BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output) kepada pelanggan. Hampir semua perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu memaksimalkan laba. Laba sering disebut juga dengan keuntungan atau profit. Laba diperlukan perusahaan untuk dapat melangsungkan kehidupan perusahaan. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat terus maju dan berkembang didalam perekonomian maka diharapkan perusahaan mampu memperoleh laba. Secara umum dalam menilai kualitas laba yang baik dapat diukur dengan menggunakan Earning Response Coefficient (ERC) yang merupakan bentuk pengukuran kandungan informasi dalam laba. Scott (2000) menyatakan bahwa Earning Response Coefficient (ERC) mengukur adanya abnormal return sebagai respon terhadap adanya unexpected component dari laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Nilai ERC diprediksikan lebih tinggi jika laba perusahaan lebih persisten dimasa depan. Demikian juga jika kualitas laba semakin baik, maka diprediksikan nilai ERC akan semakin tinggi (Sayekti dan Wondabio, 2007). Untuk mencapai laba 1

2 2 yang tinggi dalam suatu perusahaan diharapkan manajemen dan stakeholder mampu bekerjasama dengan baik dalam pengelolaan dan pengawasan operasional perusahaan. Salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan dewan komisaris dan para pemegang saham dan stakeholder lainnya adalah Corporate Governance. OECD (2004) dan FCGI (2001) mendefinisikan corporate governance sebagai perangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Shleifer dan Vishny (1997) (dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007) menyatakan bahwa corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakni bahwa manajer tidak akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan kedalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Sistem good corporate governance memberi perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditor, sehingga mereka bisa meyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tunggi. Oleh karena itu, sistem tersebut juga harus mampu menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan sektor usaha yang efisien dan berkesinambungan. Corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost) (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Perilaku manipulasi yang

3 3 dilakukan oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan tersebut. Cuervo, 2002 (dalam Handayani dkk, 2009) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance dapat mengatasi manajemen dan pengambil keputusan, sehingga memudahkan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Pada penelitian ini menggunakan pengukuran corporate governance melalui mekanisme pengendalian internal perusahaan dengan menggunakan skor faktor yang terdiri dari empat dimensi. Pengukuran ini mendasarkan penelitian Wahidahwati (2010) yang menyatakan bahwa masing-masing dimensi mempunyai indikator-indikator. Dechow, et al dan Beasly (1996 ) (dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007) menemukan hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris (jumlah dewan komisaris dan independensi dewan komisaris) dengan pelaporan keuangan. Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk memenuhi kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perindustrian untuk berkembang dengan baik dan sehat yang tujuan akhirnya untuk mewujudkan stakeholder value. Daniri (2006) (dalam Murwaningsari, 2009) menyebutkan lima prinsip utama yang terkandung dalam Good Corporate Governance (GCG), yaitu: keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), dan independensi (indepency). Selanjutnya gagasan utama Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola yang baik adalah mewujudkan tanggungjawab social perusahaan (CSR).

4 4 Kerusakan lingkungan, eksploitasi tanpa batas keseimbangan, cepat atau lambat akan menghancurkan perusahaan dan masyarakat. CSR sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan kedalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tetapi tanggungjawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Tanggungjawab sosial dari perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan kompetitor. Archie B. Carrol (dalam Tanudjaja, 2006) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk kepedulian perusahaan yang didasari oleh tiga prinsip yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Line, yaitu: profit (keuntungan), people (masyarakat), dan planet (lingkungan). Profit, perusahaan harus tetap berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan bekembang. People, perusahaan harus tetap memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan. Planet, perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penhijauan lingkungan, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, pengembangan pariwisata (ekoturism). Hackston dan Milne (1996) dalam Anggraini, 2006) menyatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan

5 5 imformasi mengenai pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan mempengaruhi penjualan. Manfaat akan diperoleh perusahaan apabila melakukan praktik pengungkapan CSR. Kotler dan Lee (2005) (dalam Sholihin, 2008) menyatakan bahwa perusahaan akan terdorong untuk melakukan praktik pengungkapan CSR karena dapat berdampak pada peningkatan penjualan dan market share, memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi, serta meningkatkan daya tarik perusahaan dimata investor dan analis keuangan. Investor diharapkan mempertimbangkan informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga dalam pengambilan keputusannya investor tidak semata-mata hanya mendasarkan pada informasi laba. Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut mengandung nilai perusahaan (Verecchia, 1983 dalam Basalamah, et al, 2005). Respon positif dari pelaku pasar merupakan harapan bagi perusahaan yang menerapkan CSR. Hasil penelitian Sayekti dan Wondabio (2007) menunjukan bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berhubungan negatif terhadap ERC. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang di ungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Dampak negatif tersebut memiliki makna bahwa dengan adanya pengungkapan CSR mampu mengurangi ketidakpastian prospek usaha dimasa mendatang karena informasi laba belum tentu persisten dimasa depan.

6 6 Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas dan adanya ketidakpastian pospek usaha masa depan maka judul penelitian ini adalah pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel intervening. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang dan judul penelitian, maka yang akan menjadi pokok pernasalahan adalah: 1. Apakah mekanisme Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh terhadap Earning Response Coefficient (ERC)? 2. Apakah mekanisme Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)? 3. Apakah Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Earning Response Coefficient (ERC)? 4. Apakah Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan variabel intervening pada hubungan mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap Earning Response Coefficient (ERC)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

7 7 1. Pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap pengungkapan Earning Response Coefficient (ERC). 2. Pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). 3. Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Earning Response Coefficient (ERC). 4. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan variabel intervening pada hubungan mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap Earning Response Coefficient (ERC) atau tidak. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihakpihak yang berkepentingan, seperti: a. Kontribusi Praktis 1. Memberikan pengetahuan kepada perusahaan, investor dan profesi akuntansi mengenai mekanisme Good Corporate Governance (GCG), pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Earning Response Coefficient (ERC). 2. Memberikan kontribusi bagi investor agar informasi yang disajikan dapat bermanfaat untuk menganalisis dan mengambil keputusan investasi.

8 8 b. Kontribusi Teoritis 1. Memberikan masukan dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap Earning Response Coefficient (ERC) melalui pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). 2. Memberikan masukan yang dapat dijadikan bahan dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkatian dengan Earning Response Coefficient (ERC). 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka peneliti perlu melakukan pembatasan dalam bentuk ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Dalam hal ini, peneliti membahas tentang pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel intervening. Pada penelitian ini menggunakan pengukuran corporate governance melalui mekanisme pengendalian internal perusahaan dengan menggunakan skor faktor yang terdiri dari empat dimensi. Pengukuran ini mendasarkan penelitian Wahidahwati (2010) yang menyatakan bahwa masing-masing dimensi mempunyai indikator-indikator.

9 9 2. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode secara berturut-turut dan menerbitkan laporan tahunan yang dapat diakses melalui website Bursa Efek Indonesia (BEI).