 10,95 17,87 2,34 13,59 8,61 19,09 21,37 78,63 2007 11,84 8,13 2,12-9,40 9,72 12,89 17,91 82,09 2008 9,51-19,68 2,39 12,74 7,12-26,75 25,13 74,87 2009 11,58 21,77 3,01 25,94 8,57 20,37 25,99 74,01 2010 13,12 13,30 3,16 4,98 9,96 16,22 24,09 75,91 2011 14,26 8,69 3,35 6,01 10,91 9,54 23,49 76,51 2012 14,77 3,58 3,30-1,49 11,47 5,13 22,34 77,66 2013 14,86 0,61 2,67-19,09 12,19 6,28 17,97 82,03 2014*) 14,12-4,98 2,68 0,37 11,44-6,15 18,98 81,02 2015**) 13,95-1,20 2,66-0,75 11,29-1,31 19,07 80,93 Rata-rata Ketersediaan Susu Persentase terhadap Total 1990-2015**) 8,53 7,19 2,22 2,26 6,31 10,63 29,40 70,60 2011-2015**) 14,39 1,34 2,93-2,99 11,46 2,70 20,37 79,63 Sumber : Neraca Bahan Makanan Kementerian Pertanian, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Prediksi (%) 60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 6. Konsumsi Susu Indonesia, 1993 2015*) Tahun Susu Murni (Ltr/Kap/Thn) Pertumbuhan (%) Susu Bubuk (Kg/Kap/Thn) Pertumbuhan (%) Susu Kental Manis (397 Gr/Kap/Thn) Pertumbuhan (%) 1993 0,31 0,26 0,57 1994 0,30-5,75 0,30 13,03 1,11 93,73 1995 0,28-5,76 0,33 11,86 1,65 48,47 1996 0,26-6,12 0,37 10,61 2,19 32,65 1997 0,24-6,90 0,33-9,59 1,96-10,32 1998 0,23-7,00 0,30-10,61 1,74-11,51 1999 0,21-7,52 0,26-11,53 1,51-13,00 2000 0,21 0,00 0,31 19,92 1,77 17,26 2001 0,21 0,00 0,37 16,61 2,03 14,72 2002 0,21 0,00 0,42 14,25 2,29 12,80 2003 0,16-25,36 0,37-12,47 2,45 6,82 2004 0,16 0,00 0,42 14,25 2,50 2,13 2005 0,10-33,33 0,42 0,00 2,76 10,42 2006 0,16 50,00 0,47 12,47 2,76 0,00 2007 0,21 33,97 0,89 88,91 3,55 28,30 2008 0,21 0,00 0,78-11,74 3,18-10,29 2009 0,10-50,24 0,73-6,65 3,02-4,92 2010 0,10 0,27 0,78 7,14 3,34 10,34 2011 0,16 50,00 0,73-6,66 3,29-1,56 2012 0,16 0,00 0,37-50,00 3,61 9,89 2013 0,15-2,83 0,73 100,00 3,71 2,77 2014 0,10-34,21 0,75 2,48 3,05-17,79 2015*) 0,10-3,00 0,77 2,93 3,86 26,46 Rata-rata 1993-2015*) 0,19-2,44 0,50 8,87 2,52 11,24 2011-2015*) 0,13 1,99 0,67 9,75 3,50 3,95 Sumber : Susenas BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka Estimasi Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 7. Harga Susu Kental Manis Tingkat Konsumen, 1983 2015 Tahun Harga (Rp/Kg) Pertumbuhan (%) 1983 507 1984 557 9,80 1985 624 12,02 1986 706 13,11 1987 818 16,01 1988 925 12,96 1989 1.079 16,74 1990 1.232 14,12 1991 1.311 6,46 1992 1.394 6,29 1993 1.509 8,29 1994 1.585 5,04 1995 1.916 20,82 1996 2.006 4,73 1997 2.238 11,55 1998 4.703 110,15 1999 4.498-4,37 2000 4.279-4,87 2001 4.639 8,42 2002 4.884 5,28 2003 5.091 4,23 2004 5.099 0,16 2005 5.370 5,32 2006 5.754 7,16 2007 5.793 0,67 2008 7.747 33,73 2009 7.950 2,62 2010 8.174 2,82 2011 8.587 5,05 2012 8.790 2,36 2013 8.567-2,54 2014 9.810 14,51 2015 10.270 4,69 Rata-rata 1983-2015 4.194 11,04 2011-2015 9.205 4,82 Sumber : Kementerian Perdagangan, diolah Pusdatin Keterangan : Data per Juli 2015 62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 8. Perkembangan Neraca Perdagangan Susu Indonesia, 1996 2014 Tahun Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai (Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$) (Ton) (000 US$) 1996 4.991 6.897 51.153 112.735-46.162-105.838 1997 1.731 3.409 48.783 94.372-47.052-90.963 1998 2.385 19.270 41.199 69.777-38.814-50.507 1999 2.351 5.933 59.488 83.605-57.137-77.672 2000 31.482 55.080 117.268 189.173-85.786-134.093 2001 29.744 64.411 119.922 247.877-90.178-183.466 2002 30.192 51.671 107.868 173.906-77.676-122.235 2003 49.594 54.830 117.318 207.475-67.724-152.645 2004 40.935 61.605 165.411 329.383-124.476-267.778 2005 45.018 35.363 173.084 399.165-128.066-363.802 2006 35.241 71.542 188.128 416.183-152.887-344.641 2007 21.947 4.075 181.520 617.391-159.573-613.316 2008 55.774 187.260 180.933 665.160-125.159-477.900 2009 50.190 90.800 211.634 569.597-161.444-478.797 2010 47.818 88.509 231.396 815.504-183.578-726.995 2011 43.123 83.155 247.495 990.201-204.373-907.045 2012 52.174 92.766 386.116 1.228.330-333.942-1.135.564 2013 52.759 95.234 380.558 1.358.792-327.799-1.263.559 2014 55.183 112.173 363.531 1.390.620-308.348-1.278.447 Pertumbuhan Rata-rata per Tahun 1996-2014 13,79 56,98 2,37 3,62 2,33 3,78 2010-2014 1,27 4,53-0,50 1,15-0,75 0,91 Sumber Ekspor Impor Neraca : BPS, diolah Pusdatin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 9. Perkembangan Populasi Sapi Perah Dunia, 1980 2015*) Tahun Populasi Sapi Pertumbuhan (000 Ekor) (%) 1980 161.316 1981 160.573-0,46 1982 170.180 5,98 1983 172.311 1,25 1984 173.725 0,82 1985 173.077-0,37 1986 171.928-0,66 1987 127.308-25,95 1988 166.624 30,88 1989 160.641-3,59 1990 160.456-0,12 1991 156.809-2,27 1992 159.870 1,95 1993 143.714-10,11 1994 139.091-3,22 1995 135.353-2,69 1996 132.908-1,81 1997 131.334-1,18 1998 129.565-1,35 1999 131.722 1,66 2000 131.049-0,51 2001 130.557-0,38 2002 129.605-0,73 2003 130.164 0,43 2004 130.014-0,12 2005 130.260 0,19 2006 130.716 0,35 2007 131.669 0,73 2008 129.476-1,67 2009 129.570 0,07 2010 129.743 0,13 2011 132.356 2,01 2012 135.031 2,02 2013 137.364 1,73 2014 140.236 2,09 2015*) 142.349 1,51 Rata-rata per Tahun 1980-2015*) 143.852-0,10 1980-1997 155.401-0,68 1998-2015*) 132.303 0,45 2011-2015*) 137.467 1,87 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 10. Perkembangan Produksi Susu Dunia, 1980 2015*) Tahun Susu Cair Produksi Susu Susu Sapi Susu Cair Lainnya Susu Sapi Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Lainnya Total terhadap Total terhadap Total (000 Ton) (%) (%) (%) (000 Ton) (000 Ton) (%) (%) 1980 390.328 22.610 412.938 1981 388.759-0,40 23.514 4,00 412.273-0,16 94,30 5,70 1982 404.706 4,10 26.898 14,39 431.604 4,69 93,77 6,23 1983 420.639 3,94 27.963 3,96 448.602 3,94 93,77 6,23 1984 423.697 0,73 29.524 5,58 453.221 1,03 93,49 6,51 1985 429.463 1,36 31.172 5,58 460.635 1,64 93,23 6,77 1986 437.576 1,89 32.454 4,11 470.030 2,04 93,10 6,90 1987 435.177-0,55 33.684 3,79 468.861-0,25 92,82 7,18 1988 435.798 0,14 35.055 4,07 470.853 0,42 92,56 7,44 1989 437.720 0,44 32.960-5,98 470.680-0,04 93,00 7,00 1990 441.301 0,82 31.597-4,14 472.898 0,47 93,32 6,68 1991 428.418-2,92 34.516 9,24 462.934-2,11 92,54 7,46 1992 423.919-1,05 35.843 3,84 459.762-0,69 92,20 7,80 1993 393.620-7,15 36.807 2,69 430.427-6,38 91,45 8,55 1994 383.702-2,52 38.312 4,09 422.014-1,95 90,92 9,08 1995 380.703-0,78 38.603 0,76 419.306-0,64 90,79 9,21 1996 379.874-0,22 40.671 5,36 420.545 0,30 90,33 9,67 1997 370.285-2,52 42.429 4,32 412.714-1,86 89,72 10,28 1998 373.825 0,96 43.372 2,22 417.197 1,09 89,60 10,40 1999 383.281 2,53 45.359 4,58 428.640 2,74 89,42 10,58 2000 390.352 1,84 49.213 8,50 439.565 2,55 88,80 11,20 2001 395.012 1,19 51.333 4,31 446.345 1,54 88,50 11,50 2002 407.574 3,18 55.121 7,38 462.695 3,66 88,09 11,91 2003 412.370 1,18 57.840 4,93 470.210 1,62 87,70 12,30 2004 417.553 1,26 61.854 6,94 479.407 1,96 87,10 12,90 2005 425.855 1,99 65.150 5,33 491.005 2,42 86,73 13,27 2006 431.246 1,27 65.340 0,29 496.586 1,14 86,84 13,16 2007 438.951 1,79 68.590 4,97 507.541 2,21 86,49 13,51 2008 437.762-0,27 67.709-1,28 505.471-0,41 86,60 13,40 2009 435.053-0,62 69.470 2,60 504.523-0,19 86,23 13,77 2010 441.971 1,59 72.408 4,23 514.379 1,95 85,92 14,08 2011 453.769 2,67 75.948 4,89 529.717 2,98 85,66 14,34 2012 464.564 2,38 80.087 5,45 544.651 2,82 85,30 14,70 2013 468.109 0,76 83.675 4,48 551.784 1,31 84,84 15,16 2014 485.135 3,64 86.789 3,72 571.924 3,65 84,83 15,17 2015*) 489.795 0,96 89.839 3,51 579.634 1,35 84,50 15,50 Rata-rata per Tahun 1980-2015*) 421.052 0,67 49.547 4,08 470.599 1,00 89,56 10,44 1980-1997 411.427-0,28 33.034 3,86 444.461 0,03 92,43 7,57 1998-2015*) 430.677 1,57 66.061 4,28 496.737 1,91 86,84 13,16 2011-2015*) 472.274 2,08 83.268 4,41 555.542 2,42 85,02 14,98 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 11. Kontribusi Populasi Sapi Perah Beberapa Negara di Dunia, 2011 2015 *) No. 2011 2012 2013 2014 2015*) Kontribusi 1 India 44.900 46.400 48.250 50.500 52.500 48.510 35,29 35,29 2 Brazil 19.200 19.900 20.450 20.680 21.300 20.306 14,77 50,06 3 Amerika Serikat 9.199 9.237 9.221 9.256 9.315 9.246 6,73 56,79 4 Rusia 8.650 8.600 8.250 8.050 7.750 8.260 6,01 62,79 5 China 7.620 8.000 8.350 8.500 8.400 8.174 5,95 68,74 6 Meksiko 6.400 6.350 6.300 6.350 6.400 6.360 4,63 73,37 7 Selandia Baru 4.816 5.010 5.005 5.264 5.200 5.059 3,68 77,05 8 Ukraina 2.631 2.582 2.554 2.545 2.480 2.558 1,86 78,91 9 Argentina 2.150 2.193 2.100 1.900 1.786 2.026 1,47 80,38 10 Australia 1.620 1.650 1.650 1.700 1.705 1.665 1,21 81,59 11 Negara Lainnya 25.170 25.109 25.234 25.491 25.513 25.303 18,41 100,00 Dunia Negara Populasi Sapi Perah (000 Ekor) Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Rata-rata (000 Ekor) 132.356 135.031 137.364 140.236 142.349 137.467 100,00 100,00 (%) Kumulatif Kontribusi (%) Lampiran 12. Kontribusi Produksi Susu Sapi Beberapa Negara di Dunia, 2011 2015 *) No. 2011 2012 2013 2014 2015*) Kumulatif Kontribusi (%) 1 Amerika Serikat 89.020 91.010 91.277 93.461 94.710 91.896 19,46 19,46 2 India 53.500 55.500 57.500 60.500 63.500 58.100 12,30 31,76 3 China 30.700 32.600 34.300 37.250 37.500 34.470 7,30 39,06 4 Brazil 30.715 31.490 32.380 33.350 34.250 32.437 6,87 45,93 5 Rusia 31.646 31.831 30.529 30.553 29.500 30.812 6,52 52,45 6 Selandia Baru 18.965 20.567 20.200 21.893 21.675 20.660 4,37 56,83 7 Meksiko 11.046 11.274 11.294 11.464 11.680 11.352 2,40 59,23 8 Argentina 11.470 11.679 11.519 11.100 10.700 11.294 2,39 61,62 9 Ukraina 10.804 11.080 11.189 11.200 11.160 11.087 2,35 63,97 10 Australia 9.568 9.811 9.400 9.700 9.800 9.656 2,04 66,01 11 Negara Lainnya 156.335 157.722 158.521 164.664 165.320 160.512 33,99 100,00 Dunia Negara Produksi Susu Sapi (000 Ton) Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Rata-rata (000 Ton) Kontribusi 453.769 464.564 468.109 485.135 489.795 472.274 100,00 100,00 (%) 66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 13. Kontribusi Produksi Susu Cair Lainnya Beberapa Negara di Dunia, 2011 2015*) No. Negara Produksi Susu Cair Lainnya (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 India 69.500 73.500 77.000 80.000 83.000 76.600 91,99 91,99 2 China 1.280 1.360 1.450 1.550 1.600 1.448 1,74 93,73 3 Ukraina 281 298 299 310 310 300 0,36 94,09 4 Meksiko 167 160 157 160 160 161 0,19 94,28 5 Taiwan 17 16 16 16 16 16 0,02 94,30 6 Filipina 3 3 3 3 3 3 0,004 94,31 7 Uni Eropa 4.700 4.750 4.750 4.750 4.750 4.740 5,69 100,00 Dunia 75.948 80.087 83.675 86.789 89.839 83.268 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Lampiran 14. Negara dengan Konsumsi Susu Cair Terbesar Dunia, 2011 2015*) No. Negara Konsumsi Susu Cair (000 Ton) 2011 2012 2013 2014 2015*) Rata-rata (000 Ton) Kontribusi Kumulatif Kontribusi (%) 1 India 51.660 52.000 54.400 57.000 59.547 54.921 30,83 30,83 2 Amerika Serikat 28.449 28.353 28.294 28.930 29.340 28.673 16,10 46,93 3 China 12.600 13.517 14.350 15.150 15.450 14.213 7,98 54,91 4 Brazil 11.429 11.712 12.000 12.390 12.858 12.078 6,78 61,69 5 Rusia 11.650 11.000 10.150 9.900 9.500 10.440 5,86 67,55 6 Ukraina 5.442 5.588 5.316 5.580 5.750 5.535 3,11 70,66 7 Meksiko 4.100 4.168 4.160 4.180 4.185 4.159 2,33 73,00 8 Jepang 4.058 4.045 3.975 3.915 3.890 3.977 2,23 75,23 9 Kanada 3.164 3.040 2.982 2.946 2.946 3.016 1,69 76,92 10 Australia 2.422 2.511 2.494 2.600 2.670 2.539 1,43 78,35 11 Negara Lainnya 38.301 38.328 38.317 38.961 38.915 38.564 21,65 100,00 Dunia 173.275 174.262 176.438 181.552 185.051 178.116 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA (%) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 15. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Susu Cair Dunia, 1980 2015*) Tahun Ekspor Pertumbuhan Impor Pertumbuhan (000 Ton) (%) (000 Ton) (%) 1980 361 262 1981 423 17,17 313 19,47 1982 2.397 466,67 580 85,30 1983 2.309-3,67 2.425 318,10 1984 2.472 7,06 2.755 13,61 1985 2.809 13,63 3.120 13,25 1986 2.492-11,29 2.703-13,37 1987 2.750 10,35 2.833 4,81 1988 2.920 6,18 3.145 11,01 1989 2.764-5,34 2.927-6,93 1990 3.706 34,08 3.223 10,11 1991 2.958-20,18 3.517 9,12 1992 3.412 15,35 3.997 13,65 1993 3.798 11,31 4.103 2,65 1994 3.736-1,63 4.446 8,36 1995 4.658 24,68 5.208 17,14 1996 4.459-4,27 4.925-5,43 1997 186-95,83 133-97,30 1998 159-14,52 236 77,44 1999 355 123,27 195-17,37 2000 424 19,44 234 20,00 2001 422-0,47 194-17,09 2002 458 8,53 194 0,00 2003 404-11,79 264 36,08 2004 418 3,47 287 8,71 2005 389-6,94 286-0,35 2006 364-6,43 261-8,74 2007 396 8,79 320 22,61 2008 433 9,34 260-18,75 2009 461 6,47 288 10,77 2010 504 9,33 373 29,51 2011 565 12,10 430 15,28 2012 696 23,19 600 39,53 2013 728 4,60 732 22,00 2014 874 20,05 889 21,45 2015 871-0,34 851-4,27 Rata-rata 1980-2015*) 1.598 19,21 1.597 18,30 1980-1997 2.701 27,31 2.812 23,74 1998-2015*) 496 11,56 383 13,16 2011-2015*) 747 11,92 700 18,80 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 16. Negara Pengekspor Susu Cair Dunia, 2011 2015*) No. Negara Ekspor Susu Cair (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Selandia Baru 123 127 131 136 160 135 18,13 18,13 2 Australia 90 95 95 96 124 100 13,39 31,52 3 Cina 25 27 26 26 25 26 3,45 34,98 4 Rusia 5 20 22 20 25 18 2,46 37,44 5 Argentina 13 13 13 13 13 13 1,74 39,18 6 Meksiko 10 13 10 11 12 11 1,50 40,68 7 Ukraina 11 6 8 8 8 8 1,10 41,78 8 Kanada 5 5 3 4 4 4 0,56 42,34 9 Negara Lain 283 390 420 560 500 431 57,66 100,00 Dunia 565 696 728 874 871 747 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Lampiran 17. Negara Pengimpor Susu Cair Dunia, 2011 2015*) No. Negara Impor Susu Cair (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Rusia 206 324 337 370 300 307 43,89 43,89 2 China 41 94 185 320 350 198 28,27 72,16 3 Filipina 50 40 45 50 50 47 6,71 78,87 4 Kanada 39 34 48 48 48 43 6,20 85,07 5 Meksiko 38 39 41 35 40 39 5,51 90,58 6 Taiwan 21 14 22 26 28 22 3,17 93,75 7 Brazil 14 12 16 16 6 13 1,83 95,57 8 Australia 9 5 7 6 5 6 0,91 96,49 9 Ukraina 3 4 6 6 6 5 0,71 97,20 10 Selandia Baru 2 1 2 2 2 2 0,26 97,46 11 Negara Lain 7 33 23 10 16 18 2,54 100,00 Dunia 430 600 732 889 851 700 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 18. Perkembangan Produksi Keju Dunia, 1980 2015*) Tahun Produksi Keju Pertumbuhan (000 Ton) (%) 1980 8.342 1981 8.381 0,47 1982 8.811 5,13 1983 9.168 4,05 1984 9.581 4,50 1985 9.962 3,98 1986 10.295 3,34 1987 10.599 2,95 1988 10.717 1,11 1989 10.975 2,41 1990 11.025 0,46 1991 11.068 0,39 1992 11.218 1,36 1993 11.093-1,11 1994 11.240 1,33 1995 11.346 0,94 1996 11.705 3,16 1997 11.134-4,88 1998 11.397 2,36 1999 12.154 6,64 2000 12.650 4,08 2001 12.754 0,82 2002 15.079 18,23 2003 15.043-0,24 2004 15.384 2,27 2005 16.260 5,69 2006 16.711 2,77 2007 17.065 2,12 2008 16.675-2,29 2009 16.853 1,07 2010 17.196 2,04 2011 17.335 0,81 2012 17.804 2,71 2013 17.897 0,52 2014 18.288 2,18 2015*) 18.371 0,45 Rata-rata per Tahun 1980-2015*) 13.099 2,34 1980-1997 10.370 1,74 1998-2015*) 15.829 2,90 2011-2015*) 17.939 1,33 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 19. Negara Sentra Produksi Keju Dunia, 2011 2015*) No. Negara Produksi Keju (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Amerika Serikat 4.806 4.938 5.036 5.194 5.276 5.050 28,15 28,15 2 Rusia 753 790 713 760 700 743 4,14 32,29 3 Brazil 679 700 722 736 751 718 4,00 36,29 4 Argentina 572 564 556 564 571 565 3,15 39,45 5 Kanada 378 386 388 389 390 386 2,15 41,60 6 Australia 339 330 320 320 330 328 1,83 43,43 7 Selandia Baru 300 328 311 316 338 319 1,78 45,20 8 Meksiko 270 264 270 275 280 272 1,52 46,72 9 Ukraina 185 145 140 100 90 132 0,74 47,45 10 Jepang 45 47 49 50 50 48 0,27 47,72 11 Negara Lainnya 9.008 9.312 9.392 9.584 9.595 9.378 52,28 100,00 Dunia 17.335 17.804 17.897 18.288 18.371 17.939 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 20. Perkembangan Konsumsi Keju Dunia, 1980 2015*) Tahun Konsumsi Keju Pertumbuhan (000 Ton) (%) 1980 7.972 1981 8.004 0,40 1982 8.426 5,27 1983 8.769 4,07 1984 9.313 6,20 1985 9.645 3,56 1986 10.064 4,34 1987 10.374 3,08 1988 10.385 0,11 1989 10.692 2,96 1990 10.744 0,49 1991 10.677-0,62 1992 10.823 1,37 1993 10.729-0,87 1994 10.950 2,06 1995 11.037 0,79 1996 11.325 2,61 1997 11.095-2,03 1998 11.209 1,03 1999 11.979 6,87 2000 12.295 2,64 2001 12.518 1,81 2002 14.733 17,69 2003 14.791 0,39 2004 15.097 2,07 2005 15.960 5,72 2006 16.426 2,92 2007 16.750 1,97 2008 16.379-2,21 2009 16.553 1,06 2010 16.869 1,91 2011 17.005 0,81 2012 17.383 2,22 2013 17.468 0,49 2014 17.739 1,55 2015*) 17.906 0,94 Rata-rata per Tahun 1980-2015*) 12.780 2,39 1980-1997 10.057 1,99 1998-2015*) 15.503 2,77 2011-2015*) 17.500 1,20 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 21. Negara Sentra Konsumsi Keju Dunia, 2011 2015*) No. Negara Konsumsi Keju (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Amerika Serikat 4.716 4.786 4.838 4.948 5.045 4.867 27,81 27,81 2 Rusia 1.143 1.214 1.154 1.057 965 1.107 6,32 34,13 3 Brazil 715 724 750 755 770 743 4,24 38,38 4 Argentina 514 513 507 507 519 512 2,93 41,30 5 Kanada 395 400 412 403 402 402 2,30 43,60 6 Meksiko 344 349 368 370 384 363 2,07 45,68 7 Jepang 260 282 285 282 295 281 1,60 47,28 8 Australia 256 240 220 239 244 240 1,37 48,65 9 Korea Selatan 101 101 107 119 128 111 0,64 49,29 10 Ukraina 117 94 91 90 88 96 0,55 49,83 11 Negara Lainnya 8.444 8.680 8.736 8.969 9.066 8.779 50,17 100,00 Dunia 17.005 17.383 17.468 17.739 17.906 17.500 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 22. Perkembangan Ekspor Impor Keju Dunia, 1980-2015*) Tahun Ekspor Pertumbuhan Impor Pertumbuhan (000 Ton) (%) (000 Ton) (%) 1980 1.358 1.076 1981 1.428 5,15 1.174 9,11 1982 1.484 3,92 1.214 3,41 1983 1.504 1,35 1.229 1,24 1984 1.703 13,23 1.350 9,85 1985 1.721 1,06 1.464 8,44 1986 1.734 0,76 1.506 2,87 1987 1.770 2,08 1.450-3,72 1988 1.786 0,90 1.445-0,34 1989 1.785-0,06 1.508 4,36 1990 1.838 2,97 1.676 11,14 1991 1.926 4,79 1.669-0,42 1992 2.036 5,71 1.790 7,25 1993 2.242 10,12 1.895 5,87 1994 2.338 4,28 2.089 10,24 1995 2.467 5,52 2.217 6,13 1996 2.582 4,66 2.338 5,46 1997 943-63,48 859-63,26 1998 907-3,82 754-12,22 1999 920 1,43 739-1,99 2000 1.060 15,22 763 3,25 2001 1.114 5,09 860 12,71 2002 1.189 6,73 903 5,00 2003 1.240 4,29 948 4,98 2004 1.295 4,44 995 4,96 2005 1.293-0,15 1.022 2,71 2006 1.303 0,77 1.009-1,27 2007 1.367 4,91 1.051 4,16 2008 1.294-5,34 1.043-0,76 2009 1.303 0,70 1.047 0,38 2010 1.434 10,05 1.143 9,17 2011 1.508 5,16 1.163 1,75 2012 1.660 10,08 1.245 7,05 2013 1.699 2,35 1.267 1,77 2014 1.641-3,41 1.171-7,58 2015*) 1.662 1,28 1.144-2,31 Rata-rata 1980-2015*) 1.570 1,79 1.284 1,41 1980-1997 1.814 0,17 1.553 1,04 1998-2015*) 1.327 3,32 1.015 1,76 2011-2015*) 1.634 3,09 1.198 0,14 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 23. Negara Pengekspor Keju Terbesar Dunia, 2011 2015*) No. Negara Ekspor Keju (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Amerika Serikat 225 260 317 369 368 308 18,84 18,84 2 Selandia Baru 253 306 277 278 320 287 17,55 36,39 3 Australia 168 163 163 151 160 161 9,85 46,24 4 Argentina 60 54 51 57 55 55 3,39 49,63 5 Ukraina 80 68 59 19 10 47 2,89 52,52 6 Rusia 25 25 26 29 30 27 1,65 54,17 7 Kanada 7 8 9 10 10 9 0,54 54,71 8 Meksiko 4 4 5 4 6 5 0,28 54,99 9 Brazil 3 3 3 2 2 3 0,16 55,15 10 Filipina 1 1 2 1 1 1 0,07 55,23 11 Negara Lain 682 768 787 721 700 732 44,77 100,00 Dunia 1.508 1.660 1.699 1.641 1.662 1.634 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Lampiran 24. Negara Pengimpor Keju Terbesar Dunia, 2011 2015*) No. Negara Impor Keju (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Rusia 416 449 463 348 275 390 32,57 32,57 2 Jepang 215 235 236 232 245 233 19,42 51,99 3 Amerika Serikat 110 122 113 127 145 123 10,30 62,29 4 Meksiko 78 89 103 99 110 96 8,00 70,28 5 Korea Selatan 76 78 85 97 105 88 7,36 77,65 6 Australia 72 75 69 80 82 76 6,31 83,96 7 Negara Lain 196 197 198 188 182 192 16,04 100,00 Dunia 1.163 1.245 1.267 1.171 1.144 1.198 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 25. Perkembangan Produksi Mentega Dunia, 1980 2015*) Tahun Produksi Mentega Pertumbuhan (000 Ton) (%) 1980 6.291 1981 6.075-3,43 1982 6.375 4,94 1983 6.918 8,52 1984 6.857-0,88 1985 6.929 1,05 1986 7.217 4,16 1987 6.737-6,65 1988 6.604-1,97 1989 6.747 2,17 1990 6.797 0,74 1991 6.306-7,22 1992 6.056-3,96 1993 5.657-6,59 1994 5.348-5,46 1995 5.218-2,43 1996 5.136-1,57 1997 5.167 0,60 1998 5.403 4,57 1999 5.671 4,96 2000 5.863 3,39 2001 6.197 5,70 2002 6.595 6,42 2003 6.577-0,27 2004 6.652 1,14 2005 6.824 2,59 2006 7.104 4,10 2007 7.570 6,56 2008 7.872 3,99 2009 8.039 2,12 2010 8.179 1,74 2011 8.584 4,95 2012 8.914 3,84 2013 9.150 2,65 2014 9.529 4,14 2015*) 9.693 1,72 Rata-rata per Tahun 1980-2015*) 6.857 1,32 1980-1997 6.246-1,06 1998-2015*) 7.468 3,57 2011-2015*) 9.174 3,46 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 26. Negara Produsen Mentega Terbesar Dunia, 2011 2015*) No. Negara Produksi Mentega (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 India 4.330 4.525 4.745 4.887 5.035 4.704 51,28 51,28 2 Amerika Serikat 821 843 845 842 845 839 9,15 60,43 3 Selandia Baru 487 527 535 580 565 539 5,87 66,30 4 Rusia 217 216 219 252 235 228 2,48 68,78 5 Meksiko 187 190 190 192 195 191 2,08 70,86 6 Negara Lainnya 2.542 2.613 2.616 2.776 2.818 2.673 29,14 100,00 Dunia 8.584 8.914 9.150 9.529 9.693 9.174 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 27. Perkembangan Konsumsi Mentega Dunia, 1980 2015*) Tahun Konsumsi Mentega Pertumbuhan (000 Ton) (%) 1980 5.982 1981 5.776-3,44 1982 5.721-0,95 1983 6.066 6,03 1984 6.219 2,52 1985 6.443 3,60 1986 6.568 1,94 1987 6.963 6,01 1988 7.070 1,54 1989 6.404-9,42 1990 6.382-0,34 1991 5.893-7,66 1992 5.875-0,31 1993 5.286-10,03 1994 5.188-1,85 1995 4.966-4,28 1996 4.844-2,46 1997 4.927 1,71 1998 5.089 3,29 1999 5.259 3,34 2000 5.429 3,23 2001 5.797 6,78 2002 6.072 4,74 2003 6.162 1,48 2004 6.290 2,08 2005 6.399 1,73 2006 6.758 5,61 2007 7.281 7,74 2008 7.454 2,38 2009 7.584 1,74 2010 7.833 3,28 2011 8.105 3,47 2012 8.431 4,02 2013 8.667 2,80 2014 8.961 3,39 2015*) 9.167 2,30 Rata-rata per Tahun 1980-2015*) 6.481 1,32 1980-1997 5.921-1,02 1998-2015*) 7.041 3,52 2011-2015*) 8.666 3,20 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 28. Negara Konsumen Mentega Terbesar Dunia, 2011 2015*) No. Negara Konsumsi Mentega (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 India 4.320 4.525 4.735 4.876 5.027 4.697 54,19 54,19 2 Amerika Serikat 757 792 782 793 827 790 9,12 63,31 3 Rusia 334 340 357 365 350 349 4,03 67,34 4 Meksiko 223 226 234 221 227 226 2,61 69,95 5 Kanada 97 99 102 100 101 100 1,15 71,10 6 Negara Lainnya 2.022 2.068 2.072 2.205 2.223 2.118 24,44 100,00 Dunia 8.105 8.431 8.667 8.961 9.167 8.666 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 29. Perkembangan Ekspor dan Impor Mentega Dunia, 1980 2015*) Tahun Ekspor Pertumbuhan Impor Pertumbuhan (000 Ton) (%) (000 Ton) (%) 1980 1.355 932 1981 1.343-0,89 1.026 10,09 1982 1.312-2,31 970-5,46 1983 1.197-8,77 864-10,93 1984 1.337 11,70 876 1,39 1985 1.400 4,71 1.016 15,98 1986 1.310-6,43 999-1,67 1987 1.820 38,93 1.398 39,94 1988 2.090 14,84 1.760 25,89 1989 1.769-15,36 1.307-25,74 1990 1.368-22,67 1.183-9,49 1991 1.410 3,07 1.163-1,69 1992 1.442 2,27 1.184 1,81 1993 1.422-1,39 960-18,92 1994 1.320-7,17 937-2,40 1995 1.233-6,59 1.006 7,36 1996 1.131-8,27 852-15,31 1997 749-33,78 441-48,24 1998 627-16,29 377-14,51 1999 630 0,48 286-24,14 2000 752 19,37 303 5,94 2001 727-3,32 361 19,14 2002 831 14,31 402 11,36 2003 875 5,29 439 9,20 2004 870-0,57 448 2,05 2005 816-6,21 378-15,63 2006 833 2,08 391 3,44 2007 797-4,32 431 10,23 2008 702-11,92 333-22,74 2009 813 15,81 380 14,11 2010 735-9,59 308-18,95 2011 724-1,50 283-8,12 2012 762 5,25 313 10,60 2013 818 7,35 319 1,92 2014 873 6,72 330 3,45 2015*) 825-5,50 303-8,18 Rata-rata 1980-2015*) 1.084-0,59 702-1,66 1980-1997 1.389-2,24 1.049-2,20 1998-2015*) 778 0,97 355-1,16 2011-2015*) 800 2,47 310-0,07 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 80 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 30. Negara Pengekspor Mentega Terbesar Dunia, 2011 2015*) No. Negara Ekspor Mentega (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Selandia Baru 449 506 508 560 540 513 64,04 64,04 2 Amerika Serikat 65 47 93 74 36 63 7,87 71,91 3 Australia 42 54 50 45 40 46 5,77 77,69 4 Argentina 27 21 19 14 12 19 2,32 80,01 5 India 11 8 10 10 9 10 1,20 81,21 6 Negara Lain 130 126 138 170 188 150 18,79 100,00 Dunia 724 762 818 873 825 800 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Lampiran 31. Negara Pengimpor Mentega Terbesar Dunia, 2011 2015*) Impor Mentega (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif No. Negara 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Rusia 120 124 140 137 100 124 40,12 40,12 2 Meksiko 36 37 50 37 40 40 12,92 53,04 3 Taiwan 20 20 19 22 28 22 7,04 60,08 4 Australia 19 21 21 23 21 21 6,78 66,86 5 Amerika Serikat 12 17 12 22 33 19 6,20 73,06 6 Negara Lain 76 94 77 89 81 83 26,94 100,00 Dunia 283 313 319 330 303 310 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 32. Perkembangan Produksi Susu Bubuk Dunia, 1980-2015*) Tahun Produksi Susu Bubuk Pertumbuhan (000 Ton) (%) 1980 363 1981 527 45,18 1982 4.300 715,94 1983 5.631 30,95 1984 5.441-3,37 1985 5.377-1,18 1986 5.615 4,43 1987 4.944-11,95 1988 4.930-0,28 1989 4.637-5,94 1990 4.882 5,28 1991 3.554-27,20 1992 3.027-14,83 1993 2.228-26,40 1994 2.349 5,43 1995 2.462 4,81 1996 2.586 5,04 1997 2.613 1,04 1998 2.743 4,98 1999 2.857 4,16 2000 2.948 3,19 2001 3.281 11,30 2002 3.305 0,73 2003 3.488 5,54 2004 3.700 6,08 2005 3.784 2,27 2006 3.750-0,90 2007 3.862 2,99 2008 3.997 3,50 2009 3.723-6,86 2010 3.999 7,41 2011 4.342 8,58 2012 4.432 2,07 2013 4.500 1,53 2014 4.926 9,47 2015*) 4.745-3,67 Rata-rata per Tahun 1980-2015*) 3.718 22,55 1980-1997 3.637 42,76 1998-2015*) 3.799 3,46 2011-2015*) 4.589 3,60 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 82 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 33. Negara Produsen Susu Bubuk Dunia, 2011 2015*) No. Negara Produksi Susu Bubuk (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Selandia Baru 1.162 1.273 1.300 1.460 1.365 1.312 28,59 28,59 2 China 1.100 1.160 1.200 1.350 1.375 1.237 26,96 55,55 3 Brazil 515 531 549 612 600 561 12,23 67,78 4 Argentina 309 281 277 253 230 270 5,88 73,66 5 Meksiko 168 150 150 150 153 154 3,36 77,02 6 Australia 148 120 120 122 105 123 2,68 79,70 7 Chili 73 74 82 82 83 79 1,72 81,42 8 Indonesia 66 70 71 72 74 71 1,54 82,96 9 Rusia 76 67 41 46 48 56 1,21 84,17 10 Amerika Serikat 30 26 33 47 50 37 0,81 84,98 11 Negara Lainnya 695 680 677 732 662 689 15,02 100,00 Dunia 4.342 4.432 4.500 4.926 4.745 4.589 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 83

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 34. Perkembangan Konsumsi Susu Bubuk Dunia, 1980-2015*) Tahun Konsumsi Susu Bubuk Pertumbuhan (000 Ton) (%) 1980 459 1981 626 36,38 1982 2.903 363,74 1983 3.837 32,17 1984 4.065 5,94 1985 4.072 0,17 1986 3.953-2,92 1987 3.796-3,97 1988 3.747-1,29 1989 3.342-10,81 1990 3.775 12,96 1991 2.741-27,39 1992 2.508-8,50 1993 1.550-38,20 1994 1.599 3,16 1995 1.842 15,20 1996 2.043 10,91 1997 2.073 1,47 1998 2.173 4,82 1999 2.246 3,36 2000 2.244-0,09 2001 2.566 14,35 2002 2.489-3,00 2003 2.675 7,47 2004 2.731 2,09 2005 2.876 5,31 2006 2.671-7,13 2007 2.849 6,66 2008 2.623-7,93 2009 2.755 5,03 2010 3.040 10,34 2011 3.162 4,01 2012 3.266 3,29 2013 3.471 6,28 2014 3.628 4,52 2015*) 3.841 5,87 Rata-rata per Tahun 1980-2015*) 2.784 12,98 1980-1997 2.718 22,88 1998-2015*) 2.850 3,63 2011-2015*) 3.474 4,79 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 84 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 35. Negara Konsumen Susu Bubuk Dunia, 2011 2015*) No. Negara Konsumsi Susu Bubuk (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 China 1.441 1.547 1.746 1.845 1.980 1.712 49,28 49,28 2 Brazil 569 602 600 602 640 603 17,35 66,63 3 Algeria 185 185 170 180 210 186 5,35 71,98 4 Meksiko 190 154 156 151 156 161 4,65 76,63 5 Indonesia 118 126 120 126 133 125 3,59 80,22 6 Argentina 89 90 95 105 107 97 2,80 83,01 7 Rusia 94 93 84 82 82 87 2,50 85,52 8 Chile 58 61 67 65 65 63 1,82 87,34 9 Australia 40 40 40 42 44 41 1,19 88,52 10 Taiwan 32 31 31 33 38 33 0,95 89,47 11 Negara Lainnya 346 337 362 397 386 366 10,53 100,00 Dunia 3.162 3.266 3.471 3.628 3.841 3.474 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 85

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 36. Perkembangan Ekspor dan Impor Susu Bubuk Dunia, 1982 2015*) Tahun Ekspor (000 Ton) Pertumbuhan (%) Impor (000 Ton) 1982 1.984 851 Pertumbuhan 1983 2.659 34,02 1.220 43,36 1984 2.895 8,88 1.260 3,28 1985 2.862-1,14 1.424 13,02 1986 2.912 1,75 1.436 0,84 1987 2.961 1,68 1.193-16,92 1988 2.898-2,13 1.248 4,61 1989 2.310-20,29 1.048-16,03 1990 2.149-6,97 913-12,88 1991 1.643-23,55 809-11,39 1992 1.096-33,29 560-30,78 1993 1.227 11,95 569 1,61 1994 1.353 10,27 588 3,34 1995 1.449 7,10 858 45,92 1996 1.293-10,77 824-3,96 1997 1.146-11,37 589-28,52 1998 1.230 7,33 692 17,49 1999 1.302 5,85 685-1,01 2000 1.332 2,30 643-6,13 2001 1.393 4,58 671 4,35 2002 1.538 10,41 708 5,51 2003 1.491-3,06 668-5,65 2004 1.637 9,79 672 0,60 2005 1.561-4,64 688 2,38 2006 1.573 0,77 480-30,23 2007 1.484-5,66 445-7,29 2008 1.597 7,61 427-4,04 2009 1.659 3,88 637 49,18 2010 1.709 3,01 724 13,66 2011 1.883 10,18 771 6,49 2012 2.022 7,38 854 10,77 2013 2.002-0,99 1.008 18,03 2014 2.140 6,89 1.079 7,04 2015*) 1.975-7,71 862-20,11 Rata-rata 1982-2015*) 1.834 0,73 827 1,71 1982-1997 2.052-2,26 962-0,30 1998-2015*) 1.640 3,22 706 3,39 2011-2015*) 2.004 3,15 915 4,44 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA (%) 86 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 37. Negara Pengekspor Susu Bubuk Terbesar Dunia, 2011 2015*) No. Negara Ekspor Susu Bubuk (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Selandia Baru 1.110 1.261 1.291 1.423 1.350 1.287 64,21 64,21 2 Argentina 201 201 182 144 125 171 8,51 72,72 3 Australia 116 109 96 81 70 94 4,71 77,43 4 Chili 14 15 19 22 23 19 0,93 78,36 5 Filipina 24 21 13 8 8 15 0,74 79,10 6 Amerika Serikat 8 12 15 18 20 15 0,73 79,82 7 Brazil 1 0 3 40 20 13 0,64 80,46 8 China 9 9 3 6 6 7 0,33 80,79 9 Meksiko 8 5 5 6 5 6 0,29 81,08 10 Rusia 2 2 1 1 1 1 0,07 81,15 11 Negara Lain 390 387 374 391 347 378 18,85 100,00 Dunia 1.883 2.022 2.002 2.140 1.975 2.004 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Lampiran 38. Negara Pengimpor Susu Bubuk Terbesar Dunia, 2011 2015*) Impor Susu Bubuk (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif No. Negara 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 China 320 406 619 671 400 483,2 52,82 52,82 2 Algeria 204 188 142 204 210 189,6 20,73 73,55 3 Indonesia 52 56 50 53 60 54,2 5,92 79,47 4 Brazil 55 71 54 30 60 54,0 5,90 85,37 5 Taiwan 32 31 31 33 38 33,0 3,61 88,98 6 Rusia 20 28 44 37 35 32,8 3,59 92,57 7 Filipina 30 35 29 20 25 27,8 3,04 95,61 8 Meksiko 30 9 11 7 8 13,0 1,42 97,03 9 Australia 13 9 8 10 10 10,0 1,09 98,12 10 Amerika Serikat 8 10 7 7 9 8,2 0,90 99,02 11 Negara Lain 7 11 13 7 7 9,0 0,98 100,00 Dunia 771 854 1.008 1.079 862 914,8 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 87

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 39. Perkembangan Produksi Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980-2015*) Tahun Produksi Susu Bubuk Tanpa Lemak 1980 8.342 Pertumbuhan (000 Ton) (%) 1981 8.381 0,47 1982 8.811 5,13 1983 9.168 4,05 1984 9.581 4,50 1985 9.962 3,98 1986 10.295 3,34 1987 10.599 2,95 1988 10.717 1,11 1989 10.975 2,41 1990 11.025 0,46 1991 11.068 0,39 1992 11.218 1,36 1993 11.093-1,11 1994 11.240 1,33 1995 11.346 0,94 1996 11.705 3,16 1997 11.134-4,88 1998 11.397 2,36 1999 12.154 6,64 2000 12.650 4,08 2001 12.754 0,82 2002 15.079 18,23 2003 15.043-0,24 2004 15.384 2,27 2005 16.260 5,69 2006 16.711 2,77 2007 17.065 2,12 2008 16.675-2,29 2009 16.853 1,07 2010 17.196 2,04 2011 17.335 0,81 2012 17.804 2,71 2013 17.897 0,52 2014 18.288 2,18 2015*) 18.371 0,45 Rata-rata per Tahun 1980-2015*) 13.099 2,34 1980-1997 10.370 1,74 1998-2015*) 15.829 2,90 2011-2015*) 17.939 1,33 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 88 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 40. Negara Produsen Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015*) No. Negara Produksi Susu Bubuk Tanpa Lemak (000 Ton) Rata-rata Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015*) (000 Ton) (%) Kontribusi (%) 1 Amerika Serikat 882 973 956 1.047 1.060 984 24,00 24,00 2 India 430 450 490 520 540 486 11,86 35,86 3 Selandia Baru 366 404 404 395 385 391 9,54 45,40 4 Australia 230 235 215 205 220 221 5,39 50,80 5 Brazil 132 141 151 154 157 147 3,59 54,38 6 Jepang 137 139 136 120 125 131 3,21 57,59 7 Kanada 76 85 74 77 80 78 1,91 59,50 8 Rusia 55 57 58 84 75 66 1,61 61,11 9 China 56 57 54 49 50 53 1,30 62,41 10 Ukraina 43 52 52 55 55 51 1,25 63,66 11 Negara Lainnya 1.268 1.390 1.365 1.674 1.748 1.489 36,34 100,00 Dunia 3.675 3.983 3.955 4.380 4.495 4.098 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 89

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 41. Perkembangan Konsumsi Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980-2015*) Tahun Konsumsi Susu Bubuk Tanpa Lemak 1980 7.972 Pertumbuhan (000 Ton) (%) 1981 8.004 0,40 1982 8.426 5,27 1983 8.769 4,07 1984 9.313 6,20 1985 9.645 3,56 1986 10.064 4,34 1987 10.374 3,08 1988 10.385 0,11 1989 10.692 2,96 1990 10.744 0,49 1991 10.677-0,62 1992 10.823 1,37 1993 10.729-0,87 1994 10.950 2,06 1995 11.037 0,79 1996 11.325 2,61 1997 11.095-2,03 1998 11.209 1,03 1999 11.979 6,87 2000 12.295 2,64 2001 12.518 1,81 2002 14.733 17,69 2003 14.791 0,39 2004 15.097 2,07 2005 15.960 5,72 2006 16.426 2,92 2007 16.750 1,97 2008 16.379-2,21 2009 16.553 1,06 2010 16.869 1,91 2011 17.005 0,81 2012 17.383 2,22 2013 17.468 0,49 2014 17.739 1,55 2015*) 17.906 0,94 Rata-rata per Tahun 1980-2015*) 12.780 2,39 1980-1997 10.057 1,99 1998-2015*) 15.503 2,77 2011-2015*) 17.500 1,20 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA 90 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 42. Negara Konsumen Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 2011 2015*) No. Negara 2011 2012 2013 2014 2015*) 1 Amerika Serikat 438 522 424 457 490 466 7,33 7,33 2 India 410 425 400 445 489 434 6,82 14,16 3 Meksiko 220 291 253 258 285 261 4,11 18,27 4 China 186 225 289 300 249 250 3,93 22,20 5 Indonesia 197 205 222 215 217 211 3,32 25,52 6 Brazil 163 174 175 177 187 175 2,76 28,27 7 Jepang 179 173 168 171 175 173 2,72 31,00 8 Rusia 126 153 186 182 162 162 2,54 33,54 9 Algeria 106 116 125 135 130 122 1,93 35,47 10 Filipina 92 96 103 96 89 95 1,50 36,97 11 Negara Lainnya 1.075 4.552 4.663 4.825 4.922 4.007 63,03 100,00 Dunia Konsumsi Susu Bubuk Tanpa Lemak (000 Ton) Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA Rata-rata (000 Ton) Kontribusi 3.192 6.932 7.008 7.261 7.395 6.358 100,00 100,00 (%) Kumulatif Kontribusi (%) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 91

2015 OUTLOOK SUSU Lampiran 43. Perkembangan Ekspor dan Impor Susu Bubuk Tanpa Lemak Dunia, 1980 2015*) Tahun Ekspor (000 Ton) Pertumbuhan (%) Impor (000 Ton) 1980 1.634 1.133 Pertumbuhan 1981 1.404-14,08 965-14,83 1982 1.517 8,05 1.137 17,82 1983 2.061 35,86 1.481 30,26 1984 2.286 10,92 1.590 7,36 1985 2.203-3,63 1.369-13,90 1986 2.155-2,18 1.571 14,76 1987 2.024-6,08 1.386-11,78 1988 2.028 0,20 1.333-3,82 1989 1.564-22,88 1.179-11,55 1990 1.472-5,88 1.185 0,51 1991 1.432-2,72 1.022-13,76 1992 1.731 20,88 1.291 26,32 1993 1.500-13,34 1.228-4,88 1994 1.446-3,60 1.204-1,95 1995 1.729 19,57 1.272 5,65 1996 1.309-24,29 1.279 0,55 1997 1.037-20,78 781-38,94 1998 902-13,02 693-11,27 1999 1.139 26,27 799 15,30 2000 1.194 4,83 883 10,51 2001 989-17,17 810-8,27 2002 1.117 12,94 829 2,35 2003 1.139 1,97 862 3,98 2004 1.120-1,67 846-1,86 2005 1.020-8,93 827-2,25 2006 1.069 4,80 780-5,68 2007 1.088 1,78 800 2,56 2008 1.102 1,29 846 5,75 2009 1.140 3,45 830-1,89 2010 1.316 15,44 869 4,70 2011 1.529 16,19 996 14,61 2012 1.627 6,41 1.070 7,43 2013 1.663 2,21 1.146 7,10 2014 1.878 12,93 1.170 2,09 2015*) 1.976 5,22 1.110-5,13 Rata-rata 1980-2015*) 1.487 1,46 1.071 0,80 1980-1997 1.696-1,41 1.245-0,72 1998-2015*) 1.278 4,16 898 2,22 2011-2015*) 1.735 8,59 1.098 5,22 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA (%) 92 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Lampiran 44. Negara Pengekspor Susu Bubuk Tanpa Lemak Terbesar Dunia, 2011 2015*) No. Negara Ekspor Susu Bubuk Tanpa Lemak (000 Ton) 2011 2012 2013 2014 2015*) Rata-rata (000 Ton) Kontribusi 1 Amerika Serikat 435 445 555 546 586 513 29,60 29,60 2 Selandia Baru 362 390 392 383 405 386 22,28 51,87 3 Australia 140 168 119 164 150 148 8,54 60,42 4 India 3 37 130 61 50 56 3,24 63,66 5 Ukraina 22 26 12 30 30 24 1,38 65,04 6 Argentina 19 14 25 22 25 21 1,21 66,25 7 Kanada 10 10 13 13 11 11 0,66 66,91 8 Filipina 17 12 6 5 2 8 0,48 67,39 9 Negara Lain 521 525 411 654 717 566 32,61 100,00 Dunia 1.529 1.627 1.663 1.878 1.976 1.735 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA (%) Kumulatif Kontribusi (%) Lampiran 45. Negara Pengimpor Susu Bubuk Tanpa Lemak Terbesar Dunia, 2011 2015*) No. Negara Impor Susu Bubuk Tanpa Lemak (000 Ton) 2011 2012 2013 2014 2015*) Rata-rata (000 Ton) Kontribusi 1 Indonesia 196 205 225 215 220 212 19,32 19,32 2 Meksiko 194 236 198 203 230 212 19,32 38,64 3 China 130 168 235 253 200 197 17,95 56,59 4 Algeria 129 112 119 168 125 131 11,89 68,48 5 Filipina 111 106 113 95 90 103 9,38 77,86 6 Rusia 71 96 131 101 90 98 8,90 86,76 7 Jepang 27 32 32 43 52 37 3,39 90,15 8 Brazil 31 33 24 23 30 28 2,57 92,72 9 Taiwan 22 21 21 23 29 23 2,11 94,83 10 Korea Selatan 34 19 20 21 21 23 2,09 96,92 7 Negara Lain 165 147 125 135 155 145 13,24 100,00 Dunia 996 1.070 1.146 1.170 1.110 1.098 100,00 100,00 Sumber : USDA, diolah Pusdatin Keterangan : *) Estimasi USDA (%) Kumulatif Kontribusi (%) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 93

2015 OUTLOOK SUSU LAMPIRAN II Model dan Hasil Proyeksi Variabel Komoditas Susu a. Model Proyeksi Produksi Susu Regression Analysis: Produksi t versus Populasi t; Harga t-1; Konsumsi t The regression equation is Produksi t = - 11717 + 1,44 Populasi t + 13,1 Harga t-1-309813 Konsumsi t Predictor Coef SE Coef T P Constant -11717 113331-0,10 0,918 Populasi t 1,4401 0,3512 4,10 0,000 Harga t-1 13,09 18,42 0,71 0,483 Konsumsi t -309813 460237-0,67 0,506 S = 74915,2 R-Sq = 89,0% R-Sq(adj) = 87,9% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 3 1,27672E+12 4,25575E+11 75,83 0,000 Residual Error 28 1,57144E+11 5612284578 Total 31 1,43387E+12 Source DF Seq SS Populasi t 1 1,24473E+12 Harga t-1 1 29447447044 Konsumsi t 1 2543180897 Unusual Observations Obs Populasi t Produksi t Fit SE Fit Residual St Resid 25 457577 474439 658336 20616-183897 -2,55R 26 474701 488601 741113 25540-252512 -3,59R 27 488449 909533 763484 25798 146048 2,08R R denotes an observation with a large standardized residual. 94 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Regression Analysis: Ln Prod versus Ln Pop; Ln Harga t-1; Ln Kons t The regression equation is Ln Prod = - 0,18 + 0,931 Ln Pop + 0,165 Ln Harga t-1-0,013 Ln Kons t Predictor Coef SE Coef T P Constant -0,179 2,028-0,09 0,930 Ln Pop 0,9306 0,1931 4,82 0,000 Ln Harga t-1 0,16536 0,07288 2,27 0,031 Ln Kons t -0,0130 0,1025-0,13 0,900 S = 0,129125 R-Sq = 92,3% R-Sq(adj) = 91,5% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 3 5,5907 1,8636 111,77 0,000 Residual Error 28 0,4669 0,0167 Total 31 6,0576 Source DF Seq SS Ln Pop 1 5,4419 Ln Harga t-1 1 0,1485 Ln Kons t 1 0,0003 Unusual Observations Obs Ln Pop Ln Prod Fit SE Fit Residual St Resid 25 13,0 13,0699 13,4024 0,0398-0,3325-2,71R 26 13,1 13,0993 13,4937 0,0496-0,3944-3,31R R denotes an observation with a large standardized residual. Regression Analysis: Ln Prod versus Ln Pop; Ln Harga t-1 The regression equation is Ln Prod = - 0,12 + 0,924 Ln Pop + 0,171 Ln Harga t-1 Predictor Coef SE Coef T P Constant -0,120 1,938-0,06 0,951 Ln Pop 0,9240 0,1828 5,05 0,000 Ln Harga t-1 0,17106 0,05633 3,04 0,005 S = 0,126916 R-Sq = 92,3% R-Sq(adj) = 91,8% Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 95

2015 OUTLOOK SUSU Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 2 5,5905 2,7952 173,54 0,000 Residual Error 29 0,4671 0,0161 Total 31 6,0576 Source DF Seq SS Ln Pop 1 5,4419 Ln Harga t-1 1 0,1485 Unusual Observations Obs Ln Pop Ln Prod Fit SE Fit Residual St Resid 25 13,0 13,0699 13,4055 0,0310-0,3356-2,73R 26 13,1 13,0993 13,4891 0,0335-0,3898-3,18R R denotes an observation with a large standardized residual. b. Model Proyeksi Populasi Sapi Trend Analysis for Populasi t Data Populasi t Length 32 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 194900 + 10205*t Accuracy Measures MAPE 9 MAD 32481 MSD 1822444385 Forecasts Period Forecast 33 531658 34 541862 35 552067 36 562272 96 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Populasi t 600000 500000 400000 300000 Trend Analysis Plot for Populasi t Linear Trend Model Yt = 194900 + 10205*t Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 9 MAD 32481 MSD 1822444385 200000 4 8 12 16 20 Index 24 28 32 36 c. Model Proyeksi Harga Susu Kental Manis Trend Analysis for Harga t-1 Data Harga t-1 Length 32 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 181 + 83,1*t + 6,86*t**2 Accuracy Measures MAPE 14 MAD 379 MSD 244873 Forecasts Period Forecast 33 10393,0 34 10935,6 35 11492,0 36 12062,1 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 97

2015 OUTLOOK SUSU Trend Analysis Plot for Harga t-1 Quadratic Trend Model Yt = 181 + 83,1*t + 6,86*t**2 Harga t-1 12000 10000 8000 6000 4000 Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 14 MAD 379 MSD 244873 2000 0 4 8 12 16 20 Index 24 28 32 36 d. Model Proyeksi Ketersediaan Susu Trend Analysis for Ketersediaan Data Ketersediaan Length 23 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 1,633 + 0,0349*t + 0,00127*t**2 Accuracy Measures MAPE 8,97370 MAD 0,22021 MSD 0,07988 Forecasts Period Forecast 24 3,20054 25 3,29752 26 3,39703 27 3,49908 98 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

OUTLOOK SUSU 2015 Trend Analysis Plot for Ketersediaan Trend Analysis Plot for Ketersediaan Quadratic Trend Model Yt = 1,633 + 0,0349*t + 0,00127*t**2 Ketersediaan 3,5 3,0 2,5 Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 8,97370 MAD 0,22021 MSD 0,07988 2,0 1,5 3 6 9 12 15 Index 18 21 24 27 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 99

2015 OUTLOOK SUSU 100 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian