BAB I PENDAHULUAN. kewajiban terhadap pihak lain termasuk masyarakat. Menurut Suwaldiman (2000),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen,

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. operasinya untuk mencapai laba yang maksimal, yang semakin lama dirasakan

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tatanan kebijakan, Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki tafsir

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Coorporate Governance (GCG)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkelanjutan (suistainable development) maksudnya adalah suatu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (shareholders) saja namun juga mempunyai tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. an. Hal ini ditunjang dengan perkembangan dunia teknologi yang. antar negara, maupun antar benua. Kemajuan teknologi ini melahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini, akuntansi konvensional hanya menyediakan informasi bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi perokonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dilihat dari harga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun, seiring berjalannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB I Pendahulauan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara

BAB I PENDAHULUAN. baru pada saat ini tetapi telah ada sejak abad ke-19, yang dimulai dengan revolusi

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan harga saham. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibilty atau lebih dikenal dengan CSR adalah bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), tetapi juga perusahaan harus

Abstrak. Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, dan Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan

BAB I PENDAHULUAN. maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan


BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. 1970an, yang secara umum dikenal dengan teori stakeholder artinya sebagi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB I PENDAHULUAN. modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemilik perusahaan. Disamping itu, terdapat stakeholder yang dapat mempengaruhi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan:

BAB I PENDAHULUAN. berbadan hukum yang memproduksi atau menjalankan keuntungan. perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan memperhatikan ketentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan akan komunitas lokal yang ada disekitarnya (stakeholder).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki


BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa

17 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Permana, Raharja (2012) mengungkapkan tanggung jawab sosial ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Corporate Governance pada hubungan Corporate Social Responsibility

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Wacana ini digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu perusahaan mempunyai beberapa kewajiban yang harus senantiasa dipenuhi, kewajiban tersebut tidak hanya pada pemegang saham namun kewajiban terhadap pihak lain termasuk masyarakat. Menurut Suwaldiman (2000), berdasarkan karakteristik sistem perekonomian Indonesia, ada 3 kelompok pihak yang berkepentingan terhadap pertanggung jawaban manajemen atas pengelolaan perusahaan, yaitu investor dan kreditor, pemerintah dan masyarakat umum. Nurmansyah (2006) berpendapat bahwa meskipun tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan sebesar besarnya, sebuah perusahaan tidak dapat dilepaskan dari masyarakat. Terutama pada saat sekarang ini dimana masyarakat difokuskan pada dampak kurang baik dari masyarakat bisnis (Ahmad, et al., 2003). Oleh karena itulah dunia usaha pada saat ini tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan yang biasa disebut Triple bottom line. Sinergi tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Siregar, 2007). Perusahaan dalam hal ini adalah entitas ekonomi yang bertanggung jawab bukan hanya kepada stakeholder tetapi juga kepada masyarakat luas (Kurniawan, 2007). Bisnis yang dijalankan oleh perusahaan tidak hanya bermanfaat bagi 1

pemilik modal saja namun juga bagi masyarakat sekitar perusahaan maupun masyarakat luas. Namun saat ini saat perubahan sedang melanda dunia kalangan usaha, juga tengah dihimpit oleh berbagai tekanan, mulai dari kepentingan untuk meningkatkan daya saing, tuntutan untuk menerapkan Corporate Governance, hingga masalah kepentingan Stakeholder yang makin meningkat. Dalam dua dekade terakhir, berbagai tekanan stakeholder agar perusahaan public memberikan perhatian yang lebih besar terhadap masalah sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan melaporkan atau mengungkapkan informasi kinerja social lingkungannya dalam laporan tahunannya meningkat. Topik mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) semakin banyak dibahas didunia maupun diindonesia baik dimedia, seminar ataupun konferensi (Sayekti dan Wondabio, 2008). Oleh karena itu, dunia usaha perlu mencari pola pola kemitraan (parthnership) dengan seluruh stakeholder agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan berkembang menjadi perusahaan yang dapat bersaing. Upaya tersebut secara umum dapat disebut Corporate Social Responsibility atau Corporate Citizenship dan dimaksudkan untuk mendorong dunin usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia 2

usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dunia usaha. Banyak manfaat yang diperoleh perusasahaan dengan pelaksanaan Corporate Social Responsibility, antara lain: (1) sebagai investasi social yang menjadi sumber keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang, (2) memperkokoh profitabilitas dan kinerja keuangan perusahaan, (3) meningkatnya akuntabilitas dan apresiasi positif dari komunitas investor, kreditor, pemasok dan konsumen, (4) meningkatnya komitmen, etos kerja, efisiensi dan produktivitas karyawan, (5) menurunnya gejolak kerentanan gejolak social dan resistensi dari komunitas sekitarnya karena diperhatikan dan dihargai perusahaan, (6) meningkatnya reputasi, goodwill dan nilai perusahaan dalam jangka panjang (lako, 2011:90). Pelaksanaan tanggung jawab social disamping memiliki manfaat bagi perusahaan, juga memiliki risiko yaitu: kandungan biaya social yang relative besar, sehingga terjadi kontradiksi dengan kepentingan shareholder, serta mengganggu profitabilitas perusahaan (Hadi, 2009 dalam Hadi, 2011: ix). Didalam strategi marketing, Corporate Social Responsibility dapat digunakan sebagai alat bagi perusahaan apabila dilakukan secara berkelanjutan maka citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan menyadari manfaat dan pentingnya menerapkan program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Survey yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit menunjukkan bahwa 85% eksekutif senior dan investor dari 3

berbagai organisasi menjadikan CSR sebagai petimbangan utama dalam pengambilan keputusan (Warta Ekonomi, 2006). Dengan menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan keuangannya dalam jangka panjang (Sayekti dan Wondabio,2007). Penelitian yang dilakukan oleh Hill, et al. (Magdalena dan Herlina,2008) menemukan fakta bahwa dalam jangka panjang, perusahaan yang memiliki komitmen terhadap CSR mengalami kenaikan harga saham yang sangat signifikan dibandingkan dengan berbagaii perusahaan yang tidak melakukan praktik CSR. Diharapkan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga dalam pengambilan keputusan investor tidak semata mata mendasarkan pada informasi laba saja. Pengungkapan informasi CSR diharapkan memberikan informasi tambahan kepada para investor selain dari yang sudah tercakup dalam laba akutansi. Meskipun belum bersifat compulsory, tetapi dapat dikatakan bahwa hampir semua yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sudah mengungkapkan informasi mengenai CSR dalam laporan tahunannya dalam kadar yang beragam (Sayekti, 2006). Teori sinyal mengatakan bahwa perusahaan memberikan sinyal sinyal kepada pihak luar perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan, dimana nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar. Salah satu tujuan utama Perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Nilai perusahaan dapat 4

tercermin dari harga sahamnya, apabila nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Samuel (2000) menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi perusahaan pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual. Morck dkk (1998), Mc Connell dan Servaes (1990), steiner (1996), Cho (1998), Itturiaga dan Sanz (1998), Mark dan Li (2000) dalam Suranta dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa hubungan struktur kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan merupakan hubungan non monotonik antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan disebabkan adanya insentif yang dimiliki oleh manajer dan mereka cenderung berusaha untuk melakukan pensejajaran kepentingan dengan outside owner dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan yang berasal dari investasi meningkat. Wennerfield dkk (1988) di dalam Suranta dan Machfoedz (2003) menyimpulkan bahwa tobin s Q dapat digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Gray, et al. (Anggreani, 2006) menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan manjer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manejer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pegawasan menjadi rendah. Anggreani (2006), mengatakan bahwa manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial 5

dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meski pun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut. Selain kepemilikan manajemen, tipe industri juga mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat penelitian yang telah dilakukan Hakston dan Milne pada tahun 1996. Penelitian yang dilakukan Anggraeni (2006) menemukan hasil bahwa variabel persentase kepemilikan manajemen dan tipe industry berpengaruh signifikan terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapakan informasi sosial dengan arah sesuai dengan yang diprediksi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Zuhroh (Sayekti dan Wondabio, 2007), yang menemukan bukti empiris bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh terhadap volume perdagangan saham bagi perusahaan yang masuk kategori high profile. Adanya hubungan antara persentase kepemilikan manajemen maupun tipe industri dengan tingkat pengungkapan informasi sosial dan hubungan antara tingkat pengungkapan sosial dengan nilai perusahaan atau volume perdagangan saham, menimbulkan pertanyaan apakah mungkin persentase kepemilikan manajemen dan tipe industri dapat memperlemah atau memperkuat hubungan antara variabel CSR dengan nilai perusahaan, atau dengan kata lain dapat menjadi variabel moderating antara kedua variabel tersebut. Penjelasan tersebut secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa tingkat penungkapan (Disclosure level) yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan akan berdampak kepada pergerakann harga Saham, yang pada 6

gilirannya juga akan berdampak pada volume saham yang diperdagangkan atau likuiditas sahamnya (Junaedi, 2005). Beberapa penelitian yang menghubungkan antara pengungkapan CSR dengan reaksi investor di pasar modal yaitu Lutfi (2001) yang menemukan bahwa praktik pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil yang berbeda diteliti oleh Zuhroh dan Sukmawati (2003) yang menemukan bahwa ada hubungan korelasi yang signifikan anatara pengungkapan sosial dengan volume perdagangan saham dalam laporan tahunan perusahaan yang go public yang masuk kategori High Profile. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan presentase kepemilikan manajemen dan tipe industri sebagai Variabel Moderating dalam hubungan antara nilai perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penulisan dengan judul Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Persentase Kepemilikan Manajemen dan Tipe Industri Sebagai Variabel Moderating B. Perumusan Masalah 1. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah presentase kepemilikan manajemen mempengaruhi hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan? 3. Apakah tipe industri mempengaruhi hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan? 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji peranan Coporate Social Responsibility dalam Nilai Perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan. Adapun kegunaan yang diharapkan dari pendekatan analisa yang digunakan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan didalam laporan yang disebut sustainability reporting dan sebagai pertimbangan dalam pembuaan kebijakan perusahaan untuk lebh meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial. 2. Bagi Pembaca Untuk dapat mengetahui apakah CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan untuk mengetahui apakah persentase kepemilikan manajemen dan tipe industri berperan sebgai variabel moderating dalam hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan. 3. Bagi Penulis Merupakan salah satu sarana untuk memperluas pengetahuan dan pendalaman ilmu yang dipelajari selama mengikuti perkuliahan di Universitas Mercu Buana, khususnya yang berhubungan dengan penulisan Proposal ini yaitu mengenai Peranan Corporate Social Responsibility dalam Nilai Perusahaan. 8